TEKNOLOGI BETON
KELOMPOK 7
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat-Nya
sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas laporan
praktikum teknologi beton ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana.
Semoga laporan ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi
keguruan.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
kuliah Teknologi Beton, serta asisten laboratorium atas segala bimbingannya,
sehingga kami bisa menyelesaikan laporan ini.
Laporan ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki masih sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah laporan ini.
Atwin Mardianto
i
DAFTAR ISI
ii
BAB IV. BERAT JENIS DAN ABSORPSI AGREGAT HALUS ................ 8
4.1. Tujuan ..................................................................................................... 8
4.2. Bahan ..................................................................................................... 8
4.3. Peralatan ................................................................................................ 8
4.4. Prosedur Percobaan ................................................................................. 8
4.5. Dasar Teori ............................................................................................. 9
4.6. Hasil Perhitungan .................................................................................... 10
iii
BAB VIII. KADAR LUMPUR AGREGAT KASAR ................................... 19
8.1. Tujuan ..................................................................................................... 19
8.2. Bahan ..................................................................................................... 19
8.3. Peralatan ................................................................................................ 19
8.4. Prosedur Percobaan ................................................................................. 19
8.5. Dasar Teori ............................................................................................. 20
8.6. Hasil Perhitungan .................................................................................... 20
iv
11.5 Dasar Teori ............................................................................................. 31
11.6 Hasil Design ............................................................................................ 31
DOKUMENTASI
LAMPIRAN
v
BAB I
1.1 TUJUAN
Menentukan kadar air rata-rata agregat halus (pasir) dengan cara
pengeringan menggunakan oven
1.2 BAHAN
Agregat halus (pasir) seberat 2000 gram
1.3 PERALATAN
1. Container ( ukuran besar ) sebanyak 2 buah
2. Timbangan elektrik dengan ketelitian 0.10 gram
3. Oven (alat pengering )
1
1.5 DASAR TEORI
Kadar air agregat halus (pasir) di defenisikan sebagai berat air dengan
berat sample kering (kerig oven) yang biasanya di nyakan dalam
persentase (%) .di dalam kondisi asli di lapngan kadar air agregat halus
(pasir ) selalu berubah tergantung dari kondisi lingkungan sekitar nya.
NO KEGIATAN SAMPEL
2
BAB II
2.1 TUJUAN
Menentukan kadar air rata rata agregat kasar (split) dengan cara
pengeringan open.
2.2 BAHAN
2.3 PERALATAN:
3
2.4 PROSEDUR PERCOBAAN
Kadar air agregat kasar (split) di defenisikan sebagai berat air dengan berat
sample kering (kerig oven) yang biasanya di nyakan dalam persentase (%)
.di dalam kondisi asli di lapngan kadar air agregat kasar (split ) selalu
berubah tergantung dari kondisi lingkungan sekitar nya.
4
1.7 HASIL PERHITUNGAN
terlampir
SAMPEL A SAMPEL B
NO KEGIATAN
(Gram) (Gram)
1 Berat sampel mula-mula (gram) 1500,20 1501,70
2 Berat sampel kering oven (gram) 1497,70 1496,40
3 Berat air (gram) 2,50 5,30
4 Kadar air (%) 0,17 0,35
5 Kadar air rata-rata (%) 0,26
5
BAB III
3.1 TUJUAN
1. Untuk menentukan berat jenis agregat halus (nilai rata rata); yaitu:
apparent specific gravity, bulk specific grafity (saturated surface dry),
dan bulk specific grafity (dry).
2. Untuk menentukan absorpsi (nilai rata – rata )
3.2 BAHAN
3.3 PERALATAN
1. kerucut terpancung
2. tamper (alat pemadat )
3. picnometer ukuran 500 ml sebanyak 2 buah
4. kontener ukuran besar sebanyak 2 buah
5. timbangan elektrik dengan ketelitian 0,10 gram
6. oven ( alat pengering )
6
3.4 PROSEDUR PERCOBAAN
7
3.5 DASAR TEORI
Berat jenis agregat ( pasir ) adalah perbandingan berat agregat halus pasir
dari unit volume terhadap berat air dengan volume yang sama pengukuran
berat jenis agregat halus pasir dpat di lakukan pada tiga kondisi :
8
3.6 HASIL PERHITUNGAN
terlampir
SAMPEL
NO KEGIATAN
(Gram)
Berat jenis kering permukaan
1 500,00
kondisi SSD (500)
Berat pasir + pikno + air (Bt)
2 981,70
SAMPEL
NO KEGIATAN
9
BAB IV
4.1 TUJUAN
4.2 BAHAN
4.3 PERALATAN
1. Kain lap
2. Wadah air
3. Keranjang kawat
4. Kontainer (ukuran besar) sebanyak 2 buah
5. Timbangan elektrik dengan ketelitian 0,10 gram
6. Oven (alat pengering)
10
4.4 PROSEDUR PERCOBAAN
Berat jenis agregat kasar (split) adalah perbandingan agregat kasar ( split )
dari suatu unit volume terhadap berat air dengan volume yang sama.
Pengukuran berat jenis agregat kasar (split)dapat dilakukan pada tiga
kondisi :
11
Absorpsi/penyerapan agregat kasar (split) ditentukan berdasarkan
pengurangan berat agregat kasar (split) dari kondisi SSD (saturated surface
dry) ke kondisi kering oven. Sehingga perbandingan antara pengurangan
berat tersebut dengan berat agregat kasar (split) kering oven disebut
absorpsi. Biasanya absorpsi/penyerapan dinyatakan dalam presentase.
SAMPEL
NO KEGIATAN
(Gram)
Mengukur berat benda uji
1 2479,80
Kering oven (BK)
Mengukur berat benda uji
2 2500,00
Kering permukaan jenuh (BJ)
Mengukur berat benda uji
3 1555,80
dalam air (BA)
SAMPEL
NO KEGIATAN
(Gram)
Berat jenis bulk
1 2,63
BK/(BJ-BA)
Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD)
2 2,65
BJ/(BJ-BA)
Berat jenis semu
3 2,68
BK/(BK-BA)
Penyerapan
4 0,81
(BJ-BK)/BK x 100 %
12
BAB V
5.1 TUJUAN
1. Menentukan distribusi ukuran butir (gradasi) agregat halus (pasir)
2. Menentukan tingkat kehalusan/kekasaran agregat halus (pasir) dengan
berdasarkan modulus kehalusan (fineness modulus).
5.2 BAHAN
Agregat halus (pasir) seberat 1000 gram.
5.3 PERALATAN
1. Satu set saringan dengan ukuran: 9,50 mm, 4,75mm,(No.4); 2,38mm
(No.8); 1,18mm (No.16); 0,60 mm (No.30); 0,30 mm (No.50); 0,15
mm (No.100); pan
2. Mesin pengguncang saringan
3. Kuas, sikat dan sendok
4. Kontainer (ukuran besar) sebanyak 8buah
5. Timbangan elektrik
6. Oven (alat pengering).
13
5. Kemudian guncang satu set saringan dengan mesin pengguncang
saringan selama 10-15 menit.
6. Kemudian timbang berat masing-masing sempel yang tertimbang pada
tiap saringan.
c. Gradasi celah: dimana salah satu uuran butir tertentu tidak adda pada
agregat kasar (split) dan agregat halus (pasir), seperti terlihat pada
gambar dibawah ini:
Inch/No. mm (gr)
#4 4,75 95-100
#8 2,36 80-100
# 30 0,60 25-60
# 50 0,30 10-30
# 200 0,075 10
PAN
14
Modulus kehalusan (fineness modulus) agregat merupakan suatu
indeks yang dipakai untuk menentukan tingkat kehalusan/kekasaran
agregat. Modulus kehalusan (finenes modulus) agregat didefinisikan
sebagai kumlah persen kumulatif tertahan diatas satu set saringan (tidak
termasukpan) dibagi seratus (100) pada umumnya agregat halus (pasir)
mempunyai modulus kehalusan 1,5-3,8.
terlampir
15
16
BAB VI
6.1 TUJUAN
6.2 BAHAN
6.3 PERALATAN
17
4. Masukan sempel pada saringan paing atas.
5. Kemudian guncang satu set saringan dengan mesin pengguncang
saringan selama 10-15 menit.
6. Kemudian timbang berat masing-masing sempelyang tertimbang pada
tiap saringan.
Berat
ASTM SIEVE % Tertahan
Tertahan
Inch/No. mm (gr) (%)
18
Modulus kehalusan (fineness modulus) agregat merupakan suatu
indeks yang dipakai untuk menentukan tingkat kehalusan/kekasaran
agregat. Modulus kehalusan (finenes modulus) agregat didefinisikan
sebagai kumlah persen kumulatif tertahan diatas satu set saringan (tidak
termasukpan) dibagi seratus (100) pada umumnya agregat kasar (split)
mempunyai modulus kehalusan 6-7,1.
Terlampir
19
20
BAB VII
7.1 TUJUAN
7.2 BAHAN
7.3 PERALATAN
1. Timbangan
3. Cawan
4. Ember
5. Oven
21
7.4 PROSEDUR PERCOBAAN
22
7.6 HASIL PERHITUNGAN
terlampir
NO KEGIATAN SAMPEL
23
BAB VIII
8.1 TUJUAN
8.2 BAHAN
8.3 PERALATAN
1. Timbangan
3. Cawan
4. Ember
5. Oven
24
8.4 PROSEDUR PERCOBAAN
25
8.5 DASAR TEORI
terlampir
NO KEGIATAN SAMPEL
26
BAB IX
9.1 TUJUAN
9.2 BAHAN
9.3 PERALATAN
27
d. Gunakan wadah silinder dengan volume 15 liter untuk agregat kasar
(split) -> ukuran maksimum 38,10 mm
6. Ulangi langkah kerja 2-5 untuk sampel berikutnya agar dapat diperoleh
nilai rata-rata.
28
9.6 HASIL PERHITUNGAN
terlampir
AGREGAT HALUS
SAMPEL A SAMPEL B
NO KEGIATAN
(Gram) (Gram)
1 Berat Wadah 2680,50 2680,50
2 Berat wadah + Agregat 6439,40 6819,40
3 Berat Agregat 3758,90 4138,90
4 Volume Wadah 2826 cm3
5 Berat Volume Agregat (gr/cm3) 1,33 1,46
6 Berat Volume Agregat Rata-rata (gr/cm3) 1,39
AGREGAT KASAR
SAMPEL A SAMPEL B
NO KEGIATAN
(Gram) (Gram)
1 Berat Wadah 2680,50 2680,50
2 Berat wadah + Agregat 6417,50 6852,20
3 Berat Agregat 3737,00 4171,70
4 Volume Wadah 2826 Cm3
5 Berat Volume Agregat (gr/cm3) 1,32 1,48
3
6 Berat Volume Agregat Rata-rata (gr/cm ) 1,40
29
BAB X
10.1 TUJUAN
Menentukan keausan atau berat bahan yang hilang dari agregat
kasar.
10.2 BAHAN
1. Gradasi dan berat benda uji sesuai Tabel 1.
2. Bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada temperatur 110°C
± 5°C sampai berat tetap.
10.3 PERALATAN
Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan
diameter dalam 711 mm (28 inci) panjang dalam 508 mm (20 inci);
silinder bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan
berputar pada poros mendatar; silinder berlubang untuk memasukkan
benda uji; penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam
silinder tidak terganggu; di bagian dalam silinder terdapat bilah baja
melintang penuh setinggi 89 mm (3,5 inci);
30
27
4. Bola – bola baja dengan diameter rata – rata 4,68 cm (1 /32inci) dan
berat masing – masing antara 390 gram sampai dengan 445 gram;
2. Benda uji dan bola baja di masukkan kedalam mesin abrasi Los
Angeles;
31
yang tertahan diatasnya dicuci bersih, selanjutnya dikeringkan
dalam oven pada temperature 110°C ± 5°C sampai berat tetap;
32
Istilah dan Definisi :
1. Bola Baja
Besi bulat dan masif dengan ukuran dan berat tertentu yang di
gunakan sebagai beban untuk menggerus agregat pada mesin abrasi
2. Gradasi A
3. Gradasi B
4. Gradasi C
5. Gradasi D
6. Gradasi E
7. Gradasi F
33
8. Gradasi G
9. Keausan
Alat simulasi keausan dengan bentuk dan ukuran tertentu terbuat dari
pelat baja berputar dengan kecepatan tertentu
Perhitungan :
dengan pengertian:
34
10.6 HASIL PERHITUNGAN
Metode gradasi : H
Putaran : 1000
Bola baja : 12
35
BAB XI
MIX DESAIGN
11.1 TUJUAN
Untuk merencanakan mutu beton yang akan di buat pada umur yang telah
di tentukan
11.2 BAHAN
Data agregat halus (pasir) dan data agregat kasar (split),air dana semen.
Mix desaign atau sering di sebut job mix ialah suatu formula
rancangan atau rencana dari mutu beton yang di inginkan berdasarkan
peraturan SNI yang telah di tetapkan . Dimana dalam proses awal Mix
desaign perlu beberapa hal yang harus di perhatikan yaitu pengamatan
terhadap bahan ataupun agregat yang akan di siapkan , karena untuk
mencapai mutu beton yang diinginkan berpengaruh terhadap jenis ataupun
macam dari agregat halus maupun kasar .
Maka dari itu perlu di lakukan uji lab atau analisa terhadap bahan yang
akan di perhitungkan guna mengetahui formula atau mix desaign yang
dihasilkan.
37
BAB XII
SLUMP TEST
12.1 TUJUAN
Untuk mengukur kelecakan (workability) adukan beton segar secara
kuantitatif
12.2 BAHAN
Adukan beton segar
12.3 PERALATAN
c) Tinggi : 300 mm
6. Sekop kecil
a) Diameter : 16 mm
b) Panjang : 600 mm
38
12.4 PROSEDUR PERCOBAAN
3. Angkat kerucut abram ke atas dengan posisi tegak lurus terhadap pelat
baja kemudian ukur penurunan (kelipatan 0,5) adukan beton segar
dengan mistar penurunan ini di sebut nilai slump
39
12.6 HASIL PENGAMATAN
40
BAB XIII
13.1 TUJUAN
13.2 BAHAN
Dalam pengujian ini d gunakan benda uji kubus sebanyak 8 buah dan
silinder sebanyak 3 buah
13.3 PERALATAN:
6. Letakan benda uji kubus pada mesin uji tekan beton secara
sentries, kemudian jalankan mesin ujitekan beton dengan
kecepatan penambahan beban dengan kecepatan penambahan
beban beban yang kosntan
7. Baca besran beban pada saat benda uji kubus sudah mulai
hancur
Pengujian kuat tekan beton yang umum dilakukan adalah pengujian kuat
tekan beton terhadap benda uji kubus atau benda uji silinder, dimensi
benda uji kubus yang umum di gunakan (standar inggris ) adalah
15x15x15 cm sedangkan dimensi benda uji silinder yang umum di
gunakan (standar ACI DAN SNI) adalah 15x30 cm ,untuk mendekteksi
kuat tekan beton yang lebih cepat , maka dilakukan pengujian kuat tekan
beton pada umur 7 hari kemudian di konversi ke umur 28 hari , pengujian
kuat tekan beton dilakukan dnegan menggunakan mesin uji tekan beton
dnegan kecepatan pembebanan 0,15 – 0,34 mpa/detik
1. P (kg) : beban pada sat benda uji kubus / silinder sudah hancur
42
BAB XIV
KESIMPULAN
1. Agregat halus memiliki kadar air sebesar 2,75% dan agregat kasar sebesar
0,26%
2. Agregat halus dan agregat kasar masing-masing memiliki berat jenis dalam
kondisi SSD sebesar 2,53 dan 2,65
5. Agregat halus dan agregat kasar masing-masing memiliki berat volume rata-
rata sebesar 1,39 g/cm3 dan 1,40 g/cm3.
7. Agregat halus memiliki kandungan bahan organik yang berada dalam batas
toleransi tertentu, tetapi agregat halus tersebut harus melalui proses
pembersihan terlebih dahulu sebelum proses pengecoran.
43
DOKUMENTASI
1. Bahan material campuran beton
44
3. Mesin Pengaduk campuran beton ( Mixer )
45
5. Mesin Uji Kuat Tekan Beton
46
7. Beton Setelah di Uji Tekan
47
LAMPIRAN
48