Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU UKUR TANAH

Kelompok 9

1. Lasno 13.25.064
2. Kabul Budiono 13.25.026
3. Gavinda Ayu Putri A 13.25.003
4. Linggan Aji Pamungkas 13.25.092
5. Yanuar kurnia Akbar 13.25.046

JURUSAN TEKNIK GEODESI

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

MALANG

2013 – 2014
LEMBAR PERSETUJUAN

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

Laporan Ilmu Ukur Tanah ini dapat diajukan sebagai syarat menyelesaikan
studi di Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut
Teknologi Nasional Malang tahun ajaran 2013/2014.

Persetujuan ini diberikan kepada:

kelompok 9
1. Lasno 13.25.064
2. Kabul Budiono 13.25.026
3. Gavinda Ayu Putri A 13.25.003
4. Linggan Aji Pamungkas 13.25.092
5. Yanuar KurniaAkbar 13.25.046

Jurusan : Teknik Geodesi

Laporan ini disetujui oleh dosen pembimbing matakuliah Ilmu Ukur


Tanah di Institut Teknologi Nasional Malang.

Asisten Praktikum Dosen Pembimbing


LEMBAR ASISTENSI PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
JURUSAN TEKNIK GEODESI

Nama : Lasno 13.25.064

Kabul Budiono 13.25.026

Gavinda Ayu Putri A 13.25.003

Linggan Aji Pamungkas 13.25.092

Yanuar Kurnia Akbar 13.25.046

Jurusan : Teknik Geodesi


Asisten Dosen :
Dosen Pembimbing :
No Tanggal Catatan / Keterangan Tanda tangan
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang maha
Esa, karena atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan Ilmu Ukur Tanah yang merupakan pemenuhan dari Mata kuliah di Jurusan
Teknik Geodesi di Institut Teknologi Nasional Malang

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada bapak dan selaku asisten
dosen dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah yang sedianya telah memberikan praktikum,
serta arahan mengenai bagaimana cara penyelesaian dan penyusunan laporan
praktikum yang baik dan benar.

Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca.

Malang, Januari 2014

Penyusun

Kelompok 9
DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ..........................................................................................

Lembar Asistensi ..............................................................................................

Kata Pengantar .................................................................................................

Daftar Isi...........................................................................................................

BAB I : Pendahuluan .......................................................................................

1.1 Latar Belakang .........................................................................

1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum ................................................

1.3 Volume Pekerjaan ....................................................................

BAB II : Landasan Teori ..................................................................................

2.1 Ilmu Ukur Tanah ......................................................................

2.2 Pengukuran Sudut dan Jarak ....................................................

2.3 Pengukuran Watrepass ............................................................

2.3.1 Waterpass memanjang .........................................................

2.3.2 Waterpass Profil Memanjang ..............................................

2.3.3 Waterpass Profil Melintang..................................................

2.4 Pengukuran Planimetris ...........................................................

2.7 Penggambaran Peta ..................................................................

BAB III Pelaksanaan Pengukuran ........................................................

3.1 Pengukuran Situasi ...................................................................

3.2 Pengukuran Waterpass Memanjang .........................................

3.3 Pengukuran Waterpass Profil Memanjang ...............................

3.4 Pengukuran Waterpass profil Melintang ..................................


3.5 Pengukuran Planimetris ...........................................................

BAB IV Hasil dan Pembahasan ...........................................................

4.1 Pengukuran Situasi ...................................................................

Pengukuran Waterpass Memanjang ...............................................

4.3 Pengukuran Waterpass Profil Memanjang ...............................

4.4 Pengukuran Waterpass profil Melintang ..................................

4.5 Pengukuran Planimetris ...........................................................

4.6 Hasil Penggambaran................................................................

BAB V Penutup ......................................................................................

5.1 Kesimpulan dan Saran..............................................................

Daftar Pustaka

Lampiran
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari tentang cara-cara


pekerjaan pengukuran diatas tanah yang diperlukan untuk menyatakan
kedudukan suatu titik atau penggambaran situasi / keadaan secara fisik yang
terdapat diatas permukaan bumi, yang pada dasarnya bumi selalu bergerak
sesuai dengan porosnya. Pergerakan bumi tersebut menyebabkan dislokasi
bumi dan perubahan tempat, oleh karena itu ilmu ukur tanah diperlukan
sebagai kontrol dari pergerakan tersebut dan mengetahui seberapa besar
pergeseran yang terjadi dimuka bumi. Kemudian ilmu ukur tanah juga umum
digunakan sebagai dasar dari perencanaan pembangunan.
Selain yang digunakan diatas, ilmu ukur tanah banyak diperlukan dalam
pertambangan maupun dalam pemetaan. Dalam pembangunan misalnya, ilmu
ukur tanah diperlukan sebagai penentu dimana bahan tambang tersebut ada.
Tanpa adanya ilmu ukur tanah maka akan terjadi banyak kesalahan penentuan
letak dari bahan tambang dan menyebabkan kerusakan lingkungan dari
kesalahan penetuan letak tambang.
Dalam pemetaan, ilmu ukur tanah diperlukan dalam penyusunan
pembuatan peta yang apabila telah menjadi peta, akan sangat bermanfaat bagi
seluruh disiplin ilmu, mulai dari pengairan, perencanaan pembangunan,
sampai pertanian. Jadi ilmu ukur tanah tersebut sangat diperlukan dalam
berbagai disiplin ilmu sebagai faktor penunjang yang sangat penting dalam
terlaksanakannya suatu proyek.
1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum

Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan praktikum ilmu ukur


tanah ini adalah :

Maksud :

1. Agar mahasiswa dapat mengenal mengenai ilmu ukur tanah


2. Agar mahasiswa bisa memahami, mengolah, serta menghitung data
hasil pengukuran

Tujuan :

1. Mengerti ilmu ukur tanah


2. Mengenal alat-alat yang digunakan dalam ilmu ukur tanah
3. Mengerti cara kerja dan penggunaan dari alat-alat dalam ilmu ukur
tanah
4. Mengetahui bagaimana cara penyelesaian suatu kondisi
5. Menguasai perhitungan dalam ilmu ukur tanah

1.3 Volume Pekerjaan


Adapun volume pekerjaan dari praktikum ini adalah :
1. Pengukuran waterpass memanjang
2. Pengukuran waterpass profil memanjang
3. Pengukuran waterpass profil melintang
4. Pegukuran sudut planimetris
5. Pengukuran situasi
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan ini yang digunakan dalam penyusunan laporan
praktikum ini adalah :
1. Studi Literatur

Penulisan laporan ini berpedoman pada teori-teori yang diberikan


dalam perkuliahan dan dari buku-buku yang berkaitan dengan ilmu ukur
tanah.

2. Studi Laboratorium

Setelah melaksanakan pengukuran di lapangan dan mendapatkan data-


data yang telah lengkap dan benar maka dilanjutkan dengan studi
laboratorium yang pekerjaannya meliputi perhitungan hasil pengukuran.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Ilmu Ukur Tanah

Secara umum ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara
pengukuran yang diperlukan untuk menyatakan kedudukan titik dipermukaan.
Ilmu ukur tanah merupakan bagian dari ilmu yang dinamakan geodesi. Ilmu
geodesi mempunyai 2 maksud dan tujuan yaitu :

a. Maksud ilmiah yaitu untuk mempelajari bentuk dan besar bulatan bumi.

b. Maksud praktis yaitu ilmu yang mempelajar penggambaran dari


sebagian besar atau sebagian kecil permukaan bumi yang dianamakan
peta.

Tujuan dasar dari ilmu ukur tanah mengacu pada tujuan praktis dari ilmu
geodesi, maksud tersebut dicapai dengan mempelajari bagaimana cara
melakukan pengukuran diatas permukaan bumi yang mempunyai bentuk tak
beraturan, karena adanya gunung dan lembah yang curam. Untuk
memudahkan pengukuran permukaan bumi yang tak beraturan tersebuf maka
dibuatlah suatu bidang perantara. Bidang perantara tersebut adalah datar.
Meski permukaan bumi itu lengkung tapi kita anggap datar karena permukaan
bumi yang akan diukur itu tidak punya satuan yang lebih panjang dari 50 Km,
biasanya yang diukur adalah hutan, jalan raya, jalan kereta api, bendungan,
saluran air, jembatan dan lain sebagainya. Untuk pengukuran tersebut
diperlukan alat ukur yang berupa waterpass, serta alat ukur bantu. Untuk lebih
jelasnya akan diuraikan penjelasan pengenalan alat sebagai berikut :
2.1.1 PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM
PENGUKURAN

1. Alat Ukur Theodolite dan Fungsinya


Theodolite adalah suatu alat untuk mengukur sudut (horizontal dan
vertikal) dan arah, karena alat ini dilengkapi dengan piringan
horizontal maupun piringan vertikal. Selain itu theodolite juga
dilengkapi dengan sumbu I (vertikal) dan sumbu II (horizontal),
sehingga sumbu teropong dapat diarahkan ke segala arah.

● Theodolite dibagi atas 3 bagian, yaitu :

a. Bagian bawah, terdiri dari 3 sekrup penyetel yang menyangga


tabung dan plat yang berbentuk lingkaran.

b. Bagian tengah, terdiri dari sumbu yang dimasukkan ke dalam


tabung bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu I (vertikal), terdapat
lagi suatu plat yang berbentuk lingkaran dan mempunyai jari-jari yang
lebih kecil daripada jari-jari plat bagian bawah. Pada dua tempat di
tepi lingkaran dibuat alat pembaca radius.

c. Bagian atas, terdiri dari sumbu mendatar atau sumbu II


diletakkan diatas kaki penyangga kedua (sumbu II). Pada sumbu II ini
ditempatkan teropong yang mempunyai diafragma dan demikian
mempunyai garis bidik gambar. Pada sumbu ini diletakkan plat yang
berbentuk lingkaran dan dilengkapi dengan skala lingkaran.

Pada waktu melakukan pengukuran, bagian-bagian theodolite harus


dalam keadaan baik, seperti :

» Sumbu I vertikal

» Sumbu II horizontal

» Garis bidik tegak lurus pada sumbu II


» Kesalahan indeks vertikal

Maka dari pada itu, theodolite memerlukan pengaturan lebih


dahulu agar dapat memenuhi persyaratan diatas

GAMBAR THEODOLITE (tampak belakang)

Gambar 2.1 Theodolite

● Bagian-bagian theodolite :

1. Lensa Okuler

Berfungsi untuk mengatur / memperjelas bayangan obyek

2. Teleskop Lensa Mata

Berfungsi untuk melihat obyek / target yang akan diukur


3. Lensa Optik Mikrometer

Berfungsi untuk melihat hasil bacaan sudut horizontal dan vertikal

4. Krap Mikrometer Optis

Berfungsi untuk mengatur bacaan sudut horizontal dan vertikal sehingga


mendapat sudut yang tepat

5. Sentering Optis

Berfungsi untuk melihat senter point berupa paku dan untuk menyetel posisi
senteringnya

6. Piringan Sudut Horizontal

Berfungsi sebagai tempat bacaan sudut horizontal

7. Tanda Derajat Nol

Berfungsi sebagai penanda bahwa posisi sudut horizontalnya 0̊ 0’0”

8. Nivo Kotak

Berfungsi sebagai patokan agar sumbu I tetap tegak lurus dengan bidang
horizontal

9. Tribrach memperbaiki tuas

Berfungsi untuk mengunci / melepas pesawat theodolit

10. Landasan

Berfungsi sebagai plat penyangga seluruh bagian alat

11. Sekrup ABC

Berfungsi untuk meletakkan gelembung nivo agar sumbu horizontal theodolite


sejajar dengan garis arah nivo
12. Sekrup Penggerak Teropong vertikal

Berfungsi untuk menggerakkan teropong secara vertikal

13. Sekrup Penguci Vertikal

Berfungsi untuk mengunci teropong

PEMBACAAN SUDUT VERTIKAL DAN HORIZONTAL

V
90 1
2 ‘’

20’’06 4

H
0 3
2 ‘’

5
25’ 12”
25’ 18”
25’ 24”

Gambar 2.2 Pembacaan Sudut Horizontal dan vertikal


Keterangan :

1. Skala Vertikal

2. Garis Indeks

3. Skala Horizontal

4. Skala Mikrometer

5. Garis Indeks Mikrometer

⃝ Sudut Pembacaan

» Sudut Horizontal dapat dilihat pada skala horizontal dan diikuti


pembacaan skala mikrometer (gambar 1)

Contoh : gambar 1.3 Sudut horizontal 0̊ 20’ 06”

» Sudut Vertikal daapat dilihat di nonius, skala vertikal yang


kemudian diikuti pembacaan mikrometer sudut vertikal 90̊ 20’ 06”

2. Bagian Alat Ukur Waterpass dan Fungsinya


Waterpass adalah alat ukur menyipat datar dengan teropong
dengan dilengkapi nivo dan sumbu mekanis tegak sehingga teropong
dapat berputar ke arah horizontal, karena alat ini hanya dilengkapi
dengan sumbu horizontal saja. Alat ini tergolong alat penyipat datar
kaki tiga atau Tripod level, karena alat ini apabila digunakan harus
dipasang diatas kaki tiga atau statif. Waterpass sendiri berfungsi untuk
mengukur jarak optis dan mengukur beda tinggi. Bila kita mengukur
dengan menggunakan alat waterpass, maka kita akan mendapatkan
hasil berupa data jarak mendatar.
8

6
7

9
1
5

3
2
4

Gambar 2.3 Pesawat Penyipat Datar

● Keterangan :

1. Lensa Objektif
Berfungsi sebagai penangkap bayangan objek yang kemudian
diteruskan menuju lensa okuler
2. Skala Piringan Horizontal
Berfungsi sebagai tempat pembacaan sudut pada waterpass,
akan tetapi sudut yang terbaca kurang teliti karena ketelitiannya
hanya mencapai derajat
3. Sekrup Penggerak Halus Horizontal
Berfungsi menggerakkan teropong secara halus kekiri dan
kekanan
4. Sekrup ABC
Berfungsi untuk menempatkan letak gelembung nivo agar
sumbu horizontal waterpass sejajar dengan garis arah nivo
5. Nivo Kotak
Berfungsi sebagai patokan agar sumbu I (vertikal) tetap tegak
lurus dengan bidang horizontal
6. Lensa Okuler
Berfungsi sebagai penangkap bayangan objek dari lensa
objektif dan diteruskan ke mata pembidik
7. Sekrup Penjelas Benang Silang
Berfungsi sebagai penjelas bayangan benang silang pada
teropong
8. Visir
Berfungsi untuk membidik secara kasar ke titik objek, dalam
hal ini rambu ukur didirikan pada suatu titik
9. Sekrup Penjelas Bayangan Obyek
Berfungsi untuk memperjelas bayangan obyek, dengan cara
kerja mengubah jarak fokus pada lensa

● Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh semua alat ukur waterpas :

1. Syarat Utama : Garis bidik teropong harus sejajar dengan garis


arah nivo
2. Syarat Kedua : Garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu I

3. Syarat Ketiga : Garis mendatar difragma harus tegak lurus


dengan sumbu I
● Sebelum alat ukur waterpass digunakan untuk mengukur, maka syarat-syarat
tersebut harus dipenuhi terkebih dahulu dengan kata lain alat ukur waterpass
tersebut harus diatur dahulu supaya ketiga syarat tersebut terpenuhi.

3. Statif
Statif / Tripod merupakan alat bantu ukur tanah tempat
kedudukan theodolit atau waterpass yang diletakkan diatas kepala
datar statif. Statif terdiri dari tiga buah kaki yang dapat digerakkan
dan diatur panjang-pendeknya dengan sekrup pengunci sehingga
kedudukan theodolit atau waterpass dapat sempurna.

Bidang Level / Kepala Statif


Sekrup Pengunci

Tali Pembawa

Sekrup Penyetel

Kaki Statif

Gambar 2.4 Statif

4. Rambu Ukur

Rambu ukur / bak ukur, merupakan alat bantu ukur pada


pengukuran penyipat datar untuk memperoleh beda tinggi antara
dua titik, dan juga merupakan alat bantu ukur untuk memperoleh
jarak secara optis dengan menggunakan alat Theodolit. Alat ini
terbuat dari kayu atau alumunium dan anjangnya antara 2-5 meter.
Skala rambu dibuat dalam skala sentimeter (cm), tiap-tiap
sentimeter adalah blok.
Skala Pembacaan

Pengunci

Batang Rambu

Gambar 2.5 Rambu Ukura

Merah, putih atau hitam, tiap meter diberi warna hitam berlainan,
merah – putih dan hitam – putih untuk memudahkan pembacaan meter

5. Unting – unting
Berfungsi untuk membantu menempatkan alat ukur Waterpass dan
Theodolit berdiri tepat diatas titik patok yang telah ditentukan.

Gambar 2.6 Unting-unting


6. Roll Meter
Berungsi untuk mengukur jarak langsung antara dua titik yang
ingin diketahui jaraknya.

Gambar2.7 Roll Meter

7. Prisma Pentagon
Terdiri atas 2 buah prisma segitiga atau 2 pentagon (prisma
segilima) yang dikombinasikan.prinsip kerja prisma pentagon sama
dengan prisma segitiga, yaitu melalui pembiasaan sinar, hanya
perbedaannya pda pembuatan sudut 900 dapat dilakukan terhadap
dua jurusan titik pengikat.

Gambar 2.8. pentaprisma


8. Jalon

Jalon memiliki dua warna yang saling selang-seling, yakni warna


merah dan putih. Warna merah disusun tiap + 25 cm dan diselingi dengan
putih yang juga + 25 cm, begitu seterusnya hingga 202 cm.Warna merah
putih dipilih karena warna tersebut kontras dengan lingkugan apapun
seperti di hutan, pantai, sungai, jalan, kota,dll.Jalon memiliki diameter
sekitar + 2,5 cm. Dahulu jalon terbuat dari kayu, namun seiring
berjalannya waktu penggunaan kayu mulai ditinggalkan dan diganti oleh
besi. Jalon terbuat dari pipa besi (besi berongga) yang ujungnya berbentuk
runcing dan pangkalnya berbentuk datar. Panjang ujung runcing jalon
sekitar + 11 cm dihitung dari ujung jalon.

Gambar 2.9. Jalon


9. Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah mata angin. Dengan
berpedoman padakompas, maka seseorang dapat mengikuti jalan
yang tertera pada peta.

Gambar 2.10 kompas

2.2 Pengukuran Sudut

Pengukuran sudut adalah pembeda antara dua buah arah atau lebih
dari suatu titik. Pengukuran sudut yang teliti dapat diukur dengan
menggunakan alat ukur theodolit. Adapun metode pengukuran sudut dengan
alat ukur theodolit, antara lain :

A. Metode Reiterasi
Pengukuran sudut dengan metode reiterasi disebut juga pengukuran
sudut tunggal, karena pada pengukuran sudut dengan cara reiterasi hanya
mengukur besar sudut satu kali saja antara dua buah jurusan titik.

A
Keterangan :

B = Sudut ABC
A , C = Titik jurusan
B = Tempat berdirinya alat
C

Gambar 2.11. pengukuran sudut dengan metode Reiterasi


B. Metode Repetisi
Pada metode repetisi ini, sudut diukur lebih dari satu. Pengukuran
dilakukan berlawanan arah dengan pengukuran yang pertama, sehingga
pada dua titik jurusan di peroleh dua sudut, yang mana kedua sudut
tersebut besarnya haruslah sama. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada
gambar berikut :

A
Keterangan :


B ß = Sudut ABC
ß = Sudut CBA

Gambar 2.12. pengukuran sudut dengan metode Repitisi

C. Metode Kombinasi
Pengukuran besar sudut dengan metode kombinasi ini, mempunyai
dua bacaan sudut, yakni bacaan sudut biasa (B) dan bacaan sudut luar
biasa (LB). Data ukur sudut yang diperoleh dari cara ini adalah data sudut
ganda (seri), adapun macam-macam sudut ganda antara lain :
» Data ukur sudut 1 seri , yakni 2 data ukur sudut, 1 bacaan sudut biasa
dan 1 bacaan sudut luar biasa.
» Data sudut ukur 1 seri rangkap, yakni 4 data ukur sudut, 2 bacaan sudut
biasa dan 2 bacaan sudut luar biasa.
» Data ukur sudut 2 seri rangkap, yakni 8 data ukur sudut, 4 bacaan sudut
biasa dan 4 bacaan sudut luar biasa.

Contoh pengukuran sudut 1 seri :


A
LB Keterangan :
B
Sudut APC = bacaan sudut biasa
P B LB
Sudut CPA = bacaan sudut luar
B biasa (dimana : sudut APC =
LB Sudut CPA – 180 ̊
C
Gambar 2.13. pengukuran sudut dengan metode kombinasi
2.2.1 Pengukuran Jarak

Pengukuran jarak untuk kerangka kontrol peta, dapat dilakukan dengan cara
langsung menggunakan alat sederhana yaitu roll meter / dengan pipat datar yaitu
jarak optis, sedangkan untuk mendapatkan jarak data yang lebih teliti
dibandikngkan dengan dua cara yang ada, data jarak didapat juga dengan alat
pengukur jarak elektronis EDM (Elektro Distance Measurement).

a. Pengukuran Jarak Langsung


Dalam pengukuran kerangka kontrol horizontal yang digunakan
adalah jarak langsung dalam pengukuran, jarak langsung perlu dilakukan
pelurussan apabila roll meter yang digunakan tidak menjangkau 2 buah
titik yang sedang diukur.

P p p

1 1¹ 2¹ 2

Gambar 2.11 Pengukurn jarak langsung

Keterangan :

1 : 2 = titik kontrol yang akan diukur

1¹ : 2¹ = titik bantuan untuk pelurusan


b. Pengukuran Jarak Optis
Pengukuran jarak optis adalah pengukuran jarak secara tidak
langsung, karena di bantu dengan alat sipat datar atau theodolit dan rambu
ukur. Dimana pada teropong alat terdapat 3 benang silang, benang atas
(ba), benang tengah (bt), dan benang bawah (bb) yang merupakan data
untuk mendapatkan jarak.

Pengukuran ini kurang teliti dan menggunakan rumus :

Dm = (ba - bb) . k . sin Z

Dd = (ba - bb) . k . sin² Z

Dd = (ba - bb) . k . cos² Z

Keterangan :

Dm = Jarak miring K = Konstanta = 100

Dd = Jarak datar Z = Zenith

Ba = Benang atas A = Helling

Bb = Benang bawah

Gambar pengukuran jarak optis

Ba
dm
Bt
z Bb
B

h ab
Ti

A Dd

Gambar 2.12 Pengukuran jarak optis


Keterangan gambar :

A.B = titik teta

Dm = jarak miring

Dd = jarak datar

h ab = beda tinggi

Ti = tinggi alat

Z = sudut zenith

H = sudut helling

c. Pengukuran Jarak Elektronis


Pengukuran jarak elektronis adalah jarak yang diperoleh dari hasil
pembacaan pada EDM yang diletakkan diatas theodolit.

Dm

Gambar 2.13 Pengukuran Jarak Langsung

TV
Rumus : Dm =
2
Keterangan rumus :

Dm = Jarak miring

T = waktu perambatan gelombang di udara pergi – pulang

V = kecepatan gelombang merambat di udara


2.3 Pengukuran Waterpass atau Sipat Datar

Sipat datar adalah suatu operasi untuk menentukan beda tinggi antara dua
titik diatas permukaan tanah. Pengukuran beda tinggi antara dua titik di
permukaan tanah merupakan bagian yang sangat penting dalam ilmu ukur tanah.
Beda tinggi ini bisa ditentukan dengan berbagai macam metode sipat datar.

2.3.1 Pengukuran Sipat Datar Memanjang

Pengukuran sipat datar memanjang ini dilakukan apabila titik yang akan
diukur beda tingginya berjauhan letaknya. Tujuan dari pengukuran ini adalah
untuk mendapatkan beda tinggi atau menentukan ketinggian titik-titik utama yang
telah diorientasikan dengan cara membagi jarak antar titik poligon secara berantai
atau menjadi slag-slag yang kecil secara memanjang yang ditempuh dalam satu
hari pulang-pergi. Diusahakan dalam pengukuran jumlah slagnya genap.

Gambar 2.14 Sifat Datar Memanjang


Mencari beda tinggi antar titik, dilakukan perhitungan matematis yaitu bacaan
benang tengah (bt) rambu belakang dikurangi pembacaan benang tengah ( bt )
rambu muka, sehingga diperoleh:


h 
ABbt
rb 
bt……………………………………….(21)
rm

Keterangan :

h AB = Beda tinggi antar titik A dan titik B

 bt rb = Jumlah bacaan benang tengah rambu belakang

sepanjang jalur.

 bt rm = Jumlah benang benang tengah rambu muka

sepanjang jalur

2.3.2 Pengukuran Sipat Datar Profil Memanjang

Tujuan dari pengukuran dengan menggunakan metode sipat datar profil


memanjang adalah untuk mendapatkan detail dari suatu penampang atau irisan
tegak pada arah memanjang sesuai dengan sumbu proyek.

Gambar 2.15 Sifat Datar profil Memanjang


Keterangan:
Gambar 2.14 Sifat Datar Profil Memanjang
h A 2 : Beda tinggi antara titik A sampai titik 2.

h2b : Beda tinggi antara titik 2 sampai titik B

btA : Benang tengah titik A

bt1 : Benang tengah titik 1

bt2 : Benang tengah titik 2

bt3 : Benang tengah titik 3

bt4 : Benang tengah titik 4

P1 : Tempat berdiri alat 1

P2 : Tempat berdiri alat 2

2.3.3 Sipat Datar Profil Melintang


Dari pengukuran profil memanjang didapatkan garis rencana. Tujuan dari profil
melintang adalah untuk menentukan elevasi titik-titik dengan pertolongan tinggi garis
bidik yang diketahui dari keadaan beda tinggi tanah yang tegak lurus disuatu titik tertentu

terhadap garis rencana tersebut.

Gambar 2.16 Sifat Datar Profil Melintang


Keterangan:
Gambar 2.15 Sifat Datar Profil Melintang
P1 : Tempat berdiri alat (STA)

A, b, c, … : Tempat berdiri rambu sebelah kiri alat ukur

1, 2, 3, … : Tempat berdiri rambu sebelah kanan alat ukur

2.4 Pengukuran planimetris

Peta planimetris adalah peta yang hanya menampilkan posisi x (absis) dan
posisi y (ordinat) atau koordinat dari titik-titik yang menggambarkan suatu
bentuk lahan atau gambar yang hanya memberikan pandangan atas dari
suatu lahan tanpa memberikan pandangan atau gambaran topografis atau
konfigurasinya.

Untuk membuat peta plnimetris salah satunya adalah menggunakan


metode tegak lurus yaitu

• Titik-titik detail diproyeksikan terhadap suatu garis basis (garis ukur)

• Letak titik ditentukan dari jarak basis dan jarak proyeksi Tegak Lurus

Gambar 2.17 Pengukuran Planimetris

Anda mungkin juga menyukai