Anda di halaman 1dari 2

Sistem media di Latin Amerika mengadaptasi sistem dunia entertain di United State (US).

Stasiun televisi, radio, dan surat kabar privat mendapat dukungan modal dari pelaku periklanan
publik (negara) dan privat. Sebagian media besar memonopoli pasar dan sebagian televisi yang
menyajikan konten edukasi dimiliki oleh gereja dan pelaku politik oligarki. Situasi ini yang
menjadi karakteristik sistem media Brazil dan membangun kombinasi kontrol politik dan regulasi
terbatas.

Sejak 1920-an, sistem media di Latin Amerika tidak memiliki pengaruh di pembangunan
sosial dan ekonomi serta tidak memiliki hak istimewa di sektor pelayanan publik. Berkat
pengaruh dari sponsor, Mexico dan Brazil berhasil menjadi negara industri penyiaran tersebar di
Latin Amerika.

Hubungan antara media publik dengan negara cukup rumit. Media lebih dikonstruksi
sebagai media milik pemerintah daripada sebagai media komunikasi massa itu sendiri. Kebijakan
penyiaran nasional di Brazil sangat dipengaruhi oleh kebijakan politik dan kontrol negara.
Regulasi penyiaran berada di bawah kontrol Kementerian Komunikasi, di mana presiden
menggunakan lisensi televisi dan radio sebagai bentuk perlindungan politik.

Brasil merupakan kontributor utama dalam perkembangan surat kabar dan modernisasi
televisi. Seperti yang dikatakan Fox, Kode Telekomunikasi Brasil (Brazilian Telecommunications
Code) pada 1962 memasukkan aspek otoriterisme dari rezim sebelumnya Getulio Vargas, seperti
kontrol presiden, pada penyebaran surat izin penyiaran. Menurut Caparelli, antara tahun 1965-
1978 kode dalam pemerintahan militer disebarkan oleh hampir 60% stasiun televisi Brasil kepada
negara tetangga.

Kondisi tersebut tidak jauh berbeda dengan kehidupan jurnalisme di negara terkait. Silva
mengatakan, di saat kebanyakan jurnalis Amerika berusaha menerapkan objektivitas, di Brazil
semua orang mengatakan mereka objektif, tetapi sebenarnya tidak ada satu pun yang benar-benar
bertindak objektif.

Di Amerika, para jurnalis lebih bertindak sebagai individu daripada sebagai sebuah
kelompok. Bahkan, jurnalis investigasi yang fokus pada pemberitaan seperti rasisme, kekerasan
oleh kepolisian, serta korupsi di pemerintahan, lebih menekankan aspek individu agar melahirkan
dimensi kemanusiaan. Namun, jurnalis Brasil tidak berhasil mengadopsi model jurnalisme
Amerika.

Brasil baru mulai menggunakan percetakan pada tahun 1808, setelah sebelumnya kegiatan
percetakan dilarang pada masa penjajahan Portugis. Namun, sampai 1821, kegiatan pers berada
di bawah naungan kontrol pemerintah. Selama periode monarki, pers Brasil sangat dipengaruhi
oleh kepentingan pemerintah.

Kegiatan pers yang benar (?) baru hadir pada akhir abad ke-19, khususnya di ibu kota Rio
de Janeiro. Kota ini mengalami kemajuan yang luar biasa. Populasi meningkat hampir tiga kali
lipat, yang awalnya 275.000 penduduk pada 1872 menjadi 811.000 penduduk pada 1906.
Terlebih lagi, para pemegang kekuasaan yang baru berusaha mengubah Brasil menjadi negara
yang beradab, menghapuskan sistem kolonial pada masa lampau.

Kehidupan yang keras serta banyaknya pendatang baru secara bersamaan melahirkan
jurnalisme baru, yang lebih tertarik pada kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai