Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kersen (Muntingia calabura Linn.) dapat dengan mudah ditemukan di Indonesia.
Kersen merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah Amerika dan secara luas dikultivasi di
daerah Asia. Secara empiris, tanaman ini telah digunakan dalam pengobatan di berbagai Negara.
Akarnya digunakan sebagai abortivum di Malaysia, sementara di Filipina bunganya digunakan
untuk mengobati sakit kepala, flu, anti-dispeptik (nyeri lambung), antispasmodik dan diaforetik.
Infus bunganya digunakan sebagai penenang dan tonikum di negara Kolombia.
Efek farmakologinya dibuktikan dengan adanya kemampuan sebagai anti inflamasi dan
anti piretik. Ekstrak dari daun kersen merupakan sumber anti mikroba untuk mengobati infeksi
yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
Tanaman ini kaya akan flavonoid, flavon dan flavanon Hasil penelitian menunjukkan
bahwa simplisia daun kersen dan ekstrak etanol daun ini mengandung senyawa golongan
flavonoid, kuinon, polifenolat, saponin, steroid dan triterpenoid, monoterpenoid dan
seskuiterpenoid. Penelitian tentang isolasi senyawa flavanon, flavon, kalkon dan isoflavon serta
struktur senyawanya telah dilakukan di Chicago, hasil penelitiannya yaitu 7-methoxy-3,5,8-
trihydroxyflavanone; 5-hydroxy-7methoxyflavanone; 2′,4′dihydroxychalcone; 4,2′,4′-
trihydroxychalcone,7-hydroxyisoflavone; 7,3′,4′-trimethoxyisoflavone.
Salah satu manfaat dari kandungan flavonoid adalah sebagai antioksidan. Aktivitasnya
telah banyak diteliti, dimana flavonoid memiliki kemampuan untuk merubah atau mereduksi
radikal bebas dan juga sebagai anti radikal bebas. Sebagai contoh, daun katuk misalnya,
mempunyai aktivitas antioksidan yang kuat, karena memiliki senyawa flavonoid. Contoh lain
kandungan aktif antioksidan diisolasi dari ekstrak kasar metanol dari daun jambu biji (Psidium
guajava L.) diantaranya quercetin serta dua jenis flavonoid quercetin-3-O-glucopyranoside
Flavonoid yang sama dapat memiliki kemampuan sebagai antioksidan dan juga prooksidan
tergantung dari konsentrasi dan sumber radikal bebasnya. Flavonoid berguna sebagai antioksidan
melawan radikal bebas tetapi dapat juga berperan sebagai prooksidan jika digunakan pada logam
transisi.
Senyawa tumbuhan lain, selain flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan diantaranya
polifenol dan saponin. Penelitian tentang perbedaan kandungan total polifenol dan flavonoid yang
terkandung dalam kulit pitaya (dragon fruit) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan.(Penelitian
aktivitas antioksidan dari saponin, secara langsung menunjukkan penurunan kadar lipid
hydroperoxide pada serum lemak kelompok tikus yang diberi saponin.
Sumber-sumber antioksidan dapat berupa antioksidan sintetik maupun antioksidan alami.
Tetapi saat ini penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi karena dari hasil penelitian yang
telah dilakukan ternyata antioksidan sintetik seperti BHT (Butylated Hydroxy Toluena) dapat
meracuni binatang percobaan dan bersifat karsinogenik. Oleh karena itu industri makanan dan
obat-obatan beralih mengembangkan antioksidan alami dan mencari sumber-sumber antioksidan
alami baru.

Dari bukti ilmiah berkenaan dengan kandungan senyawa dalam daun kersen yang telah disebutkan
diatas diharapkan bahwa daun kersen memiliki suatu golongan senyawa tumbuhan yang
1
FITOKIMIA Daun Kersen
mempunyai sifat antioksidan. Hal ini perlu dibuktikan melalui penelitian yang dimulai dengan
pembuatan ekstrak daun kersen dan uji antioksidan kemudian dilanjutkan dengan penelitian fraksi-
fraksinya

1.2 Tujuan
1. mengetahui cara Isolasi Daun Kersen
2. mengetahui Kandungan senyawa dalam Daun Kersen
3. Uji Antioksidan dalam daun kersen

2
FITOKIMIA Daun Kersen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Botani dan Morfologi
Tinjauan mengenai tumbuhan Kersen (Muntingia calabura Linn), meliputi beberapa aspek, seperti
klasifikasi tumbuhan, nama daerah, deskripsi tumbuhan, kandungan kimia, ekologi penyebaran
dan kegunaannya

2.1.1 Nama Daerah


Jawa: talok, kersem, keres, kersen (Sunda). Jakarta: kadang-kadang disebut ceri. Lumajang:
anak-anak menyebutnya baleci. Nama-nama lainnya di beberapa negara adalah: Capulin, Jamaica
cherry (Inggris); datiles, aratiles, manzanitas (Filipina), mat sam (Vietnam); khoom somz, takhob
(Laos); takhop farang (Thailand); krakhob barang (Kamboja); dan kerukup siam (Malaysia). Juga
dikenal sebagai capulin blanco, cacaniqua, nigua, niguito (bahasa Spanyol); dan nama yang tidak
tepat Japanse kers (Belanda).

2.1.2 Klasifikasi Tumbuhan


Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Sub kingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Super divisi : Spermatophyta (berbiji)
Divisi : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub kelas : Dilleniidae
Bangsa : Malvales (Culumniferae)
Suku : Elaeocarpaceae
Marga : Muntingia
Jenis : Muntingia calabura L.

3
FITOKIMIA Daun Kersen
4
FITOKIMIA Daun Kersen
2.1.4 Kandungan Kimia
Daun dan kulit batang Muntingia calabura L. mengandung alkaloid, tanin, saponin, flavonoida,
polifenol, flavonol (kaemferol dan kuersetin) serta proantosianidin dan sianidin, beberapa
mioinositol. Serta setiap 100 gram tanaman ini memiliki kandungan : 76,3 g air, 2,1 g protein, 2,3
g lemak, 17,9 g karbohidrat, 4,6 g serat, 1,4 g abu, 125 mg kalsium, 94 mg fosfor, 0,015 mg vitamin
A, 90 mg vitamin C. Nilai energinya 380 kJ/100 g. Kersen merupakan salah satu jenis dari marga
Muntingia yang tumbuh selalu hijau sepanjang tahun. Tumbuhan ini kaya senyawa flavonoid
dengan jenis flavon, flavonon, flavan dan biflavon sebagai kandungan yang penting

2.1.5 Ekologi penyebaran


Pohon kersen umumnya tidak dibudidayakan, tetapi tersebar secara spontan. Kersen berasal dari
Meksiko selatan, Amerika tengah, Amerika selatan yang beriklim tropis dan Trinidad. Kersen
memiliki penyebaran yang luas terutama di daerah yang beriklim tropis/panas seperti India dan
Asia tenggara (Indonesia, Malaysia dan Filipina).

2.1.6 Kegunaan/Khasiat
Daun kersen berwarna hijau dan berbulu berkhasiat sebagai obat batuk, peluruh dahak,
antitumor dan rebusan daun kersen dapat menghambat pertumbuhan mikroba seperti
Corynebacterium diphteriae, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis serta dapat
digunakan sebagai antiseptik, dan dapat mengatasi penyakit gula darah. Secara tradisional daun
kersen telah lama digunakan di negara Peru dengan pemakaian seperti mengkonsumsi teh untuk
menghilangkan rasa sakit seperti sakit kepala dan juga antiradang. Buah kersen dapat
dimanfaatkan untuk mengobati sakit kuning, serta jus buah kersen sangat baik dijadikan sebagai
minuman bagi seorang atlet untuk mencegah cedera otot saat beraktivitas.
Bagian-bagian tanaman ini telah digunakan sebagai obat-obatan di daerah Asia Tenggara
dan di bagian tropis benua Amerika. Akar kersen telah digunakan sebagai abortifacient di
Malaysia. Bunga kersen telah biasa digunakan untuk mengobati sakit kepala, antiseptik,
antikejang, dan diaporetik. Cairan pada bunga tanaman kersen di minum sebagai obat penenang.

2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah metode pemisahan senyawa dari campurannya dengan menggunakan
pelarut atau metode penarikan kandungan senyawa kimia metabolit sekunder dari bagian
tumbuhan dengan menggunakan pelarut-pelarut yang sesuai. Dalam pemilihan pelarut
pengekstraksi berlaku prinsip polar loves polar dan non polar loves non polar, artinya bila kita
akan mengekstraksi senyawa non polar, harus digunakan pelarut non polar dan bila kita akan
mengekstraksi senyawa polar harus digunakan pelarut polar. Contoh pelarut polar adalah air,
metanol, dan etanol, pelarut semi polar misalnya aseton, dan etil asetat, serta pelarut non polar
yang umum digunakan adalah normal heksana, eter minyak tanah, kloroform, dan diklorometana.
Dalam pustaka-pustaka sering dinyatakan ekstraksi dengan benzena atau kloroform atau karbon

5
FITOKIMIA Daun Kersen
tetraklorida sebagai pelarut non polar, tetapi kini benzena, kloroform, dan karbon tetraklorida
mulai ditinggalkan karena sifat hepatotoksiknya yang tinggi.
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi menjadi dua yaitu ekstraksi cara dingin dan
ekstraksi cara panas.
2.2.1 Ekstraksi Cara Dingin
Ekstraksi cara dingin dibedakan atas:

 Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan mengunakan pelarut dengan
beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan. Secara teknologi
termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.
Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu. Remaserasi berarti dilakukan
pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan
seterusnya.

 Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive
extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan
pengembangan bahan,tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang
jumlahnya 1-5 kali bahan.

2.2.2 Ekstraksi Cara Panas


Ekstraksi cara panas antara lain:
 Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga
dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
 Ekstrasi kontinyu dengan alat Soxhlet
Ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat
khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan
adanya pendingin balik.

 Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih
tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-
50oC.

6
FITOKIMIA Daun Kersen
 Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus
tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98oC) selama waktu tertentu
(15-20 menit).
 Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30oC) dan temperatur sampai titik didih
air.
 Pressurized Hot Water Extraction (PHWE)
PHWE adalah ekstraksi menggunakan pelarut air dengan temperatur tinggi dan pada
kondisi tekanan yang terkendali sehingga dapat menarik komponen organik atau non-polar.

2.3 Fraksinasi
Fraksinasi merupakan prosedur pemisahan yang bertujuan memisahkan golongan utama
kandungan yang satu dari kandungan yang lain. Senyawa yang bersifat polar akan masuk ke
pelarut polar dan senyawa non polar akan masuk ke pelarut non polar.
Metode fraksinasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kromatografi
kolom. Kolom diisi dengan penyerap padat sebagai fase tetap dan dialiri dengan pelarut sebagai
fase gerak. Cuplikan yang akan difraksi dimasukan ke dalam kolom dan dialiri fase gerak yang
akan membentuk jalur-jalur serapan dari senyawa. Bila pelarut dibiarkan mengalir melalui kolom,
ia akan mengangkut senyawa-senyawa yang merupakan komponen-komponen dari campuran.
Pemisahan komponen suatu campuran tergantung pada tingkat kepolaran dari fase gerak dan
senyawa yang terkandung dalam campuran tersebut.

2.4 Kromatografi Lapis Tipis


Merupakan han cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murni dan
mengetahui kuantitasnya. Merupakan analis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit sifat
penyerap maupun cuplikanya .KlT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang
bersifat hidrofobik seperti lipida –lipida dan hidrokarbon dikerjakan dengan kromatografi
kertas.KLT dapat juga berguna pereaksi eluen untuk kromatografi kolom ,analisi fraksi yang
diperoleh dari kromatografi kolom ,identifkasi senyawa secar jromatografi dan isolasi senyawa
murni skala kecil.Pelarut yanf dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutanya
senyawa yang dianalisis, Bahan lapisan tipis seperti Silica gel adalah senyawa yang tidak bereaksi
dengan pereaksi – pereaksi yng lebih reaktif seperti asam sulfat.
Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa
,Nilai Rf untuk senyawa – senyawa murni dapat dibandingkan dengan niali Rf dari senyawa
sekunder .Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik awal
dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal dengan rumus sebagai berikut:
Rf Jarak noda
Jarak eluen
RF selalu lebih kecil dari 1,0

7
FITOKIMIA Daun Kersen
Pelaksanaan KLT
Fase Diam
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penyerap berukurn kecil dengan diameter
partikel antara 10- 30,semakin kecil ukuran rata- rata partikel fase diam dan semakin sempit
kisaran ukuran fase diam maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya.
Penyerap yang paling sering digunakan adalah silica dan serbuk selulosa,sementara
mekanismesorbsi yang utama pada KLT adalah adsorbsi dan partisi..
Fase Gerak
Fase gerak yang lebih sering digunakan adalah sistem yang paling sedrhana yaitu campuran 2
pelarut organik karena daya elusi campuran dua pelarut dapat mudah diatur sedemikian rupa
sehingga penyerapan dapat terjadi secara optimal.
Beberapa cara dalam fase gerak
1. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang tinggi karena KLT merupakan teknik yang
sensitif
2. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletk antara 0,2-
0,8 untuk memaksimalkan pemisahan
3. Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silica gel ,polaritas fase
gerak akan menentukan kecepatan migrasi solute yang berarti juga menentukn niali RF
,penambahan pelarut yang berdifat sedikit polar seperti Dietil kedalam pelarut non polar
seperti metil akan meningkatkan harga Rf secara signifikan.
4. Solut- solut ionik dan solute – solute polar lebih baik digunakan campuran pelarut sebagaoi
fase gerak seperti campuran air dan metanol dengan perbandingan tertentu.
Aplikasi ( Penotolan ) Sampel
Untuk memperoleh reproduksibilitas,volume sampel yang ditotolkan paling sedikit 0,5 jika
volume sampel yang ditotolkan lebih besar dari 2-10 maka totolan harus dilakukan secara
bertahap,dengan dilakukan pengeringan antar totolan.
Pengembangan
Setelah dilakukan penotolan maka tahap selanjutnya adalah tahap pengembangan sampel
dalam dalam bejana kromatografi.
Chumber kromatografi harus tertutup rapat dan harus mampu mengluen lempeng sampai
sampai ketinggian lempeng yang telah ditentukan,untuk melakukan penjenuhan fase
gerakbiasanya dilapisi kertas saring,jika fase gerak telah tercapai maka dapat dikatakan maka fase
gerak telah jenuh.
Deteksi bercak
Deteksi gerak dapat dilakuak secara fisik dan kimia.cara fisik yang digunkan untuk menampakkan
bercak adalah dengan cara pencacahan radioaktif dan flourensi sinar ultraviolet,Flourensi sinar
ultraviolet terutama unuk senyawa yang dapat berflourensi maka bercak akan terlihat jelas.
Cara Kimia untuk meneteksi bercak:

8
FITOKIMIA Daun Kersen
Menyemprot KLT dengan reagen kromagenik yang akan bereaksi secara kimia dengan
solute yang mengandung gugus fungsi tertentu sehingga bercak menjadi berwarna.
Mengamati lempeng dibawah lampu ultraviolet yang dipasang panjang gelombang 254 atau 366
untuk menampakan bercak yang gelap .
Perhitungan Nilai Rf
Rf = Jarak yang ditempuh oleh komponen
Jarak yang ditempuh oleh pelarut
Nilai Rf dinyatakan hingga angka 1,0 beberapa pustaka menyatakan nilai yang baik yang
menujukkan pemisahan yng cukup baik berkisar antara 0,2- 0,8.
KLT dapat digunakan untuk analisa kualitatifmaupun kuantitatif ,bahkan dapat juga
digunakan untuk keperluan preparatif analisa kualitatif
KlT juga dapat digunakan untuk menentukan kemurnian zat dan mengetahui kadar yang
terdapat pada zat karena setiap zat memiliki nilai tertentu

2.5 Kromatografi Kolom


Kromatografi kolom merupakan yang tertua dari cara kromatografi yang banyak itu, dan
seperti yang di praktekan secara tradisional, merupakan bentuk kromatografi cair. Fase diam, baik
bahan yang jerap (Kromatografi Cair Vakum) atau film zat cair pada penyangga, ditempatkan
didalam tabung kaca bentuk silinder, pada bagian bawah tertutup dengan katup atau keran, dan
fase gerak dibiarkan mengalir kebawah melaluinya. Kromatografi cair yang dilakukan di dalam
kolom besar merupakan metode kromatografi untuk pemisahan campuran dalam jumlah besar
(lebih dari 1 gram). Kadang-kadang cara ini disebut kromatografi cair preparatif.

Kolom kromatografi
Kolom kromatografi atau tabung untuk pengaliran karena daya tarik bumi (gravitasi) atau
sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang dilengkapi keran jenis tertentu di bagian
bawahnya untuk mengatur aliran pelarut. Setiap rancangan kolom, terdapat penopang atau sejenis
piringan pelat di dalam tabung, diatas keran yang berguna untuk menahan penjerap. Penopang
tersebut dapat berupa segumpal kecil wool atau kapas yang ditutupi pasir bersih 50-100 mesh
setebal 30-60 nm, maupun dapat berupa piringan kaca masir.
Banyaknya campuran yang dipisahkan
Campuran kasar kadang-kadang mengandung ter atau produk berupa polimer yang tidak
bergerak sama sekali didalam sistem kromatografi yang dapat menggerakkan produk utama. Untuk
menghilangkan senyawa yang tidak bergerak, kolom tebal yang agak pendek (10 x ,5 cm) dengan
perbandingan antara penjerap dengan zat terlarut yang rendah (10:1). Untuk pemisahan normal,
perbandingan bobot 30:1 ternyata memadai jika pemisahan tidak terlalu sukar. Jika pemisahan
lebih sukar, harus digunakan perbandinga penjerap dengan zat terlarut lebih tinggi, mungkin
sekitar 100:1 atau bahkan 300:1, dan lebih sering digunakan kolom kecil panjang.

9
FITOKIMIA Daun Kersen
Penjerap atau Fase diam
Sifat, derajat, atau tingkat keaktifan penjerap, dan ukuran partikelnya betul-betul penting
dalam pengembangan sistem kromatografi. Mengemas kolom harus dilakukan dengan hati-hati,
agar dihasilkan kolom kemas yang serba sama. Jika kolom tidak mempunyai penyaring kaca masir,
maka kita harus menyumbat kolom dengan segumpal kaca wool atau kapas. Sumbat ini harus
terendam dengan pelarut pengelusi setinggi 10 cm. Selanjutnya kemasan kolom dijadikan bubur
dalam gelas piala memakai pelarut yang sama, lalu dituangkan hati-hati ke dalam kolom dan tidak
terputus-putus, untuk mencegah terbentuk lapisan. Setelah itu kemasan dibiarkan turun dan
kelebihan pelarut dikeluarkan melalui keran.
Laju gerakan zat dipengaruhi oleh sejumlah variabel, diantaranya daya absorpsi zat
penjerap, ukuran partikel dan luas permukaan, sifat dan polaritas pelarut, tekanan yang digunakan
dan suhu sistem kromatografi .

2.7 Pengujian Antioksidan dengan Metode DPPH (27)


Beberapa metode uji yang digunakan untuk melihat aktivitas antioksidan, Metode
conjugated diene, Metode penangkapan radikal hidroksil, Metode Ferric Reducing Ability of
Plasma (FRAP), Metode Trapping Antioxidant Parameter (TRAP).
Salah satu metode yang digunakan untuk pengujian aktivitas antioksidan adalah metode
DPPH. Metode DPPH didasarkan pada kemampuan antioksidan untuk menghambat radikal bebas
dengan mendonorkan atom hidrogen. Perubahan warna ungu DPPH menjadi ungu kemerahan
sampai kuning, dimanfaatkan untuk mengetahui aktivitas senyawa antioksidan. Metode ini
menggunakan kontrol positif sebagai pembanding untuk mengetahui aktivitas antioksidan sampel.
Kontrol positif ini dapat berupa tokoferol, BHT, dan vitamin C. Uji aktivitas antioksidan dengan
metode DPPH menggunakan 1,1-difenil-2-pikrilhidra-zil sebagai radikal bebas. Prinsipnya adalah
reaksi penangkapan hidrogen oleh DPPH dari senyawa antioksidan, misalnya troloks, yang
mengubahnya menjadi 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin.

Tabel 1. Tingkat kekuatan antioksidan dengan metode DPPH (27)

Intensitas Nilai IC50

Sangat kuat < 50 µg/mL

Kuat 50-100 µg/mL

Sedang 101-150 µg/mL

Lemah > 150 µg/mL

10
FITOKIMIA Daun Kersen
Reaksi peredaman DPPH oleh antioksidan

DPPH DPPH-H
(Ungu) (Kuning)
λmax = 516-520 nm λmax = 330 nm

2.9 Spektrofotometri UV – Visible


Spektrofotometri ultraviolet merupakan metode analisa suatu senyawa yang
menggunakan instrumen spektrofotometer, dimana prinsip kerja alat tersebut berdasarkan
pengukuran terhadap transmitan atau absorban suatu sampel atau berdasarkan kemampuan
atom/molekul mengabsorpsi dan memancarkan cahaya.
Sinar tampak (Visible) adalah sinar polikromatis yang dengan bantuan monokromator
misalnya prisma dapat diuraikan menjadi beberapa sinar monokromatis dengan berbagai panjang
gelombang. Analisa spektrofotometri UV-Visible biasanya dilakukan pada panjang gelombang
absorpsi maksimum (λ maks) yang didefinisikan sebagai jarak antara dua puncak dari suatu
gelombang. Dimana sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200 – 400 nm sedangkan
sinar tampak pada panjang gelombang 400 – 800 nm.
Spektrum serapan kandungan tumbuhan dapat diukur dalam larutan yang sangat encer dengan
pembanding blanko pelarut serta menggunakan spektrofotometer yang merekam otomatis.
Senyawa tanpa warna diukur pada jangka 200 sampai 400 nm, senyawa berwarna pada jangka
200 sampai 700 nm. Panjang gelombang serapan maksimum dan minimum pada spektrum
serapan yang diperoleh direkam dalam nm (nano meter), demikian juga kekuatan absorbansinya
pada maksima dan minima yang khas. Bahan yang diperlukan hanya sedikit saja karena sel
spektrofotometri baku (1x1 cm) hanya dapat diisi 3 ml larutan Penyerapan sinar UV-visible oleh
suatu molekul akan menyebabkan transisi diantara tingkat energi elektronik dari molekul.
Transisi ini dapat terjadi antar orbital ikatan (bonding) atau ikatan anti-bonding. Panjang
gelombang yang diserap sebanding dengan perbedaan tingkat energi orbital. Kegunaan utama
spektroskopi ini adalah untuk mengidentifikasi jumlah ikatan rangkap/konjugasi aromatik.
Pelarut yang banyak digunakan untuk spektroskopi UV – Visible adalah etanol 95%
atau etanol absolut karena kebanyakan golongan senyawa larut dalam pelarut tersebut. Alkohol
niaga harus dihindari karena mengandung benzena yang menyerap di daerah UV pendek. Pelarut
lain yang sering digunakan ialah air, metanol, heksana, eter minyak bumi, dan eter. Pelarut
seperti kloroform dan piridina umumnya harus dihindari karenya menyerap kuat di daerah 200-
260 nm ; tetapi sangat cocok untuk mengukur pigmen tumbuhan, seperti karotenoid, di daerah
spektrum tampak.
.

11
FITOKIMIA Daun Kersen
BAB III
METODE
3.1 Alat dan bahan
1. Pembuatan Simplisia
Alat:
a. Timbangan analitik
b. Pisau
c. Tempat menjemur
Bahan
Daun Kersen / Ceri

2. KLT Pendahuluan
Alat :
a. Tabung reaksi
b. Timbangan Analitik
c. Batang pengaduk
d. Rak tabung reaksi
Bahan
a) Simplisia daun Kersen

3.Uji Fitokimia
Alat
a. Tabung reaksi
b. Pipet tetes
c. Pipet ukur
d. Bunsen
e. Kaki tiga
f. Gelas beaker
g. Botol semprot
Bahan
a. Ektrak daun Kersen
b. Hcl

12
FITOKIMIA Daun Kersen
c. Pereaksi Mayer
d. Reagen bouchard
e. CHCL3
f. H2S04
4. Fraksinasi
Alat :
a. Corong pisah
b. Statif
c. Gelas erlemeyer
d. Gelas beaker
e. Pipet tetes
Bahan :
a. Ektrak Daun Kersen
b. Heksan
c. H20
d. Etil Asetat

5. Kromatografi Kolom
Alat :
a. Kolom
b. Botol Vial
c. Pipet tetes
d. Pipet ukur
e. Gelas beaker
Bahan:
a. Ektak daun tiin
Silica gel

13
FITOKIMIA Daun Kersen
3.2 Prosedur Kerja
1. Pembuatan Simplisia
1. Pengumpulan bahan baku
Daun kersen yang di gunakan untuk pembuatan simplisia adalah daun yang
sudah tua. Pengambilan daun pada saat siang hari karena pada saat itu daun
sedang melakukan proses fotosintesis.
2. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan
asing lainnya dari simplisia. Pada pembuatan simplisia daun kemangi kali ini
di dapat kotoran dan rumput.
3. Penimbangan
Penimbangan awal pada saat daun masih segar bertujuan untuk perhitungan
kadar air dari simplisia tersebut setelah proses penjemuran
4. Pencucian
Pencucian di lakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya
yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian di lakukan dengan air bersih
dan mengalir.
5. Perajangan
Tujuan perajangan pada simplisia adalah untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru di ambil
jangan langsung di Rajang tetapi di jemur dalam keadaan utuh selama 1
hari. Perajangan di lakukan dengan menggunakan pisau dengan ketebalan 1-
3mm.
6. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah
rusak sehingga dapat di simpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan
mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan mencegah
penurunan mutu atau perusakan simplisia.
Cara pengeringan pada daun kemangi dengan cara pengeringan alamiah, yaitu
dengan cara di angina-angin kan , tidak dengan cara di keringkan di
bawah sinar matahari langsung, karena daun merupakan bagian tumbuhan
yang lunak sehingga apabila dengan cara di keringkan di bawah sinar matahari
angsung akan menyebabkan penguapan yang cepat sehingga zat aktif akan
mudah hilang.

7. Sortasi Kering
Sortasi kering ini bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing seperti
bagian- bagian tanaman yang tidak di inginkan atau kotoran-kotoran yang
menempel pada saat pengeringan.

14
FITOKIMIA Daun Kersen
8. Penghalusan
Penghalusan yang saya lakukan dengan cara menggunakan alat penghalus.

9. Pengepakan dan penyimpanan


Penyimpanan simplisia yang saya lakukan dengan memasukan simplisia yang
sudah halus ke dalam botol berwarna coklat, dan di tutup rapat agar terhindar
dari paparan sinar matahari atau masuknya serangga.

2. TLC (Thin Layer Chromatographi)/ KLT Pendahuluan


1. Lempengan atau plat silica gel disiapkan. Pada bagian bawah plat diberi
garis sebagai tanda untuk menotolkan hasil ekstraksi pada fase diam,
setinggi 0,5cm dari bawah, pada bagian atas diberi pula garris tanda
selesai perambatan
2. Sampel atau hasil ekstraksi ditotolkan di atas plat tersebut dengan jarak
antara spot 1 cm menggunakan pipa kapiler
Sampel 1 : 5gram simplisia + air
Sampel 2 : 5gram simplisia + Hexan
Sampel 3 : 5gram simplisia + Etil ASetat
3. Chamber disiapkan dan dijenuhkan dengan eluen
 Etil Asetat : Hexan
5 : 1
 Etil ASestat : Hexan
1 : 5
Eluen Perhitungan

Heksan : Etil Asetat Heksan 1 X 25 ml


1 ;5 6
Etil asetat 5 x 25 ml
6
Heksan : Etil Asetat Heksan 5x 25
5 : 1 6
Etil Asetat 1 x 25
6

4. Plat yang sudah berisi sampel dimasukkan ke dalam chamber lalu


dibiarkan eluen naik sampai batas garis ujjung atas plat
5. Plat diangkat dan dikeringkan, lalu dilihat di atas UV 254, stelah itu
disemprot dengan penampak noda yang terlihat jelas

15
FITOKIMIA Daun Kersen
6. Tiap bercak dari titik penotolan di ukur dan di catat untuk tiap bercak yang
di amati kemudian harga Rf di tentukan
3. Uji Fitokimia

1. Uji Alkaloid
1. ekstrak daun kersen di larutkan dengan HCL 2% kemudian larutan
dibagi 3 bagian.
2. Pada tabung 1 ditambah 0,5ml larutan asam encer, tabung 2 di tambah
2-3 tetes pereaksi Dragendorf, dantabung 3 di tambah 2-3 pereaksi
meyer
3. Adanya alkaloid di tandai dengan timbulnya endapan kuning (Mayer)
dan orange (dragendorf) (Gritter dan Schwarting, 1991)

2. Uji Saponin
Ekstrak di masukan dalam tabung reaksi di tambah 10ml air panas,
kemudian didinginkan dan dikocok kurang lenih 10 menit hingga 1-10cm,
jika di tambah 1 tetes HCL 2 N buih tidak hilang hal ini menunjukan
adanya saponin (Gritter dan Schwarting, 1991)

3. Uji Flavonoid
Masing-masing ekstrak dimasukan ke dalam tabung reaksi di tambahkan
air panas, kemudian di dinginkan , setelah dingin ditambahkan ethanol 1-2
ml, serbuk Zn, 2 ml HCl 2N diamkan, ditambahkan beberapa tetes HCl
pekat, terjadinya warna merah jingga hingga merah ungu menunjukan
adanya flavonoid

4. Uji triterpenoid dan Steroid


Masing-masing ekstrak dimasukan dalam tabung reaksi dilarutkan dalam
0,5 ml asam asetat anhidrat, kemudian dilarutkan dalam CHCl3 0,5 ml lalu
tambahkan 1-2 ml H2SO4 . Terbentuknya cincin merah kecoklatan atau
ungu menunjukan adanya triterpenoid dan steroid

4. Maserasi
1. Rendam simplisia Daun kersen dengan Etil Asetat selama 1x24 jam
2. Saring hasil rendaman, ambil filtratnya
3. Lakukan hal poin 1 dan 2 selama 3kali
4. Kemudian simpan filtar ke dalam botol coklat tutup dengan rapat

16
FITOKIMIA Daun Kersen
5. Fraksinasi

Hexan + Air

Corong Pisah

Tambahkan air

Kocok

Fase air di pisahkan Fase Hexan di pisahkan


Tambahkan etil asetat Uji KLT

Kocok

Fase air di pisahkan Fase Etil asetat di pisahkan

KLT KLT
5. KLT

1. Potong Plat sesuai ukuran

2. Buat garis dasar ( base Line) sekitar 0,5 cm dari ujung bawah plat dan garis akhir di bagian atas.

3. Menggunakan pipa kapiler , plotkan sampel cairan yang telah disiapkan .

4. Masukkan eluen ke dalam chamber dan campurkan

5.Tempatkan plat pada chamber berisi eluen.Tutuplah chamber

6. Tunggu Eluen mengisi sampel sampai mencapai garis akhir.

7.Setelah mencapai garis akhir angkat plat,keringkan dan ukur jarak spot.

17
FITOKIMIA Daun Kersen
7. Kromatografi Kolom

Siapkan kolom dan pasang pada statif

Timbang silica gel 5 gram + 20 ml Heksan

Masukkan kedalam kolom yang sudah diberi kapas

Padatkan silica gel dengan cara mengetuk kolom perlahan

Masukkan sampel kedalam kolom secara perlahan lahan

Masukkan eluen kedalam kolom

Menetes tampung dalam botol vial

Grouping vial berdasar perbandingan

8. Uji DPPH
1 .Menyiapkan larutan blanko

a. Vitamin C /Asam askorbat 50 mg dilarutkan dengan Alkohol 96 % 140 ml


b. Aduk hingga bercampur rata,

2.Menyiapkan larutan Baku

a. Pipet larutan baku

18
FITOKIMIA Daun Kersen
b. masukkan kedalam labu ukur 100 ml 7 buah
c.Larutkan dengan Etil Asetat add 100 ml

3. Menyiapkan sampel
a. Pipet larutan baku 2ml masukkan kedalam tabung reaksi 7 buah
b. Tambahkan Sampel
4. Menyiapkan DPPH
a. Encerkan DPPH dengan etil asetat sebanyak 70 ml
b. Masukkan kedalam botol coklat tutup rapat
5.Uji DPPH
a. Nyalakan spektrofotometer
b. Cari panjang gelombang
c. Masukkan larutan blanko
d. Masukkan larutan baku
e. Masukkan sampel yang sudah ditetesi larutan DPPH
f. Ukur abs.
g. Buat kurva standart

19
FITOKIMIA Daun Kersen
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
1. Data Simplisia

Berat daun Ceria tau daun kersen : 300 gram

Berat simplisia : 15 gram

Susut pengeringan

Cawan kosong awal : 38,59

Cawan kosong isi : 39,11

Cawan kosong + isi : 39,11 ( 30 menit setelah pengeringan )

2 .Randemen

Randemen

berat ektrak kering


= 𝑥 100 %
Berat simplisia

( Berat cawan + ektrak kering )− Berat cawan kosong)


= 𝑥 100%
Berat simplisia
39,11−38,59
= 𝑥100%
15

=3.46 %

20
FITOKIMIA Daun Kersen
1. Uji Organoleptik
Tabel 2,Hasil uji Organoleptik

Uji Hasil
Bau Khas aromatic
Texture Kasar
Warna Hijau
Rasa -

21
FITOKIMIA Daun Kersen
2.Uji Skrining Fitokimia
Tabel Hasil uji skrining fitokimia
Nama uji Pereaksi Standart hasil

Alkoloid Klorofom amoniak Dragendrof Hasil Negatif (-)


5 ml dan mayer : menjadi Tidak bewarna
5 tetes H2SO4 2 N endapan Kuning Kuning

Saponin 1 ml Aquadest Terdapat busa dan Hasil Positif (+)


bertahan lama, terdapat busa yang
bertahan lama

Flavonid 5 ml etanol + 0,2 Jika terdapat warna Hasil Negatif (-)


gram MG + 3 Tetes merah jingga Tidak terdapat warna
Hcl merah jingga

Steroid Kloroform + 2 tetes Hasil positif terdapat Hasil Positif (-)


Asetat Anhidrat + 2 cincin berawna merah Terdapat cincin
tetes Asam Sulfat dan menandakan bewarna agak
mengandung senyawa kemerah merahan
sterid pada tabung reaksi.

22
FITOKIMIA Daun Kersen
3. KLT Pendahuluan

Tabel 4. Hasil KLT Pendahuluan ektrak kering Daun Ceri / Daun Kersen
UV 254 nm

No Eluen Rf Warna
1 Heksan :Etil 1,2 Hijau kebiruan
5 : 1

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛


𝑅𝐹 =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

3
(5:1) RF = 2,5

= 1,2 cm

4.Fraksinasi Kromatografi Kolom

Tabel hasil Fraksinasi Kromatografi Kolom

Eluen Jumlah Fraksi Keterangan ( no vial )


vial ( Hasil Grouping )
Heksan : Etil Asetat 2 2
1 :1

23
FITOKIMIA Daun Kersen
Heksan : Etil Asetat 3 3
1 : 2

Heksan : Etil asetat 3 3


1 ; 3
Heksan : Etil asetat 3 3
1 : 4

Heksan : Etil Asetat 8 8 Fraksi 1 = 1,2,3,


1 : 5 Fraksi 2 = 4,5,6
Fraksi 3 = 7,8,9,10
Fraksi 4 = 11,12,13,14
Fraksi 5 = 15,16,17,18,19

24
FITOKIMIA Daun Kersen
25
FITOKIMIA Daun Kersen
5. KLT Lanjutan

Tabel 5 Hasil KLT lanjutan Pada UV 254 nm

No Eluen Kelompok Noda Warna RF


grouping /spot
Heksan : Etil Asetat 5 5 Biru -
1 : 10
Heksan : Etil Asetat 3 3 Biru 0,8 Cm
1 : 5

Perhitungan Rf : Hexan : Etil Asetat

1 : 5

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛


RF =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

2
RF = 2,5

= o,8 cm

26
FITOKIMIA Daun Kersen
6.Uji DPPH

Tabel 6 .Pengukuran Blanko

Abs ABS Nilai X


323,0 1,063 325,47

206 2,466 124,130

Nilai regresi

Y = a + bx

Nilai regresi:

a = 4,9362

b = - 0,0119

r = -1

Y = a + bx

Y = 1,063

1,063 = 4,9362 + ( - ) 0,0119 x

0,0119x = 4,9362 – 1,063

0,0119x = 3,8732

X = 3,8732

0,0119

= 325,47

Y = 2,466

2,466 =4,9362 + - 0,0119 x

0,0119x = 4,9362 -2,466


27
FITOKIMIA Daun Kersen
0,0199 x = 2,4702

X = 2,4702

0,0199

= 124,130

Grafik 1 larutan Blanko dengan ABS


140

120

100

80

60

40

20

0
1.063 2.466

Tabel 7 Deret Baku

Sampel No ABS K*ABS Nilai x


1 1,071 1.0713 1,0667
2 1.079 1.0789 1,0747
3 1.063 1.0634 1,0586
4 1.049 1.0488 1,0446
5 0.844 0,8440 0,839
6 0.996 0,9958 0,991
7 0,853 0.8534 0,8484

28
FITOKIMIA Daun Kersen
Nilai regresi

Y = a + bx

a = 0,004833

b = 0,9995

r = 0,999

 Y = 1.071
Y = a + bx

1.071 = 0,004833 + 0,9995x

0,9995x = 1,071 – 0,004833

0.9995 x = 1,0661

X = 1,0661

0,9995

= 1,0667

 Y = 1,079
Y = a + bx
1,079 = 0,004833 + 0,9995 x
0,9995 x = 1,079 – 0,004833
X = 1,0741
0,9995

= 1,0,747

 Y = 1,049
Y = a + bx
1,049 = 0,004833 + 0,9995 x
0,09995 x = 1,049 – 0,00483
X = 1,0441

29
FITOKIMIA Daun Kersen
0,9995
= 1,0446
 Y = 1,063
Y = a + bx
1,063 = 0,004833 + 0,9995 x
0,9995 x = 1,063 – 0,004833

X = 1,0581

0,9995

= 1,0586

 Y = 0,844
Y = a + bx
0,844 = 0,004833 + 0,9995 x
0,9995 x = 0,844 – 0,004833
X = 0,8391
0,844
= 0,839
 Y = 0,996
Y = a + bx
0,996 = 0,004833 + 0,9995 x
0,9995 x = 0,996 – 0,004833
X = 0,991

0,9995
= 0,991
 Y = 0,853
Y = a + bx
0,853 = 0,004833 + 0,9995 x
0,9995 x = 0,853 – 0,004853
X = 0,848
30
FITOKIMIA Daun Kersen
0,9995
= 0,8484

Grafik 2 Deret Baku


1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
Sampel 1 sampel 2 sampel 3 sampel 4 sampel 5 sampel Sampel 8

ABS K*ABS Nilai X

Tabel 8 Data Sampel


Sampel ABS K.ABS Nilai x
Sampel 1 1,709 1,7092 1,7067
Sampel 2 1,454 1,4540 1,4518

Nilai regresi
a= -0,011
b= 1,0007
r=1
Y = a + bx
1,709 = 0,0011 + 1,0007 x

31
FITOKIMIA Daun Kersen
1,0007x = 1,709 – 0,0011
X= 1,7079/1,0007
X = 1,7067
Y = a + bx
1,454 = -0,0011 + 1,007x
1,0007x = 1,454 – 0,0011
X = 1,4529/1,0007
X = 1,418

Chart Title
6

0
sampel 1 sampel 2

ABS k*abs nilai x

Tabel 9 Tabel hubungan Blanko, larutn Baku.dan Sampel


Nilai X pada Blanko Nilai X pada larutan baku Nilai X pada sampel
325,47 1,0667 1,7067
124,130 1,0747 1,4518
1,0586
1,0446
0,839
0,991
32
FITOKIMIA Daun Kersen
0,8484

Grafik 4 HUbungan Nilai x pada blanko,lar baku,pada


sampel
350

300

250

200

150

100

50

Nilai x pada balank Nilai x pada larutan baku Niali x pada sampel

Chart Title
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2

Nilai X pada Blanko Nilai X pada larutan baku Nilai X pada sampel

33
FITOKIMIA Daun Kersen
Nilai DPPH
1. Blanko 325,47
Sampel 1,7067
% I = [ ( A0 – AI ) /Ao ] x 100
= [ ( 325,47-1,7067)/325] x 100
= [324,88/325,47]x 100
= 0,996 x 100
I = 99,61%
Sampel 1,4518
% I = [ ( A0- AI )/ Ao ] x 100
= [ ( 325,47- 1,4518)/325.47] X 100
= [ ( 324,90 /325,47) X 100
= 0,996X 100
I = 99,6%

2. Blanko 124,130
Sampel 1,7067
% I = [ ( A0 – AI )/ A0)] x 100
= [ ( 124,130- 1,7067)/124,130] x 100
= [ ( 122,42/124.130) x 100
= 0,98 x 100
= 98,62 %
Sampel 1,4518
% I = [ ( A0-AI ) /A0 )] x 100
= [ ( 124,130 – 1,4518/124,130)] x 100
= [ (122,678 /124,130)] x 100
= 0,988 x 100
= 98,83%

34
FITOKIMIA Daun Kersen
Tabel 10 Hubungan Blanko,Sampel ,Persentase Inhibisi
Blanko Sampel Persentase Inhibisi
325.47 1,7067 99,61%
1,4518 99,6%
124,130 1,7067 98,62%
1,4518 98,83%

Chart Title
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Blanko Sampel Persentase Inhibisi

Series1 Series2 Series3 Series4

35
FITOKIMIA Daun Kersen
BAB V
PEMBAHASAN

Pada penelitian ini digunakan daun kersen sebagai bagian tanaman yang akan diteliti. Hasil
determinasi menunjukkan bahwa tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku simplisia adalah
Muntingia calabura L. Pengumpulan simplisia dilakukan dengan sebanyak 500gram, kemudian
dicuci dengan air bersih yang mengalir dan dibersihkan dari pengotor seperti debu, serta bagian
lain yang tidak dibutuhkan, selanjutnya bahan dikeringkan dibawah sinar matahari tidak
langsung, agar zat yang tidak tahan panas tidak rusak. Simplisia kering yang dihasilkan kemudian
dihaluskan dan disimpan dalam wadah yang bersih dan tertutup rapat.
Pemeriksaan organoleptis dilakukan pada daun kersen yang masih segar dan simplisia daun
meliputi pemeriksaan bentuk, warna, bau, dan rasa.
Ekstraksi dilakukan terhadap 200 gram serbuk simplisia daun Kersen dengan cara maserasi
menggunakan pelarut campur etil asetat sebcukupnya. Filtrat remaserasi yang k3 di pantau
dengan skrining bagaimana kandungan flavonoidnya menggunakan cara skrining flavonoid pada

umunya. Ekstrak pekat yang diperoleh diuapkan menggunakan tangas air pada suhu 50-70oC

Golongan flavonid dideteksi dengan adanya warna kuning hingga merah yang dapat ditarik
oleh amil alkohol yang sebelumnya sampel direaksikan terlebih dahulu dengan serbuk Mg dalam
suasana asam dan dipanaskan. Serbuk Mg dan HCl akan bereaksi membentuk gas H2. Warna
merah yang dihasilkan menandakan adanya flavonoid akibat dari reduksi pada gugus hidroksil
oleh asam klorida pekat dan magnesium.
Saponin memiliki glikosil yang berfungsi sebagai gugus polar dan gugus steroid dan
triterpenoid sebagai gugus nonpolar. Senyawa yang memiliki gugus polar dan nonpolar bersifat
aktif permukaan sehingga saat dikocok dengan air saponin dapat membentuk misel. Pada struktur
misel gugus polar menghadap ke luar sedangkan gugus nonpolarnya menghadap ke dalam.
Keadaan inilah yang tampak seperti busa, karena itu dalam analisis ini dilihat kemampuan sampel
dalam membentuk busa.
Steroid Triterpenoid setelah di tambahakan Klorofom di kocok dan di daring dan di
tambahkan asetat anhidrat serta 2 tetes asam sulfat terdapat cincin bewarna agak merah

36
FITOKIMIA Daun Kersen
lalu di lakukan KLT Pada simplisia untung mengetahui pelarut yang cocok dan dilakukan
maserasi dengan simplisia sebesar 30 gram dengan metanol yang sudah melakukan uji KLT
pelarut selama 2x24 jam. Kemudian dilakukan penyaringan menggunakan alat corong dan kertas
saring dan dilakukan KLT kembali, Setelah di KLT Hasil penyaringan yang didapatkan
kemudian dilakukan pengkristalan dengan cara menguapkan hasil penyaringan sampai terbentuk
kristal dan dilakukan fraksinasi.
Uji Kolom lakukan dengan eluen 5:1,4:1,3:1,2:1, dan 1:1 perbandingan etil asetat dan hexan
setelah itu dilakukan grouping pada eluen 5:1,4:1,3:1,2:1, dan 1:1,sudah di kolom.setelah itu
melakukan uji KLT Kembali sebelum pengujian DPPH.Lalu dilanjutkan dengan Pengujian
aktivitas antioksidan secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode DPPH terhadap
ekstrak kental metanol-air dan fraksi-fraksi. Dan dengan blanko menggunakan Vitamin C yang
dilarutkan dengan alkohol 96% 140 ML .Pengukuran secara kuantitaif dilakukan dengan
menggunakan alat spektrofotometri UVV isible dengan mengukur penurunan serapan DPPH
yang sudah direaksikan dengan bahan uji .
Pada Uji Kromagtografi lapis tipis di UV 254 nm mendapatkan nilai RF 1,2 cm pada
perbandingan hexan 5 dan etil asetat 1.sedangkan untung percobaan kromagtografi yang
perbandingan etil asetat 5 dan hexan 1 mempunyai nilai UV 254 nm 0,8 cm.

37
FITOKIMIA Daun Kersen
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Daun kersen memiliki kandungan senyawa metabiolit sekunder alkaloid, flavonoid,


polifenol, steroid-triterpenoid, tanin, monoterpena-seskuiterpena serta saponin.
Fraksi etil asetat memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dibandingkan dengan ekstrak, fraksi
lain maupun kuersetin dengan nilai EC50 yaitu 2,807 ppm.
Pada Uji Kromagtografi lapis tipis di UV 254 nm mendapatkan nilai RF 1,2 cm pada
perbandingan hexan 5 dan etil asetat 1.sedangkan untung percobaan kromagtografi yang
perbandingan etil asetat 5 dan hexan 1 mempunyai nilai UV 254 nm 0,8 cm.
Isolat merupakan senyawa yang termasuk ke dalam flavonoid minor jenis flavanon.

38
FITOKIMIA Daun Kersen
DAFTAR PUSTAKA

Chin, W.Y., 1989. A guide to the wayside tress of Singapore. BP Singapore Science Centre,
p: 145

C M Nshimo., 1993. Cytotoxic Constituents of Muntingia calabura Leaves and Stems


Collected in Thailand Vol. 31, No. 1, p: 77-81

Perez-Arbealaez E., 1975. Plants medicinales y venenosas de Colombia. Medellin Colombia.


p:192

Zakaria ZA., 2006. The in vitro Antibacterial Activity of Muntingia calabura Linn Extracts

Z. A. Zakaria., Antinociceptive, anti-inflammatory and antipyretic effects of Muntingia


calabura aqueous extract in animal models. J.OF NAT MEDICINES Volume 61, Number 4,
p: 443-448, DOI: 10.1007/s11418-007-0167-2

Nivethetha, M., 2009. Effects of Muntingia calabura L. on isoproterenol-induced myocardial


infarction. Singapore Med J Vol 50 p: 300.

Bao-Ning Su., 2002. Activity-guided isolation of the chemical constituents of Muntingia


calabura using a quinone reductase induction assay. University of Illinois at Chicago,
Chicago, IL 60612, USA.

Redhamahsya. 2011. Standardisasi Simplisia Dan Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia
calabura L). Universitas Jenderal Ahmad Yani.

Pietta, Pier-Giorgio. 2000. Flavonoids as Antioxidants. J. of Nat Prod, vol 63, p: 1035-1042.

Zuhra, Cut Fatimah Tarigan, Juliati Br. Sitohang, Herlince. 2008. Aktivitas Antioksidan
Senyawa Flavonoid Dari Daun Katuk (Sauropus Androgunus (L) Merr)J. Bio Sumatera »
Vol. 3(1) hlm. 7 – 10. ISSN 1907-5537

Indriani,Susi. 2006. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
J.ll. Pert.Indon. Vol. 11(1).

Takashi, Miyake. Shibamoto, Takayumi., 1997. Antioxidant activities of Natural Compound


Found in Plants. J. Agric. Food. Chem. 45. p: 1819-1822

Tachakittirungrod S, Olonogi S, Chowwanapoonpohn S. 2007. Study on antioxidant activity


of certain plants in Thailand: mechanism of antioxidant action of guava leaf extract. Food
Chem vol 103 p: 381–88.

39
FITOKIMIA Daun Kersen

Anda mungkin juga menyukai