Makalah Diskusi Kasus Kelompok 6
Makalah Diskusi Kasus Kelompok 6
MALPRAKTIK
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
S. M. AL-FIKRI 1911201046
2019
HALAMAN JUDUL
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
diskusi kasus yang berjudul "Malpraktik" ini.
Tidak lupa kami sampaikan ucapan terimakasih kepada Dr. Yulnefia, M. Kes
selaku tutor yang telah membimbing kami dalam pelaksanaan diskusi kasus sehingga
kami dapat memahami pembahasan dengan baik.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas dari
mata kuliah Diskusi Kasus dan untuk persiapan Pleno 3.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun
guna kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis,
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
iii
PENUTUP .............................................................................................................................. 13
DAFTAR TABEL
1.1 TRIGGER 3
2.1 TERMINOLOGY
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Metode Seven Jumps pada Problem-Based Learning terdiri dari tujuh tahapan yaitu:
1
1.2 TRIGGER 3
MODUL PROFESIONALISME
Bu Tina, datang ke klinik dokter umum dengan keluhan keluar darah dari
kemaluan. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dokter menyimpulkan Bu
Tina mengalami abortus inkomplit. Dokter memutuskan untuk melakukan
kuratase sendiri, padahal pada jarak 2 jam perjalanan, terdapat fasilitas RS
dengan Spesialis Obgyn. Dengan dibantu dua orang perawat, dokter
melakukan pembiusan intra vena dan memulai prosedur kuratase. Setelah
selesai prosedur ternyata pendarahan tidak berhenti, malah tambah banyak.
Pasien mengalami shock dan dokter segera merujuk ke RS. Sayang, nyawa
pasien tidak tertolong. Keluarga pasien melaporkan dokter tersebut ke
MKDKI dan menuntut dokter secara pidana dan perdata atas tindakan
malpraktik.
Tabel 1.1 : Trigger 3
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Disiplin Kedokteran Indonesia) dilakukan dokter/dokter gigi dalam
penerapan disiplin ilmu
kedokteran/kedokteran gigi dan
menetapkan sanksi.
Malpraktik
Profesionalisme Kedokteran
MKDKI
4
11) Siapa saja yang bisa terlibat malpraktik dalam dunia medis?
12) Bagaimana struktur organisasi kedokteran?
4) -Jika terdapat pelanggaran disiplin oleh dokter, MKDKI dapat memberikan sanksi
disiplin berupa peringatan tertulis rekomendasi pencabutan STR (Surat Tanda Registrasi)
atau SIP (Surat Izin Praktik) atau wajib mengikuti kembali pendidikan atau pelatihan di
institusi.
-Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang lain mendapat luka berat atau
luka sedemikian rupa sehingga berakibat penyakit atau halangan sementara untuk
menjalankan jabatan atau pekerjaannya dihukum selama-lamanya 5 tahun.
8)
9) Kode Etik Kedokteran adalah hukum yang mengatur tentang prinsip, aturan, dan
norma yang berlaku bagi dokter
5
2.4 ARRANGE EXPLANATIONS INTO TENTATIVE SOLUTION
Klasifikasi
dan Contoh
Upaya
Pencegahan Definisi
Malpraktik
Organisasi
Kedokteran
• MKDKI UU
• MKEK
• KKI
Terkait
• IDI
1. Malpraktik adalah kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
dalam melaksanakan profesinya yang tidak sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional, dan akibat kesalahan atau kelalaian tersebut pasien menderita luka
berat, cacat bahkan meninggal dunia (M. Yusuf, 1999).
2. Dikutip oleh Venny (2015) malpraktik adalah setiap kesalahan profesional yang
diperbuat oleh dokter pada waktu melakukan pekerjaan profesionalnya, tidak memeriksa,
tidak menilai, tidak berbuat atau meninggalkan hal-hal yang diperiksa, dinilai, diperbuat atau
6
dilakukan oleh dokter pada umumnya didalam situasi dan kondisi yang sama (Berkhouwer &
Vorsman, 1950). Selain itu, menurut Hoekem (1981) malpraktik adalah setiap kesalahan yang
diperbuat oleh dokter karena melakukan pekerjaan kedokteran yang dibawah standar yang
sebenarnya secara rata-rata dan masuk akal.
3. Malpraktik adalah suatu istilah yang mempunyai konotasi buruk, bersifat stigmatis
dan menyalahkan. Praktik buruk dari seseorang yang memegang suatu profesi dalam arti
umum. Tidak hanya profesi medis saja, sehingga ditujukan kepada profesi lainnya. Namun di
mana-mana, terutama mulai di luar negeri, istilah malpraktik selalu pertama-tama
diasosiasikan kepada profesi medis. (J.Guwandi, 2005)
4. Malpraktik atau malpractice berasal dari kata “mal” yang berarti buruk, sedangkan
kata “practice” berarti suatu tindakan atau praktik. Dengan demikian secara harfiah,
malpraktik dapat diartikan sebagai suatu tindakan medik “buruk” yang dilakukan oleh dokter
dalam hubungannya dengan pasien. (Hendrojono Soewono, 2006)
5. Pengertian istilah kelalaian medik tersirat dari pengertian menurut World Medical
Association (1992), yaitu : “Malpraktek medis akibat kegagalan dokter untuk memenuhi
standar perawatan kondisi pasien, atau kekurangan keterampilan, atau kelalaian dalam
memberikan perawatan kepada pasien, yang merupakan penyebab langsung dari cedera
pasien”
I. Malpraktik Etik
Yaitu tenaga kesehatan melakukan tindakan yang bertentangan dengan etika profesinya
sebagai tenaga kesehatan. Contohnya adalah seorang dokter umum mengerjakan pekerjaan
yang melanggar etika dokter umum, yaitu mengerjakan yang bukan tugasnya.
Malpraktik yuridis ini memiliki tiga bentuk, yaitu malpraktik perdata, malpraktik
pidana, malpraktik administratif.
7
atau terjadinya perbuatan melanggar hukum, sehingga menimbulkan kerugian pada pasien.
Contohnya adalah seorang dokter yang melakukan operasi ternyata meninggalkan sisa perban
didalam tubuh pasien.
Malpraktik pidana terjadi apabila pasien meninggal dunia atau mengalami cacat akibat
tenaga kesehatan kurang berhati-hati. Malpraktik pidana ada tiga bentuk yaitu:
c) Malpraktik pidana karena kealpaan, misalnya terjadi cacat atau kematian pada pasien
sebagai akibat tindakan tenaga kesehatan akibat tindakan tenaga kesehatan yang kurang hati-
hati. Contohnya adalah seorang bayi berumur 3 bulan yang jarinya terpotong pada saat tenaga
kesehatan melepas bidai yang dipergunakan untuk memfiksasi infus.
3) Malpraktik Administratif
1. Undang Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, khususnya Pasal 66
ayat (1) yang menyatakan, “Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan
atas tindakan dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat
mengadukan secara tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia”. Pada ayat (2) dijelaskan bahwa pengaduan sekurang-kurangnya harus memuat: (a)
8
identitas pengadu; (b) nama dan alamat tempat praktik dokter atau dokter gigi dan waktu
tindakan dilakukan; dan (c) alasan pengaduan.
2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan bab XIV juga
membahas tentang ketentuan pidana untuk kasus malpraktek yaitu:
a) Pasal 83 : “Setiap orang yang bukan Tenaga Kesehatan melakukan praktik seolah-
olah sebagai Tenaga Kesehatan yang telah memiiki izin sebagaimana dimaksud dalam pasal
64 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.
b) Pasal 84 ayat (1) : “Setiap Tenaga Kesehatan yang melakukan kelalaian berat yang
mengakibatkan Penerima Pelayanan Kesehatan luka berat dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun”.
c) Pasal 84 ayat (2) : “Jika kelalaian berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kematian, setiap Tenaga Kesehatan dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun”.
3. Kode Etik Kedokteran Indonesia atau KODEKI memaparkan beberapa pasal yang
menyinggung malpraktik, antara lain:
d. Pasal 14 : Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh
keilmuan dan keterampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien/keluarganya, ia wajib
merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu.
9
2.6.4 UPAYA PENCEGAHAN MALPRAKTIK
3. Standarisasi Alat
Standarisasi Alat yang dimaksud adalah seperti menentukan aturan untuk ukuran dan
bentuk terkait alat-alat yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan.
4. Standarisasi Prosedur
Standarisasi Prosedur contohnya seperti prosedur operasi abortus inkomplit yang benar
dimulai dari tahap-tahap hingga hal-hal yang harus dipersiapkan.
Bertujuan untuk pemerataan dan update terkait kedokteran yang sesuai dengan
KODEKI Pasal 21 yang menyatakan bahwa setiap dokter wajib senantiasa mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kesehatan.
Bertujuan untuk melindungi pasien dari segala kemungkinan tindakan medis yang tidak
disetujui atau diizinkan oleh pasien bersangkutan, sekaligus melindungi dokter secara hukum
terhadap kemungkinan akibat yang tak terduga dan bersifat negatif (Adriana, 2010).
10
2.6.5 STRUKTUR ORGANISASI KEDOKTERAN
b. Menerbitkan dan mencabut surat tanda registrasi dokter dan dokter gigi.
g. Melakukan pencatatan terhadap dokter dan dokter gigi yang dikenakan sanksi oleh
organisasi profesi atau perangkatnya karena melanggar ketentuan etika profesi.
MKDKI memiliki peran yang sangat penting dalam penegakan disiplin profesional
dokter dan dokter gigi di Indonesia. Penegakan disiplin dokter dan dokter gigi yang di
lakukan oleh MKDKI bertujuan untuk melindungi masyarakat dari tindakan yang dilakukan
oleh dokter atau dokter gigi yang tidak berkompeten, serta guna meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan dan menjaga kehormatan profesi kedokteran dan kedokteran gigi
(Andriyawan, 2017).
11
1. MKDKI menerima aduan dari pasien ataupun masyarakat dan melakukan selidikan
atas aduan tersebut, apabila ditemukan pelanggaran etika maka diadukan oleh MKDKI,
diteruskan ke MKEK.
12
BAB III
PENUTUP
Adapun kesimpulan dari pembahasan yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya
adalah perlakuan dokter umum terhadap Bu Tina dapat digolongkan sebagai malpraktik etik
yang melanggar Kode Etik Kedokteran Indonesia, khususnya pada pasal 14 yang menyatakan
seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan dan
keterampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien/keluarganya, ia wajib merujuk pasien
kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu.
13
DAFTAR PUSTAKA
Pakendek, Adriana. 2010. Informed Consent Dalam Pelayanan Kesehatan. Al-Ihkam: Jurnal
Hukum dan Pranata Sosial, 5(2), 309-318.
Hanafiah, M. Yusuf dan Amri Amir. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta :
EGC.
Hanafiah, M. Yusuf dan Amri Amir. 2016. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 5.
Jakarta : EGC.
Mariyanti, Ninik .1998. Malpraktek Kedokteran Dari Segi Hukum Pidana dan Perdata.
Jakarta : Bina Aksara.
Nur A. 2015. Gambaran Laporan Aduan Dugaan Pelanggaran Etik Kedokteran Majelis
Kehormatan Etik Kedokteran Wilayah Jawa Barat Periode tahun 2009-2014.
Cimahi. Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani.
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, 2012. Kode Etik Kedokteran Indonesia.
Sukohar, A & Carolia, N 2016, ‘Peran Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia dalam
pencegahan dan penyelesaian malpraktek kedokteran’, Jurnal Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung, hh. 368
14