PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kersen (Muntingia calabura Linn.) dapat dengan mudah ditemukan di Indonesia.
Kersen merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah Amerika dan secara luas dikultivasi di
daerah Asia. Secara empiris, tanaman ini telah digunakan dalam pengobatan di berbagai Negara.
Akarnya digunakan sebagai abortivum di Malaysia, sementara di Filipina bunganya digunakan
untuk mengobati sakit kepala, flu, anti-dispeptik (nyeri lambung), antispasmodik dan diaforetik.
Infus bunganya digunakan sebagai penenang dan tonikum di negara Kolombia.
Efek farmakologinya dibuktikan dengan adanya kemampuan sebagai anti inflamasi dan
anti piretik. Ekstrak dari daun kersen merupakan sumber anti mikroba untuk mengobati infeksi
yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
Tanaman ini kaya akan flavonoid, flavon dan flavanon Hasil penelitian menunjukkan
bahwa simplisia daun kersen dan ekstrak etanol daun ini mengandung senyawa golongan
flavonoid, kuinon, polifenolat, saponin, steroid dan triterpenoid, monoterpenoid dan
seskuiterpenoid. Penelitian tentang isolasi senyawa flavanon, flavon, kalkon dan isoflavon serta
struktur senyawanya telah dilakukan di Chicago, hasil penelitiannya yaitu 7-methoxy-3,5,8-
trihydroxyflavanone; 5-hydroxy-7methoxyflavanone; 2′,4′dihydroxychalcone; 4,2′,4′-
trihydroxychalcone,7-hydroxyisoflavone; 7,3′,4′-trimethoxyisoflavone.
Salah satu manfaat dari kandungan flavonoid adalah sebagai antioksidan. Aktivitasnya
telah banyak diteliti, dimana flavonoid memiliki kemampuan untuk merubah atau mereduksi
radikal bebas dan juga sebagai anti radikal bebas. Sebagai contoh, daun katuk misalnya,
mempunyai aktivitas antioksidan yang kuat, karena memiliki senyawa flavonoid. Contoh lain
kandungan aktif antioksidan diisolasi dari ekstrak kasar metanol dari daun jambu biji (Psidium
guajava L.) diantaranya quercetin serta dua jenis flavonoid quercetin-3-O-glucopyranoside
Flavonoid yang sama dapat memiliki kemampuan sebagai antioksidan dan juga prooksidan
tergantung dari konsentrasi dan sumber radikal bebasnya. Flavonoid berguna sebagai antioksidan
melawan radikal bebas tetapi dapat juga berperan sebagai prooksidan jika digunakan pada logam
transisi.
Senyawa tumbuhan lain, selain flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan diantaranya
polifenol dan saponin. Penelitian tentang perbedaan kandungan total polifenol dan flavonoid yang
terkandung dalam kulit pitaya (dragon fruit) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan.(Penelitian
aktivitas antioksidan dari saponin, secara langsung menunjukkan penurunan kadar lipid
hydroperoxide pada serum lemak kelompok tikus yang diberi saponin.
Sumber-sumber antioksidan dapat berupa antioksidan sintetik maupun antioksidan alami.
Tetapi saat ini penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi karena dari hasil penelitian yang
telah dilakukan ternyata antioksidan sintetik seperti BHT (Butylated Hydroxy Toluena) dapat
meracuni binatang percobaan dan bersifat karsinogenik. Oleh karena itu industri makanan dan
obat-obatan beralih mengembangkan antioksidan alami dan mencari sumber-sumber antioksidan
alami baru.
Dari bukti ilmiah berkenaan dengan kandungan senyawa dalam daun kersen yang telah disebutkan
diatas diharapkan bahwa daun kersen memiliki suatu golongan senyawa tumbuhan yang
1
FITOKIMIA Daun Kersen
mempunyai sifat antioksidan. Hal ini perlu dibuktikan melalui penelitian yang dimulai dengan
pembuatan ekstrak daun kersen dan uji antioksidan kemudian dilanjutkan dengan penelitian fraksi-
fraksinya
1.2 Tujuan
1. mengetahui cara Isolasi Daun Kersen
2. mengetahui Kandungan senyawa dalam Daun Kersen
3. Uji Antioksidan dalam daun kersen
2
FITOKIMIA Daun Kersen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Botani dan Morfologi
Tinjauan mengenai tumbuhan Kersen (Muntingia calabura Linn), meliputi beberapa aspek, seperti
klasifikasi tumbuhan, nama daerah, deskripsi tumbuhan, kandungan kimia, ekologi penyebaran
dan kegunaannya
3
FITOKIMIA Daun Kersen
4
FITOKIMIA Daun Kersen
2.1.4 Kandungan Kimia
Daun dan kulit batang Muntingia calabura L. mengandung alkaloid, tanin, saponin, flavonoida,
polifenol, flavonol (kaemferol dan kuersetin) serta proantosianidin dan sianidin, beberapa
mioinositol. Serta setiap 100 gram tanaman ini memiliki kandungan : 76,3 g air, 2,1 g protein, 2,3
g lemak, 17,9 g karbohidrat, 4,6 g serat, 1,4 g abu, 125 mg kalsium, 94 mg fosfor, 0,015 mg vitamin
A, 90 mg vitamin C. Nilai energinya 380 kJ/100 g. Kersen merupakan salah satu jenis dari marga
Muntingia yang tumbuh selalu hijau sepanjang tahun. Tumbuhan ini kaya senyawa flavonoid
dengan jenis flavon, flavonon, flavan dan biflavon sebagai kandungan yang penting
2.1.6 Kegunaan/Khasiat
Daun kersen berwarna hijau dan berbulu berkhasiat sebagai obat batuk, peluruh dahak,
antitumor dan rebusan daun kersen dapat menghambat pertumbuhan mikroba seperti
Corynebacterium diphteriae, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis serta dapat
digunakan sebagai antiseptik, dan dapat mengatasi penyakit gula darah. Secara tradisional daun
kersen telah lama digunakan di negara Peru dengan pemakaian seperti mengkonsumsi teh untuk
menghilangkan rasa sakit seperti sakit kepala dan juga antiradang. Buah kersen dapat
dimanfaatkan untuk mengobati sakit kuning, serta jus buah kersen sangat baik dijadikan sebagai
minuman bagi seorang atlet untuk mencegah cedera otot saat beraktivitas.
Bagian-bagian tanaman ini telah digunakan sebagai obat-obatan di daerah Asia Tenggara
dan di bagian tropis benua Amerika. Akar kersen telah digunakan sebagai abortifacient di
Malaysia. Bunga kersen telah biasa digunakan untuk mengobati sakit kepala, antiseptik,
antikejang, dan diaporetik. Cairan pada bunga tanaman kersen di minum sebagai obat penenang.
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah metode pemisahan senyawa dari campurannya dengan menggunakan
pelarut atau metode penarikan kandungan senyawa kimia metabolit sekunder dari bagian
tumbuhan dengan menggunakan pelarut-pelarut yang sesuai. Dalam pemilihan pelarut
pengekstraksi berlaku prinsip polar loves polar dan non polar loves non polar, artinya bila kita
akan mengekstraksi senyawa non polar, harus digunakan pelarut non polar dan bila kita akan
mengekstraksi senyawa polar harus digunakan pelarut polar. Contoh pelarut polar adalah air,
metanol, dan etanol, pelarut semi polar misalnya aseton, dan etil asetat, serta pelarut non polar
yang umum digunakan adalah normal heksana, eter minyak tanah, kloroform, dan diklorometana.
Dalam pustaka-pustaka sering dinyatakan ekstraksi dengan benzena atau kloroform atau karbon
5
FITOKIMIA Daun Kersen
tetraklorida sebagai pelarut non polar, tetapi kini benzena, kloroform, dan karbon tetraklorida
mulai ditinggalkan karena sifat hepatotoksiknya yang tinggi.
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi menjadi dua yaitu ekstraksi cara dingin dan
ekstraksi cara panas.
2.2.1 Ekstraksi Cara Dingin
Ekstraksi cara dingin dibedakan atas:
Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan mengunakan pelarut dengan
beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan. Secara teknologi
termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.
Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu. Remaserasi berarti dilakukan
pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan
seterusnya.
Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive
extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan
pengembangan bahan,tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang
jumlahnya 1-5 kali bahan.
Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih
tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-
50oC.
6
FITOKIMIA Daun Kersen
Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus
tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98oC) selama waktu tertentu
(15-20 menit).
Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30oC) dan temperatur sampai titik didih
air.
Pressurized Hot Water Extraction (PHWE)
PHWE adalah ekstraksi menggunakan pelarut air dengan temperatur tinggi dan pada
kondisi tekanan yang terkendali sehingga dapat menarik komponen organik atau non-polar.
2.3 Fraksinasi
Fraksinasi merupakan prosedur pemisahan yang bertujuan memisahkan golongan utama
kandungan yang satu dari kandungan yang lain. Senyawa yang bersifat polar akan masuk ke
pelarut polar dan senyawa non polar akan masuk ke pelarut non polar.
Metode fraksinasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kromatografi
kolom. Kolom diisi dengan penyerap padat sebagai fase tetap dan dialiri dengan pelarut sebagai
fase gerak. Cuplikan yang akan difraksi dimasukan ke dalam kolom dan dialiri fase gerak yang
akan membentuk jalur-jalur serapan dari senyawa. Bila pelarut dibiarkan mengalir melalui kolom,
ia akan mengangkut senyawa-senyawa yang merupakan komponen-komponen dari campuran.
Pemisahan komponen suatu campuran tergantung pada tingkat kepolaran dari fase gerak dan
senyawa yang terkandung dalam campuran tersebut.
7
FITOKIMIA Daun Kersen
Pelaksanaan KLT
Fase Diam
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penyerap berukurn kecil dengan diameter
partikel antara 10- 30,semakin kecil ukuran rata- rata partikel fase diam dan semakin sempit
kisaran ukuran fase diam maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya.
Penyerap yang paling sering digunakan adalah silica dan serbuk selulosa,sementara
mekanismesorbsi yang utama pada KLT adalah adsorbsi dan partisi..
Fase Gerak
Fase gerak yang lebih sering digunakan adalah sistem yang paling sedrhana yaitu campuran 2
pelarut organik karena daya elusi campuran dua pelarut dapat mudah diatur sedemikian rupa
sehingga penyerapan dapat terjadi secara optimal.
Beberapa cara dalam fase gerak
1. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang tinggi karena KLT merupakan teknik yang
sensitif
2. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletk antara 0,2-
0,8 untuk memaksimalkan pemisahan
3. Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silica gel ,polaritas fase
gerak akan menentukan kecepatan migrasi solute yang berarti juga menentukn niali RF
,penambahan pelarut yang berdifat sedikit polar seperti Dietil kedalam pelarut non polar
seperti metil akan meningkatkan harga Rf secara signifikan.
4. Solut- solut ionik dan solute – solute polar lebih baik digunakan campuran pelarut sebagaoi
fase gerak seperti campuran air dan metanol dengan perbandingan tertentu.
Aplikasi ( Penotolan ) Sampel
Untuk memperoleh reproduksibilitas,volume sampel yang ditotolkan paling sedikit 0,5 jika
volume sampel yang ditotolkan lebih besar dari 2-10 maka totolan harus dilakukan secara
bertahap,dengan dilakukan pengeringan antar totolan.
Pengembangan
Setelah dilakukan penotolan maka tahap selanjutnya adalah tahap pengembangan sampel
dalam dalam bejana kromatografi.
Chumber kromatografi harus tertutup rapat dan harus mampu mengluen lempeng sampai
sampai ketinggian lempeng yang telah ditentukan,untuk melakukan penjenuhan fase
gerakbiasanya dilapisi kertas saring,jika fase gerak telah tercapai maka dapat dikatakan maka fase
gerak telah jenuh.
Deteksi bercak
Deteksi gerak dapat dilakuak secara fisik dan kimia.cara fisik yang digunkan untuk menampakkan
bercak adalah dengan cara pencacahan radioaktif dan flourensi sinar ultraviolet,Flourensi sinar
ultraviolet terutama unuk senyawa yang dapat berflourensi maka bercak akan terlihat jelas.
Cara Kimia untuk meneteksi bercak:
8
FITOKIMIA Daun Kersen
Menyemprot KLT dengan reagen kromagenik yang akan bereaksi secara kimia dengan
solute yang mengandung gugus fungsi tertentu sehingga bercak menjadi berwarna.
Mengamati lempeng dibawah lampu ultraviolet yang dipasang panjang gelombang 254 atau 366
untuk menampakan bercak yang gelap .
Perhitungan Nilai Rf
Rf = Jarak yang ditempuh oleh komponen
Jarak yang ditempuh oleh pelarut
Nilai Rf dinyatakan hingga angka 1,0 beberapa pustaka menyatakan nilai yang baik yang
menujukkan pemisahan yng cukup baik berkisar antara 0,2- 0,8.
KLT dapat digunakan untuk analisa kualitatifmaupun kuantitatif ,bahkan dapat juga
digunakan untuk keperluan preparatif analisa kualitatif
KlT juga dapat digunakan untuk menentukan kemurnian zat dan mengetahui kadar yang
terdapat pada zat karena setiap zat memiliki nilai tertentu
Kolom kromatografi
Kolom kromatografi atau tabung untuk pengaliran karena daya tarik bumi (gravitasi) atau
sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang dilengkapi keran jenis tertentu di bagian
bawahnya untuk mengatur aliran pelarut. Setiap rancangan kolom, terdapat penopang atau sejenis
piringan pelat di dalam tabung, diatas keran yang berguna untuk menahan penjerap. Penopang
tersebut dapat berupa segumpal kecil wool atau kapas yang ditutupi pasir bersih 50-100 mesh
setebal 30-60 nm, maupun dapat berupa piringan kaca masir.
Banyaknya campuran yang dipisahkan
Campuran kasar kadang-kadang mengandung ter atau produk berupa polimer yang tidak
bergerak sama sekali didalam sistem kromatografi yang dapat menggerakkan produk utama. Untuk
menghilangkan senyawa yang tidak bergerak, kolom tebal yang agak pendek (10 x ,5 cm) dengan
perbandingan antara penjerap dengan zat terlarut yang rendah (10:1). Untuk pemisahan normal,
perbandingan bobot 30:1 ternyata memadai jika pemisahan tidak terlalu sukar. Jika pemisahan
lebih sukar, harus digunakan perbandinga penjerap dengan zat terlarut lebih tinggi, mungkin
sekitar 100:1 atau bahkan 300:1, dan lebih sering digunakan kolom kecil panjang.
9
FITOKIMIA Daun Kersen
Penjerap atau Fase diam
Sifat, derajat, atau tingkat keaktifan penjerap, dan ukuran partikelnya betul-betul penting
dalam pengembangan sistem kromatografi. Mengemas kolom harus dilakukan dengan hati-hati,
agar dihasilkan kolom kemas yang serba sama. Jika kolom tidak mempunyai penyaring kaca masir,
maka kita harus menyumbat kolom dengan segumpal kaca wool atau kapas. Sumbat ini harus
terendam dengan pelarut pengelusi setinggi 10 cm. Selanjutnya kemasan kolom dijadikan bubur
dalam gelas piala memakai pelarut yang sama, lalu dituangkan hati-hati ke dalam kolom dan tidak
terputus-putus, untuk mencegah terbentuk lapisan. Setelah itu kemasan dibiarkan turun dan
kelebihan pelarut dikeluarkan melalui keran.
Laju gerakan zat dipengaruhi oleh sejumlah variabel, diantaranya daya absorpsi zat
penjerap, ukuran partikel dan luas permukaan, sifat dan polaritas pelarut, tekanan yang digunakan
dan suhu sistem kromatografi .
10
FITOKIMIA Daun Kersen
Reaksi peredaman DPPH oleh antioksidan
DPPH DPPH-H
(Ungu) (Kuning)
λmax = 516-520 nm λmax = 330 nm
11
FITOKIMIA Daun Kersen
BAB III
METODE
3.1 Alat dan bahan
1. Pembuatan Simplisia
Alat:
a. Timbangan analitik
b. Pisau
c. Tempat menjemur
Bahan
Daun Kersen / Ceri
2. KLT Pendahuluan
Alat :
a. Tabung reaksi
b. Timbangan Analitik
c. Batang pengaduk
d. Rak tabung reaksi
Bahan
a) Simplisia daun Kersen
3.Uji Fitokimia
Alat
a. Tabung reaksi
b. Pipet tetes
c. Pipet ukur
d. Bunsen
e. Kaki tiga
f. Gelas beaker
g. Botol semprot
Bahan
a. Ektrak daun Kersen
b. Hcl
12
FITOKIMIA Daun Kersen
c. Pereaksi Mayer
d. Reagen bouchard
e. CHCL3
f. H2S04
4. Fraksinasi
Alat :
a. Corong pisah
b. Statif
c. Gelas erlemeyer
d. Gelas beaker
e. Pipet tetes
Bahan :
a. Ektrak Daun Kersen
b. Heksan
c. H20
d. Etil Asetat
5. Kromatografi Kolom
Alat :
a. Kolom
b. Botol Vial
c. Pipet tetes
d. Pipet ukur
e. Gelas beaker
Bahan:
a. Ektak daun tiin
Silica gel
13
FITOKIMIA Daun Kersen
3.2 Prosedur Kerja
1. Pembuatan Simplisia
1. Pengumpulan bahan baku
Daun kersen yang di gunakan untuk pembuatan simplisia adalah daun yang
sudah tua. Pengambilan daun pada saat siang hari karena pada saat itu daun
sedang melakukan proses fotosintesis.
2. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan
asing lainnya dari simplisia. Pada pembuatan simplisia daun kemangi kali ini
di dapat kotoran dan rumput.
3. Penimbangan
Penimbangan awal pada saat daun masih segar bertujuan untuk perhitungan
kadar air dari simplisia tersebut setelah proses penjemuran
4. Pencucian
Pencucian di lakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya
yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian di lakukan dengan air bersih
dan mengalir.
5. Perajangan
Tujuan perajangan pada simplisia adalah untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru di ambil
jangan langsung di Rajang tetapi di jemur dalam keadaan utuh selama 1
hari. Perajangan di lakukan dengan menggunakan pisau dengan ketebalan 1-
3mm.
6. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah
rusak sehingga dapat di simpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan
mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan mencegah
penurunan mutu atau perusakan simplisia.
Cara pengeringan pada daun kemangi dengan cara pengeringan alamiah, yaitu
dengan cara di angina-angin kan , tidak dengan cara di keringkan di
bawah sinar matahari langsung, karena daun merupakan bagian tumbuhan
yang lunak sehingga apabila dengan cara di keringkan di bawah sinar matahari
angsung akan menyebabkan penguapan yang cepat sehingga zat aktif akan
mudah hilang.
7. Sortasi Kering
Sortasi kering ini bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing seperti
bagian- bagian tanaman yang tidak di inginkan atau kotoran-kotoran yang
menempel pada saat pengeringan.
14
FITOKIMIA Daun Kersen
8. Penghalusan
Penghalusan yang saya lakukan dengan cara menggunakan alat penghalus.
15
FITOKIMIA Daun Kersen
6. Tiap bercak dari titik penotolan di ukur dan di catat untuk tiap bercak yang
di amati kemudian harga Rf di tentukan
3. Uji Fitokimia
1. Uji Alkaloid
1. ekstrak daun kersen di larutkan dengan HCL 2% kemudian larutan
dibagi 3 bagian.
2. Pada tabung 1 ditambah 0,5ml larutan asam encer, tabung 2 di tambah
2-3 tetes pereaksi Dragendorf, dantabung 3 di tambah 2-3 pereaksi
meyer
3. Adanya alkaloid di tandai dengan timbulnya endapan kuning (Mayer)
dan orange (dragendorf) (Gritter dan Schwarting, 1991)
2. Uji Saponin
Ekstrak di masukan dalam tabung reaksi di tambah 10ml air panas,
kemudian didinginkan dan dikocok kurang lenih 10 menit hingga 1-10cm,
jika di tambah 1 tetes HCL 2 N buih tidak hilang hal ini menunjukan
adanya saponin (Gritter dan Schwarting, 1991)
3. Uji Flavonoid
Masing-masing ekstrak dimasukan ke dalam tabung reaksi di tambahkan
air panas, kemudian di dinginkan , setelah dingin ditambahkan ethanol 1-2
ml, serbuk Zn, 2 ml HCl 2N diamkan, ditambahkan beberapa tetes HCl
pekat, terjadinya warna merah jingga hingga merah ungu menunjukan
adanya flavonoid
4. Maserasi
1. Rendam simplisia Daun kersen dengan Etil Asetat selama 1x24 jam
2. Saring hasil rendaman, ambil filtratnya
3. Lakukan hal poin 1 dan 2 selama 3kali
4. Kemudian simpan filtar ke dalam botol coklat tutup dengan rapat
16
FITOKIMIA Daun Kersen
5. Fraksinasi
Hexan + Air
Corong Pisah
Tambahkan air
Kocok
Kocok
KLT KLT
5. KLT
2. Buat garis dasar ( base Line) sekitar 0,5 cm dari ujung bawah plat dan garis akhir di bagian atas.
7.Setelah mencapai garis akhir angkat plat,keringkan dan ukur jarak spot.
17
FITOKIMIA Daun Kersen
7. Kromatografi Kolom
8. Uji DPPH
1 .Menyiapkan larutan blanko
18
FITOKIMIA Daun Kersen
b. masukkan kedalam labu ukur 100 ml 7 buah
c.Larutkan dengan Etil Asetat add 100 ml
3. Menyiapkan sampel
a. Pipet larutan baku 2ml masukkan kedalam tabung reaksi 7 buah
b. Tambahkan Sampel
4. Menyiapkan DPPH
a. Encerkan DPPH dengan etil asetat sebanyak 70 ml
b. Masukkan kedalam botol coklat tutup rapat
5.Uji DPPH
a. Nyalakan spektrofotometer
b. Cari panjang gelombang
c. Masukkan larutan blanko
d. Masukkan larutan baku
e. Masukkan sampel yang sudah ditetesi larutan DPPH
f. Ukur abs.
g. Buat kurva standart
19
FITOKIMIA Daun Kersen
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Data Simplisia
Susut pengeringan
2 .Randemen
Randemen
=3.46 %
20
FITOKIMIA Daun Kersen
1. Uji Organoleptik
Tabel 2,Hasil uji Organoleptik
Uji Hasil
Bau Khas aromatic
Texture Kasar
Warna Hijau
Rasa -
21
FITOKIMIA Daun Kersen
2.Uji Skrining Fitokimia
Tabel Hasil uji skrining fitokimia
Nama uji Pereaksi Standart hasil
22
FITOKIMIA Daun Kersen
3. KLT Pendahuluan
Tabel 4. Hasil KLT Pendahuluan ektrak kering Daun Ceri / Daun Kersen
UV 254 nm
No Eluen Rf Warna
1 Heksan :Etil 1,2 Hijau kebiruan
5 : 1
3
(5:1) RF = 2,5
= 1,2 cm
23
FITOKIMIA Daun Kersen
Heksan : Etil Asetat 3 3
1 : 2
24
FITOKIMIA Daun Kersen
25
FITOKIMIA Daun Kersen
5. KLT Lanjutan
1 : 5
2
RF = 2,5
= o,8 cm
26
FITOKIMIA Daun Kersen
6.Uji DPPH
Nilai regresi
Y = a + bx
Nilai regresi:
a = 4,9362
b = - 0,0119
r = -1
Y = a + bx
Y = 1,063
0,0119x = 3,8732
X = 3,8732
0,0119
= 325,47
Y = 2,466
X = 2,4702
0,0199
= 124,130
120
100
80
60
40
20
0
1.063 2.466
28
FITOKIMIA Daun Kersen
Nilai regresi
Y = a + bx
a = 0,004833
b = 0,9995
r = 0,999
Y = 1.071
Y = a + bx
0.9995 x = 1,0661
X = 1,0661
0,9995
= 1,0667
Y = 1,079
Y = a + bx
1,079 = 0,004833 + 0,9995 x
0,9995 x = 1,079 – 0,004833
X = 1,0741
0,9995
= 1,0,747
Y = 1,049
Y = a + bx
1,049 = 0,004833 + 0,9995 x
0,09995 x = 1,049 – 0,00483
X = 1,0441
29
FITOKIMIA Daun Kersen
0,9995
= 1,0446
Y = 1,063
Y = a + bx
1,063 = 0,004833 + 0,9995 x
0,9995 x = 1,063 – 0,004833
X = 1,0581
0,9995
= 1,0586
Y = 0,844
Y = a + bx
0,844 = 0,004833 + 0,9995 x
0,9995 x = 0,844 – 0,004833
X = 0,8391
0,844
= 0,839
Y = 0,996
Y = a + bx
0,996 = 0,004833 + 0,9995 x
0,9995 x = 0,996 – 0,004833
X = 0,991
0,9995
= 0,991
Y = 0,853
Y = a + bx
0,853 = 0,004833 + 0,9995 x
0,9995 x = 0,853 – 0,004853
X = 0,848
30
FITOKIMIA Daun Kersen
0,9995
= 0,8484
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Sampel 1 sampel 2 sampel 3 sampel 4 sampel 5 sampel Sampel 8
Nilai regresi
a= -0,011
b= 1,0007
r=1
Y = a + bx
1,709 = 0,0011 + 1,0007 x
31
FITOKIMIA Daun Kersen
1,0007x = 1,709 – 0,0011
X= 1,7079/1,0007
X = 1,7067
Y = a + bx
1,454 = -0,0011 + 1,007x
1,0007x = 1,454 – 0,0011
X = 1,4529/1,0007
X = 1,418
Chart Title
6
0
sampel 1 sampel 2
300
250
200
150
100
50
Nilai x pada balank Nilai x pada larutan baku Niali x pada sampel
Chart Title
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2
Nilai X pada Blanko Nilai X pada larutan baku Nilai X pada sampel
33
FITOKIMIA Daun Kersen
Nilai DPPH
1. Blanko 325,47
Sampel 1,7067
% I = [ ( A0 – AI ) /Ao ] x 100
= [ ( 325,47-1,7067)/325] x 100
= [324,88/325,47]x 100
= 0,996 x 100
I = 99,61%
Sampel 1,4518
% I = [ ( A0- AI )/ Ao ] x 100
= [ ( 325,47- 1,4518)/325.47] X 100
= [ ( 324,90 /325,47) X 100
= 0,996X 100
I = 99,6%
2. Blanko 124,130
Sampel 1,7067
% I = [ ( A0 – AI )/ A0)] x 100
= [ ( 124,130- 1,7067)/124,130] x 100
= [ ( 122,42/124.130) x 100
= 0,98 x 100
= 98,62 %
Sampel 1,4518
% I = [ ( A0-AI ) /A0 )] x 100
= [ ( 124,130 – 1,4518/124,130)] x 100
= [ (122,678 /124,130)] x 100
= 0,988 x 100
= 98,83%
34
FITOKIMIA Daun Kersen
Tabel 10 Hubungan Blanko,Sampel ,Persentase Inhibisi
Blanko Sampel Persentase Inhibisi
325.47 1,7067 99,61%
1,4518 99,6%
124,130 1,7067 98,62%
1,4518 98,83%
Chart Title
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Blanko Sampel Persentase Inhibisi
35
FITOKIMIA Daun Kersen
BAB V
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini digunakan daun kersen sebagai bagian tanaman yang akan diteliti. Hasil
determinasi menunjukkan bahwa tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku simplisia adalah
Muntingia calabura L. Pengumpulan simplisia dilakukan dengan sebanyak 500gram, kemudian
dicuci dengan air bersih yang mengalir dan dibersihkan dari pengotor seperti debu, serta bagian
lain yang tidak dibutuhkan, selanjutnya bahan dikeringkan dibawah sinar matahari tidak
langsung, agar zat yang tidak tahan panas tidak rusak. Simplisia kering yang dihasilkan kemudian
dihaluskan dan disimpan dalam wadah yang bersih dan tertutup rapat.
Pemeriksaan organoleptis dilakukan pada daun kersen yang masih segar dan simplisia daun
meliputi pemeriksaan bentuk, warna, bau, dan rasa.
Ekstraksi dilakukan terhadap 200 gram serbuk simplisia daun Kersen dengan cara maserasi
menggunakan pelarut campur etil asetat sebcukupnya. Filtrat remaserasi yang k3 di pantau
dengan skrining bagaimana kandungan flavonoidnya menggunakan cara skrining flavonoid pada
umunya. Ekstrak pekat yang diperoleh diuapkan menggunakan tangas air pada suhu 50-70oC
Golongan flavonid dideteksi dengan adanya warna kuning hingga merah yang dapat ditarik
oleh amil alkohol yang sebelumnya sampel direaksikan terlebih dahulu dengan serbuk Mg dalam
suasana asam dan dipanaskan. Serbuk Mg dan HCl akan bereaksi membentuk gas H2. Warna
merah yang dihasilkan menandakan adanya flavonoid akibat dari reduksi pada gugus hidroksil
oleh asam klorida pekat dan magnesium.
Saponin memiliki glikosil yang berfungsi sebagai gugus polar dan gugus steroid dan
triterpenoid sebagai gugus nonpolar. Senyawa yang memiliki gugus polar dan nonpolar bersifat
aktif permukaan sehingga saat dikocok dengan air saponin dapat membentuk misel. Pada struktur
misel gugus polar menghadap ke luar sedangkan gugus nonpolarnya menghadap ke dalam.
Keadaan inilah yang tampak seperti busa, karena itu dalam analisis ini dilihat kemampuan sampel
dalam membentuk busa.
Steroid Triterpenoid setelah di tambahakan Klorofom di kocok dan di daring dan di
tambahkan asetat anhidrat serta 2 tetes asam sulfat terdapat cincin bewarna agak merah
36
FITOKIMIA Daun Kersen
lalu di lakukan KLT Pada simplisia untung mengetahui pelarut yang cocok dan dilakukan
maserasi dengan simplisia sebesar 30 gram dengan metanol yang sudah melakukan uji KLT
pelarut selama 2x24 jam. Kemudian dilakukan penyaringan menggunakan alat corong dan kertas
saring dan dilakukan KLT kembali, Setelah di KLT Hasil penyaringan yang didapatkan
kemudian dilakukan pengkristalan dengan cara menguapkan hasil penyaringan sampai terbentuk
kristal dan dilakukan fraksinasi.
Uji Kolom lakukan dengan eluen 5:1,4:1,3:1,2:1, dan 1:1 perbandingan etil asetat dan hexan
setelah itu dilakukan grouping pada eluen 5:1,4:1,3:1,2:1, dan 1:1,sudah di kolom.setelah itu
melakukan uji KLT Kembali sebelum pengujian DPPH.Lalu dilanjutkan dengan Pengujian
aktivitas antioksidan secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode DPPH terhadap
ekstrak kental metanol-air dan fraksi-fraksi. Dan dengan blanko menggunakan Vitamin C yang
dilarutkan dengan alkohol 96% 140 ML .Pengukuran secara kuantitaif dilakukan dengan
menggunakan alat spektrofotometri UVV isible dengan mengukur penurunan serapan DPPH
yang sudah direaksikan dengan bahan uji .
Pada Uji Kromagtografi lapis tipis di UV 254 nm mendapatkan nilai RF 1,2 cm pada
perbandingan hexan 5 dan etil asetat 1.sedangkan untung percobaan kromagtografi yang
perbandingan etil asetat 5 dan hexan 1 mempunyai nilai UV 254 nm 0,8 cm.
37
FITOKIMIA Daun Kersen
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
38
FITOKIMIA Daun Kersen
DAFTAR PUSTAKA
Chin, W.Y., 1989. A guide to the wayside tress of Singapore. BP Singapore Science Centre,
p: 145
Zakaria ZA., 2006. The in vitro Antibacterial Activity of Muntingia calabura Linn Extracts
Redhamahsya. 2011. Standardisasi Simplisia Dan Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia
calabura L). Universitas Jenderal Ahmad Yani.
Pietta, Pier-Giorgio. 2000. Flavonoids as Antioxidants. J. of Nat Prod, vol 63, p: 1035-1042.
Zuhra, Cut Fatimah Tarigan, Juliati Br. Sitohang, Herlince. 2008. Aktivitas Antioksidan
Senyawa Flavonoid Dari Daun Katuk (Sauropus Androgunus (L) Merr)J. Bio Sumatera »
Vol. 3(1) hlm. 7 – 10. ISSN 1907-5537
Indriani,Susi. 2006. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
J.ll. Pert.Indon. Vol. 11(1).
39
FITOKIMIA Daun Kersen