Anda di halaman 1dari 2

Muhmmad Arif Varelino

1810862035

Sejarah Pers di Jerman

Jerman adalah salah satu negara di dunia yang memiliki tingkat


kebebasan pers yang tinggi. Kebebasan Pers di Jerman di jamin di dalam
pasal 5 konstitusi yang berbunyi "Setiap orang memiliki hak
mengungkapkan pendapatnya dalam bentuk kata-kata, tulisan dan gambar
dan untuk menyebarkannya, serta berhak mendapat informasi dari sumber
publik tanpa dihalangi. Kebebasan pers dan kebebasan pemberitaan
melalui stasiun siaran dan film dijamin. Tidak ada penyensoran."

Kebebasan ini banyak menimbulkan keirian dari berbagai negara,


namun bukan tanpa kritik, kebijakan ini juga dianggap melemahkan
kerahasiaan sebuah informasi, bahwa komunikasi antara jurnalis dengan
informannya tidak lagi hanya menjadi rahasia antara mereka berdua.

Sejak 11 September 2011, dimana terjadi serangkaian serangan teror


di beberapa titik kota New York dan Washington D.C oleh al-Qaeda,
muncul kecurigaan terhadap para jurnalis yang dianggap membantu
kejahatan dengan membocorkan rahasia.

Menteri kehakiman Jerman Sabine Leutheusser-Schnarrenberger


menetapkan undang-undang untuk melindungi jurnalis dari tuduhan
seperti itu, demi menjunjung kebebas pers yang tinggi dan memperketat
perlindungan terhapad jurnalis saat mereka melakukan penyelidikan.
Jurnalis tidak bisa ditangkap hanya karena mereka mempublikasikan
berita yang telah mereka dapat ke khalayak ramai.

Perhimpunan wartawan di Jerman juga menyambut pembatalan


undang-undang masalah penyimpanan data oleh pengadilan konstitusi
bulan Maret lalu. Undang-undang tersebut mewajibkan perusahaan
telekomunikasi untuk menyimpan data komunikasi pelanggannya selama
enam bulan. Agar, pengusutan kejahatan melalui data telepon atau email
bisa dilakukan. Walau pun undang-undang semacam itu dinyatakan tidak
berlaku, organisasi Reporter Lintas Batas khawatir, akan ada peraturan
sejenis lagi yang akan muncul.

Sejarah pers di Jerman tidak selalu berjalan dengan mulus bagi media,
dulu di tahun 1962, majalah politik minggua Spiegel pernah terlibat
masalah dengan pemerintah, majalah ini dituduh melakukan
pengkhianatan terhadap negara karena memberitakan situasi militer di
Jerman dan NATO. Namun, empat tahun kemudian pengadilan konstitusi
Jerman memenangkan majalah Spiegel dalam proses ini.

“Pers yang bebas, tidak dipengaruhi publik, dan tidak disensor


adalah hakekat sebuat negara yang menganut kebebasan. Khususnya, pers
masalah politik yang terbit secara rutin dan bebas, sangatlah diperlukan
sebuah demokrasi modern," demikian cuplikan keputusan pengadilan
kala itu.

Anda mungkin juga menyukai