Anda di halaman 1dari 2

Mimpi Ban Kempes

ditulis Jeremy Angus Fadjarai

Doni, seorang bocah berumur 9 tahun yang duduk di kelas 4 SD yang sangat ceria, ingin
berkawan, perlu perhatian tetapi selalu ditinggal sendiri di rumahnya. Kedua orang tuanya sibuk
bekerja di luar kota untuk menafkahi ketiga anaknya. Ayahnya, Bambang yang bekerja sebagai
seorang pegawai di perusahaan yang keadaannya sedang menurun dan ibunya, Ratna yang bekerja
sebagai pemilik warung makan di perusahaan itu. Mereka bersusah payah setiap hari bekerja untuk
Doni dan dua saudara kandungnya, Indra dan Andrea. Andrea sudah menjalankan semester akhir
kuliahnya sedangkan Indra juga sedang sibuk mempusingkan tentang UN karena ia sudah ada di
semester ke-2 kelas 3 SMA. Bersama-sama tinggal di sebuah rumah kecil di dalam gang yang buntu,
mereka tidak pernah mempunyai waktu untuk adik terkecilnya yang baru berumur 9 tahun itu.
Sebelum Indra sibuk memikirkan tentang PR, tugas, tryout, dan ujian sekolah, dan sebelum
Andrea sibuk memikirkan tentang deadline, tugas-tugas, skripsi untuk kuliahnya, dan juga bekerja
sampingan untuk menambah tabungannya. Mereka selalu mempunyai waktu untuk Doni yang baru
berumur 9. Tetapi sekarang semuanya berubah karena mereka berdua mempunyai kesibukan masing-
masing yang harus dikerjakan. Kedua kakak Doni selalu menemaninya setiap sore seperti bermain
layangan di lapangan, bermain mobil-mobilan, mengajaknya ke warung beli cemilan, bermain bola,
dan selalu sarapan bersama, makan siang bersama, dan makan malam bersama. Ditambah juga kedua
orang tuanya yang semakin sibuk untuk bekerja di kantor dan juga kantinnya bu Ratna untuk
menabung biaya kuliah Indra dan Andrea. Sekarang, Doni mengendarai sepeda kemana-mana dan
setiap harinya setelah pulang sekolah Doni tidak lagi dijemput ataupun diantar oleh kak Andrea.

Pada suatu hari saat ia sedang bersepeda pulang ke rumah, kedua ban sepedanya kempes dan ia
harus mencari tempat tambal ban. Ia lanjut berjalan sambil membawa sepedanya. Ia akhirnya ketemu
dengan sebuah tambal ban milik seorang bapak-bapak tua yang sangat murah hati. Sambil bapak nya
itu menambal ban sepeda Doni, Doni melihat sebuah rumah besar di seberang tempat tambal ban
bapak tua itu yang tidak ada penghuni, kotor, terlihat gelap dari luar, dan tidak teruruskan dengan
rumput-rumput tinggi yang telah menutupi lantai didalam rumah dan teras rumah itu. Saat dia lihat
kembali, sepeda nya telah dibersihkan, ban sepedanya yang tadi sangat kempes sekarang sudah
tertambalkan dan sudah diisi penuh dengan angin. Tetapi, hanya sepeda itu yang ia lihat sedangkan
bapak yang murah hati itu dan seluruh alat tambalnya sudah hilang. Doni bingung dan tidak tau harus
berbuat apa, disaat itu juga ada sebuah suara yang sangat berat yang datang dari arah rumah itu sedang
memanggil nama Doni dan suara itu semakin kencang dan sangat menarik pikiran Doni untuk
memasuki rumah itu. Doni yang masih kecil dan dengan rasa ingin tahunya yang sangat besar,
Langsung ditinggal sepedanya itu didepan rumah dan tanpa rasa takut ia berlari memasuki rumah itu.

Selain rumput-rumput tinggi, akar-akar tanaman tua yang sangat keras juga menutupi dinding-
dinding dan tanah rumah itu. Pohon-pohon beringin juga meliputi semua sudut teras yang luas rumah
itu. Doni merasakan banyak mata sedang melihati nya dari dalam jendela rumah itu dan dari atas
pohon-pohon beringin. Langit sudah mulai gelap dan waktu sudah hampir jam 6 lewat. Ia sampai di
depan pintu rumah itu, sesaat sebelum tangan nya sedang meraih untuk mengetuk lonceng bel rumah,
pintu nya terbuka sendiri. Ia memasuki rumah itu, dengan khayalan nya berpikir angin yang membuka
pintu itu. Ia pelan-pelan berjalan menjelajahi rumah itu, ia menyalakan switch lampu dan semua
lampu di rumah nyala dengan sangat terang padahal rumah kumuh ini sudah lama tidak terhubung
dengan listrik. Setelah menyalakan lampu ia akhirnya disambut dengan para penghuni rumah, sebuah
keluarga yang terdiri dari seorang bapak, ibu, dua anak nya yang sudah dewasa, seekor kucing, dan
satu anak kecil yang seumuran dengan Doni. Bapak, ibu, dua anak dewasanya dan kucing yang
sedang duduk dipangkuan ibu itu hanya duduk diam di ruang tamu menatap televisi dan dinding yang
berdebu dan mati dengan mata mereka yang kosong. Tetapi anak kecil misterius itu langsung
mengajak Doni bermain bersama tidak seperti anggota keluarga lainnya.

Anak kecil perempuan misterius ini berkenalan dengan Doni, “Namaku Lia” kata perempuan
misterius itu sambil tertawa dengan senyum yang sangat besar. Doni dengan senang hati menjabat
tangan Lia sambil senyum juga karena akhirnya Doni menemukan seorang kawan yang bisa diajak
nya main bersama lagi. Lia ajak Doni mengelilingi rumah nya dan bermain sampai malam. Saat Doni
ingin pamit untuk pulang balik ke rumah nya, ia berpisah dengan Lia tetapi Lia tidak membolehkan
Doni keluar rumah. Semua lampu, pintu, jendela semua padam dan tertutup kencang dengan suara
yang sangat kencang. Doni berlari cepat menjauh dari Lia sambil menangis ketakutan tetapi seluruh
anggota keluarga rumah itu telah berpindah dari ruang tamu dan menyudut Doni membuat Doni tidak
bisa lari kemana-mana lagi. Darah mulai keluar dari atap dan dinding rumah itu, kucing rumah itu
berubah menjadi bangkai yang perut nya dipenuhi belatung dan lalat-lalat raksasa. Doni mendorong
dengan paksa sambil memukul semua anggota keluarga itu yang sudah berubah menjadi manusia
tanpa nyawa seperti zombie yang ganas. Tetapi ia tetap gagal kabur dari keluarga itu dan akhirnya ia
terjatuh dari lantai dua. Tiba-tiba cuaca nya menjadi hujan yang sangat deras dengan badai kencang.
Semua lampu dirumah itu mulai berkedip dengan cepat, semua jendela dan keramik dilantai pecah.
Doni dengan badan nya yang dipenudhi beling dan kaki nya yang patah mengesot mencoba untuk
kabur.

Semua anggota keluarga yang ganas itu langsung berjalan mendekati Doni yang sedang menutup
mata dan telinganya karena ketakutan, saat Doni membuka mata nya mimpi buruk nya itu telah
berakhir. Ternyata semua nya itu hanyalah sebuah mimpi. Indra yang membangunkan Doni karena
sudah waktu untuk siap-siap ke sekolah. Setelah Doni bangun, Indra dan Andrea mengucap sampai
jumpa karena Indra harus ke sekolah dan Andrea harus ke kuliah. Doni ditinggal sendiri lagi. Ia cepat-
cepat mandi, sikat gigi, sarapan dengan makanan yang telah disiapkan kak Andrea, lalu memakai
seragam sekolahnya. Ia mengendarai sepeda nya dengan cepat ke sekolah karena tidak sabar untuk
menceritakan mimpi yang sangat aneh yang tadi malam ia mimpikan kepada kawan-kawannya.
Selesailah hari Doni di sekolah dan saat pulang sekolah, ia mengendarai sepedanya dengan cepat lagi,
tanpa ia sadari ban sepedanya kempes lagi. Ia mencari tambal ban lagi, akhirnya Doni bertemu lagi
dengan rumah besar dengan suara-suara dan keluarga yang mengerikan itu dan bapak tambal ban
yang murah hati.
Selesai.

Anda mungkin juga menyukai