Anda di halaman 1dari 19

TUGAS PENGANTAR ILMU DAKWAH

“PRAKTIK SIHIR DAN PERDUKUNGAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM”

DISUSUN OLEH :
APANDI TAWANG 50700119021
MUHAMMAD NUZUL’AT SALEH 50700119026
ZAENAL ABIDIN 50700119014
RAY AKBAR SETIAWAN 50700119046
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan rahmat serta
anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah kami dengan judul “Fenomena
kesurupan, sihir, dan perdukungan dalam prespektif islam” ini.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita, yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan
sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-
satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini
supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena kami sangat menyadari, bahwa makalah yang
telah kami buat ini masih memiliki banyak kekurangan.
Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah
mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya makalah
ini.Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang telah kami buat ini
mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………

BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………..
A. Kesurupan…………………………………………………………………………………………
B. Sihir dan Perdukunan……………………………………………………………………….

BAB 3 PENUTUP………………………………………………………………………………………………….
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………….
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Peristiwa masuknya jin ke dalam tubuh manusia masih menjadi teka-teki bagi sebagian
orang. Peristiwa yang lebih dikenal dengan istilah kesurupan atau kerasukan jin (baca: setan) ini acap
kali menjadi polemik di tengah masyarakat kita yang heterogen. Sehingga sekian persepsi bahkan
kontroversi sikap pun meruak dan bermunculan ke permukaan. Ada yang membenarkan dan ada pula
yang mengingkari. Bahkan ada pula yang menganggapnya sebagai perkara dusta dan termasuk dari
kesyirikan.

Dalam berbagai kasus, kita menyaksikkan sekian keanehan antara hubungan dua alam
tersebut yang menimbulkan seribu tanda tanya dalam benak kita. Akan tetapi, sedikit di antara kita yang
mencoba mencari jawabannya melalui berita terpercaya dan akurat. Sumber yang akurat dan terpercaya
dalam memberikan jawaban dalam hal ini hanyalah wahyu yaitu al-Qur`ân dan Sunnah yang shahîhah.
Sebab, perkara tesebut adalah perkara gaib yang tidak dapat uji secara empiris di laboratorium produk
manusia.
BAB 2
PEMBAHASAN

A. KESURUPAN
AL-QURAN DAN HADITS, SUMBER MEMAHAMI PERKARA GAIB
Di antara bukti keimanan seseorang adalah meyakini berita perkara-perkara ghaib yang diwahyukan
Allâh k kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , baik yang terdapat dalam al-Qur’an maupun
Hadits yang shahih. Itu merupakan sifat-sifat orang beriman yang Allâh Azza wa Jalla sebutkan dalam
firman-Nya:

َ ْ َ ُ ْ َ َّ
‫ين ُيؤ ِمنون ِبالغ ْي ِب‬ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ َٰ َ
َ‫ب ۛ فيه ۛ ُه ًدى ل ْل ُم َّتق ن‬
‫﴾ ال ِذ‬٢﴿ ‫ي‬ ِ ِ ِ ِ ‫ذ ِلك ال ِكتاب َل ري‬

Kitab (al-Qur`ân) itu tiada keraguan dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Yaitu
orang-orang yang beriman dengan yang gaib”. [al-Baqarah/2:2-3].

Di antara perkara gaib yang diceritakan dalam al-Qur`ân dan Sunnah yang shahîhah adalah tentang
keberadaan makhluk gaib seperti Jin dan Malaikat. Allâh Azza wa Jalla menceritakan tentang asal-muasal
penciptaan kedua jenis makhluk tersebut dan sifat mereka masing-masing. Kedua alam tersebut memilki
kekhususan sendiri-sendiri, meskipun ada sisi kesamaan dalam beberapa hal. Di antara sisi persamaan
mereka adalah mereka makhluk halus yang tidak dapat kita lihat dengan alat indera kita dalam bentuk
mereka yang asli. Kecuali ketika mereka menjelma atau mereka diizinkan Allâh Azza wa Jalla untuk
memperlihatkan diri mereka kepada siapa yang diizinkan Allâh Azza wa Jalla . Akan tetapi, kesempatan
ini tidak untuk semua orang.

Atas dasar aspek inilah kedua alam tersebut masuk kategori makhluk gaib atau alam gaib. Perlu
dijelaskan pula di sini bahwa alam gaib tidaklah terbatas pada dua alam ini saja. Namun, masih ada
alam-alam gaib lain seperti alam barzakh, alam arwah, alam akhirat dengan segala peristiwa yang terjadi
padanya, termasuk surga dan neraka.

Berikut ini beberapa dalil yang dikemukakan oleh para ulama Ahlussunnah tentang kemungkinan jin
masuk ke dalam tubuh manusia.

1. Firman Allâh Azza wa Jalla :

ِّ ‫ان ِم َن ْال َم‬


ُ َ ْ َّ ُ ُ َّ َ َ َ َّ ُ ُ َ َ َ َّ َ ُ ُ َ َ َ ِّ َ ُ ُ ْ َ َ َّ
‫س‬ ‫وم ال ِذي يتخبطه الشيط‬ ‫ال ِذين يأ كلون الربا َل يقومون ِإَل كما يق‬
Orang-orang yang memakan harta riba itu, mereka tidak berdiri (dari kubur mereka) kecuali seperti
orang yang kerupan kemasukan setan. [al-Baqarah/2:275].

Imam al-Baghawi rahimahullah berkata, “Mereka tidak berdiri dari kubur mereka pada Hari Kiamat
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan”.

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Dalam ayat tersebut terdapat dalil yang menunjukkan tentang
kekeliruan pendapat orang yang mengingkari kesurupan karena jin, mengira bahwa hal itu gejala alam
semata, bahwa setan tidak berjalan dalam tubuh manusia dan tidak ada kesurupan karena setan”[8] .

2. Dan sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

َّ ْ َ َ َّ َّ
‫ِإن الش ْيطان َي ْج ِرى ِم َن ِاإلن َس ِان َم ْج َرى الد ِم‬

Sesungguhnya setan itu berjalan dalam tubuh manusia seperti mengalirnya darah.

Al-Qâdhi ‘Iyâdh rahimahullah berkata: “Hadits tersebut secara eksplisit menunjukkan bahwa Allâh Azza
wa Jalla memberikan kekuatan dan kemampuan kepada setan untuk berjalan dalam tubuh manusia
seperti mengalirnya darah”[10] .

3. Imam Ibnu Baththah rahimahullah dalam kitab monumentalnya al-Ibânah:

َ َْ ُ ْ ُ ُ َ َ َ ْ َ َّ َ َّ ْ َ َ ٌ َّ ٌ ُ ْ َ َ َّ َّ َ ُ ُ ‫اب ْال َخ ِام‬


ُ ‫ْال َب‬
“ ‫ َو َم ْن أنك َر‬. ‫هللا ِمنه‬ ‫اب ِاإل ْي َمان ِبأن الش ْيطان َمخل ْوق ُم َسلط َعَل َب ِ ن ين آد َم َي ْج ِر ْي ِمن ُه ْم َم ْج َرى الدم ِإَل من عصمه‬
ُ ‫س َب‬
َ ْ ْ َ َ َ
‫”ذ ِلك ف ُه َو ِم َن ال ِف َر ِق ال َه ِالك ِة‬.

“Bab yang kelima belas; Bab beriman bahwa sesungguhnya setan itu diciptakan untuk mempengaruhi
anak Adam. Ia berjalan dalam tubuh mereka sepanjang aliran darah, kecuali orang yang dijaga oleh Allâh
Azza wa Jalla dari gangguannya. Barang siapa yang mengingkari hal itu maka ia termasuk dari kelompok-
kelompok yang binasa”.

‘Abdullâh bin Ahmad bin Hanbal berkata, “Aku berkata kepada ayahku, “Ada orang-orang yang
berpendapat bahwa jin tidak mungkin masuk ke dalam badan orang yang kesurupan dari golongan
manusia!” Beliau menjawab, “Wahai anakku! Mereka itu telah berdusta, (buktinya) jin itu berbicara
melalui lisan orang tersebut.”[12] .

Jika ada yang bertanya bagaimana cara jin masuk ke dalam tubuh manusia? Apa mungkin tubuh masuk
ke dalam tubuh (lainnya)? Maka jawabanya, hal itu sangat mungkin menurut akal, bahkan ada contoh-
contoh nyata dalam alam ini. Seperti air mengalir dalam batang dan urat tumbuhan, air dan makanan
yang mengalir dalam tubuh manusia, dan arus listrik mengalir melalu kabel. Demikian pula setan
mengalir dalam tubuh manusia seperti mengalirnya darah[13] .
Apa Saja Jenis Jin Yang Suka Masuk Ke Tubuh Manusia?
Jenis-jenis jin yang biasa masuk ke tubuh manusia:

1. Jin pembantu tukang sihir. Ia masuk ke tubuh manusia atas perintah tukang sihir untuk
menyakiti seseorang. Jin tersebut bekerja sama dengan tukang sihir atau dukun yang telah
mempersembahkan kepada jin tersebut sesuatu dari bentuk ibadah.
2. Jin yang suka pada seseorang. Yakni, jin yang tertarik kepada seseorang karena kecantikannya
atau ketampanannya. Oleh sebab itu, ketika membuka pakaian atau tatkala masuk kamar mandi
dan WC, kita dianjurkan membaca doa-doa yang telah diajarkan oleh Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam .
3. Jin nakal yang suka menggangu manusia. Jin juga ada yang bersifat suka mengganggu dan
menyakiti seperti sebagian manusia suka mengganggu sesama. Alasan mengganggu bermacam-
macam, misalnya alasan manusia mengganggu manusia lain. Bisa jadi karena beda keyakinan,
kedengkian, atau hawa nafsu jahat lainnya.
4. Jin yang ingin balas dendam terhadap seseorang yang dengan tidak sengaja pernah menyakiti
jin tersebut atau salah seorang dari kerabatnya.

Masuknya Jin Ke Tubuh Manusia Ada Dalam Dua Bentuk:

1. Masuknya jin ke dalam tubuh seseorang di luar kehendak orang tersebut. Hal ini terjadi melalui
dua cara; adakalanya atas kehendak jin itu sendiri dan adakalanya dimasukkan orang lain
dengan cara sihir.
2. Atas kehendak orang tersebut dengan cara melakukan hal-hal yang dapat mengundang jin agar
mau masuk ke dalam tubuhnya atau ke dalam tubuh orang lain. Hal ini biasanya dilakukan oleh
tukang sihir dan orang yang menggunakan tenaga jin dalam ilmu beladiri atau silat.

Lalu Bagaimanakah Hukum Masing-Masing Kondisi Di Atas Ditinjau Dari Sisi Akidah Islam?

1. Hukum masuknya jin ke dalam tubuh seseorang di luar keinginannya. Akan tetapi, atas kemauan dari
jin itu sendiri atau atas perintah orang lain seperti tukang sihir dan semisalnya. Maka, pada kondisi ini
orang yang dimasuki jin tidak berdosa karena ia dizhalimi dan disakiti, bahkan ia akan diberi pahala oleh
Allâh Azza wa Jalla atas kesabarannya. Namun, bukan berarti ia dilarang untuk berusaha mengusir jin
tersebut dari dalam dirinya.

Sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadits:

ْ ُ َّ ْ َ ْ ْ
‫ال « ِإن ِشئ ِت َص َِ ْب ِت َول ِك ال َجنة َوِإن‬ َ ‫ َق‬.‫اَّلل ِل‬ ُ ‫ْص ُع َوإ نِّّن َأ َت َك َّش‬
َ َّ ‫ف َف ْاد ُع‬ ُ
َ ْ ‫ت إ نِّّن أ‬ْ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َّ
‫ن َصَل هللا علي ِه وسلم وقال‬
َ َ َ َّ َ َ ْ َ ْ َّ
‫الس ْود َاء أت ِت الن‬ ‫إن المرأة‬
ِ ِ ِ ِ
َ ‫اَّلل َأ ْن ََل َأ َت َك َّش‬
َ‫ َف َد َعا َلها‬.‫ف‬ ُ ‫ت َفإ نِّّن َأ َت َك َّش‬
َ َّ ‫ف َف ْاد ُع‬ ْ َ َ . ُ ْ َ ْ َ َ . َ َ ُ ْ َ َ َّ ُ ْ َ َ ْ
‫ ِشئ ِت دعوت اَّلل أن يع ِافي ِك قالت أص ِب قال‬.
ِ
Seorang wanita mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dan ia berkata: “Sesungguhnya aku
sering kerasukan dan auratku terbuka, maka tolong berdoa kepada Allâh untukku!” Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata, “Jika kamu bersabar, maka bagimu adalah surga, namun jika engkau tetap
berkehendak untuk didoakan, aku akan berdoa pada Allâh agar menyembuhkanmu. Wanita tersebut
berkata, “Aku memilih sabar. Namun tolong berdoa kepada Allâh agar auratku tidak terbuka”. Maka
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa untuknya.”[14] .

Sebagian Ulama menjelaskan bahwa penyebab ketidaksadaran sang wanita tersebut adalah karena
gangguan jin sebagaimana yang dirajihkan oleh al-Hâfizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani t dalam kitabnya yang
monumental Fathul Bâri .

2. Hukum mengundang jin agar masuk ke dalam diri sendiri atau memasukkannya ke dalam diri orang
lain.
Orang yang berusaha memasukkan jin ke dalam tubuhnya sendiri untuk menambah kekuatan dan
ketangkasan adalah diharamkan dalam agama dan dihukum sebagai perbuatan syirik kepada Allâh Azza
wa Jalla . Karena, jin tidak akan pernah mau menuruti kemauan orang, sebelum orang tersebut
mengabulkan permintaan jin tersebut terlebih dahulu. Dan permintaan jin tersebut tidak akan keluar
dari perbuatan bid’ah dan syirik, sebagaimana yang dikenal dalam ilmu persilatan dan ilmu bela diri.
Biasanya tempat latihan persilatan tersebut terlebih dahulu dilumuri darah dari sembelihan seekor
hewan ternak, kadangkala ayam dan kadangkala kambing atau yang semisalnya. Kemudian dalam
gerakan persilatan tersebut, ada gerakan yang merupakan persembahan kepada jin. Biasanya, gerakan
itu berada pada awal gerakan dari jurus-jurus silat tersebut. Kemudian selama proses latihan ada
kegiatan-kegiatan yang berbau kesyirkan, seperti bersemedi dan lain sebagainya. Setelah menuruti
kehendak jin tersebut, barulah ia akan mendapat mantra atau jampi untuk memanggil sang jin tersebut.
Kadangkala jin mensyaratkan kepada orang tersebut untuk memakai pakaian tertentu, dengan warna
atau model tertentu. Atau jin melarang orang tersebut untuk mandi seumur hidup, atau memakan
makanan yang disembelih. Ini adalah sebagian bentuk ketundukan yang dikehendaki oleh jin, dengan
tujuan agar orang berpaling dari menaati Allâh Azza wa Jalla .

Atau jin tersebut mengajarkan kepadanya wirid-wirid yang memuat ucapan-ucapan yang berbau
kesiyirikan atau mengajarkan tata cara ibadah yang menyelisihi sunnah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, seperti puasa empat puluh hari, atau berdzikir dalam sebuah kelambu yang gelap dan tidak
boleh keluar selama empat puluh hari. Yang penting bagi jin tersebut adalah orang tersebut taat
kepadanya dan durhaka kepada Allâh Azza wa Jalla dan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Mungkin saja orang tersebut secara lahiriah melaksanakan shalat dan berpenampilan layaknya seorang
wali. Akan tetapi, ia tidak menyadari bagaimana ia dijerumuskan oleh jin ke dalam jurang syirik dan
bid’ah.

Adapun orang yang mengunakan jin untuk menyakiti orang lain, maka orang ini telah melakukan dua
dosa besar;
Pertama: ia telah berbuat kesyrikan kapada Allâh Azza wa Jalla , sebagaimana telah jelaskan di atas
bahwa jin tidak akan memperkanankan permintaannya sebelum orang tersebut taat terlebih dahulu
kepada jin tersebut.

Kedua: ia telah berbuat kezhaliman dan kerusakan di muka bumi ini. Karena, dengan perbuatannya
tersebut ia telah menyebabkan orang lain menjadi tersiksa dan menderita. Bahkan bisa menimbulkan
berbagai macam bentuk kerusakan lain di muka bumi ini, seperti terjadinya perceraian dan
pembunuhan yang disebabkan oleh perbuatan sihir yang disebarkan melalui perantara jin.

Bagaimana Caranya Agar Kita Selamat Dari Gangguan Jin?

1. Dengan menghafal Ayat Kursi dan membacanya pada setiap selesai Shalat Fardhu, pagi dan sore
hari, serta ketika hendak tidur, sebagaimana telah kita sebutkan pada awal bahasan kita ini
tentang kisah Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu anhu .Termasuk pula membaca dzikir dan doa-doa
yang diajarkan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berbagai aktifitas, kesempatan
dan keadaan. Seperti doa pagi-sore, doa ketka masuk WC, doa ketika membuka baju, doa ketika
memasuki daerah baru dsb. Silakan lihat berbagai doa dan dzikir tersebut dalam kitab-kitab doa
yang telah ditulis oleh para Ulama kita.

2. Dengan menghindari sebab-sebab yang mengundang jin untuk berbuat jahat pada kita. Seperti,
suka melamun dan kebiasaan-kebiasaan sejenis, serta menjauhi sikap yang berlebihan dalam
bergembira, dalam bersedih, atau terlalu marah dan terlalu lapar. Karena pada kondisi-kondisi
yang kurang stabil tersebut membuat kita kehilangan konsentrasi sehingga sangat mudah bagi
jin untuk masuk mempengaruhi sikap dan perasaan kita.
B. SIHIR DAN PERDUKUNGAN

Fenomena kesyirikan dan pelanggaran tauhid banyak terjadi di masyarakat kita, karena
kurangnya pengetahuan mereka tentang masalah tauhid dan keimanan, serta hal-hal yang bisa
mendangkalkan bahkan merusak akidah (keyakinan) seorang muslim.

Kenyataan ini diisyaratkan dalam banyak ayat al-Qur’an, di antaranya dalam firman Allah Ta’ala,

َ ُ ْ ْ ُ ْ ُ َ ‫َ َ ُ ْ ُ َ ْ ََ ُ ُ ْ ه ا‬
}‫شكون‬
ِ ‫اَّلل ِإَّل وهم م‬
ِ ‫{وما يؤ ِمن أ كثهم ِب‬

“Dan sebagian besar manusia tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan
mempersekutukan-Nya (dengan sembahan-sembahan lain)” (QS Yusuf:106).

Ibnu Abbas menjelaskan arti ayat ini, “Kalau ditanyakan kepada mereka: Siapakah yang menciptakan
langit? Siapakah yang menciptakan bumi? Siapakah yang menciptakan gunung? Maka mereka akan
menjawab: “Allah (yang menciptakan semua itu)”, (tapi bersamaan dengan itu) mereka
mempersekutukan Allah (dengan beribadah dan menyembah kepada selain-Nya)[1].

Semakna dengan ayat di atas Allah Ta’ala juga berfirman,

َ ْ َ ََْ
َ‫ت ب ُم ْؤمن ن‬ ‫َ َ َ ْ ََ ُ ا‬
}‫ي‬ ِ ِ ِ ‫اس ولو ح َرص‬ ِ ‫{وما أ كث الن‬

“Dan sebagian besar manusia tidak beriman (dengan iman yang benar) walaupun kamu sangat
menginginkannya” (QS Yusuf:103).

Artinya: Mayoritas manusia walaupun kamu sangat menginginkan dan bersungguh-sungguh untuk
(menyampaikan) petunjuk (Allah), mereka tidak akan beriman kepada Allah (dengan iman yang
benar), karena mereka memegang teguh (keyakinan) kafir (dan syirik) yang merupakan agama
(warisan) nenek moyang mereka[2].

Dalam hadits yang shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih menegaskan hal ini dalam
sabda beliau:

َ َ َ ُ َ‫اع ُة َح ّاَت َت ْل َح َق َق َبائ ُل م ْن ُأ ام َّت ب ْال ُم ْ ْشك ن‬


»‫ي َو َح ّاَت َي ْع ُبدوا األ ْوثان‬ َ ‫الس‬ ُ ‫« ََّل َت ُق‬
‫وم ا‬
ِِ ِ ‫ِي‬ ِ ِ

“Tidak akan terjadi hari kiamat sampai beberapa qabilah (suku/kelompok) dari umatku bergabung
dengan orang-orang musyrik dan sampai mereka menyembah berhala (segala sesuatu yang disembah
selain Allah Ta’ala)”[3].

Ayat-ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa perbuatan syirik terus ada dan terjadi di umat Islam
sampai datangnya hari kiamat[4].
a. Tukang sihir dan dukun adalah Thagut sekaligus syaitan dari kalangan manusia

Allah Ta’ala berfirman,

َ َ ُ َْ َ َ ُُْ َ ‫ُ َ ن ن ُ َ َ ُ ِّ َ ا‬ َ ‫َ ْ ُ َ ِّ ُ ُ ْ َ َ َ ْ َ ن ُ ا‬
}‫الس ْم َع َوأ ك َ ُثه ْم ك ِاذ ُبون‬
‫ون ا‬ ‫ يلق‬،‫اك أ ِث ٍيم‬
ٍ ‫ تثل عَل كل أف‬، ‫ي‬ ِ ‫{هل أنبئكم عَل من ت نثل الشي‬
‫اط ن‬

“Apakah akan Aku beritakan kepada kalian, kepada siapa syaitan-syaitan itu turun? Mereka turun
kepada tiap-tiap pendusta lagi banyak berbuat jahat/buruk (para dukun dan tukang sihir). Syaitan-
syaitan tersebut menyampaikan berita yang mereka dengar (dengan mencuri berita dari langit,
kepada para dukun dan tukang sihir), dan kebanyakan mereka adalah para pendusta” (QS asy-
Syu’araa’:221-223).

Imam Qatadah[5] menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “para pendusta lagi banyak berbuat
jahat/buruk” adalah para dukun dan tukang sihir[6], mereka itulah teman-teman dekat para syaitan
yang mendapat berita yang dicuri para syaitan tersebut dari langit[7].

Bahkan sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud ketika menafsirkan firman Allah,

}‫ورا‬ َ ‫ي ْاْل ْنس َو ْالج ِّن ُيوح َب ْع ُض ُه ْم إ ََل َب ْعض ُز ْخ ُر‬


ً ‫ف ْال َق ْول ُغ ُر‬ ٍّ ‫{و َك َذ ِل َك َج َع ْل َنا ِل ُك ِّل َن‬
َ‫َت َع ُد ًّوا َش َياط ن‬ َ
ِ ٍ ِ ‫ِ ي‬ ِ ِ ِ ِ ‫ِي‬

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari kalangan)
manusia dan (dari kalangan) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-
perkataan yang indah untuk menipu (manusia)” (QS al-An’aam:112).

Baliau radhiyallahu ‘anhu berkata, “Para dukun (dan tukang sihir) adalah syaitan-syaitan (dari
kalangan) manusia”[8].

Dalam atsar/riwayat yang lain sahabat yang mulia Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu ketika ditanya
tentang arti “Thagut”, beliau t berkata: “mereka adalah para dukun yang syaitan-syaitan turun kepada
mereka”[9].

Thagut adalah segala sesuatu yang dijadikan sembahan selain Allah Ta’ala dan dijadikan sekutu bagi-
Nya[10]. Allah Ta’ala telah mewajibkan kita untuk mengingkari dan menjauhi Thagut dalam segala
bentuknya, bahkan tidak akan benar keimanan dan tauhid seorang hamba tanpa mengingkari dan
menjauhinya. Allah Ta’ala berfirman,

َ ُ ‫ا‬ َ ْ َ َ‫ه‬ ُ ُ َ ُ ُ َْ ْ َََ


}‫اجت ِن ُبوا الطاغوت‬ ‫{ولقد َب َعثنا ِ ن يف ك ِّل أ ام ٍة َر ُسوَّل أ ِن ا ْع ُبدوا اَّلل و‬

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus seorang rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu” (QS an-Nahl:36).

Dalam ayat lain Dia Ta’ala berfirman,


ٌ ‫يع َعل‬ ُ ‫اس َت ْم َس َك ب ْال ُع ْر َوة ْال ُو ْث َّق َّل ْانف َص َام َل َها َو ه‬
ٌ ‫اَّلل َسم‬ ْ ‫اَّلل َف َقد‬
‫َُْ ْ ه‬ ُ ‫ا‬ ُ ْ َ ْ َ َ
}‫يم‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫{فمن يكف ْر ِبالطاغ‬
ِ ‫وت ويؤ ِمن ِب‬

“Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah (semata-mata), maka
sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat (dan) tidak akan putus (kalimat
tauhid Laa ilaaha illallah). Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS al-Baqarah:256).

Demikianlah profil sangat buruk para dukun dan tukang sihir, tapi mengapa masih saja ada orang yang
mau mempercayai mereka, bahkan menyandarkan nasib hidup mereka kepada teman-teman syaitan
ini? Bukankah ini merupakan kebodohan yang nyata dan penentangan besar terhadap Allah Ta’ala dan
agama-Nya?

Termasuk dalam kategori dukun dan tukang sihir adalah tukang santet, tukang tenung, ahli nujum,
peramal, dan orang yang disebut sebagai “paranormal”[11] atau “orang pintar”.

b. Praktek kufur dan syirik yang biasa dilakukan oleh para dukun dan tukang sihir

Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫الس ْح َر َو َما ُأ‬


‫نزل َع ََل ْال َم َل َك ْ ن‬ ِّ ‫اس‬ ‫نَ َ َ ُ ُ َ ِّ ُ َ ا‬
َ ‫الن‬ َ ‫الش َياط نُ َ َ ُ ْ ُ َ ْ َ َ َ َ َ َ ُ َ ْ َ ُ َ َ ا ا‬ ‫ا‬ َُْ ‫َ ا‬
‫{وات َب ُعوا َما تتلو‬
‫ي‬ ِ ‫اطي كفروا يعلمون‬ ِ ‫ي عَل مل ِك َسليمان وما كف َر سليمان ول ِكن الشي‬ ِ
َ ْ َ‫ون به َب ْ ن‬َ ُ ‫ه‬
َُ َ َ ُْ َ ُ َََ ُ َ َ ْ َ ٌ َْ ُ ْ َ َ ‫ا‬ َُ ‫ْ َ َ ا‬ ِّ
َ َ ُ َ َ َ ‫وت َو َم ُار‬ َ ُ َ َ َ
‫ي ال َم ْر ِء َوز ْو ِج ِه َو َما‬ ِ ِ ‫ان ِمن أح ٍد ح َّت يقوَّل ِإنما نحن ِفتنة فال تكف ْر فيتعلمون ِمنهما ما يف ِّرق‬ ِ ‫وت وما يعلم‬ ‫ِبب ِابل هار‬
َ‫س ما‬ ْ َ
َ ‫آلخ َرة ِم ْن َخالق َولبئ‬ ‫ن‬ َ
ُ َ ُ َ َّ ْ َ َ َ َ ‫ه‬
ْ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ ْ ُ ُّ ُ‫ه َ َ َ َ ُ َ َ َ ن‬ ْ َ َ ْ َ ِّ َ ُ
ِ ٍ
َ ُ
ِ ِ ‫اَّلل ويتعلمون م َا يضه َمْ ُوَّل ينف َعه َم ُ ولقد َ ع ِلم َوا لم ِن اشثاه ما له ِ يف ا‬ ِ ‫ه ْم ِبضارين ِب ِه ِمن أح ٍد ِإَّل ِب ِإذ ِن‬
}‫ش ْوا ِب ِه أنف َس ُه ْم ل ْو كانوا َي ْعل ُمون‬
َ ْ

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan
mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir
(mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan
sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil, yaitu Harut
dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan,
“Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), maka janganlah kamu kafir.” Maka mereka mempelajari
dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami)
dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang
pun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepada diri
mereka sendiri dan tidak memberi manfaat. Padahal sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa
barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat,
dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya sendiri dengan sihir, kalau mereka mengetahui.
(QS al-Baqarah:102).

Ayat ini dengan tegas menyatakan kafirnya para dukun dan tukang sihir[12], yang ini disebabkan
perbuatan syirik dan kufur yang mereka lakukan, yaitu:

1- Mengaku-ngaku mengetahui hal-hal yang gaib, padahal ini merupakan kekhususan bagi
Allah Ta’ala, sebagaimana dalam firman-Nya:
َ ُ َ َ َ ْ ُ ‫ب إَّل ه‬َ ْ َ ْ ‫األر‬ ُ
‫{ق ْل َّل َي ْع َل ُم َم ْن نف ا‬
}‫اَّلل َو َما َيش ُع ُرون أ ايان ُي ْب َعثون‬ ِ ‫ض الغي‬ ِ
ْ ‫الس َم َاوات َو‬
ِ ‫ِي‬

“Katakanlah:”Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali
Allah”, dan mereka tidak mengetahui bilamana mereka akan dibangkitkan” (QS an-Naml:65).

Juga dalam firman-Nya,

ً ْ َ َ ‫َ ا ُ َ ْ ُ ُ ْ َْ ن‬ َ‫َ ْ َ ن‬ ً َ َ َْ ََ ُ ْ ُ َ َْْ ُ َ
}‫ي َيد ْي ِه َو ِم ْن خل ِف ِه َر َصدا‬
ِ ‫ول ف ِإنه يسلك ِمن ب‬
ُ َ ْ
ٍ ‫{ع ِالم الغي ِب فال يظ ِهر عَل غي ِب ِه أحدا ِإَّل م ِن ارتض ِمن رس‬

“(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun
tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan
penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya” (QS al-Jin:26-27).

Imam al-Qurthubi, ketika menafsirkan ayat di atas, beliau berkata: “(Para) ahli nujum dan orang-orang
yang seperti mereka (para dukun dan tukang sihir) yang melakukan (praktek perdukunan) dengan
memukul batu-batu kerikil, melihat buku-buku (perdukunan), atau mengusir burung (sebagai tanda
kesialan atau keberuntungan), mereka itu bukanlah rasul yang diridhai-Nya untuk diperlihatkan-Nya
kepada mereka perkara-perkara gaib yang mereka inginkan, bahkan mereka adalah orang yang kafir
(kepada-Nya), berdusta (besar) atas (nama)-Nya dengan kebohongan, penipuan dan prasangka (dusta)
yang mereka (lakukan)”[13].

Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu syaikh ketika menjelaskan makna sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam:

“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal kemudian membenarkan ucapannya, maka
sungguh dia telah kafir terhadap agama yang diturunkan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam”[14].

Beliau berkata: “Dalam hadits ini terdapat dalil yang menunjukkan kafirnya dukun dan tukang sihir,
karena mereka mengaku-ngaku mengetahui ilmu gaib, yang ini merupakan kekafiran”[15].

Adapun perkara-perkara gaib yang disampaikan oleh para dukun yang terkadang benar, maka itu
adalah berita yang dicuri oleh para syaitan dari langit, lalu mereka sampaikan kepada teman-teman
dekat mereka, yaitu para dukun dan tukang sihir, yang kemudian mencampuradukkan berita tersebut
dengan seratus kedustaan sebelum disampaikan kepada orang lain, sebagaimana yang dijelaskan
dalam hadits shahih[16].

Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya tentang al-kuhhaan (para
dukun), beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang tidak punya
arti (orang-orang yang hina)”. Kemudian si penanya berkata, Sesungguhnya para dukun tersebut
terkadang menyampaikan kepada kami suatu (berita) yang (kemudian ternyata) benar. Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kalimat (berita) yang benar itu adalah yang dicuri
(dari berita di langit) oleh jin (syaitan), lalu dimasukkannya ke telinga teman dekatnya (dukun dan
tukang sihir), yang kemudian mereka mencampuradukkan berita tersebut dengan seratus
kedustaan”[17].

Peristiwa pencurian berita dari langit oleh para syaitan banyak terjadi di jaman Jahiliyah sebelum
diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, adapun setelah diutusnya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam maka itu tidak banyak terjadi, karena Allah Ta’ala telah menjadikan bintang-bintang
sebagai penjaga langit dan pembakar para syaitan yang mencuri berita dari langit[21]. Sebagaimana
dalam firman Allah Ta’ala,

ً ُ َ ْ َ َ َ ‫ َو َأ انا ُك انا َن ْق ُع ُد م ْن َها َم َقاع َد ل ا‬.‫ت َح َر ًسا َشد ًيدا َو ُش ُه ًبا‬


}‫لس ْم ِع ف َم ْن َي ْست ِم ِع اآلن َي ِجد له ِش َه ًابا َر َصدا‬
ْ َ ُ َ َ ْ َ َ َ َ َ ‫ََا َ َ ْ َ ا‬
‫{ وأنا لمسنا السماء فوجدناها م ِلئ‬
ِ ِ ِ ِ

“(Para Jin itu berkata): “Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka
kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api. Dan sesungguhnya
kami dahulu (sebelum diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) dapat menduduki beberapa
tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang (setelah
diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan
(seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya)” (QS al-Jin:8-9).

2- Bekerjasama dengan syaitan dan melakukan perbuatan kufur/syirik sebagai syarat agar syaitan mau
membantu mereka dalam praktek sihir dan perdukunan.

Para dukun dan tukang sihir selalu bekerjasama dengan para jin dan setan dalam menjalankan praktek
perdukunan dan sihir mereka, bahkan para jin dan setan tersebut tidak mau membantu mereka dalam
praktek tersebut sampai mereka melakukan perbuatan syirik dan kafir kepada Allah Ta’ala, misalnya
mempersembahkan hewan qurban untuk para jin dan setan tersebut, menghinakan al-Qur’an dengan
berbagai macam cara, atau perbuatan-perbuatan kafir lainnya[19]. Allah Ta’ala berfirman,

ً َ ُ ُ َ ْ
}‫ال ِم َن ال ِج ِّن ف َزادوه ْم َرهقا‬ ٌ َ َ َ ُ ‫ََا‬
َ َ ُ ُ َ ‫ال م َن ْاْل ْن‬
ٍ ‫س يعوذون ِب ِرج‬
ِ ِ ِ ‫{وأنه كان ِرج‬

“Dan bahwasannya ada beberapa orang dari (kalangan) manusia meminta perlindungan kepada
beberapa laki-laki dari (kalangan) jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS
al-Jin:6).

Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman,

ََ َ ََْ ْ َ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ‫اْلن َ ا‬ ْ َ ْ ُ ُ َ َْ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َ ِّ ْ َ َْ ْ َ َ ً َ ْ ُ ُ ُ ْ ْ َ َ ْ َ َ
‫ض َو َبلغنا أ َجلنا‬
ٍ ‫س ربنا استمتع بعضنا ِببع‬ ِ ‫ن ا‬ ‫ وقال أو ِلياؤهم ِم‬،‫س‬
ِ ‫استك َ ْثت ْم ِم َن اْلن‬ ‫{ويوم يحشهم ج ِميعا يا معش ال ِجن ق ِد‬
ٌ َ ٌ َ َ ‫َا‬ ُ ‫َ َ َ ه‬ َ َ َ ُْ ََْ ُ ‫َ ا ْ َ ََ َ َ ا‬ ‫ه‬
}‫ قال النار مثواكم خ ِال ِدين ِفيها ِإَّل ما شاء اَّلل ِإن ربك ح ِكيم ع ِليم‬،‫ال ِذي أجلت لنا‬

“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya, (dan Dia berfirman): “Hai
golongan jin (syaitan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia”, lalu berkatalah
teman-teman dekat mereka dari golongan manusia (para dukun dan tukang sihir): “Ya Rabb kami,
sesungguhnya sebagian dari kami telah mendapatkan kesenangan/manfaat dari sebagian (yang lain)
dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”. Allah berfirman:
“Neraka itulah tempat tinggal kalian, sedang kalian kekal didalamnya, kecuali kalau Allah
menghendaki (yang lain)”. Sesungguhnya Rabbmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui” (QS al-
An’aam:128).

Imam al-Qurthubi berkata: “Kesenangan/manfaat yang didapatkan jin dari manusia adalah dengan
berita bohong menakutkan, perdukunan dan sihir yang diberikan jin kepada manusia (dukun dan
tukang sihir)”.

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata: “Jin (syaitan) mendapatkan kesenangan dengan manusia
mentaatinya, menyembahnya, mengagungkannya dan berlindung kepadanya (berbuat syirik dan kufur
kepada Allah Ta’ala). Sedangkan manusia mendapatkan kesenangan dengan dipenuhi dan tercapainya
keinginannya dengan sebab bantuan dari para jin untuk memuaskan keinginannya. Maka orang yang
menghambakan diri pada jin (sebagai imbalannya) jin tersebut akan membantunya dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya”.

Oleh karena itulah, syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz ketika menerangkan sebab kafirnya para dukun dan
tukang sihir, beliau berkata, “…Karena dukun dan tukang sihir mengaku-ngaku (mengetahui) ilmu gaib,
dan ini adalah kekafiran, juga karena mereka tidak akan (mungkin) mencapai tujuan mereka
(melakukan sihir dan perdukunan) kecuali dengan melayani jin (syaitan) dan menjadikannya
sembahan selain Allah, dan ini adalah perbuatan kufur kepada Allah dan syirik (menyekutukan
Allah Ta’ala)”.

Hukum mendatangi dukun dan tukang sihir

Mendatangi dan bertanya kepada teman-teman dekat syaitan ini adalah perbuatan dosa yang sangat
besar dan bahkan bisa jadi merupakan kekafiran kepada Allah Ta’ala[23], dengan perincian sebagai
berikut:

– Mendatangi dan bertanya kepada mereka tentang sesuatu, tanpa membenarkannya (hanya sekedar
bertanya), maka ini hukumnya dosa yang sangat besar dan tidak diterima shalatnya selama empat
puluh hari[24], berdasarkan sabda Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Barangsiapa yang
mendatangi tukang ramal (orang yang mengaku mengetahui ilmu gaib, termasuk dukun dan tukang
sihir[25]), kemudian bertanya tentang sesuatu hal kepadanya, maka tidak akan diterima shalat orang
tersebut selama empat puluh malam (hari)”[26].

– Mendatangi dan bertanya kepada mereka tentang sesuatu, kemudian membenarkan ucapan/berita
yang mereka sampaikan, maka ini adalah kufur/kafir terhadap Allah Ta’ala[27], berdasarkan sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal kemudian
membenarkan ucapannya, maka sungguh dia telah kafir terhadap agama yang diturunkan kepada nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam”[28].
Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu syaikh berkata: “Orang yang membenarkan dukun dan tukang
sihir, meyakini (benarnya ucapan mereka), dan meridhai hal tersebut, maka ini merupakan kekafiran
(kepada Allah Ta’ala)”[29].

c. BOLEHKAH MENGHILANGKAN SIHIR DENGAN BANTUAN DUKUN ATAU TUKAN SIHIR

Jawabnya: jelas tidak boleh, karena kalau mendatangi dan membenarkan tukang sihir/dukun adalah
perbuatan kafir kepada Allah Ta’ala, maka terlebih lagi meminta bantuan kepada mereka untuk
menghilangkan sihir!.

Oleh karena itu, dalam hadits yang shahih, ketika Rasulullah r ditanya tentang an-Nusyrah (cara
mengobati sihir) yang biasa dilakukan orang-orang di jaman Jahiliyah, yaitu dengan meminta tukang
sihir/dukun atau memakai sihir untuk menghilangkan sihir tersebut, Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, “Itu termasuk perbuatan syaitan”.

Adapun mengobati sihir dengan ruqyah (pengobatan dengan membacakan ayat-ayat Al Qur-an dan
zikir-zikir dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam), ta’awwudzaat (zikir-zikir meminta
perlindungan dari Allah yang bersumber dari Al Qur-an dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam) yang disyariatkan, dan pengobatan-pengobatan (lain) yang diperbolehkan (dalam agama),
maka ini boleh dilakukan dan inilah pengobatan yang diridhai Allah Ta’ala, serta benar-benar bisa
diharapkan kesembuhannya dengan izin-Nya[33].

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata,“an-Nusyrah adalah (cara) menghilangkan sihir dari orang yang
terkena sihir, yang ini ada dua macam:

(pertama): menghilangkan sihir dengan sihir yang semisalnya (dengan bantuan dukun/tukang sihir).
Inilah yang termasuk perbuatan syaitan (seperti yang disebutkan dalam hadits di atas), karena sihir itu
termasuk perbuatannya, maka (ini dilakukan dengan cara) yang melakukan pengobatan
(dukun/tukang sihir) dan si pasien melakukan pendekatan diri kepada syaitan sesuai dengan yang
diinginkan syaitan tersebut, (agar) kemudian syaitan tersebut menghilangkan sihir dari si pasien.

Yang kedua: menghilangkan sihir dengan ruqyah (pengobatan dengan membacakan ayat-ayat Al Qur-
an dan zikir-zikir dari sunnah Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam), ta’awwudzaat (zikir-zikir
meminta perlindungan dari Allah yang bersumber dari Al Qur-an dan sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam), do’a-do’a, dan pengobatan-pengobatan (lain) yang diperbolehkan (dalam agama),
maka ini (hukumnya) boleh bahkan dianjurkan (dalam Islam)”.

Larangan penggunaan sihir ini juga berlaku dalam perkara-perkara lain, meskipun perkara itu dianggap
baik oleh sebagian orang, misalnya mendekatkan/menguatkan hubungan cinta pasutri, mendamaikan
dua orang yang sedang berselisih, dan lain sebagainya.
Syaikh Muhammad bin Shaleh al-‘Utsaimin – semoga Allah Ta’ala merahmatinya – ketika ditanya
tentang hukum menjadikan harmonis hubungan suami-istri dengan sihir, beliau menjawab: “Ini
(hukumnya) diharamkan (dalam Islam) dan tidak boleh (dilakukan), ini disebut al-
Athfu (mendekatkan), sedangkan sihir yang digunakan untuk memisahkan (suami-istri) disebut ash-
Sharfu (memalingkan), dan ini juga diharamkan (dalam Islam). Bahkan terkadang (perbuatan) ini bisa
jadi (hukumnya sampai pada) kekafiran dan syirik (menyekutukan Allah). Allah Ta’ala berfirman,
َ َ ‫ي ْال َم ْرء َو َز ْوجه َو َما ُه ْم ب َض ِّار‬ َ ُ َُ َ َ ُْ َ ُ ‫ا َ َ ْ ُ ٌَْ َ َ ْ ُ َََ َه‬ َُ ‫ْ َ َ َ ا‬ َ ِّ َ ُ َ َ
‫ين ِب ِه ِم ْن أ َح ٍد‬ ِ ِ ِ ِ
َ‫ون به َب ْ ن‬
ِ ِ ‫ان ِمن أح ٍد ح َّت يقوَّل ِإنما نحن ِفتنة فال تكف ْر فيتعلمون ِمنهما ما يف ِّرق‬ ِ ‫{وما يعلم‬
}‫الق‬
َ ْ َ ‫ْ َّ َ ُ َ َ ُ ن‬ َ َ ُ َ ْ َ َ َ ْ ُ ُ َ ْ َ َ ْ ُ ُّ ُ‫ون َما َي ن‬
َ ُ‫ه ََََه‬ ْ
ٍ ‫ضهم وَّل ينفعهم ولقد ع ِلموا لم ِن اشثاه ما له ِ يف اآل ِخر ِة ِمن خ‬ ‫اَّلل ويتعلم‬
ِ ‫ِإَّل ِب ِإذ ِن‬

“…Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan,
“Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), maka janganlah kamu kafir.” Maka mereka mempelajari
dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami)
dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang
pun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepada diri
mereka sendiri dan tidak memberi manfaat. Padahal sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa
barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di
akhirat”(QS al-Baqarah:102.
BAB 3

PENUTUP

C. KESIMPULAN

Demikianlah penjelasan tentang sihir dan perdukunan, dan pengaruh buruknya dalam
merusak tauhid dan keimanan seorang muslim. Oleh sebab itu, wajib bagi setiap muslim yang
ingin menjaga keutuhan imannya kepada Allah Ta’ala untuk menjauhi bahkan memerangi
semua bentuk praktek sihir dan perdukunan, serta melarang keras dan menasehati orang lain
yang masih terpengaruh dengan para dukun dan tukang sihir untuk menjauhi mereka.

Sebagai penutup, renungkanlah nasehat berharga dari firman Allah Ta’ala berikut,

}‫ِير‬
ِ ‫سع‬َّ ‫ب ال‬ ْ َ ‫ إِنَّ َما يَ ْدعُو حِ ْزبَه ُ ِليَ ُكونُوا ِم ْن أ‬،‫عد ًُّوا‬
ِ ‫ص َحا‬ َ ُ‫عد ٌُّو فَاتَّخِ ذُوه‬ َ ‫ش ْي‬
َ ‫طانَ لَكُ ْم‬ َّ ‫{إِ َّن ال‬

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh (yang nyata) bagimu, maka jadikanlah ia
musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanyalah (ingin) mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala” (QS Faathir:6).
DAFTAR PUSTAKA

https://almanhaj.or.id/4101-kesurupan-dalam-tinjauan-akidah-islam.html

https://muslim.or.id/5468-sihir-dalam-pandangan-islam.html

Anda mungkin juga menyukai