Trauma Kepala Kel 3
Trauma Kepala Kel 3
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
Q2 KEPERAWATAN
RIFON (P201601088)
DW. RAY YUNITA SARI (P201601084)
SRI RAHAYU (P201601081)
ASRIANI KASIM (P201601080)
SITTI SUARNI (P201601083)
SAFIRA (P201601079)
SUSI SUSANSI (P201601091)
RISNI (P201601085)
NUE AENI (P201601086)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat serta hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Trauma Kepala ”untuk memenuhi tugas mata kuliah Disaster and
Emergency Nursing II.
Penulis menyadari bahwa makalah yang telah penulis buat tidak akan bisa
tersusun dengan baik tanpa dorongan dan bantuan dari berbagai pihak dan pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ahmad Mudatsir
S.Kep., Ns.,M.H.P.E selaku dosen pembimbing mata kuliah Disaster and
Emergency Nursing II.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan tugas ini dan tugas selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... ...............
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................................
C. Tujuan..................................................................................................................
BAB II KONSEP DASAR........................................................................................
A. Definisi..................................................................................................................
B. Klasifikasi............................................................................................................
C.Etiologi...............................................................................................................
D. Patofisiologi..........................................................................................................
E. Manifestasi Klinis................................................................................................
F. Komplikasi......................................................................................................
G. Penatalaksanaan.........................................................................................................
H. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN........................................
TRAUMA KEPALA....................................................................................................
A. Pengkajian.....................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................................
C. Rencana Keperawatan................................................................................
BAB IV PENUTUP.................................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................................
B. Saran......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma kepala umumnya digolongkan sebagai trauma tertutup dan terbuka.
Trauma tertutup atau trauma tumpul seperti yang sering disebut orang, merupakan
kejadian yang lebih sering ditemukan. Secara khas trauma tumpul terjadi ketika
kepala membentur benda keras atau ketika ada benda keras yang bergerak dengan
cepat dan membentur kepala. Pada keadaan ini, durameter masih utuh dan tidak ada
jaringan otak yang terbuka terhadap lingkungan luar. Sebagaimana disebutkan
namanya, trauma terbuka menunjukan adanya lubang pada kulit kepala, meningen,
atau jaringan otak termasuk dura meter, sehingga isi tengkorak terbuka terhadap
lingkungan luar. Pada trauma terbuka, risiko infeksi sangat tinggi (Kowalak, 2011).
Mortalitas akibat trauma kepala telah banyak berkurang seiring kemajuan
dibidang preventif, seperti penggunaan sabuk pengaman serta kantung udara. Respon
layanan kesehatan yang lebih cepat terhadap kejadian kecelakaan serta waktu untuk
membawa pasien yang lebih pendek dan penanganan pasien yang lebih baik.
Termasuk pengembangan pusat-pusat trauma disejumlah kawasan. Kemajuan dalam
teknologi penanganan trauma kepala juga telah meningkatkan keefektifan layanan
rehabilitasi bahkan pada pasien cedera kepala berat (Kowalak, 2011).
Akibat dari trauma kepala akan menimbulkan beberapa masalah, salah satunya
perdarahan otak. Oleh sebab itu perawat kedaruratan harus dapat mengkaji secara
adekuat pasien cedera kepala dan memulai tindakan keperawatannya. Meskipun
peran perawat dalam program pencegahan amat penting, perannya dalam mengenali
dan merawat cedera otak juga tidak kalah pentingnya (Oman, 2008).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka menjadi penting untuk menyusun
makalah tentang konsep trauma kepala untuk mengetahui lebih dalam tentang
karakteristik trauma serta bagaimana penatalaksanaan keperawatan yang tepat.
Sehingga kejadian yang tidak diinginkan seperti adanya komplikasi lebih lanjut
seperti angka kesakitan dan angka kematian akibat trauma ini dapat dikurangi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana konsep dasar dari trauma kepala ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawaatan pada klien trauma kepala ?
C. Tujuan
Diharapkan Mahasiswa mampu :
1. Untuk mengetahui konsep dasar dari trauma kepala.
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawtan pada klien trauma kepala.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala,
tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung
maupun tidak langsung pada kepala. ( Suriadi & Rita Yuliani, 2001)
Menurut Brain Injury Assosiation of America (2009), cedera kepala adalah
suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif,
tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat
mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan
kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu
lintas (Mansjoer, 2007).
B. Klasifikasi
1. Rosjidi (2007) trauma kepala diklasifikasikan menjadi beberapa derajat
berdasarkan Nilai Glasgow ComeScale (GCS):
a. Ringan
1. GCS 13 – 15
2. Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30
menit.
3. Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma.
b. Sedang
1. GCS 9 – 12
2. Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi
kurang dari 24 jam.
3. Dapat mengalami fraktur tengkorak.
c. Berat
1. GCS 3 – 8
2. Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.
3. Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.
f. Disorientasi sementara.
2. Konkusio.
3. Hematoma epidural
g. Koma.
4. Hematoma subdural
5. Hematoma intrakranial.
a. Perdarahan intraserebral ± 25 cc atau lebih.
C. Etiologi
1. Adapun etiologi dari cedera kepala menurut Suriadi & Yuliani (2001), yaitu :
a. Kecelakaan kenderaan bermotor atau sepeda dan mobil.
b. Jatuh.
c. Kecelakaan saat olahraga.
d. Cedera akibat kekerasan.
2. Menurut Sjamsuhidajat, R & Jong, WD (2004), etiologi dari trauma kepala
terdiri dari :
a. Benda tajam.
b. Benda tumpul.
c. Peluru.
D. Patofisiologi
Cedera memang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat
ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu kepala. Cedera percepatan
aselerasi terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam,
seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan benda
tumpul. Cedera perlambatan deselerasi adalah bila kepala membentur objek
yang secara relatif tidak bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua
kekuatan ini mungkin terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba-
tiba tanpa kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan diubah secara
kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi
pada kepala, yang menyebabkan trauma regangan dan robekan pada substansi
alba dan batang otak.
Berdasarkan patofisiologinya, kita mengenal dua macam cedera otak, yaitu
cedera otak primer dan cedera otak sekunder. Cedera otak primer adalah cedera
yang terjadi saat atau bersamaan dengan kejadian trauma, dan merupakan suatu
fenomena mekanik. Umumnya menimbulkan lesi permanen.Tidak banyak yang
bisa kita lakukan kecuali membuat fungsi stabil, sehingga sel-sel yang sedang
sakit bisa mengalami proses penyembuhan yang optimal.Cedera primer, yang
terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada permukaan otak,
laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi karena terjatuh, dipukul,
kecelakaan dan trauma saat lahir yang bisa mengakibatkan terjadinya gangguan
pada seluruh sistem dalam tubuh. Sedangkan cedera otak sekunder merupakan
hasil dari proses yang berkelanjutan sesudah atau berkaitan dengan cedera
primer dan lebih merupakan fenomena metabolik sebagai akibat, cedera
sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau
tak ada pada area cedera. Cidera kepala terjadi karena beberapa hal diantanya,
bila trauma ekstra kranial akan dapat menyebabkan adanya leserasi pada kulit
kepala selanjutnya bisa perdarahan karena mengenai pembuluh darah. Karena
perdarahan yang terjadi terus- menerus dapat menyebabkan hipoksia, hiperemi
peningkatan volume darah pada area peningkatan permeabilitas kapiler, serta
vasodilatasi arterial, semua menimbulkan peningkatan isi intrakranial, dan
akhirnya peningkatan tekanan intrakranial (TIK), adapun, hipotensi (Soetomo,
2002).
Namun bila trauma mengenai tulang kepala akan menyebabkan robekan
dan terjadi perdarahan juga. Cidera kepala intra kranial dapat mengakibatkan
laserasi, perdarahan dan kerusakan jaringan otak bahkan bisa terjadi kerusakan
susunan syaraf kranial tertama motorik yang mengakibatkan terjadinya
gangguan dalam mobilitas (Brain, 2009)
Pathway
Cedera kepala
Cidera otak primer Cidera otak sekunder Terjadi benturan benda asing
Difusi O2 terhambat
Penumpukan Ketidakefektifan
cairan/secret pola napas
E. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya dan distribusi
cedera otak.
1. Cedera kepala ringan menurut Sylvia A (2005)
a. Kebingungan saat kejadian dan kebinggungan terus menetap setelah
cedera.
b. Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur, perasaan cemas.
c. Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara, masalah tingkah laku
Gejala-gejala ini dapat menetap selama beberapa hari, beberapa
minggu atau lebih lama setelah konkusio cedera otak akibat trauma
ringan.
2. Cedera kepala sedang, Diane C (2002)
a. Kelemahan pada salah satu tubuh yang disertai dengan kebinggungan atau
hahkan koma.
b. Gangguan kesedaran, abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba defisit
neurologik, perubahan TTV, gangguan penglihatan dan pendengaran,
disfungsi sensorik, kejang otot, sakit kepala, vertigo dan gangguan
pergerakan.
3. Cedera kepala berat, Diane C (2002)
a. Amnesia tidak dapat mengingat peristiwa sesaat sebelum dan sesudah
terjadinya penurunan kesehatan.
b. Pupil tidak aktual, pemeriksaan motorik tidak aktual, adanya cedera
terbuka, fraktur tengkorak dan penurunan neurologik.
c. Nyeri, menetap atau setempat, biasanya menunjukan fraktur.
d. Fraktur pada kubah kranial menyebabkan pembengkakan pada area
tersebut.
F. Komplikasi
Rosjidi (2007), kemunduran pada kondisi klien diakibatkan dari perluasan
hematoma intrakranial edema serebral progresif dan herniasi otak, komplikasi
dari cedera kepala adalah;
a. Edema pulmonal
Komplikasi yang serius adalah terjadinya edema paru, etiologi
mungkin berasal dari gangguan neurologis atau akibat sindrom distress
pernafasan dewasa. Edema paru terjadi akibat refleks cushing/perlindungan
yang berusaha mempertahankan tekanan perfusi dalam keadaan konstan. Saat
tekanan intrakranial meningkat tekanan darah sistematik meningkat untuk
memcoba mempertahankan aliran darah keotak, bila keadaan semakin kritis,
denyut nadi menurun bradikardi dan bahkan frekuensi respirasi berkurang,
tekanan darah semakin meningkat. Hipotensi akan memburuk keadan, harus
dipertahankan tekanan perfusi paling sedikit 70 mmHg, yang membutuhkan
tekanan sistol 100-110 mmHg, pada penderita kepala. Peningkatan
vasokonstriksi tubuh secara umum menyebabkan lebih banyak darah
dialirkan ke paru, perubahan permiabilitas pembulu darah paru berperan pada
proses berpindahnya cairan ke alveolus. Kerusakan difusi oksigen akan
karbondioksida dari darah akan menimbulkan peningkatan TIK lebih lanjut.
b. Peningkatan TIK
Tekana intrakranial dinilai berbahaya jika peningkatan hingga 15
mmHg, dan herniasi dapat terjadi pada tekanan diatas 25 mmHg. Tekanan
darah yang mengalir dalam otak disebut sebagai tekan perfusi rerebral. yang
merupakan komplikasi serius dengan akibat herniasi dengan gagal pernafasan
dan gagal jantung serta kematian.
c. Kejang
Kejang terjadi kira-kira 10% dari klien cedera otak akut selama fase akut.
Perawat harus membuat persiapan terhadap kemungkinan kejang dengan
menyediakan spatel lidah yang diberi bantalan atau jalan nafas oral
disamping tempat tidur klien, juga peralatan penghisap. Selama kejang,
perawat harus memfokuskan pada upaya mempertahankan, jalan nafas paten
dan mencegah cedera lanjut. Salah satunya tindakan medis untuk mengatasi
kejang adalah pemberian obat, diazepam merupakan obat yang paling banyak
digunakan dan diberikan secara perlahan secara intavena. Hati-hati terhadap
efek pada system pernafasan, pantau selama pemberian diazepam, frekuensi
dan irama pernafasan.
d. Kebocoran cairan serebrospinalis
Adanya fraktur di daerah fossa anterior dekat sinus frontal atau dari
fraktur tengkorak basilar bagian petrosus dari tulangan temporal akan
merobek meninges, sehingga CSS akan keluar. Area drainase tidak boleh
dibersihkan, diirigasi atau dihisap, cukup diberi bantalan steril di bawah
hidung atau telinga. Instruksikan klien untuk tidak memanipulasi hidung atau
telinga.
G. Penatalaksanaan
Adapun terapi dari dari cedera kepala berat adalah sebagai berikut :
A. Pengkajian
I. Identittas
Meliputi nama, jenis kelamin (laki-laki beresiko dua kali lipat lebih besar
daripada risiko pada wanita), usia (bisa terjadi pada anak usia 2 bulan, usia 15
hingga 24 tahun, dan lanjut usia), alamat, agama, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, golongan darah, no. register, tanggal MRS, dan
diagnosa medis.
II. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Biasanya terjadi penurunan kesadaran, nyeri kepala, adanya lesi/luka
dikepala
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien datang dengan keadaan penurunan kesadaran, konvulsi,
adanya akumulasi sekret pada saluran pernafasan, lemah, paralisis,
takipnea.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Biasanya klien memiliki riwayat jatuh.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya ada salah satu keluarga yang menderita penyakit yang sama
sebelumnya.
c. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Permukaan simetris, warna cokelat, permukaan normal
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Tidak ada nyeri, tidak ada benjolan, kulit normal, Hepar tidak
teraba, limpa tidak teraba, Ginjal tidak teraba, tidak ada ascites,
tidak ada nyeri pada Titik Mc. Burney.
Perkusi : Tidak ada cairan atau udara suara redup
d. Pemeriksaan Genetalia
Inspeksi : Terjadi penurunan jumlah urin dan peningkatan cairan
e. Pemeriksaan Ekstremitas
Inspeksi : Adanya perubahan-perubahan warna kulit, kelemahan otot,
adanya sianosis
Palpasi : Turgor buruk, kulit kering
6. Pemeriksaan Penunjang
a) CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) : Mengidentifikasi luasnya lesi,
perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. Catatan :
Untuk mengetahui adanya infark / iskemia jangan dilekukan pada 24 - 72
jam setelah injuri.
b) MRI : Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras
radioaktif.
c) Pungsi lumbal untuk memastikan adanya meningitis bila pasien
memperlihatkan tanda-tanda iritasi meningeal (demam, rigiditas nukal,
kejang).
d) Cerebral Angiography : Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti :
perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
e) Serial EEG : Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis.
f) X-Ray : Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan
struktur garis (perdarahan/edema), fragmen tulang.
g) BAER : Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil.
h) PET : Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak.
i) CSF, Lumbal Punksi : Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan
subarachnoid.
j) ABGs : Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan
(oksigenisasi) jika terjadi peningkatan tekanan intracranial.
k) Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai
akibat peningkatan tekanan intrkranial.
l) Screen Toxicologi : Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga
menyebabkan penurunan kesadaran.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan pola napas b.d gangguan neurologis (mis., trauma kepala).
2) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d gangguan aliran darah ke otak (
iskemia)
3) Kekurangan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi.
4) Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi jantung.
5) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d agen cedera fisik.
6) Gangguan eliminasi urine b.d penyebab multipel.
7) Kerusakan integritas jaringan kulit b.d adanya luka di kepala
8) Intoleran aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
C. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan
Diagnose
No Tujuan dan kriteria
keperawatan Intervensi
hasil
1 Ketidakefektifan NOC NIC
pola napas b.d Tujuan: Manajemen jalan napas
gangguan Setelah dilakukan O: Observasi TTV
neurologis (mis., tindakan keperawatan O : Monitar aliran oksigen
trauma kepala) diharapkan pola napas M : Buka jalan napas dengan
kembali efektif tekhnik chin lift atau jaw thrust
Dengan KH: M : Posisikan pasien untuk
Kedalaman memaksimalkan ventilasi
inspirasi dalam M : Masukkan alat
kisaran normal (RR nasoparyngeal airway atau
: 16-24 x/menit) oropharyngeal airway
Kepatenan jalan E : Informasikan pada pasien
napas dalam dan keluarga tentang teknik
kisaran normal, relaksasi untuk memperbaiki
klien tidak merasa pola nafas
tercekik, tidak ada C : Kolaborasi dengan dokter
suara nafas dalam pemberian terapi obat
abnormal dan pemberian oksigen
Frekuensi dan
irama pernapasan
dalam keadaan
normal
A. KESIMPULAN
Trauma kepala adalah trauma pada otak, yang menimbulkan
perubahan fisik, intelektual, emosi, sosial, ataupun vokasional (pekerjaan)
yang menimbulkan perdarahan yang berasal dari vena menyebabkan
lambatnya pembentukan hematoma. Penyebab dari trauma kepala yaitu
Kecelakaan kendaraan atau transportasi, Kecelakaan terjatuh, Kecelakaan
yang berkaitan dengan olahraga, dan Kejahatan dan tindak kekerasan.
Manifestasi klinis dari trauma kepala yang umum yaitu terjadi penurunan
kesadaran, nyeri hebat, dan adanya lesi. Komplikasi yang dapat terjadi
diantaranya Meningkatnya tekanan intrakraial (TIK), Perdarahan, Kejang,
Infeksi (trauma terbuka), Depresi pernapasan dan gagal napas, dan Herniasi
otak.
Penatalaksanan secara medis yaitu diantaranya dengan ABC untuk
mempertahankan jalan nafas, Pemberian obat-oabatan, dapat dilakukan
pembedahan, dan immobilisasi. Sedangkan penatalaksanaan keperawatan
yaitu memantau ttv, adanya perdarahan, riwayat cidera, rehidrasi cairan, serta
mencegah infeksi akibat pembedahan.
Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien trauma kepala
mulai dari pengkajian misalnya biodata, riwayat kesehatan, pengkajian
primer, pengkajian sekunder, dan pemeriksaan penunjang. Setelah itu
ditentukan diagnosa keperawatan dan dilanjut dengan intervensi keperawatan.
B. Saran
Diharapkan para pembaca memperbanyak literatur dalam pembuatan
makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar. Terutama
litelatur yang berhubungan dengan penatalaksaan yang lebih efektif
mengenai trauma kepala karena di dalam makalah ini penatalaksaannya
masih banyak kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius
Baughman, Diane C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Brunner and Suddarth.
Jakarta. EGC
Brain Injury Association of America (2009). Types of Brain Injury.
http://www.biausa.org/pages/typeofbraininjury.html (Accessed 13
september 2013)
Carpenito, Lynda Juall, 2000. Diagnosa Keperawatan .EGC. Jakarta.
Instalasi Patologi Klinik RSUD dr.Soetomo, 2002. Buku Panduan tetap pemeriksaan
hematologi. Surabaya.
Keliat, Budi Anna dkk. 2015. NANDA Internasional Inc. Nursing Diagnosis:
Definitions & Classification 2015-2017.Jakarta: EGC
Kowalak, J. P. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (1999), Rencana Asuhan
Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien, EGC, Jakarta.
Moorhead, Sue. Ddk. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC). Singapura :
Elsevier
Bulechek, Gloria M. Dkk. 2015. Nursing Interventions Classification (NOC).
Singapura : Elsevier
Pierce A.G, Neil R.B., 2009. At A Glance Ilmu Bedah Ed 3. Surabaya. Airlangga
university Press.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
BedahBrunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (2005). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-
prosesPenyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC