Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Empati, Agustus 2018, Volume 7 (Nomor 3), Halaman 186-198

Mengajar Sembari Belajar: Sebuah Interpretative Phenomenological Analysis


tentang Pengalaman Pengajar Muda Gerakan Indonesia Mengajar
Purnamasari, Ananda P.1, La Kahija, Yohanis F.2
1,2
Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

Email: appurnamasari@outlook.com

Abstrak
Gerakan Indonesia Mengajar adalah gerakan sosial yang dilaksanakan selama satu tahun oleh pengajar muda untuk
membantu mengisi kekosongan guru di lokasi terpencil, sekaligus mendorong perkembangan daerah di lokasi tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan memahami pengalaman pengajar muda yang berpartisipasi dalam
Gerakan Indonesia Mengajar. Pendekatan kualitatif fenomenologis dengan analisis data Interpretative
Phenomenological Analysis (IPA) dipilih sebagai metode penelitian karena kesesuaiannya dengan tujuan penelitian.
Pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam semi-terstruktur pada tiga orang pengajar muda yang
ditempatkan di Banggai, Rote, dan Sangihe. Pada penelitian ini ditemukan tiga tema induk, yaitu (1) Konsep diri, (2)
Makna menjadi pengajar muda, dan (3) Makna pendidikan anak, serta ditemukannya dua tema khusus, yaitu (1) Rasa
nasionalisme, dan (2) Kelekatan dengan keluarga angkat. Partisipan penelitian ini mengungkapkan keinginannya untuk
menjadi pengajar muda yang didasarkan oleh motivasi internal, serta motivasi eksternal. Pada penelitian ini juga
ditemukan transformasi diri dan pembentukan konsep diri positif dalam pribadi pengajar muda, dan kemandirian
masyarakat lokasi penempatan sebagai perubahan yang terjadi pada masyarakat tersebut dengan kehadiran pengajar
muda. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran ilmiah dalam bidang psikologi sosial dan
psikologi pendidikan.
Kata kunci: mengajar, Gerakan Indonesia Mengajar, relawan, pengalaman

Abstract
Indonesia Mengajar Movement is a social movement which aims to fasten the education distribution in Indonesia by
sending the young pedagogues (pengajar muda) to isolated area for one year. This study was completed using
qualitative approach with Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) as the method of analysis. Semi-structured
in-depth interview was conducted on three young pedagogues whom had done their program of Indonesia Mengajar
Movement for one year each in Banggai, Rote, and Sangihe. The study found three focus of themes, (1) self-concept,
(2) being a young pedagogue, and (3) the meaning of education to young pedagogues. Besides, this study found two
unique themes, which are (1) nationalism on first participant, and (2) attachment to the family in the area. The
implication of this study is hoped to enrich scientific literature in social psychology and psychology of education.
Keywords: teaching, Indonesia Mengajar Movement, volunteer, experience

PENDAHULUAN ekonomi, sosial, politik, ilmu pengetahuan,


Indonesia sebagai negara berkembang, perlu teknologi, dan dalam bidang kehidupan budaya
terus mengembangkan sektor pendidikan demi lainnya (Hasbullah, 2013).
kemajuan dan perubahan bangsa. Melalui Persoalan pendidikan seperti kurang meratanya
pendidikan, suatu bangsa berusaha untuk tenaga pendidik atau guru, berpengaruh pada
mencapai kemajuan-kemajuan dalam berbagai kurang meratanya kualitas pendidikan di
bidang kehidupannya, baik dalam bidang Indonesia. Menurut Zahroh (2015), guru
186
Jurnal Empati, Agustus 2018, Volume 7 (Nomor 3), Halaman 186-198

merupakan orang yang bertanggungjawab lokasi tersebut (Indonesia Mengajar, n.d.).


terhadap perkembangan peserta didik dengan Salah satu syarat menjadi PM adalah siap
mengupayakan perkembangan seluruh mengabdi dan bersedia ditempatkan di lokasi
potensinya, baik potensi kognitif (knowledge), terpencil Indonesia. Maka pada saat mendaftar,
potensi afektif, maupun potensi psikomotorik. calon PM memahami bahwa dibutuhkan
Pada kenyataannya, masih banyak ditemukan kesukarelaannya dalam pengabdian dan
tenaga pendidik yang enggan untuk mengajar komitmennya bertugas selama satu tahun di
di daerah pelosok. Menurut Fadhilah (2017), lokasi terpencil dengan berbagai masalah yang
jumlah kurangnya guru di Indonesia mencapai mungkin akan dihadapi.
300.000 orang. Selama fase penempatan, PM tinggal bersama
Bahri (2011) dalam penelitiannya, masyarakat dan terlibat dengan mereka, ikut
mengemukakan tantangan menjadi guru di serta dalam aktivitas sosial, dan menginspirasi
wilayah pedalaman dapat disimpulkan menjadi untuk meningkatkan pendidikan di lokasi
2 (dua), yaitu (1) tantangan kondisi internal, tersebut. Mereka harus memunculkan
yaitu upaya pemenuhan kebutuhan hidup, kesadaran bahwa pendidikan merupakan dasar
kesempatan untu mengembangkan karir, dan untuk merubah hidup dan masa depan
peningkatan kesejahteraan guru menjadi suatu masyarakat.
hal yang menyulitkan; (2) tantangan kondisi Clary dkk. (dalam Rochester, Payne, &
eksternal, yaitu sulitnya akses informasi, Howlett, 2010) menyebutkan bahwa
komunikasi, transportasi, dan jalan yang kesukarelawanan seringkali tidak mudah,
menjadi kendala. Berdasarkan penelitian seseorang harus melewati beberapa rintangan
tersebut, dapat dipahami bahwa keputusan untuk menjadi sukarelawan. Menurut Kearney
menjadi guru di daerah pelosok merupakan (dalam Rochester, dkk., 2010)
keputusan yang berdasarkan ‘panggilan jiwa’. kesukarelawanan adalah komitmen waktu dan
Kohl (dalam Adendorff dkk., 2010) tenaga untuk kepentingan masyarakat, dan
menyatakan bahwa dorongan untuk mengajar dapat berupa banyak bentuk. Tindakan ini
pada dasarnya bersifat altruistik dan mewakili dilakukan secara bebas dan berdasarkan pilihan
keinginan untuk membagi nilai-nilai yang pribadi tanpa memperhatikan keuntungan
diyakini, dan untuk memberdayakan orang finansial.
lain. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti ingin
Upaya pemerataan kualitas pendidikan dengan mengeksplorasi pengalaman pengajar muda
mengisi kekosongan guru tidak hanya selama pelaksanaan Gerakan Indonesia
dilakukan oleh pemerintah melalui program Mengajar.
seperti SM3T (Sarjana Mengajar di daerah
Terluar, Terdepan dan Tertinggal), namun juga
dilakukan oleh organisasi non pemerintah, METODE
seperti Yayasan Indonesia Mengajar dengan Penelitian ini berusaha untuk memahami
Gerakan Indonesia Mengajar (GIM). secara mendalam pengalaman pengajar muda
GIM merupakan satu gerakan dimana anak- dalam pelaksanaan Gerakan Indonesia
anak muda diundang untuk menjadi guru SD Mengajar dari sudut pandangnya sebagai orang
yang berada di desa terpencil selama satu yang mengalami langsung fenomena tersebut,
tahun. Pengajar muda adalah mereka yang dengan mengggali informasi mengenai
telah melewati pendidikan Strata 1 (S-1) yang konteks kehidupan sehari-hari subjek serta
diharapkan mampu untuk mengisi kekurangan berusaha memahami arti peristiwa dan segala
guru berkualitas di daerah pelosok, serta hal yang berkaitan dengan pengalamannya
mampu membantu pengembangan daerah di sebagai pengajar muda Indonesia Mengajar.
187
Jurnal Empati, Agustus 2018, Volume 7 (Nomor 3), Halaman 186-198

Metode yang sesuai dengan tujuan penelitian phenomenological analysis (IPA). Analisis
ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode data dengan teknik IPA memiliki langkah
fenomenologi. Penelitian ini menggunakan sebagai berikut.
teknik analisis data Interpretative 1. Membaca transkrip secara berulang.
Phenomenological Analysis (IPA). Teknik Tahap ini membutuhkan proses membaca
analisis data IPA dianggap sesuai karena IPA secara berulang-ulang transkrip yang telah
berusaha untuk meneliti bagaimana seorang didapat.
individu memaknai pengalaman penting dalam 2. Pencatatan awal (initial noting).
hidupnya dalam latar alami (Smith, Flower & Peneliti memeriksa makna kata yang
Larkin, 2009). Pemilihan subjek penelitian IPA terkandung dan bahasa yang digunakan
didasarkan pada teknik sampel purposif pada tahap eksploratoris. catatan atau
(purposive sampling) (Smith, Flowers & komentar eksploratoris (exploratory
Larkin, 2009). Sampel purposif umumnya comments). Exploratory comments ini
dipilih setelah survei awal atau wawancara di meliputi: (a) Descriptive comments; (b)
lapangan untuk memastikan bahwa orang- Linguistic comments; dan (c) Conceptual
orang yang dipilih dalam penelitian comments.
menampilkan kriteria yang sesuai dalam 3. Mengembangkan tema-tema yang muncul
penelitian (Sugiyono, 2009). Partisipan (developing emergent themes)
penelitian ini berjumlah 3 orang, dengan 4. Mencari hubungan yang sama antar tema
kriteria: 5. Berpindah ke kasus selanjutnya
6. Mencari pola-pola yang sama antar kasus
1. Subjek adalah pengajar muda Yayasan
7. Mendeskripsikan tema induk
Indonesia Mengajar.
2. Subjek telah berpartisipasi dalam Gerakan
Adapun kualitas penelitian dicapai dengan
Indonesia Mengajar dengan mengajar
menerapkan beberapa prinsip yang
selama satu tahun di lokasi terpencil
dikemukakan oleh Yardley (dalam Smith,
Indonesia.
Flowers, & Larkin, 2009), yaitu:
3. Bersedia menjadi subjek penelitian dengan
1. Sensitivitas terhadap konteks.
menandatangani informed consent.
Beberapa referensi disiplin ilmu psikologi
secara umum maupun psikologi kesehatan,
Metode pengumpulan data yang digunakan
serta referensi yang berhubungan dengan
dalam penelitian ini adalah wawancara
kanker payudara merupakan pustaka yang
mendalam semi-terstruktur. Pada penelitian
digunakan untuk menunjang sensitivitas
ini, peneliti terlebih dahulu membuat kerangka
peneliti terhadap konteks penelitian.
dari pokok bahasan yang akan diajukan kepada
2. Komitmen dan Ketelitian.
partisipan dalam bentuk pertanyaan
Komitmen dapat ditunjukkan dengan
wawancara (interview schedule). Pertanyaan
kepekaan peneliti terhadap partisipan
wawancara yang ditujukan kepada partisipan
selama proses pengumpulan data dan sejauh
bersifat terbuka dan tidak mengarah langsung
mana peneliti menuangkan perhatian
kepada pertanyaan penelitian. Proses
terhadap kasus yang sedang dianalisis.
pengambilan data melalui wawancara
Ketelitian dalam menjalankan penelitian
dilakukan dengan alat perekam suara.
ditunjukkan dengan kesesuaian partisipan
Perekaman dilakukan dengan persetujuan
dengan kriteria penelitian, kualitas
partisipan, dan hasil rekaman kemudian
wawancara, dan kelengkapan analisis data
dirubah dalam bentuk tulisan (transkrip).
Teknik analisis data yang digunakan dalam yang telah didapat.
3. Transparansi dan Keterhubungan.
penelitian ini adalah interpretative
188
Jurnal Empati, Agustus 2018, Volume 7 (Nomor 3), Halaman 186-198

Peneliti diharapkan untuk menjelaskan Kepedulian terhadap


setiap tahap dari penelitian yang dilakukan, anak-anak
termasuk proses pemilihan partisipan, Makna menjadi Kebertahanan dalam
proses penyusunan panduan wawancara, pengajar muda GIM
pelaksanaan wawancara, dan langkah- Kebahagiaan menjadi
langkah yang dilakukan dalam tahap pengajar muda
analisis data. Sementara prinsip Pemberdayaan
keterhubungan mengarah pada masyarakat
kesinambungan antara pertanyaan Kelekatan dengan
penelitian dengan metode dan perspektif masyarakat
pendekatan yang digunakan. Keinginan
4. Manfaat dan Kepentingan Penelitian. berkegiatan sosial
Penelitian yang baik haruslah memberikan
sesuatu yang menarik dan bermanfaat bagi Tabel 3. Tema Khusus
para pembaca. Dalam hal ini, penelitian ini Tema Khusus Partisipan
diharapkan dapat memberikan sumbangan Rasa nasionalisme Bara
teoretis bagi disiplin ilmu psikologi dan Kelekatan dengan Zen
manfaat praktis bagi peneliti secara pribadi, keluarga angkat
dan partisipan serta pembaca lainnya.

1. Konsep diri
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengangkat pengalaman
Tiga orang partisipan yang memenuhi menjadi pengajar muda dalam Gerakan
karakteristik penelitian telah diwawancarai. Indonesia Mengajar. Berdasarkan hasil
Data demografi partisipan dapat dilihat pada wawancara dan analisis data penelitian,
Tabel 1. Hasil analisis data transkrip ditemukan adanya pembentukan konsep diri
wawancara menemukan tiga tema induk, positif dari ketiga partisipan. Konsep diri,
dengan sembilan tema super-ordinat, serta dua menurut Burns (1993), adalah hubungan antara
tema khusus. Adapun rangkuman tema indu sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri.
dan super-ordinat dapat dilihat pada Tabel 2., Menurut Pervin, Daniel, & John (2010),
serta rangkuman tema khusus pada Tabel 3. konsep diri adalah bagaimana seorang individu
memersepsi dirinya. Persepsi individu
Tabel 1. Informasi Demografis mengenai dirinya meliputi aspek yang menjadi
Pseudoni Usia Lokasi kekuatan dan sekaligus kelemahannya.
m Penempatan Pembentukan konsep diri yang terjadi pada
Bara 26 Tahun Banggai, Sulteng ketiga partisipan, terlihat dari sepanjang
Adi 26 Tahun Rote, NTT pengalaman bergabung dalam Indonesia
Zen 26 Tahun Sangihe, Sulut Mengajar, dari sebelum menjadi pengajar
muda, hingga setelah menyelesaikan tugas
Tabel 2. Tema Induk dan Super-ordinat sebagai pengajar muda. Hasil penelitian ini
Tema Induk Tema Super-ordinat menunjukkan adanya konsep diri partisipan
Konsep diri Transformasi diri yang berupa transformasi diri dan juga
Kritik diri persepsinya mengenai kelemahan-
Makna pendidikan Kepedulian pada kelemahannya atau kritik diri.
anak pendidikan Pervin, dkk. (2010) mengemukakan konsep
diri mengandung standar bagi pujian diri (self-
189
Jurnal Empati, Agustus 2018, Volume 7 (Nomor 3), Halaman 186-198

praise) dan kritik diri (self-criticism) dan juga waktu yang digunakan untuk kerja sukarela,
fungsi regulator diri yang lain. Berdasarkan semakin besar tingkat kebahagiaan seseorang,
Boeree (2006), jika seseorang menemukan kepuasan hidup, harga diri, kesehatan fisik, dan
dirinya dapat memenuhi standar dirinya, dan semakin rendah tingkat depresinya. Secara
mampu memberikan pujian dan penghargaan singkat, kegiatan kesukarelawanan bermanfaat
kepada diri sendiri, maka orang tersebut akan bagi kesejahteraan diri seseorang. Hal tersebut
memiliki konsep diri yang baik. Namun, terlihat dalam hasil penelitian ini yang
apabila seseorang gagal memenuhi standar menunjukkan adanya transformasi diri dari
dirinya, kemudian memberikan hukuman pada ketiga partisipan. Transformasi diri yang
diri sendiri, maka orang tersebut akan memiliki dimaksud dalam penelitian ini adalah
konsep diri yang buruk. Penelitian ini perubahan positif yang dialami oleh para
menunjukkan adanya penghargaan dari tiap- partisipan. Keseluruhan partisipan
tiap partisipan terhadap apa yang telah mereka mengemukakan adanya peningkatan kualitas
kerjakan selama satu tahun pelaksanaan diri setelah bergabung dalam Gerakan
Gerakan Indonesia Mengajar. Indonesia Mengajar.
Gerakan Indonesia Mengajar adalah sebuah Partisipan Zen mengungkapkan peningkatan
program yang dilaksanakan oleh Yayasan kualitas dirinya dalam menghadapi suatu
Indonesia Mengajar untuk menempatkan persoalan. Dia menganggap dirinya menjadi
relawan-relawan dari sarjana perguruan tinggi lebih gigih dan tidak mudah putus asa. Dalam
untuk mengajar dan hidup bersama masyarakat menghadapi suatu permasalahan, dia akan
selama satu tahun di lokasi-lokasi terpencil di berusaha untuk mencoba beragam solusi
Indonesia. Menurut Musick & Wilson (2008), hingga apabila dirasa sudah tidak bisa
kesukarelawanan dapat memberikan dampak menemukan solusi yang tepat lagi.
positif bagi individu yang melakukannya; Peningkatan kualitas diri yang terjadi pada Adi
meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, adalah kemampuan untuk bertahan di segala
memperluas jaringan atau lingkaran kondisi. Pelaksanaan Gerakan Indonesia
pertemanan, mengurangi kesepian, membantu Mengajar selama satu tahun di Rote
relawan untuk dapat melewati persoalan masa menurutnya melatih dirinya untuk bisa
remaja yang belum terselesaikan, dan melewati kondisi apapun, baik minim listrik
sebagainya. Kearney (dalam Rochester, Payne, atau keterbatasan lainnya. Sedangkan Bara
& Howlett, 2010) menyebutkan mengungkapkan bahwa peningkatan kualitas
kesukarelawanan sebagai komitmen berupa dirinya berupa kemampuan-kemampuan yang
waktu dan tenaga untuk kepentingan sebelumnya belum dia asah, seperti
masyarakat dan dapat berupa dalam banyak kemampuan public speaking atau berbicara di
bentuk. Kesukarelawanan dilakukan secara depan orang lain.
bebas (tanpa keterpaksaan) atau sebagai pilihan Selain transformasi diri, penelitian ini juga
masing-masing individu tanpa memperhatikan menunjukkan hasil adanya kritik diri pada tiap-
keuntungan finansial. Melakukan kegiatan tiap partisipan. Pelaksanaan Gerakan Indonesia
sukarela pada umumnya dapat memberikan Mengajar menuntut ketiga partisipan untuk
pengalaman positif, menghasilkan perubahan mengenal dan menilai dirinya sendiri. Kritik
diri ke arah yang positif, memiliki rasa diri yang ditemukan dalam penelitian ini
tanggung jawab sosial yang lebih besar, dan menunjukkan adanya proses pemahaman dan
peningkatan kepercayaan diri (Musick & penerimaan diri sehingga kritik tersebut
Wilson, 2008). menjadi motivasi para partisipan untuk
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh menjadi pribadi yang lebih baik. Hal ini
Thoits & Hewitt (2001), semakin banyak
190
Jurnal Empati, Agustus 2018, Volume 7 (Nomor 3), Halaman 186-198

menunjukkan adanya pembentukan konsep diri Bolus, 1982). Menurut Hurlock (2004),
yang positif. keberhasilan seseorang dalam mengatasi
Bara mengakui adanya perasaan minder atau masalah hidup di masa dewasanya mempunyai
sebelum menjalankan Gerakan Indonesia pengaruh terhadap konsep dirinya dan melalui
Mengajar. Sebelumnya dia merasa tidak kehidupan seperti itulah kepribadian seseorang
mampu menjadi guru di desa terpencil, namun terbentuk. Semakin seseorang berhasil
kemudian dia menunjukkan ekspresi bangga mengatasi masalah hidup pada masa
ketika setelah menjalankan tugas sebagai dewasanya, maka konsep pribadinya akan
pengajar muda setelah merefleksi bahwa dia semakin menyenangkan dan rasa percaya
sebenarnya bisa menyelesaikan tugasnya, dirinya semakin teguh, mantap, dan semakin
bahkan menjadi pelatih dari guru-guru. tenteram.
Selain Bara, kritik diri yang terjadi pada Adi
berkaitan dengan penolakannya terhadap salah
satu teman. Sikapnya yang pada mulanya 2. Makna menjadi pengajar muda
underestimate terhadap teman tersebut berubah Pengalaman bergabung menjadi pengajar
dengan adanya proses saling mengenal. muda dalam Gerakan Indonesia Mengajar
Melalui pelatihan intensif dan pelaksanaan adalah pengalaman yang mengubah hidup para
Gerakan Indonesia Mengajar selama satu partisipan. Ketiga partisipan menyebutkan
tahun, teman tersebut justru menjadi teman adanya manfaat-manfaat yang didapatkan
akrabnya setelah melalui proses saling selama bergabung dalam Gerakan Indonesia
mengenal dan memahami satu sama lain. Mengajar. Seperti yang telah disebutkan di
Sedangkan Zen mengalami kritik diri yang atas, salah satu manfaat adalah peningkatan
berkaitan dengan pengalaman spiritual. Zen kualitas diri.
mengakui dirinya memiliki pemahaman yang Konsep diri positif yang terbentuk oleh para
kurang secara agama ketika mendapat tugas partisipan tidak mungkin terjadi tanpa adanya
mengisi khotbah sholat Jum’at. Pengetahuan kebertahanan dalam Gerakan Indonesia
yang kurang tersebut memicu rasa malu di Mengajar. Menurut Reivich dan Shatte (2002),
dalam dirinya yang kemudian menuntutnya resiliensi adalah kapasitas untuk merespon
untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. secara sehat dan produktif ketika berhadapan
Berdasarkan hasil penelitian ini, semua dengan kesengsaraan dan trauma, yang
partisipan menunjukkan adanya kritik diri yang diperlukan untuk mengelola tekanan hidup
kemudian berkembang menjadi konsep diri sehari-hari, atau hal ini dapat dipahami sebagai
positif dalam dirinya. Peningkatan kualitas diri kemampuan untuk beradaptasi dan bertahan
disampaikan sebagai manfaat keikutsertaannya dalam situasi sulit.
dalam Gerakan Indonesia Mengajar. Menurut Reivich dan Shatte (2002), terdapat
Pembentukan konsep diri dipengaruhi oleh tujuh kemampuan yang membentuk resiliensi
beberapa hal, salah satunya adalah peranan seseorang, yaitu; (1) regulasi emosi, atau
faktor sosial dan pengaruh lingkungan. kemampuan untuk tetap tenang di bawah
Menurut Pudjijogyanti (1995), konsep diri kondisi yang menekan; (2) pengendalian
terbentuk karena adanya interaksi individu impuls, atau kemampuan individu untuk
dengan orang-orang di sekitarnya. Konsep diri mengendalikan keinginan, dorongan,
terbentuk dan berkembang berdasarkan kesukaan, serta tekanan yang muncul dalam
pengalaman dan interpretasi lingkungan, diri seseorang; (3) optimisme, atau individu
terutama dipengaruhi oleh penguatan- yang resilien adalah individu yang yakin
penguatan, penilaian orang lain, dan atribut bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk
seseorang bagi tingkah lakunya (Shavelson & mengatasi kemalangan yang mungkin terjadi di
191
Jurnal Empati, Agustus 2018, Volume 7 (Nomor 3), Halaman 186-198

masa depan; (4) analisis penyebab masalah kapasitas individu meraih aspek positif dari
atau kemampuan individu untuk sebuah keterpurukan yang terjadi dalam
mengidentifikasikan masalah secara akurat dirinya, yaitu ketika dalam proses mengenal
dari permasalahan yang dihadapinya; (5) Indonesia Mengajar sebagai upayanya
empati, atau individu mampu membaca tanda- bertahan dalam gerakan ini.
tanda kondisi emosional dan psikologis orang Proses adaptasi yang disebutkan oleh Zen
lain; (6) efikasi diri, atau keyakinan bahwa ditemukan pula pada partisipan Bara dan Adi.
individu mampu menghadapi dan memecahkan Bara dan Adi menyebutkan cara mereka
masalah yang dialami secara efektif; (7) beradaptasi, yaitu dengan memetakan
reaching out, atau kapasitas individu meraih kebiasaan-kebiasaan masyarakat. Bara
aspek positif dari sebuah keterpurukan yang memetakan kebiasaan masyarakat seperti
terjadi dalam dirinya. keyakinan-keyakinan lokal yang mereka
Berdasarkan hasil penelitian ini, partisipan miliki. Sedangkan Adi mengamati kebiasaan
menunjukkan adanya kemampuan- mama-mama berinteraksi satu sama lain dan
kemampuan dasar resiliensi selama melakukan hal serupa. Proses adaptasi Adi dan
melaksanakan Gerakan Indonesia Mengajar. Bara menunjukkan pula kemampuan mereka
Seperti terlihat pada partisipan Bara, dia untuk menganalisis penyebab masalah atau
menghadapi perasaan lelah secara psikologis kemampuan individu untuk
yang membuatnya patah semangat namun tetap mengidentifikasikan masalah secara akurat
berusaha untuk tetap intensif bekerja. Hal ini dari permasalahan yang dihadapinya; serta
menunjukkan adanya regulasi emosi dan empati, atau kemampuan membaca tanda-
efikasi diri yang baik. tanda kondisi emosional dan psikologis orang
Selain Bara, partisipan Zen juga lain.
mengungkapkan adanya kesulitan yang Sebagai pelaksana Gerakan Indonesia
dihadapi saat pelaksanaan Gerakan Indonesia Mengajar atau sebagai pengajar muda, para
Mengajar. Zen mengungkapkan kesulitannya partisipan harus hidup dan tinggal bersama
beradaptasi di lokasi penempatannya karena masyarakat selama pelaksanaan gerakan
perbedaan bahasa, sehingga menyulitkannya tersebut yang dilaksanakan dalam waktu satu
untuk berkomunikasi dengan warga setempat. tahun. Salah satu yang terlihat dari wawancara
Dalam wawancaranya, Zen menggunakan ketiga subjek adalah adanya kelekatan
ekspresi “patung hidup” untuk kesulitannya emosional dengan warga di lokasi penempatan.
tersebut. Namun kemudian dia menyebutkan Kelekatan atau attachment menurut Bowlby
bahwa dia perlu membawa buku untuk (dalam McLeod, 2009) adalah bentuk
memahami bahasa sekitar hingga bahasa keterikatan emosi antara satu individu dengan
setempat tersebut bukan lagi menjadi masalah individu yang lain. Dalam penelitian ini,
untuknya. Selain kesulitan beradaptasi, Zen attachment yang dikaji adalah attachment
juga mengungkapkan bahwa dia sebelumnya dengan masyarakat lokasi penempatan.
tidak mengenal Indonesia Mengajar. Dia Berdasarkan penelitian oleh National and
memanfaatkan fase pelatihan untuk mencari Community Service dan Abt Associates Inc.
alasan bertahan dalam gerakan ini. Pada kasus terhadap alumni Americorps tahun 2008, orang
ini, Zen menunjukkan adanya kemampuan yang melakukan kegiatan sukarela memiliki
analisis penyebab masalah atau kemampuan koneksivitas yang kuat terhadap
individu untuk mengidentifikasikan masalah komunitasnya, termasuk kelekatan, kesadaran,
secara akurat dari permasalahan yang dan komitmen. Orang-orang tersebut memiliki
dihadapinya. Di samping itu, dia juga kemampuan dan pemahaman yang lebih baik
menunjukkan adanya proses reaching out, atau
192
Jurnal Empati, Agustus 2018, Volume 7 (Nomor 3), Halaman 186-198

dalam mengidentifikasi masalah yang ada pada terhadap masyarakat daerah tersebut.
masyarakat (Yamaguchi, et al., 2008). Menurutnya, perubahan ini dilihat dari
Kelekatan yang ditunjukkan oleh Bara adalah perubahan pola pikir yang dibawa oleh
masih adanya komunikasi yang terjalin antara pengajar muda untuk masyarakat penempatan.
dia dan masyarakat di lokasi penempatan Di samping perubahan pola pikir,
Gerakan Indonesia Mengajarnya, serta adanya pembangunan masyarakat terlihat dari
kesulitan untuk move on dan beradaptasi kemandirian masyarakat dalam melaksanakan
kembali di daerah asalnya. Selain itu, Bara kegiatan sendiri.
menyebutkan pandangannya bahwa setelah Bara menyampaikan relawan lokal di daerah
menyelesaikan tugas sebagai pengajar muda, penempatannya sudah secara mandiri
dia merasa menjadi “duta” dari daerah mengadakan kegiatan-kegiatan seperti
penempatannya, yaitu Banggai. Menurutnya, pelatihan guru, tanpa dibantu atau ditemani
dia memiliki pengetahuan lebih tentang oleh pengajar muda. Kemandirian masyarakat
masyarakat Banggai dibandingkan orang lain. ini juga terlihat di Rote seperti yang dialami
Dalam wawancaranya Zen juga oleh Adi. Adi menyebutkan bahwa penggerak-
mengungkapkan adanya kelekatan terhadap penggerak di Rote menjadi percaya diri dalam
masyarakat di lokasi penempatannya, Sangihe. mengadakan kegiatan-kegiatan untuk
Hal ini terlihat dari ungkapan kerinduannya lingkungannya. Perubahan stigma masyarakat
terhadap masyarakat Sangihe, dan juga menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan
keinginannya untuk kembali mengunjungi pembangunan masyarakat, seperti yang
daerah tersebut. disampaikan Bara dalam upaya merubah
Kelekatan terhadap masyarakat lokasi stigma masyarakat terhadap penganut
penempatan selaras dengan keberhasilan keyakinan lain hingga penerimaan warga
partisipan dalam membangun dan tersebut terhadap pengajar muda selanjutnya
memberdayakan masyarakat. Hal ini dapat yang memiliki keyakinan agama yang berbeda
dipahami sebagai hal yang normal karena dengan masyarakat. Hasil penelitian yang
menurut Putnam (2000), kesukarelawanan didapatkan tersebut senada dengan penemuan
biasanya dipahami sebagai kegiatan sosial Institute Points of Light (Wu, 2011) yang
yang meningkatkan kesejahteraan sosial, menyebutkan bahwa kegiatan sukarela
memberdayakan masyarakat setempat, dan membantu membangun masyarakat yang
memberikan layanan yang sebelumnya tidak kohesif, lebih aman dan kuat, serta
ada atau terbatas di lokasi tersebut. Tugas lain meningkatkan jaringan antara komunitas
pengajar muda selain mengajar dan dengan masyarakat sekitar.
membangun kesadaran pendidikan di lokasi Keberhasilan dalam memberdayakan
penempatan adalah untuk melaksanakan tugas masyarakat, membangun daerah lokasi
pemberdayaan masyarakat. penempatan, dan melalui pengalaman
Pemberdayaan masyarakat merupakan proses pelaksanaan Gerakan Indonesia Mengajar
pembangunan di mana masyarakat berinisiatif tersebut, partisipan menunjukkan ekspresi
untuk memulai proses kegiatan sosial untuk bahagia menjadi pengajar muda. Seperti
memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri penelitian yang dilakukan oleh Kahana, Bhatta,
(Sumodiningrat & Wulandari, 2016). Lovegreen, Kahana, &Midlarsky (2013),
Penelitian ini menemukan hasil bentuk ditemukan bahwa sikap altruistik, frekuensi
keberhasilan pembangunan masyarakat yang aksi kesukarelawanan, dan tindakan menolong
dilakukan oleh ketiga partisipan. Menurut Zen, adalah prediktor positif dari perasaan positif
keberadaan pengajar muda di lokasi seseorang.
penempatan menciptakan perubahan positif
193
Jurnal Empati, Agustus 2018, Volume 7 (Nomor 3), Halaman 186-198

Selain manfaat kesukarelawanan di atas, Pendidikan, menurut Coser (dalam Hasbullah,


sebelumnya Clary et al. (dalam Rochester, 2013), adalah tindakan sengaja dalam transfer
Payne, & Howlett, 2010) menyebutkan salah ilmu, kemampuan, dan nilai-nilai dari satu
satu fungsi yang dibawa oleh orang ke orang yang lainnya. Berdasarkan
kesukarelawanan, yaitu fungsi nilai. Fungsi ini pengalamannya menjadi pengajar muda, Bara
mengacu pada kepedulian terhadap dan Zen mengungkapkan kepedulian mereka
kesejahteraan orang lain dan kontribusi pada terhadap pendidikan anak melalui
masyarakat. Fungsi ini juga dikaitkan dengan penolakannya secara tegas mengenai adanya
altruisme. Menurut Batson, dkk. (2002) kekerasan dalam proses pembelajaran. Zen
altruisme adalah motivasi seseorang untuk mengungkapkan usahanya dalam merubah
mencapai tujuan meningkatkan kesejahteraan kebiasaan buruk guru tersebut, yaitu masih
orang lain. Individu yang memiliki sifat menggunakan kekerasan dalam proses
altruistik suka memberi pertolongan atau pembelajaran. Bara, secara spesifik
bantuan secara ikhlas, jauh dari motif menyebutkan pandangannya tentang
kepentingan pribadi. Bentuk altruisme yang pentingnya guru mengajar dengan hati, yang
muncul dalam penelitian ini adalah keinginan berarti pentingnya guru mengajar dengan rasa
berkegiatan sosial oleh Adi dan Bara yang perhatian terhadap murid-muridnya. Zahroh
terinspirasi oleh Indonesia Mengajar. (2015) juga menyebutkan bahwa guru sudah
Adi terinspirasi oleh Indonesia Mengajar dan semestinya mengajar karena panggilan jiwa,
kemudian membangun komunitas sosial di serta memiliki misi untuk mengantarkan
Malang yang bergerak dalam membantu anak- peserta didiknya pada kehidupan yang lebih
anak jalanan di kota tersebut. Sedangkan Bara, baik, dalam segi intelektual maupun segi
melakukan beberapa kegiatan sosial, yaitu sosial. Zahroh (2015) menambahkan, guru
project buku ‘Cerita Anak Banggai’ dan dengan kepedulian terhadap pendidikan anak
pelatihan untuk siswa SMA bersama teman akan mampu mengalirkan energi kecerdasan,
gerejanya di Semarang, paska pelaksanaan kemanusiaan, serta kemuliaan yang besar ke
Gerakan Indonesia Mengajar. Hasil penelitian dalam dada dan pikiran setiap peserta didiknya.
ini selaras dengan yang disebutkan oleh Salah satu persoalan pendidikan di Indonesia
Musick & Wilson (2008) bahwa adalah tidak meratanya kualitas pendidikan
kesukarelawanan diyakini dapat disebabkan oleh kondisi geografis negara.
menumbuhkan kepercayaan antarpersonal, Pelaksanaan Gerakan Indonesia Mengajar di
toleransi dan empati bagi orang lain, dan lokasi terpencil membawa makna tersendiri
menghormati kebaikan bersama. bagi mereka terhadap pendidikan. Adi
menunjukkan keprihatinannya terhadap
kondisi pendidikan di lokasinya, Rote, yang
3. Makna pendidikan anak dirasa masih minim akses pendidikan. Selain
Gerakan Indonesia Mengajar menuntut Adi, Zen juga merasakan kesedihan melihat
partisipan untuk bekerja sebagai guru di lokasi kondisi pendidikan yang terbatas dalam
penempatannya. Tugas dan peran guru yang mendapatkan informasi, termasuk informasi
dilaksanakan oleh para partisipan mengikuti lomba.
kebutuhan sekolah di lokasi masing-masing. Kepedulian terhadap pendidikan dan
Menjalankan peran sebagai guru sekolah dasar kepedulian serta perhatian terhadap anak-anak
membuat para partisipan menemukan selaras dengan konsep pedagogi sosial.
pemaknaan terhadap pendidikan, khususnya Menurut Cannan (1992) sosial pedagogi adalah
pendidikan untuk anak-anak. sebuah perspektif termasuk di dalamnya ada
aktivitas sosial, yang bertujuan untuk
194
Jurnal Empati, Agustus 2018, Volume 7 (Nomor 3), Halaman 186-198

meningkatkan kesejahteraan manusia melalui menyebutkan pandangannya bahwa anak-anak


pembangunan anak-anak dan praktik adalah yang pertama dilayani. Selain itu, ada
pendidikan; serta untuk mencegah atau upaya untuk berinteraksi dengan anak-anak di
mengurangi permasalahan sosial dengan luar kegiatan sekolah, serta mengajak diskusi
menyediakan orang-orang untuk mengatur yang menunjukkan penerapan pentingnya
kehidupan mereka, dan memberikan perubahan komunikasi dan kemampuan mendengarkan.
pada situasi kehidupannya. Pedagogi sosial Bara menyebutkan adanya perubahan dalam
adalah konsep pendidikan yang pada awalnya diri anak-anak yang dididiknya, yaitu mereka
merupakan kritik terhadap pelaksanaan bisa lebih menghargai orang lain.
pendidikan. Pedagogi sosial berfokus pada Gerakan Indonesia Mengajar membuat Adi
pengembangan individu sebagai objek mengartikan setiap anak adalah spesial.
pendidikan. Berdasarkan pengalamannya, Adi
Petrie et al. (2006) mengidentifikasikan menyebutkan gesture yang berbeda
sembilan prinsip pedagogi sosial; (1) berfokus dibandingkan guru pada umumnya. Kebiasaan
pada anak sebagai manusia seutuhnya, serta untuk tos dan pemberian pelukan dianggap
mendukung untuk perkembangan anak secara sebagai hal yang dibutuhkan oleh anak-anak
keseluruhan, (2) praktisi atau pengajar melihat didiknya. Dia menyebutkan bahwa hal tersebut
dirinya sebagai seseorang yang berhubungan penting berdasarkan pemahamannya bahwa
dengan anak-anak, (3) anak-anak dan staf anak-anak didiknya membutuhkan kasih
pendidikan dilihat sebagai penghuni ruang sayang.
hidup yang sama, tidak dalam domain hierarkis Zen, di sisi lain, menceritakan perlakuan-
yang terpisah, (4) sebagai professional, perlakuan berbeda yang dia berikan kepada
pendidik didorong untuk terus merefleksikan anak-anak didik, ketika menyebutkan Parta
tindakan mereka dan untuk menerapkan dengan hiperaktivitasnya. Dia juga
pemahaman teoretis serta pengetahuan diri menyampaikan usahanya dalam membangun
pada tuntutan yang dihadapkan pada mereka, kesadaran pendidikan orangtua dan guru. Demi
(5) aspek praktis, pendidik dilatih agar perkembangan anak sebagai manusia
mempersiapkan mereka untuk berbagi dalam seutuhnya, Zen menempatkan guru-guru sama
banyak aspek kehidupan dan kegiatan anak- dengan anak-anak dalam upayanya
anak, (6) kehidupan anak-anak dipandang menghilangkan kebiasaan penggunaan
sebagai sumber daya yang penting: pendidik kekerasan dalam proses belajar. Artinya,
harus memperhatikan dan memanfaatkan hal penggambaran bahwa baik guru dan murid
tersebut, (7) proses pembelajaran dibangun di merasakan sakit, serta dendam apabila diberi
atas pemahaman kebebasan anak, (8) perlakuan bentuk kekerasan oleh orang lain.
penekanan pada kerjasama dalam
membesarkan anak antara tenaga pendidik,
masyarakat sekitar, dan terutama orang tua, 4. Rasa nasionalisme
serta (9) hubungan pendidik-anak didik Tema ini adalah tema khusus yang ditemukan
berpusat pada pentingnya saling pada partisipan Bara. Bara mengungkapkan
mendengarkan dan berkomunikasi. kecintaannya dan pemahamannya tentang
Penelitian ini menemukan perilaku-perilaku Indonesia yang dia anggap meningkat setelah
partisipan yang menggambarkan penerapan mengikuti Gerakan Indonesia Mengajar.
pedagogi sosial. Bara menyebutkan pentingnya Nasionalisme bisa menjadi dua arti. Pertama,
mengajar dengan menggunakan hati, dan nasionalisme merupakan paham (ajaran) untuk
mengajak anak untuk belajar menggunakan mencintai bangsa dan negara sendiri; sifat
seluruh kemampuannya. Bara juga kenasionalan—makin menjiwai bangsa
195
Jurnal Empati, Agustus 2018, Volume 7 (Nomor 3), Halaman 186-198

Indonesia. Kedua, nasionalisme adalah masyarakat, dan mempercayai orang-


kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa orang yang dapat bekerjasama dalam
yang secara potensial atau actual bersama- politik (Flanagan et al., 1998: 460).
sama mencapai, mempertahankan, dan Hal ini juga ditemukan dalam hasil
mengabdikan identitas, integritas, penelitian ini, yaitu adanya perubahan
kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; pandangan Bara tentang pemerintah. Dia
semangat kebangsaan (Pureklolon, 2017). menyebutkan bahwa sebelumnya selalu
Menurut Pureklolon (2017), nasionalisme menjadi kritikus pemerintah, sedangkan
berkembang dari adanya pengetahuan dan setelah mengikuti Gerakan Indonesia
pemahaman tentang suatu negara, misalnya Mengajar, dia ingin mengetahui ranah
dari negara yang kita diami. Hasil penelitian ini kerja dan kesulitan yang dihadapi di sektor
menunjukkan Bara mendapatkan penguatan pemerintahan.
rasa cinta tanah air melalui pelaksanaan 2. Kegiatan sukarela mendorong keyakinan
Gerakan Indonesia Mengajar. Penguatan cinta bahwa sistem sosial didasarkan pada
tanah air yang terjadi dalam diri Bara adalah kehidupan sosial yang teratur. Melalui
ketika melihat sikap-sikap Pancasila yang keikutsertaan dalam kesukarelawanan,
belum terlaksana di lokasi penempatannya. seseorang mengembangkan pemahaman
Sebagai contoh, masih adanya stigma negatif bahwa untuk suatu sistem politik dapat
oleh masyarakat terhadap penganut keyakinan berfungsi adalah dengan masing-masing
tertentu, selain itu juga ketika menemukan orang menjalankan perannya.
fakta bahwa upacara bendera masih belum Hal tersebut juga disampaikan oleh Bara
menjadi suatu rutinitas di sekolahnya. dalam wawancaranya, yaitu ketika dia
Selain itu, hasil penelitian menunjukkan Bara menyebutkan adanya kebutuhan untuk
memiliki intensi untuk melanjutkan karir di terus mendorong pemerintah demi
sektor pemerintahan, didasarkan oleh perkembangan pendidikan.
pengalamannya mengikuti Gerakan Indonesia 3. Berkegiatan sukarela membuat orang
Mengajar. Setelah satu tahun pelaksanaan untuk terlibat dalam kegiatan sosial
GIM, Bara melanjutkan pengabdian dalam organisasi-organisasi nirlaba, dimana
program pengembangan kepemudaan dan mereka dapat bertemu dengan berbagai
kepeloporan Provinsi Jawa Tengah. Hal ini macam orang dan dapat mempelajari lebih
senada dengan yang disebutkan oleh banyak isu-isu lokal atau politik lokal.
Pureklolon (2017) yaitu, nasionalisme yang Bara mengakui adanya perubahan
sebenarnya adalah nasionalisme yang dihidupi, pandangan dan keinginan untuk berkarir di
dijiwai, dan dapat diaplikasikan dalam sektor pemerintahan setelah menjalankan
kehidupan sehari-hari, bukan hanya dalam Gerakan Indonesia Mengajar yang juga
ucapan. Menghidupi nasionalisme salah satu berkaitan dengan kerjasama dengan
contohnya adalah dengan membantu pemerintah.
pemerintah dalam pengembangan seluruh 4. Kegiatan sukarela memberikan
aspek kehidupan dan bukan hanya keterampilan untuk menulis surat-surat,
mengeluhkan kinerja pemerintah (Pureklolon, merencanakan dan mengatur pertemuan,
2017). dan memberikan presentasi atau pidato,
Musick & Wilson (2008) menerangkan ada yang kemudian dapat digunakan dalam
beberapa alasan mengapa kesukarelawanan arena politik.
mendorong rasa nasionalisme.
1. Kesukarelawanan membangun
kepercayaan pada orang lain dan institusi 5. Kelekatan dengan keluarga angkat
196
Jurnal Empati, Agustus 2018, Volume 7 (Nomor 3), Halaman 186-198

Kelekatan atau attachment menurut Bowlby munculnya kepedulian pendidikan dan anak-
(dalam McLeod, 2009) adalah bentuk anak.
keterikatan emosi antara satu individu dengan Peneliti yang tertarik untuk mengembangkan
individu yang lain. Kelekatan pada keluarga penelitian dengan tema serupa, dapat
angkat yang terjadi pada Zen mencakup mengembangkan penelitian terhadap tema-
kepeduliannya terhadap keluarga, pengorbanan tema yang berkaitan dengan resiliensi,
yang dilakukannya untuk dapat membantu pengembangan sikap altruisme, hingga sense
keluarga, serta pemaknaan pada kebutuhan of community para pengajar muda Gerakan
untuk bekerja keras. Indonesia Mengajar. Selain itu, berdasarkan
Zen merasakan ada yang janggal ketika keterbatasan yang ditemukan dalam penelitian
keluarganya tidak pernah lupa menyediakan ini, penelitian selanjutnya dapat menggali
makan yang cukup untuk dia, hingga tentang kohesivitas kelompok alumni pengajar
menemukan fakta bahwa keluarganya perlu muda dalam Yayasan Indonesia Mengajar.
berhutang untuk memberi penghidupan
untuknya. Zen menunjukkan perasaan
bertanggungjawab pada keluarga angkat
DAFTAR PUSTAKA
setelah mengetahui fakta bahwa mereka
berhutang. Dia berupaya untuk membantu Adendorff, M., Mason, M., Modiba, M.,
keluarga mendapatkan pendapatan lebih Faragher, L., & Kunene, Z. (2010).
dengan cara ikut memanah ikan. Being a teacher: Professional
Kelekatan merupakan suatu ikatan emosional challenges & choices. Braamfontein:
yang kuat yang dikembangkan anak melalui SAIDE.
interaksinya dengan orang yang mempunyai Bahri, Syamsul. (2011). Faktor yang
arti khusus dalam kehidupannya, biasanya mempengaruhi kinerja guru SD di
orang tua (McCartney & Dearing, 2002). Dataran Tinggimoncong Kabupaten
Aktivitas memanah ikan dilakukannya selama Gowa Provinsi Sulawesi Selatan.
6 bulan dari satu tahun periode pelaksanaan Jurnal Medtek, Vol. 3(2), 1-11.
Gerakan Indonesia Mengajar. Menurutnya, hal Batson, C. D., Ahmad, N., & Tsang, J.-A.
ini adalah pengorbanan yang perlu dilakukan (2002). Four motives for community
agar dia dan keluarga bisa bertahan hidup. involvement. Journal of Social Issues,
58(3), 429-445.
Boeree, C. G. (2006). Personality theories.
KESIMPULAN Diakses dari
http://webspace.ship.edu/cgboer/pers
Berdasarkan hasil analisis data dan tinjauan contents.html pada Mei 2018.
pustaka, dapat disimpulkan bahwa setiap Burns, R. B. (1993). Konsep diri (Teori,
pengajar muda dalam Gerakan Indonesia pengukuran, perkembangan dan
Mengajar memiliki pemaknaan tersendiri atas
perilaku). Jakarta: Arcan.
pengalamannya melaksanakan Gerakan Cannan, C., Berry, L., & Lyons, K. (1992).
Indonesia Mengajar. Pemaknaan ini beragam Social Work and Europe. Hampshire:
karena setiap individu mengalami peristiwa The Macmillan Press.
yang berbeda-beda sejak diterima menjadi Fadhilah, U. N. (2017). Persyaratan program
calon pengajar muda hingga pelaksanaan SM3T diubah. Diakses dari
Gerakan Indonesia Mengajar selesai. Secara https://www.republika.co.id/berita/pe
garis besar, pengajar muda mendapatkan ndidikan/dunia-
manfaat transformasi diri pada dirinya, serta kampus/17/04/16/ooi4w0368-
197
Jurnal Empati, Agustus 2018, Volume 7 (Nomor 3), Halaman 186-198

persyaratan-program-sm3t-diubah Putnam, R. D. (2000). Bowling alone. New


pada Januari 2018. York: Simon & Schuster.
Flanagan, C. A., Bowes, J. M., Jonsson, B., Reivich, K., & Shatte, A. (2002). The resilience
Csapo, B., & Sheblanova, E. (1998). factor: 7 keys to finding your inner
Ties that bind. Journal of social strength and overcome life's hurdles.
issues, 54(3), 457-475. New York: Broadway Books.
Hasbullah. (2013). Dasar-dasar ilmu Rochester, C., Payne, A.E., & Howlett, S.
pendidikan. Jakarta, Indonesia: (2010). Volunteering and society in
Rajawali Pers. the 21st century. Hampshire: Palgrave
Hurlock, Elizabeth. (2004). Psikologi Macmillan.
perkembangan suatu pendekatan Shavelson, R. J., & Bolus, R. (1982). Self
sepanjang rentang kehidupan (Edisi Concept: The interplay of theory and
kelima). Jakarta: Erlangga. methods. Journal of Educational
Kahana, E., Bhatta, T., Lovegreen, L. D., Psychology, 3-17.
Kahana, B., & Midlarsky, E. (2013). Smith, J. A., Flowers, P., & Larkin, M. (2009).
Altruism, helping, and volunteering: Interpretative phenomenological
Pathways to well-being in late life. analysis. London: SAGE.
Journal Aging Health, 159-187. Sugiyono. (2009). Metode penelitian
Indonesia Mengajar. (n.d.). Diakses dari kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
https://indonesiamengajar.org pada Bandung: Alfabeta.
November 2016. Sumodiningrat, G., & Wulandari, A. (2016).
McCartney, K., & Dearing, E. (2002). Membangun Indonesia dari desa.
Attachment. Dalam N. J. Salkind, Yogyakarta: Penerbit Media
Child Development (pp. 32-37). New Pressindo.
York: Macmillan Reference USA. Thoits, P. A., & Hewitt, L. N. (2001).
McLeod, S. A. (2009). Attachment. Diakses Volunteer work and well-being.
dari Journal of Health and Social
www.simplypsychology.org/attachm Behavior, 42, 115-131.
ent.html pada Maret 2018. Wu, H. (2011). Social impact of volunteerism.
Musick, M. A., & Wilson, J. (2008). Points of Light Institute.
Volunteers: A social profile. Yamaguchi, R., Gordon, P., Mulvey, C., Unlu,
Bloomington: Indiana University F., Simpson, L., Jastrzab, J., . . .
Press. Jennings, S. (2008). Still serving:
Pervin, Lawrence A., Daniel, Cervone., & Measuring the eight-year impact of
John, Oliver P. (2010). Psikologi AmeriCorps on alumni. Corporation
kepribadian. Jakarta: Kencana. for National and Community Service
Petrie, P., Boddy, J., & Cameron, C. and Abt. Associates Inc. Corporation
(2006). Working with children in for National and Community Service.
care:: European perspectives. Zahroh, Aminatul. (2015). Membangun
McGraw-Hill Education (UK). kualitas pembelajaran melalui
Pudjijogyanti. (1995). Konsep diri dalam dimensi profesional guru. Bandung:
pendidikan. Jakarta: Arcan. Yrama Widya.
Pureklolon, T. T. (2017). Nasionalisme:
Supremasi perpolitikan negara.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
198
Jurnal Empati, Agustus 2018, Volume 7 (Nomor 3), Halaman 186-198

199

Anda mungkin juga menyukai