Oleh :
HeldaYusfarina Anggraini
(1710123220010)
ABSTRACT
ABSTRAK
PEMBAHASAN
A. Self Disclosure
1) Definisi Self Disclosure
Self Desclosure adalah proses pengungkapan diri dimana seseorang
dapat membuka beberapa aspek dalam dirinya kepada orang lain, baik berupa
pikiran, perasaan, ataupun pengalaman. Self Desclosure sangatlah penting
untuk dapat dimiliki oleh setiap individu, dengan adanya Self Desclosure inilah
seseorang akan dapat dipandang atau dilihat oleh orang lain secara lebih jelas.
Oleh karenanya, keterampilan dalam menyampaikan informasi mengenai diri
sendiri (Self Desclosure) kepada orang lain sangat penting untuk dapat
ditingkatkan.
2) Multi-dimensi Self Disclosure
Jourard beranggapan bahwa terdapat multi-dimensi Self Desclosure.
Dimensi Self Desclosure yaitu:
(a) Kedalaman atau keintiman
(b) Kejujuran atau akurasi
(c) Jumlah yang berlangsung
(d) Valensi (derajat)
(e) Intensional dari pengungkapan diri.
3) Penelitian Self Disclosure
Menurut penelitian yang telah pernah dilakukan sebelumnya, Self
Disclosure memiliki efek positif pada kesehatan fisik, yang berfungsi
sebagai sumber katarsis dan bantuan untuk menyampaikan informasi diri.
(Hargie, 2011: 239; Leung, 2002: 243 dalam Karyanti, 2015:57). Dengan
demikian, Self Disclosure sangat diperlukan dalam dunia pendidikan, baik
pendidikan inklusi maupun pendidikan formal.
B. Art Therapy
1) Definisi Art Therapy
Menurut Needs (2012: 20) menyatakan bahwa untuk mendefinisikan
Art Therapy, maka dapat diartikan sebagai usaha bantuan yang diberikan
kepada seorang individu untuk mendapatkan kesejahteraan dalam hidupnya
melalui suatu karya seni. Sehingga, dengan demikian dapat dipahami bahwa
Art Therapy merupakan bantuan yang diberikan oleh para ahli kepada kliennya
agar klien tersebut mampu mrngungkapkan pikiran, perasaan, maupun
pengalaman yang ia rasakan.
2) Tahap-tahap dalam Art Therapy
a. Melakukan asesment kepada peserta didik
b. Melakukan pendekatan dengan peserta didik
c. Membangun komunikasi yang baik dengan peserta didik atau klien
d. Proses pengungkapan masalah
e. Melakukan proses menggambar (Art Psychotherapy)
f. Memahami maksud yang ingin disampaikan peserta didik atau klien
melalui gambar yang dibuat
g. Memberikan pengertian kepada peserta didik untuk dapat menerima
keadaan yang sudah terjadi
h. Membantu peserta didik atau klien dalam mengatasi permasalahan
yang dihadapi
Melakukan sesi penutup pada teknik Art Psychotherapy bersama
dengan peserta didik atau klien
C. Konseling Kelompok
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan salah satu
layanan dalam bimbingan dan konseling, yakni konseling kelompok. Layanan
konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang
dilaksanakan di dalam suasana kelompok. Dalam konseling kelompok, akan
terdapat beberapa orang yang terlibat di dalamnya, seperti konselor (yang
jumlahnya mungkin lebih dari seorang) dan ada klien, yaitu para anggota
kelompok (yang jumlahnya paling kurang dua orang). Di sana terjadi hubungan
konseling dalam suasana yang diusahakan sama seperti dalam konseling
perorangan, yaitu hangat, terbuka, permisif, dan penuh keakraban. Di mana
juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-
sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah (jika perlu dengan
menerapkan teknik-teknik khusus), kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.
Menurut Kemendikbud (2016: 56) tujuan dari konseling kelompok yakni
guna memfasilitasi konseli untuk dapat menyelesaikan masalah yang hadapi.
Konseling kelompok di lakukan bagi konseli pada kelas tinggi.
Terdapat beberapa langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan konseling
kelompok, yakni Menurut Kemendikbud (2016: 55-60) berikut adalah langkah-
langkah konseling kelompok :
1. Pra Konseling
a. Pembentukan kelompok (forming). Kelompok dapat dibentuk dengan
mengelompokkan 2-8 konseli yang memiliki masalah relatif sama.
Anggota kelompok adalah peserta didik yang:
(a) Merasa memiliki masalah dan secara perorangan datang sendiri sesuai
tawaran bantuan atas masalah tertentu yang diumumkan guru
bimbingan dan konseling atau konselor;
(b) Secara bersama mereka memiliki masalah yang sama atau masalah
individu dalam kelompok (datang sendiri) yang memecahkan bantuan
guru bimbingan dan konseling atau konselor, dan
(c) Diundang oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor karena
berdasarkan hasil assesmen, observasi perilaku pada saat layanan, dan
atau referal dari guru bidang studi, wali kelas, petugas piket, pimpinan
sekolah, komisi disiplin, pustakawan, laboran, petugas tata usaha,
orang tua, yang diprediksi memiliki masalah (menunjukkan indicator
masalah) yang relatif sama
(d) Menyusun RPL konseling kelompok
Guru bimbingan dan konseling atau konselor menyusun RPL, laporan
dan lembar kepuasan konseli sebagai kelengkapan kegiatan konseling
kelompok.
2. Pelaksanaan
Konseling kelompok dilakukan melalui tahap-tahap berikut :
a. Tahap awal (beginning stage)
Tahap awal merupakan salah satu tahap kunci yang akan
mempengaruhi keberhasilan proses konseling kelompok. Kegiatan guru
bimbingan dan konseling atau konselor pada tahap awal adalah membuka
sesi konseling, kemudian mengelola dan memanfaatkan dinamika
kelompok.
b. Tahap transisi
Tahap ini adalah tahap penting karena dapat menentukan aktif
tidaknya konseli dalam berinteraksi dengan yang lain. Pada tahap ini,
konseli biasanya memiliki perasaan cemas, ragu dan menunjukkan
perilaku resisten lainnya. Oleh sebab itu, sebelum konseli berbuat sesuatu
lebih jauh di dalam kelompok, konselor perlu membantu mereka untuk
memiliki kesiapan internal yang baik. Pada tahap ini konselor harus
membantu agar konseli tidak cemas, tidak ragu-ragu dan bingung. Jika
tahap intial ditempuh dengan baik, maka konseli akan merasa nyaman
dan bebas di dalam mengekspresikan sikap, perasaan, pikiran, dan
tindakannya.
c. Tahap Kerja (working stage)
Kegiatan guru bimbingan dan konseling atau konselor pada tahap
kerja adalah mengelola dan memanfaatkan dinamika kelompok untuk
memfasilitasi pemecahan masalah setiap angota kelompok. Kegiatan
guru bimbingan dan konseling atau konselor pada tahap kerja ialah
membuka pertemuan konseling, mengeksplorasi permasalahan,
memandu kelompok, hingga menutup konseling.
d. Tahap Pengakhiran (terminating stage)
Tahap pengakhiran dimaksudkan untuk mengakhiri seluruh
rangkaian kegiatan konseling kelompok. Biasanya dibutuhkan satu sesi
konseling atau setengah sesi (tergantung pada kebutuhan). Jika tidak
membutuhkan satu sesi penuh, terminating stage dapat dilakukan
setelah working stage yang terakhir.
3. Pasca Konseling
Setelah seluruh rangkaian kegiatan konseling kelompok dilakukan,
kegiatan guru bimbingan dan konseling atau konselor adalah :
a. Mengevaluasi perubahan yang dicapai dan menetapkan tindak lanjut
kegiatan yang dibutuhkan secara individual setiap anggota kelompok
sehingga masalah konseli betul-betul terentaskan
b. Menyusun laporan konseling kelompok
KESIMPULAN
DAFTAR ISI
Evans, Kathy & Janek Dubowski. 2001. Art Therapy With Children On The
Austictic Spectrum. London: Jessica Kingsley Publisher
Karyanti. 2015. Konseling Art Dengan Media Gambar Untuk Meningkatkan Self
Disclosure Mahasiswa. Anterior Jurnal, Vol. 15, No. 1, Hal 55 – 61
Needs, Glenda. 2012. Art Therapy: Foundation and Form. Australia: InsideArts
Permatasari, Eka Ayu, dkk. 2017. Penerapan Art Therapy untuk Menurunkan
Depresi pada Lansia di Panti Werdha X. Jurnal Muara Ilmu Sosial,
Humaniora, dan Seni. Vol. 1, No. 1 April 2017, hlm 116-126
Waller, Diane & Caryl Sibbett. 2005. Art Therapy And Cancer Care. New York:
Open University Press