Anda di halaman 1dari 5

Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016

“Peran Penelitian Ilmu Dasar dalam Menunjang Pembangunan Berkelanjutan”


Jatinangor, 27-28 Oktober 2016
ISBN 978-602-72216-1-1

Analisis Kadar Klorofil dan Luas Daun Lampeni (Ardisia


humilis Thunberg) pada Tingkat Perkembangan yang Berbeda
di Cagar Alam Pangandaran
Tia Setiawati, Irene Afrylylya Saragih, Mohamad Nurzaman, Asep Zainal Mutaqin

Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Padjadjaran, Bandung


*E-mail: tia@unpad.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai kadar klorofil, luas daun Lampeni
(Ardisia humilis Thunberg) dan hubungan keduanya pada tingkat perkembangan daun yang berbeda di
kawasan Cagar Alam Pangandaran. Metode yang digunakan adalah metode survey untuk penentuan
lokasi pengambilan sampel yang ditentukan berdasarkankeberadaan tumbuhan Lampeni. Sampel daun
yang digunakan adalah daun pertama (pucuk), ketiga, kelima, ketujuh dan kesembilan. Kadar klorofil
pada daun diukur dengan menggunakan klorofilmeter Opti-science CCM-200 dan luas daun diukur
dengan metode gravimetri. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kadar klorofil dan luas daun
pada tingkat perkembangan yang berbeda. Hasil analisis kadar klorofil dan luas daun yang diperoleh
secara berturut-turut adalah sebagai berikut: daun pertama yaitu 4,4 CCI dan 5,37 cm2, daun ketiga yaitu
20,1 CCI dan 7,01 cm2, daun kelima yaitu 20,5 CCI dan 51,89 cm2, daun ketujuh yaitu 64,5 CCI dan
53,84 cm2, daun kesembilan yaitu 45,3 CCI dan 70,4 cm2. Hubungan kadar klorofil dengan luas daun
Lampeni menunjukkan bahwa bertambahnya luas daun seiring dengan meningkatnya kadar klorofilnya
pada tingkat perkembangan yang berbeda sampai daun berkembang penuh namun kadar klorofil menurun
ketika daun semakin tua

Kata Kunci: Lampeni, kadar klorofil, tingkat perkembangan daun

1. Pendahuluan mineral, serat pangan, beta karoten, dan klorofil.


Indonesia merupakan negara kepulauan yang Klorofil yang banyak terkandung dalam daun
memiliki keanekaragaman hayati yang sangat memiliki kemampuan sebagai anti-oksidan, anti-
beragam dan melimpah, salah satunya adalah peradangan, dan zat yang bersifat menyembuhkan
tumbuhan. Salah satu lokasi yang memiliki luka. Ann Wigmore (1985) menyatakan bahwa
keanekaragaman tumbuhan yang cukup tinggi klorofil dapat melindungi tubuh dari senyawa-
adalah Cagar Alam Pangandaran. Flora yang senyawa karsinogen. Klorofil bertindak
terdapat sekitar 80% merupakan vegetasi hutan menguatkan sel-sel, melepaskan zat racun dari hati
sekunder tua dan sisanya adalah hutan primer. dan aliran darah dan secara kimiawi menetralisasi
Lebih dari 642 jenis tumbuhan hidup di kawasan polutan-polutan. Klorofil menjaga kestabilan dan
Pangandaran yang terdiri dari berbagai tingkatan menghalangi kemusnahan DNA dalam sel, karena
pohon, herba, perdu, tumbuhan bawah, liana, klorofil kaya dengan nutrisi dan penyumbang
epifit, dan 80 jenis diantaranya adalah tumbuhan oksigen yang dapat menetralkan dan
obat (BKSDA Jawa Barat, 2006). menggagalkan aktivitas radikal bebas dalam
Tumbuhan mempunyai potensi besar untuk merusak sel-sel tersebut.
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain Salah satu tumbuhan yang terdapat di Cagar
sebagai sumber karbohidrat dan protein, tumbuhan Alam Pangandaran dan dijadikan sebagai tanaman
juga kaya akan serat, antioksidan, serta pangan oleh masyarakat sekitar adalah Lampeni
mikronutrien seperti vitamin dan mineral yang (Ardisia humilis Thunberg). Tumbuhan lampeni
bermanfaat bagi tubuh manusia (Purwono dan menunjukkan perbedaan warna dan ukuran dalam
Purnamawati, 2007). pertumbuhan dan perkembangan daunnya.
Dalam perkembangannya, tumbuhan Perbedaan warna daun menunjukkan adanya
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. perbedaan kandungan pigmen daun termasuk
Faktor-faktor eksternal utama diantaranya adalah pigmen klorofil. Ketersediaan klorofil yang tinggi
tanah, kelembaban, cahaya dan air. Faktor-faktor di alam serta khasiat biologis yang dimilikinya,
internal antara lain gen, hormon, struktur anatomi menjadi peluang untuk dikembangkan sebagai
dan morfologi organ tumbuhan serta kandungan bahan suplemen. Sementara itu suplemen
klorofil (Sasmitamihardja dan Siregar 1997). Salah berbasis klorofil yang beredar di Indonesia hampir
satu bagian organ tumbuhan yang mengalami semuanya merupakan produk impor dan memiliki
perkembangan adalah bagian daun.Daun harga jual yang cukup tinggi (Nurdin, dkk. 2009).
tumbuhan mengandung berbagai zat gizi maupun
non gizi (metabolit sekunder), seperti vitamin,

122
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016
“Peran Penelitian Ilmu Dasar dalam Menunjang Pembangunan Berkelanjutan”
Jatinangor, 27-28 Oktober 2016
ISBN 978-602-72216-1-1

Potensi lampeni yang selama ini dikenal 70


masyarakat baru terbatas sebagai tanaman pangan 64.5

Kadar Klorofil (CCI)


60
saja. Oleh karena itu, untuk mengetahui manfaat
50
lain dari tumbuhan ini maka diperlukan penelitian 45.3
untuk mengkaji kadar klorofil pada tingkat 40
perkembangan daun lampeni yang berbeda sebagai 30 20.1
data dasar untuk menemukan potensi lain selain 20 20.5
sebagai tanaman pangan mengingat besarnya 10
0 4.4
manfaat klorofil dari tumbuhan dalam menunjang
kesehatan manusia. 1 3 5 7 9
Tingkat Perkembangan Daun
2. Metode
2.1 Metode Pengumpulan Data Gambar 1. Kadar Klorofil Daun Lampeni Berdasarkan Tingkat
Metode yang digunakan dalam penelitian ini Perkembangan yang Berbeda
adalah metode eksplorasi untuk mendapatkan
tanaman lampeni di lokasi penelitian di kawasan Pada Gambar 1 terlihat bahwa kadar klorofil
Cagar Alam Pangandaran. Sampel daun lampeni daun lampeni meningkat dengan bertambahnya
pada berbagai tingkat perkembangan yaitu daun umur daun sampai perkembangan daun ke-7 dan
pertama, daun ketiga, daun kelima, daun ketujuh, mulai menurun pada daun ke-9. Rata-rata kadar
dan daun kesembilan dianalisis kadar klorofil dan klorofil pada pucuk daun (daun ke-1) dengan
luas daunnya. warna kuning kehijauan yaitu 4,4 CCI, daun hijau
Kadar klorofil diukur menggunakan alat sangat muda (daun ke-3) yaitu 20,1 CCI, daun
klorofilmeter. Cara pengukurannya dengan hijau muda (daun ke-5) yaitu 20,5 CCI, daun hijau
menjepitkan daun pada scanner sampai muncul tua (daun ke-7) yaitu 64,5 CCI, dan mulai
angka konstan di monitornya kemudian hasilnya menurun pada daun hijau sangat tua(daun ke-9)
dicatat dengan satuan Chlorophyll Content yaitu 45,3 CCI. Rata-rata kadar klorofil tertinggi
Index(CCI). Pengukuran dilakukan berulang terdapat pada daun ke-7 yang berwarna hijau tua
sebanyak 5 kali pada sampel daun yang sama lalu yaitu 64,5 CCI dan kadar klorofil terendah
diambil nilairata-rata. diperoleh pada daun lampeni ke-1 yang berwarna
Luas daun diukur menggunakan metode kuning kehijauan/pucuk yaitu 4,4 CCI.
gravimetri yaitu dengan cara membuat replika Berdasarkan pengamatan visual, warna daun
daun pada kertas milimeterblok dan ditimbang berubah menjadi hijau sangat tua sejalan dengan
beratnya, lalu dibandingkan dengan berat kertas pertambahan umur daun. Warna hijau daun sangat
standar (luas=1 cm2). Luas daun dihitung berkaitan erat dengan kandungan klorofil. Pada
berdasarkan persamaan (Sitompul dan Guritno, umumnya, semakin tua daun maka hijau warna
1995): daun akan semakin tinggi kandungan klorofilnya
Hal ini berhubungan dengan adanya perbedaan
kadar klorofil pada setiap tingkat perkembangan
(1 cm2) daun. Perbedaan warna daun juga menunjukkan
perbedaan jenis pigmen yang dikandung dari daun
tersebut. Klorofil pada daun yang masih muda
masih berupa protoklorofil dan daun menjadi
2.2 Metode Analisis Data berwarna hijau setelah transformasi protoklorofil
Data hasil penelitian yang meliputi kadar (Sumenda dkk., 2011). Reduksi protoklorofil
klorofil dan luas daun serta hubungan keduanya untuk menjadi klorofil-a yang berwarna hijau-biru
dianalisis secara deskriptif.. memerlukan sinar, dan sinar ini diserap sendiri
oleh protoklorofil untuk mengubah dirinya
3. Hasil dan Pembahasan menjadi klorofil-a. Peristiwa ini disebut
3.1. Kadar Klorofil pada Berbagai Tingkat autotransformasi (Nio dan Banyo, 2011).
Perkembangan Daun Warna daun kuning kehijauan pada pucuk
Setelah dilakukan perhitungan terhadap kadar (daun ke-1) disebabkan oleh adanya kandungan
klorofil sampel daun lampeni pada berbagai pigmen karotenoid, yang merupakan pigmen
tingkat perkembangan diperoleh hasil seperti yang dominan pada perkembangan tersebut. Karotenoid
tertera dilihat pada Gambar 1. biasanya memberikan warna merah, coklat,
oranye, dan kuning (Danks et al., 1983).
Perubahan warna daun dari kuning kehijauan
menjadi hijau muda lalu menjadi hijau tua pada
tingkat perkembangan daun yang berbeda
menunjukkan adanya perubahan kandungan
pigmen klorofil pada daun tersebut. Klorofil

123
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016
“Peran Penelitian Ilmu Dasar dalam Menunjang Pembangunan Berkelanjutan”
Jatinangor, 27-28 Oktober 2016
ISBN 978-602-72216-1-1

disintesis dengan cara fotoreduksi protoklorofilid umur daun. Rata-rata luas daun terendah terdapat
menjadi klorofilid a, yang diikuti oleh esterifikasi pada pucuk daun (daun ke-1) yaitu 5,37 cm2,
fitol membentuk klorofil a. Klorofil a juga terdapat sedangkan luas daun tertinggi terdapat pada daun
pada daun yang berwarna merah kecoklatan tetapi ke-9 yaitu yaitu 70,4 cm2. Yudha dkk. (2013)
jumlahnya sedikit. Selanjutnya xantofil dibentuk menyatakan bahwa peningkatan ukuran panjang,
melalui penggabungan molekul oksigen dengan lebar dan luas daun bertambah seiring dengan
karoten yang menyebabkan daun berubah warna pertambahan umur daun.
menjadi hijau kekuningan (Pandey dan Sinha, Daun baru berkembang dari primordial daun
1979). yang dibentuk pada meristem apeks. Setiap
Daun hijau tua (daun ke-7) mempunyai kadar primordial daun terbentuk pada bagian panggul
klorofil tertinggi disebabkan terjadinya sintesis meristem apeks pucuk. Ketika primordial daun
klorofil b menjadi klorofil a dalam jumlah yang baru terbentuk, primordial daun sebelumnya (yang
besar, yang diikuti dengan berkembangnya daun lebih tua) telah melebar secara progresif, sebagai
tersebut. Klorofil-a (C55H72O5N4Mg) yang akibat aktifitas meristem di dalam daun itu sendiri.
berwarna hijau tua dan klorofil-b (C55H70O6N4Mg) Primordial daun akan terus berkembang ukurannya
yang berwarna hijau muda. Sintesis klorofil b terus secara berangsur-angsur sehingga mencapai
berlanjut bersamaan dengan perkembangan daun ukuran dan bentuk tertentu. Bertambahnya ukuran
yang ditandai dengan berubahnya warna daun daun terjadi sebagai akibat bertambahnya jumlah
hijau muda menjadi hijau tua. Kadar klorofil pada sel yang diikuti dengan penambahan ukuran sel.
daun warna hijau tua lebih tinggi daripada daun Pertumbuhan awal daun sebetulnya karena adanya
warna hijau muda. Klorofil b dibentuk dari jaringan meristem yang selnya mengalami
klorofilid a atau klorofil a (Pandey dan Sinha, pembelahan interkalar yang tersebar secara acak
1979). dan menyebabkan bertambahnya ukuran daun lalu
Pada daun ke-9 (warna hijau sangat tua) terjadi diikuti pertumbuhan apeks dan tepi daun.
penurunan kadar klorofil. Semakin tua umur daun, (Gembong, 2005).
maka kemampuan fotosintesisnya juga akan Hal ini juga terbukti pada penelitian yang
semakin berkurang sehingga menyebabkan dilakukan oleh Sumaryanto dkk. (2015) yang
kerusakan pada klorofil karena fungsinya tidak melakukan penelitian terhadap panjang pelepah
dapat berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan dan rachis pada kelapa sawit. Peningkatan panjang
pernyataan Sestak (1981) bahwa kemampuan daun rachis tanaman kelapa sawit tentunya juga akan
untuk berfotosintesis meningkat sampai daun meningkatkan jumlah anak daun pada setiap
berkembang penuh, dan kemudian mulai menurun pelepahnya. Kenaikan jumlah anak daun juga
secara perlahan. Daun tua yang hampir mati, meningkatkan luasan daun sehingga fotosintesis
menjadi kuning dan tidak mampu berfotosintesis menjadi lebih tinggi. Semakin bertambah usia
karena klorofil rusak dan fungsi kloroplas hilang. tanaman maka pertambahan ukuran pelepah juga
semakin besar.

3.2 Luas Daun pada Berbagai Tingkat


Perkembangan Daun 3.3 Hubungan Kadar Klorofil dengan Luas
Daun pada Berbagai Tingkat
Setelah dilakukan perhitungan terhadap luas Perkembangan Daun
sampel daun lampeni pada berbagai tingkat
perkembangan yang berbeda diperoleh hasil Hubungan kadar klorofil dengan luas daun
seperti yang tertera pada Gambar 2. lampeni pada berbagai tingkat perkembangan
dapat dilihat pada Gambar 3.

80 64.5
Luas Daun (cm2)

70.4 70 70.4 80
60 51.89 60 70
53.84 60
50 51.89
40 50
40 53.84
45.3 40
20 5.37 30 20.1
30
7.01 20 20.5
0 20
10 4.4 10
1 3 5 7 9 7.01
0 5.37 0
Tingkat Perkembangan Daun
1 2 3 4 5
Tingkat Perkembangan Daun
Gambar 2. Luas Daun Lampeni Berdasarkan Tingkat Kadar Klorofil (CCI) Luas Daun (cm2)
Perkembangan yang Berbeda

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa terjadi Gambar 3. Hubungan Kadar Klorofil dengan Luas Daun pada
peningkatan luas daun seiring dengan pertambahan Berbagai Tingkat Perkembangan yang Berbeda

124
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016
“Peran Penelitian Ilmu Dasar dalam Menunjang Pembangunan Berkelanjutan”
Jatinangor, 27-28 Oktober 2016
ISBN 978-602-72216-1-1

Pada Gambar3 terlihat bahwa kadar klorofil kemampuan fotosintesisnya akan semakin
meningkat dengan bertambahnya luas daun sampai berkurang sehingga menyebabkan kerusakan pada
tingkat perkembangan daun ke-7 dan kadar klorofil klorofil walaupun luas daunnya semakin
mulai menurun pada daun ke-9 sementara luas meningkat.
daun tetap meningkat. Rata-rata kadar klorofil dan
luas daun pada pucuk daun (daun ke-1) dengan Ucapan Terimakasih
warna kuning kehijauan yaitu 4,4 CCI dan 5,37 Ucapan terimakasih ditujukan kepada Program
cm2, daun hijau sangat muda (daun ke-3) yaitu Studi Biologi dan pihak Cagar Alam Pananjung
20,1 CCI dan 7,01 cm2, daun hijau muda (daun ke- Pangandaran yang telah memfasilitasi kegiatan
5) yaitu 20,5 CCI dan 51,89 cm2, daun hijau tua penelitian ini.
(daun ke-7) yaitu 64,5 CCI dan 53,84 cm2, dan
mulai menurun pada daun hijau sangat tua (daun Daftar Pustaka
ke-9) yaitu 45,3 CCI sementara luas daun tetap Abdullah, M. dan D. Mustikaningtyas. (2010).
meningkat yaitu 70,4 cm2. Rata-rata kadar klorofil Inventarisasi Jenis-Jenis Tumbuhan
tertinggi terdapat pada daun ke-7 yang berwarna Berkhasiat Obat Di Hutan Hujan Dataran
hijau tua yaitu 64,5 CCI dan luas daun tertinggi Rendah Desa Nyamplung Pulau
terdapat pada daun ke-9 yaitu 70,4 cm2. Karimunjawa. Biosaintifika. 2 (2): 75-81.
Saiful (2007) menyatakan bahwa jumlah Al-Faqir, S. (2010). Manfaat Klorofil Bagi
klorofil tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah Kesehatan.
pigmennya saja, namun juga dipengaruhi oleh luas http://hsudiana.wordpress.com/2010/11/
permukaan daun. Selanjutnya, ukuran luas daun 12/manfaat-klorofil-bagi-kesehatan. Diakses
juga memiliki peran dalam fotosintesis yang pada tanggal 9 April 2016.
terjadi pada daun. Hasil fotosintesis per satuan Baker, N.Y dan K. Hardwick. (1973). Biochemical
tanaman ditentukan oleh luas daun. Dengan luas and Physiological Aspects of Leaf
permukaan daun yang lebih besar maka Development in Cocoa (Theobroma Cacao).
memungkinkan menangkap cahaya yang lebih baik New Phytol. 72: 1315-1324.
pula sehingga memiliki nilai hasil fotosintesis yang BKSDA Jawa Barat.(2006). Flora dan Fauna
lebih tinggi. Kawasan. http://home.bbksda-
Seiring dengan bertambahnya umur daun, jabar.com/flora-dan-fauna.html. Diakses
maka kandungan klorofil dan luas daunnya juga pada 9 April 2016.
meningkat.Hal ini sesuai dengan pernyataan Danks SM, Evans, Whittaker PA. (1983).
Musyarofah dkk. (2006) bahwa kadar klorofil juga Photosyinthetic system. New York.: John
dipengaruhi struktur morfologi dan anatomi dari Willey & Sons.
suatu tanaman. Semakin besar ukuran daun suatu Fitriani, R. (2011). Perkembangan Pariwisata Di
tanaman, maka kadar klorofilnya lebih banyak. Pantai Pangandaran Dan Dampaknya
Begitu pula sebaliknya, semakin kecil ukuran daun Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi
suatu tanaman, maka kadar klorofilnya semakin Masyarakat Sekitar Tahun 1990-2005.
sedikit. Namun, semakin tua umur daun, maka [SKRIPSI]. Bandung: Universitas
kemampuan untuk berfotosintesisnya juga akan Pendidikan Indonesia.
semakin berkurang sehingga menyebabkan Gembong, Tjitrosoepomo. (2005). Morfologi
kerusakan pada klorofil karena fungsinya tidak Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
dapat berjalan dengan baik walaupun luas daunnya University Press.
semakin meningkat. Baker & Hardwick (1973) Musyarofah, N., S. Susanto, S.A. Aziz, S.
menyatakan bahwa klorofil meningkat sejalan Kartosoewarno. (2006). Respon Tanaman
dengan perkembangan daun yaitu saatklorofil per Pegagan (Centella asiatica L. Urban)
satuan luas daun akan mencapai tingkat maksimum Terhadap Pemberian Pupuk Alami di Bawah
sebelum akhirnya daun akan berhenti berkembang. Naungan. Seminar Sekolah Pasca Sarjana
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nio, Ai Song dan Yunia Banyo. (2011).
4. Kesimpulan
Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator
Kadar klorofil dan luas daun pada berbagai
Kekurangan Air pada Tanaman. Ilmiah
tingkat perkembangan memiliki perbedaan.
Sains. 11(2): 166-173.
Semakin bertambah umur daun maka kadar
Nurdin, C., M. Kusharto, I. Tanziha, M. Januwati,
klorofilsemakin meningkat sampai daun
(2009). Kandungan Klorofil Berbagai Jenis
berkembang penuh dan kemudian kadar klorofil
Daun Tanaman Dan Cu-Turunan Klorofil
menurun ketika daun sudah semakin tua,
Serta Karakteristik Fisiko-Kimianya. Jurnal
sedangkan luas daun semakin bertambah seiring
Gizi dan Pangan, 4(1): 13 – 19.
dengan bertambahnya umur daun tersebut.
Pandey S.N. dan B.X. Sinha (1979). Plant
Seiring dengan bertambahnya umur daun,
Physiology. NewDelhi: Vikas Publishing
kandungan klorofil dan luas daun meningkat.
House FVT Ltd.
Namun, semakin tua umur daun, maka

125
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016
“Peran Penelitian Ilmu Dasar dalam Menunjang Pembangunan Berkelanjutan”
Jatinangor, 27-28 Oktober 2016
ISBN 978-602-72216-1-1

Pascarella, J.B. (1997). Breeding System of Tulang Bawang, Lampung). Jurnal


Ardisia Sp. (Myrsinaceae). Brittonia. 49(1) : Pertanian Tropik. 2(30) : 249- 257.
45-53. Sumenda, L., L.R. Henny, R.M . Feky. (2011).
Purwono, L. dan Purnamawati. (2007). Budidaya Analisis Kandungan Klorofil Daun Mangga
Tanaman Pangan. Jakarta: Penerbit (Mangifera indica L.) pada Tingkat
Agromedia. Perkembangan Daun yang berbeda. Jurnal
Saiful, (2007). Klorofil Diktat Kuliah Kapita Bioslogos. 1 (1): 20-24.
Selekta Kimia Organik. Lampung: Suwarto, Agus. (2010). Sembilan Buah dan Sayur
Universitas Lampung. Sakti Tangkal Penyakit. Yogyakarta:
Salisbury, F.B., dan C.W. Ross. (1991). Fisiologi Penerbit Liberplus.
Tumbuhan Jilid 2. Bandung: ITB Press. Suwarto. (2013). Perubahan Klorofil, Luas Daun
Sasmitamiharjdo, D. Siregar. 1990. Dasar- dasar Spesifik, dan Efisiensi Penggunaan Cahaya
Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Press. Ubi Kayu pada Sistem Tumpang Sari dengan
Sestak, Z. (1981). Leaf ontogeny and Jagung. Bul. Agrohorti. I (1): 135-139.
photosynthesis, physiological processes Wigmore, Ann. (1985). The Wheatgrass Book:
limiting plant productivity. London: How to Grow and Use Wheatgrass to
Butterworths. Maximize Your Health and Vitality. America:
Sitompul, S.M. dan B. Guritno. (1995). Analisa Avery Publishing Group.
Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Yudha, G.P., Z.A. Noli, M. Idris. (2013).
Mada University Press. Pertumbuhan Daun Angsana (Pterocarpus
Sumaryanto, H. Santoso, F. Hidayat. indicus Willd) dan Akumulasi Logam
(2015).Keragaan Awal Kelapa Sawit di Timbal (Pb). Jurnal Biologi Universitas
Lahan Rawa Pasang Surut (Studi Kasus Andalas (J. Bio. UA.). 2(2): 83-89.
Kebun Revitalisasi Rawapitu Kabupaten

126

Anda mungkin juga menyukai