Anda di halaman 1dari 3

Stratifikasi Sosial

Pengertian stratifikasi sosial


Menurut Sorokin stratifikasi sosial adalah pengelompokan masyarakat ke dalam kelas-kelas
secara vertikal atau secara hierarkis/ bertingkat.
Soekanto menyebutkan bahwa stratifikasi adalah suatu telaahan terhadap distribusi hal-hal yang
sangat dihargai oleh masyarakat.
Sorokin dan Soekanto mengungkapkan bahwa ada beberapa hal yang esensial dalam stratifikasi
sosial yaitu menempatkan seseorang pada kelas atau tingkatan, disesuaikan dengan beberapa hal
seperti karyawan, keterampilan, prestasi, hak istimewa, dan kesempatan dalam mengadakan
hubungan dengan tokoh-tokoh penting.
Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk
dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan,
hak istimewa, dan prestise.
John Frank Cuber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola penempatan kategori
kelas sosial berdasarkan hak-hak yang berbeda.
Perwujudan pelapisan di dalam masyarakat dikenal dengan istilah kelas sosial. Kelas sosial
terdiri atas kelas sosial tinggi, kelas sosial menengah, dan kelas sosial rendah. Kelas sosial tinggi
biasanya diisi oleh para pejabat atau pengusaha dan pengusaha kaya. Kelas sosial menengah
biasanya meliputi kaum intelektual, seperti dosen, peneliti, mahasiswa, pengusaha kecil dan
menengah, serta pegawai negeri. Kelas sosial rendah biasanya merupakan kelompok terbesar
dalam masyarakat, seperti buruh, petani, dan pedagang kecil.
Dalam masyarakat yang sederhana dan homogen, pembedaan peran dan kedudukan relatif sedikit
sehingga stratifikasi sosialnya pun sedikit. Pelapisan sosial dalam masyarakat ini didasarkan
pada jenis kelamin, senioritas, dan kekuasaan. Pada masyarakat tersebut, semua orang yang
berjenis kelamin sama cenderung melakukan pekerjaan yang sama.beberapa orang mungkin
lebih dihormati dan berpengaruh daripada yang lain. Namun, tidak ada kelompok yang memiliki
hak lebih istimewa daripada kelompok lain.
Sebaliknya dalam masyarakat modern, pelapisan sosial didasarkan pada kriteria pendidikan yang
menimbulkan beranekaragam keahlian atau profesi (pembagian kerja). Beberapa jenis pekerjaan
lebih dihargai daripada pekerjaan lain. Hal ini terlihat dari imbalan yang diperoleh seseorang dari
pekerjaan tertentu. Lalu, muncullah orang-orang dengan prsetise yang lebih tinggi dan materi
yang lebih banyak. Orang-orang tersebut cenderung berkelompk dengan sesamanya sehingga
menimbulkan kelas sosial tertentu.
Faktor Penyebab stratifikasi sosial
Pelapisan sosial masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan
masyarakat itu seperti kemampuan atau kepandaian, umur, fisik, jenis kelamin, sifat keaslian
keanggotaan masyarakat, dan harta benda. Contohnya seseorang dengan fisik yang kuat dapat
melindungi orang yang lemah dan orang yang pandai dan bijak akan dijadikan pemimpin dalam
masyarakat. Dengan demikian, terbentuklah lapisan masyarakat berdasarkan kemampuan
tertentu.
Faktor-faktor penentu tersebut berbeda di setiap masyarakat. Dalam masyarakat pemburu, faktor
penentu utamanya adalah kepandaian berburu. Dalam masyarakat agraris faktor penentunya
adalah kepemilikan tanah.
Dalam perkembangan selanjutnya stratifikasi sosial sengaja dibentuk sebagai subsistem sosial
untuk mewujudkan tujuan tertentu. Contohnya kekuasaan dalam sistem pemerintahan. Sistem
pemerintahan sengaja dibuat secara hierarkis dan birokratis, sehingga pembagian kekuasaan
lebih jelas dan mudah dipertanggungjawabkan. Contoh lainnya adalah urutan kepangkatan dalam
militer mulai dari tamtama, bintara, perwira pertama, perwira menangah, hingga perwira tinggi.
Beberapa kondisi umum yang mendorong terciptanya stratifikasi sosial dalam masyarakat,
menurut Wila Huky (1982) adalah:
1. Perbedaan ras dan budaya
Misalnya kelas sosial atas dasar warna kulit di Afrika Selatan pada masa Apartheid, pada
masa itu kaum kulit putih dianggap sebagai lapisan masyarakat paling atas
2. Pembagian tugas yang terspesialisasi. Spesialisai berkaitan dengan fungsi kekuasaan dan
status dalam stratifikasi sosial
3. Kelangkaan. Stratifikasi lambat laun terjadi karena alokasi hak dan kekuasaan yang
jarang atau langka.
Dasar pembentukan stratifikasi sosial
Yang menjadi dasar pembentukan stratifikasi sosial adalah adanya sesuatu yang sangat
berharga bagi kehidupan seperti pada masyarakat pertanian tanah sangat penting, maka jumlah
kepemilikan tanah yang besar akan menempatkan seseorang pada lapisan atas.
Ukuran yang menjadi dasar dimasukannya individu dalam suatu tingkatan bersifat
komulatif, tidak tunggal seperti individu yang memiliki kekayaan bisa dengan mudah
mendapatkan pendidikan sehingga masuk pada strata atas dan individu yang tidak memiliki
kekayaan atau miskin akan jarang mendapatkan kesempatan pendidikan tinggi sehingga akan
tetap pada strata bawah.
Ukuran yang dipakai dalam menggolongkan masyarakat dapat dijabarkan sbb :
a. Kekayaan
Berkaitan erat dengan pendapatan yang diperoleh seseorang, semakin besar
pendapatannya maka kekayaan akan makin banyak dan makin besar peluang untuk
menempati lapisan atas
b. Kekuasaan
Berkaitan dengan kemampuan individu dalam menentukan kehendaknya terhadap
orang lain yang dikuasai. Faktor ini dipengaruhi oleh unsur lain seperti kedudukan
kepandaian sertsa kekayaan yang dimiliki. Individu yang memiliki kekuasaan dan
wewenang terbesar akan menduduki strata paling atas.

c. Keturunan
Faktor keturunan sangat berpengaruh dalam stratifikasi terutama dalam masyarakat
feodal , stratifikasi ini ditandai oleh pemberian gelar terhadap orang-orang yang
memiliki pelapisan paling atas seperti gelar raden di jawa, andi di masyarakat bugis,
tengku di masyarakat Aceh. Dengan kata lain kedudukan seseorang ditentukan oleh
kedududkan yang dimiliki oleh orang tuanya.
d. Pendidikan
Berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan keahlian yang dimiliki oleh seseorang, bila
pendidikan seseorang telah memiliki pendidikan yang lebih tinggi biasanya ditandai
dengan gelar kesarjanaan nya maka orang ini akan menempati lapisan yang lebih
tinggi pula. Contohnya peneliti, cendekiawan atau dosen, dokter, hakim, dan atlet
 Status atau kedudukan
Menunjukkan hak dan kewajiban seseorang dalam masyarakat. Misalnya seseorang
yang berstatus sebagai suami memiliki kewajiban melindungi keluarga dan
menafkahinya.
 Peran (Role)
Peran merupakan aspek yang dinamis. Peran adalah tingkah laku yang diharapkan
dari orang yang memiliki kedudukan atau status. Apabila seseorang melaksanakan
hak-hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka ia telah menjalankan
perannya. Kedudukan dan peran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Contohnya seorang siswa tidak akan bias mengatur ketertiban jika ia tidak memiliki
status sebagai ketua kelas.

Anda mungkin juga menyukai