I. Judul
Pengamatan Pigmen Fotosintetik
V. Prosedur Kerja
1. Ambil 1 gram daun kemudia gerus dalam mortar dengan 25 ml alcohol 95%
sampai seluruh klorofil terlarus dalam alcohol. Ekstrak akan terlihat berwarna
hijau
2. Biarkan ekstrak beberapa menit sampai ampas daunnya mengendap
3. Tuangkan cairan ekstrak ke dalam cawan petri
4. Ambil kertas saring yang telah disediakan dan jepit salah satu ujungnya
dengan menggunakan penjepit
5. Celupkan bagian ujung yang lain dari kertas saring tersebut keda;am ekstrak
klorofil yang berada pada cawan petri.
6. Biarkan kertas saring tergantung untuk beberapa lama sampai terlihat
pemisahan pigmen yang terkandung di dalamnya
7. Perhatikan ada beberapa macam pigmen di peroleh dalam ekstrak tersebut
VI. Hasil
a. Hasil Berdasarkan Internet
Hasil dari praktikum uji kualitatif kandungan klorofil daun dengan teknik
kromatografi kertas yang diwakili oleh daun Hibiscus rosa-sinensis adalah
warna hijau tua untuk klorofil a (lebih sedikit) dan klorofil b yang berwarna
hijau muda. Sedangkan untuk zat warna lain ditemukan karoten yang
berwarna kuning dan antosianin berwarna ungu.
Pigmen
VII. Pembahasan
Pada percobaan pigmen warna ini menggunakan daun Manihot esculenta.
Pada saat daun digerus, daun berwarna hijau akan tetapi ketika ditambahkan
alkohol 95% daun berubah warna menjadi warna hijau tua, hal ini disebabkan
karena klorofil dalam daun menjadi terlarut. Dari hasil pengamatan yang
diperoleh, daun yang digunakan pada praktikum ini memiliki kandungan pigmen
klorofil b dan pigmen xantrofil, karena pada saat kertas dicelupkan kedalam cairan
tanaman, memunculkan gradiasi warna kuning dan kemudian diikuti oleh warna
hijau muda. Pigmen Klorofil merupakan pigmen utama yang terdapat dalam
tumbuhan. Klorofil dapat dibedakan atas dua, yakni klorofil a C55H72O5N4Mg)
yang berwarna hijau tua, dan klorofil b (C 55H70O6N4Mg) yang berwarna hijau
muda. Selain klorofil, di dalam kloroplas juga terdapat pigmen karotenoid.
Karotenoid dapat berupa karotin (C40H56) berwarna jingga dan xantofil (C40H56O2)
berwarna kuning.
Pigmen xantrofil, xantofil umumnya menghasilkan warna kuning, warna
terjadi karena atom-atom karbon ikatan rangkap berinteraksi satu sama lain dalam
proses yang disebut konjugasi, yang memungkinkan elektron dalam molekul
untuk bergerak bebas akibat terjadinya resonansi ikatan rangkap. Seiring dengan
peningkatan jumlah ikatan rangkap, elektron-elektron yang terkait dengan sistem
terkonjugasi memiliki lebih banyak ruang untuk bergerak, dan membutuhkan
energi lebih sedikit untuk mengubah strukturnya. Hal ini menyebabkan penurunan
energi cahaya yang diserap oleh molekul.
Percobaan mengetahui pigmen yang berperan dalam fotosintesis menggunakan
tanaman Manihot esculenta. Klorofil diluruhkan dari daun dan dilarutkan dalam
alkohol 95 %. Kertas saring digunakan dengan tujun agar dapat mengetahui
pigmen-pigmen yang terdapat pada daun Manihot esculenta dengan melihat
gradasi warna yang terserap pada kertas saring. Warna-warna yang terserap antara
lain adalah hujau muda dan kuning. Warna hijau muda menunjukkan klorofil A,
sedangkan warna kuning yaitu karotenoid. Klorofil A berperan dalam proses
fotosintesis, sedangkan karotenoid berperan sebagai pembantu klorofil menyerap
cahaya dan pelindung klorofil dari fotooksidasi pada penyinaran yang terlalu kuat.
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa daun
pada tanaman Manihot esculenta atau yang lebih familiar disebut dengan tanaman
Ketela Pohon memiliki gradasi warna hijau muda-kuning. Warna hijau muda
menunjukkan adanya pigmen klorofil b. warna kuning menandakan adanya
pigmen xantofil.
Daftar Pustaka
Campbell, dkk. 2002. Biologi Jilid 1. Jakrarta: Erlangga.
Kimball, John. W. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Salisbury, J.W. dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung : ITB
I. Judul
Pengukuran Kadar Klorofil dengan Spektrofotometer
II. Tujuan
1. Untuk mengetahui banyaknya cahaya yang di absorbs oleh klorofil
2. Untuk mengetahui klorofil pada daun
4. Pompa pengisap
5. Alkohol 95%
6. Spektrofotometer
V. Prosedur Kerja
1. Buatlah ekstrak 1 gram daun segar dengan alcohol 95% dengan cara
menggerus dalam mortar sampai semua warna lepas dari jaringan ( ampas
tampak berwarna putih).
2. Saring ekstrak dengan saringan Buchner dan selanjutnya dimasukkan ke
dalam gelas ukur. Apabila volume belum mencapai 100 ml tambahkanlah
alcohol 95%
3. Dengan menggunakan cuvet , ukur absobsi atau iptical density larutan ekstrak
dengan menggunakan panjang gelombang dmulai dari 400 nm sampai panjang
gelombang 700 nm dalam interval 10 nm
4. Dari data yang diperoleh buatlah grafik dengan panjang gelombang sebagai
absorbsi dan absorbnya sebagai kordinat
5. Ukurlah kadar klorofil dengan cara mengukur absorbsi pada panjang
gelombang 649 nm dan 665 nm dan selanjutnya dimasukkan dalam rumus
wintermans dan de Mots (1965) sebagai berikut :
Klorofil total = (20,00)(OD649) + (6,10)(OD665) mg/l
Klorofil a = (13,70)(OD665) - (5,76)(OD649) mg/l
Klorofil b = (25,80)(OD649) - (7,70)(OD665) mg/l
VI. Hasil
a. Hasil Berdasarkan Internet
Berdasarkan hasil pada grafik diatas perbedaan kandungan klorofil pada
setiap daun dipengaruhi oleh bagian daun yang dipakai. Daun bayam yang
dipakai pada saat praktikum secara visual memiliki warna hijau pekat.
Kepekatan warna yang tampak dari daun tersebut mengindikasikan bahwa
kandungan klorofil yang banyak pada daun. Selain itu daun bayam juga
banyak mengandung zat besi vitamin dan kaya akan mineral. Kandungan
klorofil pada dasarnya sama seperti sel darah merah pada manusia, semakin
tua warna pada hijau pada daun bayam semakin tinggi kandungan klorofilnya
dan mengkonsumsi daun bayam juga mempercepat pembentukan sel darah
merah (Rahayu dkk., 2013).
Berbeda dengan daun jeruk nipis yang memiliki kandungan klorofil a
paling sedikit. Hal ini juga dipengaruhi oleh bagian daun yang dipakai. Daun
jeruk nipis yang dipakai memiliki ciri secara visual berwarna hijau muda.
Daun jeruk nipis yang dipakai pada uji kandungan klorofil ini merupakan
bagian daun yang berada di pucuk atau daun yang masih muda. Daun yang
masih muda cenderung berwarna hijau kekuningan dan memiliki kandungan
klorofil yang lebih sedikit. Lamina atau helaian daun pada daun jeruk yang
dipakai lebih tipis dikarenakan daun yang dipakai masih muda dan berada di
ujung batang. Berdasarkan umur daun, daun yang muda memiliki lamina yang
tipis dan daun yang tua memiliki lamina yang lebih tebal (Aini dkk., 2014).
Daun mawar memiliki kandungan klorofil b paling besar. Kandungan
klorofil b pada daun mawar sebesar 1,66 µg ml-1. Klorofil pada suatu
tumbuhan terdapat pada daun, pada praktikum ini bagian daun yang dipakai
adalah helaian daun. Helaian daun atau lamina dapat mengandung banyak
klorofil jika tanaman ditanam pada lingkungan yang mendukung pembentukan
klorofil. Daun mawar pada praktikum ini secara visual memiliki warna hijau
yang pekat. Kepekatan warna pada daun mawar ini menunjukan bahwa
pembentukan klorofil pada daun tersebut tidak terganggu. Aspek pertumbuhan
tanaman meliputi proses fisiologis, biokimia, anatomi dan morfologis,
kekurangan air pada saat penanaman dapat menggaung proses fisiologis
tanaman terutama pada saat pembentukan klorofil (Aidan Banyo, 2012).
DESKRIPSI
VII. Pembahasan
VIII. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Ai, N. S dan Banyo, Y. 2012. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator Kekurangan
Air pada Tanaman. Ilmiah Sains, 11(2): 166-173
Aini, N., Setyawati, D. dan Umiyah. 2014. Struktur Anatomi Daun Lengkeng
(Dimocarpus longan lour.) Kultivar Lokal, Itoh, Pingpong dan Diamond River.
Berkala Saintek, 2(1): 31-35
Rahayu, S. T., Asgar, A., Hidayati, I. M., Kusmana., Djuariah, D. 2013. Evaluasi Kualitas
Beberapa Genotipe Bayam (Amaranthus sp) pada Penanaman di Jawa Barat.
Berita Biologi, 12(2): 153- 160
Tjitrosoepomo, R. 1994. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press
I. Judul
Peranan Klorofil Dalam Fotosintesis
VI. Hasil
a. Hasil Berdasarkan Internet
Klorofil merupakan pigmen berwarna hijau yang paling banyak
mengarbsorbsi warna biru dan ungu.
1. Sinar matahari = Sinar ultraviolet = Sinar ultraungu
2. Biru + merah = Ungu
Jadi klorofil merupakan pigmen warna yang paling efektif dalam
mengarbsorbsi sinar matahari. Selanjutnya sinar matahari tersebut digunakan
dalam reaksi fotosintesis sebagai energi aktivasi reaksi.
1
2. 1. Perubahan
warna.
VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, yakni bertujuan untuk mengetahui peranan klorofil
dalam fotosintesis. Hasil yang kami peroleh pada praktikum ini yakni pada daun
Manihot utilisima yang berwarna hijau mengalami perubahan warna yakni
kehitaman pada bagian tepi daun setelah dipanaskan menggunakan alkohol 70%
hal ini dilakukan untu melarutkan klorofil. Hal yang sama juga dilakukan pada
daun Manihot utilisima yang berwarna kuning. Terdapat perubahan warna
kehitaman pada bagian sisi potongan daun.
Gustav Julius Von Sachs membuktikan bahwa fotosintesis membentuk
karbohidrat amilum (1962). Adanya amilum dapat dibuktikan dengan
pengujian menggunakan yodium, dimana ketika amilum yang direaksikan
dengan yodium, maka daun yang mengandung amilum akan berubah wana
menjadi hitam. Amilum hanya terdapat pada bagian daun yang hijau dan
terkena sinar matahari. Dalam percobaannya, Sachs menggunakan daun segar
yang sebagian dibungkus dengan kertas timah kemudian daun tersebut direbus,
dimasukkan ke dalam alkohol untuk melarutkan klorofil, dan ditetesi dengan
yodium untuk membuktikan adanya amilum.
Dari daun - daun yang telah praktikan amati, terbukti bahwa daun
memerlukan cahaya untuk fotosintesis. Energi cahaya yang diserap klororfil inilah
yang menggerakkan sintesis molekul makanan dalam kloroplas. Karbon
dioksida masuk ke daun dan oksigen keluar melalui stomata. Air yang
diserap oleh akar dialirkan ke daun melalui berkas pembuluh. Dapat
dikatakan bahwa fotosintesis menghasilkan glukosa yang merupakan hasil
sintesis dari H2O dan CO2. Kelebihan glukosa ini menjadi pati sebagai
produk simpanan sementara dalam kloroplas. Pati atau amilum merupakan
hasil akumulasi glukosa pada beberapa kali fotosintesis yang menumpuk.
Dengan menguji kedua daun diatas, praktikan dapat mengidentifikasi
bahwa hasil fotosintesis adalah glukosa yang nantinya menjadi amilum / pati yang
dapat dibuktikan dari permukaan daun yang tidak ditutup alumunium foil
yang mengalami fotosintesis dan saat ditetesi iodin dapat bereaksi dan
berubah warna menjadi biru kehitaman.
VIII. Kesimpulan
Hasil fotosintesis yang teridentifikasi pada Uji Sach adalah amilum atau
karbohidrat yang ditunjukkan dengan perubahan warna hitam pada tepi daun yang
dipotong setelah ditetesi dengan lugol.
Daftar Pustaka
Menggunakan Metode Mcari Dan Tcari (Wilayah Studi : Kabupaten Karawang, Jawa
Barat). Teknik Pomits, 2(1): 1-6.
Kamble, P.N., S.P. Giri, R.S. Mane, dan A. Tiwana. 2015. Estimation of Chlorophyll
Content in Young and Adult Leaves of Some Selected Plants. Universal
Journal of Environmental Research and Technology, 6(5): 306-310.
Iriyani D., dan P. Nugrahan. 2014. Kandungan Klorofil, Karotenoid, Dan Vitamin C
Beberapa Jenis Sayuran Daun Pada Pertanian Periurban Di Kota Surabaya.
Matematika, Sains dan Teknologi, 15(2): 84-90.
V. Langkah Kerja
1. Isilah gelas ukur dengan larutan NaHCO3 0,25% sebanyak 90 ml.
2. Ikatlah sebatang Hydrilla verticillata (panjang 10 cm) pada batang gelas
dengan benang, masukkan kedalam gelas ukur. Seluruh Hydrilla verticillata
harus terendam dalam air.
3. Masukkan gelas ukur yang telah berisi Hydrilla verticillata ke dalam gelas
kimia yang berisi air keran. Usahakan air keran tetap mengalir.
4. Pasang lamu 100 watt dengan jarak 10cm dari gelas ukur.
5. Nyalakan lampu dan diamkan beberapa menit hingga keluar gelembung-
gelembung gas dari pangkal Hydrilla verticillata. Bila belum keluar
gelembung, potonglah pangkalnya dengan silet. Jika terjadi gelumbung yang
besar-besar dalam jarak waktu yang lama, pijatlah hati-hati pangkal Hydrilla
verticillata dengan pinset.
6. Bila telah berjalan dengan baik, berikanlah 5 menit. Kemudian hitunglah
jumlah gelembung yang keluar tiap menit. Penghitungan dilakukan sebanyak 5
kali.
7. Lakukanlah penghitungan seperti petunjuk nomer 6 pada jarak 20cm, 30cm,
40cm, dan 50cm.
8. Ukur intensitas cahaya pada setiap jarak dengan lux meter. Dari data dan
penghitungan yang telah diperoleh, buatlah suatu gerafik dengan intensitas
cahaya sebagi absis dan laju fotosintesis sebagai orbinat.
VI. Hasil
a. Hasil Berdasarkan Internet
Definisi Fotosintesis yang dikemukakan oleh Delvin (1975) adalah suatu
proses yang hanya terjadi pada tumbuhan yang berklorofil dan bakteri
fotosintetik, dimana energi matahari (dalam bentuk foton) ditangkap dan
diubah menjadi energi kimia (ATP dan NADPH). Energi kimia ini akan
digunakan untuk fotosintesa karbohidrat dari air dan karbon dioksida. Jadi,
seluruh molekul organik lainnya dari tanaman disintesa dari energi dan adanya
organisme hidup lainnya tergantung pada kemampuan tumbuhan atau bakteri
fotosintetik untuk berfotosintesis. Fotosintesis adalah proses pembentukan
karbohidrat dari karbondioksida dan air dalam tubuh tumbuhan berklorofil
yang diberi cahaya, dengan oksigen sebagai hasil samping. Seperti halnya
dengan proses-proses metabolik yang lain, fotosintesis tediri dari rangkaian
reaksi yang panjang. Karena proses ini membutuhkan cahaya, pada keadaan
yang demikian intensitas dan kualitas cahaya menjadi faktor pembatas.
Percobaan pada fotosintesis setiap tanaman menghasilkan oksigen yang
berbeda-beda. Praktikum ini menggunakan tanaman hydrilla sp sebagai bahan
pengamatan karena tanaman hydrilla ini merupakan tanaman yang hidup di
air, sehingga memudahkan untuk mengetahui berapa banyak gelembung udara
(oksigen) yang dihasilkan dari suatu proses fotosintesis pada saat cahaya
lampu terang dan ketika cahaya lampu diredupkan (ditutupi kain).
Percobaan ini tentang proses fotosintesis pengaruh intensitas cahaya
dengan mengamati tumbuhan air Hydrilla sp , yaitu apabila dilakukan
percobaan terang dengan memberikan sumber cahaya lampu dapat dilihat dari
hasil dimana, gelembung yang dihasilkan pada 30 menit pertama adalah 1
gelembung tetapi bentuknya besar dan volume airnya tetap 700 ml, namun
ketika waktu yang digunakan 60 menit diperoleh gelembung-gelembung udara
yaitu 2 gelembung yang besar dan volume airnya juga tetap. Percobaan
selanjutanya dengan menutupi sumber cahaya lampu dengan kain sehingga
cahayanya menjadi redup dan intensitasnya semakin rendah. Pada pengamatan
30 menit pertama ada perubahan dengan adanya gelembung yang dihasilkan
yaitu 9 gelembung yang kecil disekitar tabung reaksi dengan volume yang
terjadi ada pengurangan 0,18 ml. sedangkan untuk 30 menit kedua gelembung
yang dihasilkan bertambah menjadi 11 gelembung yang kecil juga terdapat
disekitar tabung reaksi dengan volume sama. Berdasarkan kedua perlakuan
yang berbeda dapat dikatakan bahwa intensitas cahaya mempengaruhi
fotosintesis semakin besar intensitas cahayanya maka gelembung-gelembung
yang dihasilkan semakin sedikit sedangkan semakin rendah intensitas cahaya
maka gelembung yang dihasilkan semakin banyak. Semakin lama waktu pada
lampu terang ataupun redup semakin rendah intensitas cahaya yang dihasilkan
pada eksperimen.
Seharusnya hasil percobaan dapat dilihat bahwa kecepatan fotosintesa
antara Tanaman yang berada di tempat terang lebih cepat berfotosintesa
daripada di tempat yang kekurangan cahaya. Hal ini terjadi karena proses
fotosintesis dibantu dengan adanya cahaya. Sehingga tinggi intensitas cahaya
semakin banyak energi yang terbentuk sehingga akan mempercepat proses
fotosintesis, tetapi hasil percobaan menghasilkan kecepatan fotosentesa berada
ditempat yang kekurangan cahaya lebih cepat berfotensintesa daripada
ditempat terang/cahaya. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang telah
dikemukakan dan telah diakui. Hasil percobaan dapat diketahui bahwa
kecepatan fotosintesa yang paling cepat adalah pada menit ke 30-60 ditempat
yang kurang mendapatkan cahaya/ redup dan kecepatan fotosintesa yang
paling lambat adalah pada menit ke 0-30 ditempat mendapatkan cahaya.
Sehingga pada percobaan tinggi intensitas cahaya semakin sedikit energy yang
terbentuk sehingga akan mempercepat proses fotosintesis.
Berdasarkan hasil percobaan pengaruh intensitas cahaya terhadap laju
fotosintesis mempegaruhi tempat yang terkena sinar matahari langsung
sehingga memilki laju fotosintesis yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
yang diletakkan pada tempat yang teduh. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah
gelembung O2 yang dihasilkan pada proses fototsintesis tersebut. Gas oksigen
ini terbentuk karena proses fotolisis. fotolisis adalah berubahnya air menjadi
oksigen yang menunjukkan meningkatnya intensitas cahaya akan
mempengaruhi laju fotosintesis dimana meningkatnya intensitas cahaya ini
juga akan meningkatkan laju fotosintesis.
VII. Pembahasan
VIII. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Ismail. 2008. Fisiologi Tumbuhan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Kimball. 1983. Biologi Universitas. Jakarta : Erlangga.
Krisdianto, dkk. 2005. Penuntun Biologi Umum. Banjarbaru: Universitas Lambung
Mangkurat Banjarbaru.
I. Judul
Mengukur Kadar Cepat Fotosintesis dengan Mikroburet Audus
4. Vaselin
5. Hydrilla verticillata
6. NaCHO3 0,5%
V. Langkah Kerja
1. Potonglah sebatang tanaman Hydrilla verticillata sebanyak 1 gram dan
masukkan kedalam tabung pengumpul gas dengan bagian potongan tanaman
diletakkan dibagian atas.
2. Masukkan tabung pengumpul gas tersebut kedalam tabung reaksi besar dan
kemudian diisi dengan larutan NaHCO3 0,5% sehingga seluruh mikroburet
terisi penuh dengan larutan tersebut.
3. Tutup keran dan pipa karet dijepit dengan klem.
4. Biarkan percobaan selama beberapa menit sampai gas oksigen terkumpul
dibagian atas tabung pengumpul gas.
5. Buka klem penjepit perlahan-lahan sehingga oksigen dari tabung pengumpul
gas akan masuk ke mikroburet yang berskala 0,01 ml.
6. Ukur berapa banyak oksigen (ml) yang dihasilkan dalam waktu 15 menit.
7. Setelah diukur dengan cara membuka klem, maka oksigen dapat ditampung
dalam bola gelas.
8. Ulangi percobaan sampai 4 kali pengukuran dan hitung reratanya.
9. Berdasarkan data yang diperoleh hitunglah berapa mol glukosa dihasilkan
selama proses fotosintesis tersebut per gram berat bahan per jam.
10. Buktikan bahwa gelembung-gelembung yang keluar itu adalah gas oksigen
VI. Hasil
a. Hasil Berdasarkan Internet
Terjadi perbedaan volume oksigen yang dihasilkan oleh Hydrilla sp. pada
jarak sumber cahaya yang berbeda. Semakin dekat dengan sumber cahaya,
akan semakin banyak jumlah oksigen yang dihasilkan. Hal tersebut dapat
diamati dari semakin banyaknya gelembung-gelembung udara yang terbentuk
pada pipa kapiler mikroburet audus. Gelembung-gelembung ini awalnya
berukuran kecil, kemudian membesar ketika bergabung dengan gelembung
lainnya. Jarak sumber cahaya yang lebih dekat dengan tanaman,
mengindikasikan jumlah cahaya/intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman
akan semakin besar. Diasumsikan pada jarak sebesar 15 cm, intensitas
cahayanya adalah 100. Nilai ini akan semakin menurun seiring dengan jarak
sumber cahaya yang menjauh.
Tak hanya pengaruh intensitas cahaya, namun suhu air sebagai habitat
Hydrilla sp. Juga memiliki pengaruh yang cukup signifikan. Terlihat
perbedaan yang cukup besar antara perlakuan 20°C dan 30°C, yakni pada suhu
yang lebih tinggi laju fotosintesis menjadi meningkat dengan volume
gelembung udara (O2) yang semakin membesar. Hasil demikian diperoleh
karena enzim yang mengatur proses fotosintesis pada tumbuhan bekerja
optimum pada suhu 30°C. Enzim-enzim ini mengkatalis reaksi fotosintesis
agar berlangsung secara efisien dan efektif.
Selain faktor intensitas cahaya dan suhu, terdapat beberapa factor lain
yang mendorong laju fotosintesis, yaitu : konsentrasi CO2, konsentrasi
klorofil, air, aplikasi, dan titik kompensasi. Kenaikan konsentrasi CO2 sebesar
0,1% dan konsentrasi klorofil akan berpengaruh secara signifikan hingga
mencapai 2 kali lipat laju fotosintesis semula. Air merupakan salah satu factor
pembatas dalam laju fotosintesis, karena membukanya stomata daun untuk
memperoleh CO2 akan berdampak bagi transpirasi air oleh tumbuhan. Apabila
kondisi transpirasi ini berlebihan, maka akan sangat merugikan tumbuhan.
Titik kompensasi yang terlalu kecil juga dapat menghambat fotosintesis untuk
mencapai kondisi optimum. Jumlah CO2 yang dilepaskan selama proses
respirasi terlalu besar, dan tidak seimbang denagn jumlah CO2 yang diserap
untuk fotosintesis. Hal tersebut akan merugikan tumbuhan, karena cadangan
makanan terbatas, namun respirasi dalam jumlah besar terus berlangsung.
Laju fotosintesis yang telah mencapai kapasitas maksimum, akan dibatasai
oleh faktor pembatas. Faktor ini akan mencegah laju fotosintesis dari naik di
atas tingkat tertentu, bahkan jika kondisi lainnya yang diperlukan untuk
fotosintesis ditingkatkan. Setelah kondisi maksimum ini tercapai, laju
fotosintesis akan kembali menurun akibat dari factor pembatas ini. Penurunan
ini dapat terlihat dari belokan maupun patahan pada grafik. Terlihat dari grafik
bahwa factor pembatas pada suhu 20°C ketika intensitas cahaya bernilai 36,
dan menurun pada intensitas cahaya 100. Namun demikian, hasil percobaan
ini dapat saja terpapar beberapa kesalahan sehingga hasil yang diperoleh
kurang tepat. Seperti kesalahan praktikan ketika mengukur panjang
gelembung, maupun ketidaktepatan sewaktu memasang alat yang
memungkinkan O2 yang dihasilkan tidak seluruhnya masuk ke dalam
mikroburet audus.