Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH DISKUSI KASUS

MALPRAKTIK

DOSEN TUTOR : dr. YULNEFIA, M. KES

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

ANDRE HASTRA 1911201003

ATHIRAH PUTERI HANANI 1911201008

FIRSTY FAISYA PUTRI 1911201021

MUTIARA LESTARI 1911201034

S. M. AL-FIKRI 1911201046

THALIA SHALSABILLAH 1911201052

YULI KESUMA 1911201057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ABDURRAB PEKANBARU

2019

HALAMAN JUDUL

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
diskusi kasus yang berjudul "Malpraktik" ini.

Tidak lupa kami sampaikan ucapan terimakasih kepada Dr. Yulnefia, M. Kes
selaku tutor yang telah membimbing kami dalam pelaksanaan diskusi kasus sehingga
kami dapat memahami pembahasan dengan baik.

Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas dari
mata kuliah Diskusi Kasus dan untuk persiapan Pleno 3.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun
guna kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, 29 November 2019

Penulis,

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

DAFTAR TABEL.................................................................................................................... iii

1.1 TRIGGER 3 .................................................................................................................... 2

2.1 TERMINOLOGY ........................................................................................................... 3

2.2 KATA KUNCI (KEYWORD) ........................................................................................ 4

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

1.1 METODE SEVEN JUMPS............................................................................................. 1

1.2 TRIGGER 3 .................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3

2.1 CLARIFYING UNDEFINED TERMS .......................................................................... 3

2.2 DEFINE THE PROBLEMS............................................................................................ 4

2.3 BRAINSTORM POSSIBLE HYPOTHESIS OR EXPLANATION .............................. 5

2.4 ARRANGE EXPLANATIONS INTO TENTATIVE SOLUTION ............................... 6

2.5 DEFINE LEARNING OBJECTIVES ............................................................................ 6

2.6 SYNTHETIZE AND TEST ACQUIRED INFORMATION ......................................... 6

2.6.1 DEFINISI MALPRAKTIK ...................................................................................... 6

2.6.2. KLASIFIKASI DAN CONTOH MALPRAKTIK.................................................. 7

2.6.3 UNDANG-UNDANG TERKAIT MALPRAKTIK ................................................ 8

2.6.4 UPAYA PENCEGAHAN MALPRAKTIK ........................................................... 10

2.6.5 STRUKTUR ORGANISASI KEDOKTERAN ..................................................... 11

iii
PENUTUP .............................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

DAFTAR TABEL

1.1 TRIGGER 3

2.1 TERMINOLOGY

2.2 KATA KUNCI (KEYWORD)

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 METODE SEVEN JUMPS

Metode Seven Jumps pada Problem-Based Learning terdiri dari tujuh tahapan yaitu:

1. Clarifying Undefined Terms (Mengklarifikasi kata-kata serta kata kunci yang


belum terdefinisi)
2. Define The Problems (Menentukan masalah yang perlu didiskusikan lebih
lanjut)
3. Brainstorm Possible Hypothesis or Explanation (Menjelaskan masalah
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya)
4. Arrange Explanations Into Tentative Solution (Menyusun skema mengenai
masalah)
5. Define Learning Objectives (Menyusun tujuan belajar)
6. Information Gathering (Mengumpulkan informasi)
7. Synthetize and Test Acquired Information (Berdiskusi untuk mensintesis dan
menguji informasi apa yang sudah diperoleh)

1
1.2 TRIGGER 3

SKENARIO SUB III

MODUL PROFESIONALISME

Bu Tina, datang ke klinik dokter umum dengan keluhan keluar darah dari
kemaluan. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dokter menyimpulkan Bu
Tina mengalami abortus inkomplit. Dokter memutuskan untuk melakukan
kuratase sendiri, padahal pada jarak 2 jam perjalanan, terdapat fasilitas RS
dengan Spesialis Obgyn. Dengan dibantu dua orang perawat, dokter
melakukan pembiusan intra vena dan memulai prosedur kuratase. Setelah
selesai prosedur ternyata pendarahan tidak berhenti, malah tambah banyak.
Pasien mengalami shock dan dokter segera merujuk ke RS. Sayang, nyawa
pasien tidak tertolong. Keluarga pasien melaporkan dokter tersebut ke
MKDKI dan menuntut dokter secara pidana dan perdata atas tindakan
malpraktik.
Tabel 1.1 : Trigger 3

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 CLARIFYING UNDEFINED TERMS

Abortus Inkomplit Peristiwa pergeseran sebagian hasil


konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dan masih ada sisa tertinggal
dalam rahim

Kuratase Pembuangan pertumbuhan-


pertumbuhan atau bahan lain pada suatu
ruang dalam tubuh

Pembiusan Intravena Pembiusan dengan metode


pemberian obat melalui injeksi atau infus
ke bagian dalam vena

Dokter Umum Dokter yang belum mendalami


keahlian atau jenis penyakit tertentu

Malpraktik Kelalaian dalam standar profesional


yang berlaku umum, dan pelanggaran
atas tugas yang menyebabkan sesorang
menderita kerugian

Anamnesis Wawancara antara dokter dengan


pasien untuk mendapatkan informasi.

Shock Gangguan mendadak pada


keseimbangan mental atau fisik; Kondisi
dimana tekanan darah menurun secara
drastis sehingga terjadi gangguan aliran
darah dalam tubuh.

MKDKI (Majelis Kehormatan Lembaga yang berwenang untuk


menentukan ada tidaknya kesalahan yang

3
Disiplin Kedokteran Indonesia) dilakukan dokter/dokter gigi dalam
penerapan disiplin ilmu
kedokteran/kedokteran gigi dan
menetapkan sanksi.

Pidana Kejahatan yang membahayakan


nyawa seseorang seperti perampokan dan
pembunuhan.

Perdata Kejahatan yang bersifat sipil seperti


sengketa tanah.

Spesialis Obgyn Dokter yang khusus menangani


masalah kandungan.

Tabel 2.1 : Terminologi

Malpraktik

Profesionalisme Kedokteran

MKDKI

Tabel 2.2 : Kata Kunci (Keyword)

2.2 DEFINE THE PROBLEMS

1) Apa saja kesalahan yang dikategorikan sebagai malpraktik?


2) Bagaimana proses melaporkan malpraktik ke MKDKI?
3) Sebutkan UU terkait malpraktik?
4) Apa sanksi dan hukuman bagi dokter yang melakukan malpraktik?
5) Bagaimana upaya pencegahan malpraktik?
6) Apakah dokter umum memiliki kompetensi untuk menghadapi abortus
inkomplit?
7) Apa peran dari MKDKI dan MKEK?
8) Apa saja macam-macam malpraktik?
9) Apa itu Kode Etik Kedokteran?
10) Bagaimana seharusnya seorang dokter bersikap profesionalisme?

4
11) Siapa saja yang bisa terlibat malpraktik dalam dunia medis?
12) Bagaimana struktur organisasi kedokteran?

2.3 BRAINSTORM POSSIBLE HYPOTHESIS OR EXPLANATION

4) -Jika terdapat pelanggaran disiplin oleh dokter, MKDKI dapat memberikan sanksi
disiplin berupa peringatan tertulis rekomendasi pencabutan STR (Surat Tanda Registrasi)
atau SIP (Surat Izin Praktik) atau wajib mengikuti kembali pendidikan atau pelatihan di
institusi.

-Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang lain mendapat luka berat atau
luka sedemikian rupa sehingga berakibat penyakit atau halangan sementara untuk
menjalankan jabatan atau pekerjaannya dihukum selama-lamanya 5 tahun.

5) UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menyatakan setiap tindakan


kedokteran/kedokteran gigi harus mendapatkan persetujuan dari pasien setelah mendapatkan
penjelasan secara lengkap.

8)

 Malpraktik Medik : bentuk kelalaian profesional yang menyebabkan terjadinya


luka berat pada pasien sebagai akibat langsung dari perbuatan dokter.
 Malpraktik Etik : tindakan dokter yang bertentangan dengan etika kedokteran
seperti prinsip, aturan, dan norma yang berlaku untuk dokter.
 Malpraktik Yuridis : pelanggaran atau kelalaian dalam pelaksanaan profesi
kedokteran yang melanggar ketentuan hukum positif yang berlaku

9) Kode Etik Kedokteran adalah hukum yang mengatur tentang prinsip, aturan, dan
norma yang berlaku bagi dokter

5
2.4 ARRANGE EXPLANATIONS INTO TENTATIVE SOLUTION

Klasifikasi
dan Contoh

Upaya
Pencegahan Definisi

Malpraktik

Organisasi
Kedokteran
• MKDKI UU
• MKEK
• KKI
Terkait
• IDI

2.5 DEFINE LEARNING OBJECTIVES

1) Apa definisi dari Malpraktik?


2) Apa saja klasifikasi dan contoh dari Malpraktik?
3) Apa saja UU terkait Malpraktik?
4) Apa saja upaya pencegahan dari Malpraktik?
5) Bagaimana struktur organisasi kedokteran?

2.6 SYNTHETIZE AND TEST ACQUIRED INFORMATION

2.6.1 DEFINISI MALPRAKTIK

1. Malpraktik adalah kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
dalam melaksanakan profesinya yang tidak sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional, dan akibat kesalahan atau kelalaian tersebut pasien menderita luka
berat, cacat bahkan meninggal dunia (M. Yusuf, 1999).

2. Dikutip oleh Venny (2015) malpraktik adalah setiap kesalahan profesional yang
diperbuat oleh dokter pada waktu melakukan pekerjaan profesionalnya, tidak memeriksa,
tidak menilai, tidak berbuat atau meninggalkan hal-hal yang diperiksa, dinilai, diperbuat atau

6
dilakukan oleh dokter pada umumnya didalam situasi dan kondisi yang sama (Berkhouwer &
Vorsman, 1950). Selain itu, menurut Hoekem (1981) malpraktik adalah setiap kesalahan yang
diperbuat oleh dokter karena melakukan pekerjaan kedokteran yang dibawah standar yang
sebenarnya secara rata-rata dan masuk akal.

3. Malpraktik adalah suatu istilah yang mempunyai konotasi buruk, bersifat stigmatis
dan menyalahkan. Praktik buruk dari seseorang yang memegang suatu profesi dalam arti
umum. Tidak hanya profesi medis saja, sehingga ditujukan kepada profesi lainnya. Namun di
mana-mana, terutama mulai di luar negeri, istilah malpraktik selalu pertama-tama
diasosiasikan kepada profesi medis. (J.Guwandi, 2005)

4. Malpraktik atau malpractice berasal dari kata “mal” yang berarti buruk, sedangkan
kata “practice” berarti suatu tindakan atau praktik. Dengan demikian secara harfiah,
malpraktik dapat diartikan sebagai suatu tindakan medik “buruk” yang dilakukan oleh dokter
dalam hubungannya dengan pasien. (Hendrojono Soewono, 2006)

5. Pengertian istilah kelalaian medik tersirat dari pengertian menurut World Medical
Association (1992), yaitu : “Malpraktek medis akibat kegagalan dokter untuk memenuhi
standar perawatan kondisi pasien, atau kekurangan keterampilan, atau kelalaian dalam
memberikan perawatan kepada pasien, yang merupakan penyebab langsung dari cedera
pasien”

2.6.2. KLASIFIKASI DAN CONTOH MALPRAKTIK

Adapun jenis-jenis malpraktik dalam dunia medis (Ninik, 1998) adalah:

I. Malpraktik Etik

Yaitu tenaga kesehatan melakukan tindakan yang bertentangan dengan etika profesinya
sebagai tenaga kesehatan. Contohnya adalah seorang dokter umum mengerjakan pekerjaan
yang melanggar etika dokter umum, yaitu mengerjakan yang bukan tugasnya.

II. Malpraktik Yuridis

Malpraktik yuridis ini memiliki tiga bentuk, yaitu malpraktik perdata, malpraktik
pidana, malpraktik administratif.

1) Malpraktik perdata (Civil Malpractice)

Malpraktik perdata terjadi apabila terdapat hal-hal yang menyebabkan tidak


terpenuhinya isi perjanjian(wanprestasi) didalam transaksi terapeutik oleh tenaga kesehatan,

7
atau terjadinya perbuatan melanggar hukum, sehingga menimbulkan kerugian pada pasien.
Contohnya adalah seorang dokter yang melakukan operasi ternyata meninggalkan sisa perban
didalam tubuh pasien.

2) Malpraktik Pidana (Criminal Malpractice)

Malpraktik pidana terjadi apabila pasien meninggal dunia atau mengalami cacat akibat
tenaga kesehatan kurang berhati-hati. Malpraktik pidana ada tiga bentuk yaitu:

a) Malpraktik pidana karena kesengajaan, tenaga medis tidak melakukan pertolongan


pada kasus gawat padahal diketahui bahwa tidak orang lain yang bisa menolong,serta
memberikan surat keterangan yang tidak benar. Contoh: melakukan aborsi tanpa tindakan
medis.

b) Malpraktik pidana karena kecerobohan,misalnya melakukan tindakan yang tidak


lege artis atau tidak sesuai dengan standar profesi serta melakukan tindakan tanpa persetujuan
tindakan medis. Contohnya adalah kurang hati-hatinya dokter dalam memasang infus yang
menyebabkan tangan pasien bengkak karena terinfeksi.

c) Malpraktik pidana karena kealpaan, misalnya terjadi cacat atau kematian pada pasien
sebagai akibat tindakan tenaga kesehatan akibat tindakan tenaga kesehatan yang kurang hati-
hati. Contohnya adalah seorang bayi berumur 3 bulan yang jarinya terpotong pada saat tenaga
kesehatan melepas bidai yang dipergunakan untuk memfiksasi infus.

3) Malpraktik Administratif

Malpraktik administratif terjadi apabila tenaga kesehatan melakukan pelanggaran


terhadap hukum administratif negara yang berlaku.Contohnya adalah melakukan tindakan
yang tidak sesuai dengan lisensi atau izinnya, menjalankan praktek dengan izin yang sudah
kadaluarsa, dan menjalankan praktek tanpa membuat catatan medik.

2.6.3 UNDANG-UNDANG TERKAIT MALPRAKTIK

Undang-undang terkait Malpraktik dalam bidang Kesehatan dibahas dalam:

1. Undang Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, khususnya Pasal 66
ayat (1) yang menyatakan, “Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan
atas tindakan dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat
mengadukan secara tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia”. Pada ayat (2) dijelaskan bahwa pengaduan sekurang-kurangnya harus memuat: (a)

8
identitas pengadu; (b) nama dan alamat tempat praktik dokter atau dokter gigi dan waktu
tindakan dilakukan; dan (c) alasan pengaduan.

2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan bab XIV juga
membahas tentang ketentuan pidana untuk kasus malpraktek yaitu:

a) Pasal 83 : “Setiap orang yang bukan Tenaga Kesehatan melakukan praktik seolah-
olah sebagai Tenaga Kesehatan yang telah memiiki izin sebagaimana dimaksud dalam pasal
64 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.

b) Pasal 84 ayat (1) : “Setiap Tenaga Kesehatan yang melakukan kelalaian berat yang
mengakibatkan Penerima Pelayanan Kesehatan luka berat dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun”.

c) Pasal 84 ayat (2) : “Jika kelalaian berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kematian, setiap Tenaga Kesehatan dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun”.

3. Kode Etik Kedokteran Indonesia atau KODEKI memaparkan beberapa pasal yang
menyinggung malpraktik, antara lain:

a. Pasal 2 : Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional


secara independen, dan mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang tertinggi.

b. Pasal 6 : Seorang dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau


menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan terbaru yang belum diuji kebenarannya
dan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

c. Pasal 8 : Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan


pelayanan secara kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa
kasih sayang dan penghormatan atau martabat manusia

d. Pasal 14 : Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh
keilmuan dan keterampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien/keluarganya, ia wajib
merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu.

4. KUHP Pasal 360 menyatakan “Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan


orang lain mendapat luka berat atau luka sedemikian rupa sehingga berakibat penyakit atau
halangan sementara untuk menjalankan jabatan atau pekerjaannya dihukum dengan hukuman
selama-lamanya 5 tahun.” (M. Jusuf, 2016)

9
2.6.4 UPAYA PENCEGAHAN MALPRAKTIK

Upaya Pencegahan dari Malpraktik adalah sebagai berikut:

1. Standarisasi Pendidikan Kedokteran

Adapun contoh dari upaya standarisasi pendidikan kedokteran adalah penyusunan


kurikulum dan diadakannya ujian kompetensi kedokteran.

2. Standarisasi Pelayanan Kedokteran

Contoh dari standarisasi pelayanan kedokteran adalah memberikan penjelasan tentang


penyakit dan tindakan medis yang akan dilakukan dan meminta persetujuan dari pasien atau
pihak yang berhak. Hal ini sudah diatur dalam UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran pasal 45. (Alfis, 2015)

3. Standarisasi Alat

Standarisasi Alat yang dimaksud adalah seperti menentukan aturan untuk ukuran dan
bentuk terkait alat-alat yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan.

4. Standarisasi Prosedur

Standarisasi Prosedur contohnya seperti prosedur operasi abortus inkomplit yang benar
dimulai dari tahap-tahap hingga hal-hal yang harus dipersiapkan.

5. Pembentukan organisasi sesuai tingkatan

Pembentukan organisasi sesuai tingkatan bertujuan untuk mempermudah manajemen


dan pengawasan proses praktik kedokteran.

6. Penyelenggaraan Simposium, Workshop, dan Seminar

Bertujuan untuk pemerataan dan update terkait kedokteran yang sesuai dengan
KODEKI Pasal 21 yang menyatakan bahwa setiap dokter wajib senantiasa mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kesehatan.

7. Pemberian Informed Consent.

Bertujuan untuk melindungi pasien dari segala kemungkinan tindakan medis yang tidak
disetujui atau diizinkan oleh pasien bersangkutan, sekaligus melindungi dokter secara hukum
terhadap kemungkinan akibat yang tak terduga dan bersifat negatif (Adriana, 2010).

8. Penetapan peraturan perundang-undangan dan sanksi.

10
2.6.5 STRUKTUR ORGANISASI KEDOKTERAN

Struktur Organisasi Kedokteran Indonesia secara singkat adalah KKI (Konsil


Kedokteran Indonesia) dan IDI (Ikatan Dokter Indonesia) merupakan badan yang
membawahi masing-masing MKDKI (Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia)
dan MKEK (Majelis Kehormatan Etik Kedokteran), tepatnya KKI membawahi MKDKI
sesuai pasal 56 UUPK dan IDI membawahi MKEK menurut website resmi MKEK.

Peran KKI menurut Pasal 8 UU Praktik Kedokteran adalah:

a. Menyetujui dan menolak permohonan registrasi dokter dan dokter gigi.

b. Menerbitkan dan mencabut surat tanda registrasi dokter dan dokter gigi.

c. Mengesahkan standar kompetensi dokter dan dokter gigi.

d. Melakukan pengujian terhadap persyaratan registrasi dokter dan dokter gigi.

e. Mengesahkan penerapan cabang ilmu kedokteran dan kedokteran gigi.

f. Melakukan pembinaan bersama terhadap dokter dan dokter gigi mengenai


pelaksanaan etika profesi yang di tetapkan oleh organisasi profesi.

g. Melakukan pencatatan terhadap dokter dan dokter gigi yang dikenakan sanksi oleh
organisasi profesi atau perangkatnya karena melanggar ketentuan etika profesi.

Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia berperan dalam pencegahan


Malpraktek melalui fungsi pengawasan dan penerapan etika dalam menjalankan pelayanan
kedokteran. Dalam kaitan dengan penyelesaian Malpraktek, MKEK dapat memberikan
pendapat etik dan pembuktian pelanggaran etika dan disiplin kedokteran sebagai sumber
utama pelanggaran hukum (Sukohar, 2016).

MKDKI memiliki peran yang sangat penting dalam penegakan disiplin profesional
dokter dan dokter gigi di Indonesia. Penegakan disiplin dokter dan dokter gigi yang di
lakukan oleh MKDKI bertujuan untuk melindungi masyarakat dari tindakan yang dilakukan
oleh dokter atau dokter gigi yang tidak berkompeten, serta guna meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan dan menjaga kehormatan profesi kedokteran dan kedokteran gigi
(Andriyawan, 2017).

Mekanisme pengaduan pelanggaran disiplin kedokteran di MKDKI (Nur A., 2015),


apabila merujuk pada pasal 66 ayat 3 UU praktik kedokteran, aduan atau keputusan MKDKI
tidak menghapuskan aduan atau laporan kasus dugaan medis kepada pihak aparat.

11
1. MKDKI menerima aduan dari pasien ataupun masyarakat dan melakukan selidikan
atas aduan tersebut, apabila ditemukan pelanggaran etika maka diadukan oleh MKDKI,
diteruskan ke MKEK.

2. Pelanggaran terhadap disiplin ilmu kedokteran yang mencakup pelanggaran atas


standar operasional prosedur.

3. Pelanggaran hukum, dimana akibat dari perbuatan dokter menyebabkan kerugian


fisik ataupun materil.

12
BAB III

PENUTUP

Adapun kesimpulan dari pembahasan yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya
adalah perlakuan dokter umum terhadap Bu Tina dapat digolongkan sebagai malpraktik etik
yang melanggar Kode Etik Kedokteran Indonesia, khususnya pada pasal 14 yang menyatakan
seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan dan
keterampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien/keluarganya, ia wajib merujuk pasien
kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu.

13
DAFTAR PUSTAKA

Pakendek, Adriana. 2010. Informed Consent Dalam Pelayanan Kesehatan. Al-Ihkam: Jurnal
Hukum dan Pranata Sosial, 5(2), 309-318.

Andriyawan, 2017. Kedudukan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia dan


Konsil Kedokteran Indonesia dalam penegakan disiplin kedokteran di Indonesia,
Jurnal Fakultas Hukum Universitas Tarumanegara, hh. 9.

Hanafiah, M. Yusuf dan Amri Amir. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta :
EGC.

Hanafiah, M. Yusuf dan Amri Amir. 2016. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 5.
Jakarta : EGC.

Mariyanti, Ninik .1998. Malpraktek Kedokteran Dari Segi Hukum Pidana dan Perdata.
Jakarta : Bina Aksara.

Nur A. 2015. Gambaran Laporan Aduan Dugaan Pelanggaran Etik Kedokteran Majelis
Kehormatan Etik Kedokteran Wilayah Jawa Barat Periode tahun 2009-2014.
Cimahi. Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani.

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, 2012. Kode Etik Kedokteran Indonesia.

Setyawan, Alfis. 2015. Standarisasi Pelayanan Kedokteran sebagai Upaya Preventif


Malpraktik Kedokteran Dalam Perspektif Hukum. Jurnal Cahaya Keadilan, 3 (2),
14-41.

Sukohar, A & Carolia, N 2016, ‘Peran Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia dalam
pencegahan dan penyelesaian malpraktek kedokteran’, Jurnal Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung, hh. 368

Sulistyani, Venny dan Syamsu Zulhasmar.2015. Pertanggungjawaban Perdata Seorang


Dalam Kasus Malpraktek Medis.Jakarta : Esa Unggul.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan.

Profil MKEK. http://www.mkekpbidi.org/. Diakses 26 November 2019.

14

Anda mungkin juga menyukai