Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Latara Belakang Masalah

Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk sosial sehingga ia selalu
berada bersama-sama dengan manusia lain dalam komunitas. Disetiap komunitas ada tata
cara atau norma-norma yang mengatur perilaku dari setiap manusia yang di dalamnya saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya sekarang semuanya kembali kepada kita.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering kita sering menyaksikan perilaku mannusia yang
aneh-aneh, baik melihat yang aneh-aneh, baik dengan melihat dengan mata kepala sendiri
maupun melalui berita di media massa baik cetak maupun elektronik. Contoh, Seseorang tega
membunuh teman sendiri gara-gara permasalahan sepele tanpa hati nurani. Berita-berita
kriminalitas, baik kecil maupun besar, seperti: curanmor, penodongan, dan perampokan. Seorang
pemuda yang tega menyodomi anak-anak di bawah umur, karena dulu pemuda itu juga mengalami
perlakuan yang sama (pelaku merupakan korban sodomi pada waktu usia anak-anak. Seorang
ayah yang tega memperkosa anak kandungnya sendiri karena ditinggal mati isrinya. Seorang
lesbian membunuh pasangannya (pacarny) hanya karena sudah bosan.
Kejadian tersebut diatas dewasa ini seperti santapan sehari-hari, tiada hari tanpa
pembunuhan, preampokan, penyimpangan seks. Dari sekian banyak perilaku manusia
yang tergolong abnormal adalah psikopat, defisiensi moral, dan abnormalitas seksual.
Psikopat disebut juga pribadi sosiopatik atau pribadi anti sosial/asosial/dissosial, yang
merupakan prilakupsikopatologis dengan ditandai ketidakmampun menghayati nilai-nilai
antar pribadi, sosial, dan moral.

BAB II
PEMBAHASAN

1. PSIKOPAT

Psikopat atau psikopati disebut juga sosiopatik karena dari perbuatanya masyarakat
menderita dan dirugikan. Penderita psikopat pada umumnya tidak menyadari bahwa dirinya
ada kelainan, dan tidak merasakan sendiri penyakitnya. Penderita psikopat seolah-olah tidak
memilik hati nurani dan suka berbuat seenaknya tanpa memdulikan kepentingan orang lain.
A. Pengertian
1. Pengertian psikopat adalah bentuk kekaluan mental yang ditandai dengan tidak
adanya pengorganisasian dan pengintegrasikan pribadi ;orangnya tidak pernah
bisa bertanggung jawab secara moral, selalu konflik dengan norma sosial dan
hokum (karena sepanjang hayatnya hidup dalam lingkungan sosial abnormal dan
imoral) yang diciptakan oleh angan-angan sendiri.(Kartini Kartono 1989)
2. Psikopat (i) dipakai untuk menggambarkan manifestasi psikopatologi di dalam
perilaku dan perbuatan individu,berdasarkan ketidakmampuannya untuk
menghayati nilai-nilai antar pribadi,soaial,dan moral (Gunarsa S.S.,1985)
3. Psikopatt adalah kelainan perilaku ,khususnya berbentuk perilaku yang anti
sosial,yaitu tidak memedulikan norma-norma sosial (Sarwono,Sarlito,2000)

B. Penyebab
Menurut Kartini Kartono (1989) penyebab utama psikopat yaitu:
1. Tidak mendapat kasih sayang dari lingkungannya pada masa muda.
2. Pada tahun-tahun kehidupan (0-3 tahun)
3. Tidak pernah memperoleh kemesraan dan kelembutan dari lingkungannya.

C. Akibatnya
1. Kehilangan kemampuan dan kemauan untuk memberikan cinta kasih dan
simpati kepada orang lain.
2. Kehilangan perasaan sosial dan kemanusiaan.
3. Tidak mampu menjalin hubungan antar manusia
4. Diliputi perasaan tidak senang dan tidak puas
5. Diliputi rasa kebencinan, dendam, riga, penolakan, rasa dikejar-kejar dan dituduh,
gelisah, tegang, ketakutan, kacau balau, dan dibayanngi pikiran yang kegila-gilaan.
6. Akhirnya terjadi disintegrasi dan disorganisasi kepribadian,yang ditandai dengan
tidak memiliki rasa sosial dan rasa kemanusiaan yang wajar.

Menurut Gunarsa, Singgih D, dan Ny.Gunarsa Singgih D. (1985) Tnda-tanda


psikopat sebagai berikut;

1. Tidak pernah membentuk ketertarikan yang baik dengan orang tua atau
pengganti orang tuan
2. Suka melawan terhadap hal-hal yang dilarang oleh masyarakat karena biasa
dimanja dan merasa diperlakukan tidak adil.
3. Membutuhakn penrimaan orang lain dan ada perasaan bersalah,tetapi tidak
terjalin dengan baik dalam pribadi keseluruhannya

D. Gejala psikopat
1. Sikap kurang ajar, kasar,dan ganas
2. Berperilaku asocial dan eksentrik
3. Suka mengembara tanpa tujuan
4. Berpribadi labil dan respons tidak adekuat
5. Tidak loyal kepada siapapun
6. Emosional
7. Kadang terdapat penyimpangan seksual.
8. Tidak mau belajar dari pengalaman yang baik

E. Bentuk Psikopat
Menurut beberapa ahli,dibedakan empat bentuk psikopat yaitu:
1. Tipe Simpatik, tetapi tifak beranggung jawab, dengan ciri-ciri:
a) Simpatik
b) Mudah bergaul
c) Disukai
d) Ramah
e) Sopan
f) Menarik
g) Mudah memperoleh kepercayaan dan perhatian
h) Perilaku yang baik tersebut diatas dipakai sebagai alat untuk
menjerumuskan orang lain.
i) Sering merasa dioerlakukan tidak adil
j) Dapat ditemukan pada individu yang memiliki pendidikan tinggi, tetapi
kelkuannya tidak bertanggung jawab
k) Perbuatannya egoistic, memuaskan diri sendiri dan menyakiti orang lain
l) Berani melakukan tindakan beresiko tinggi tanpa mempertimbangkan untung
rugi, misalnya penjudi, peualang, peminum, madat, dan penipu.

2. Tipe pendendam dan pemberontak


Tipe ini orangnya gemar memusushi dan memberontak terhadap hal-hal yang
tidak disenangi. Ciri-cirinya:
a) Mudah marah
b) Agresi lisan maupun fisik(merusak,menggegerkan keadaan,dan pemberontakan)
c) Cepat menyerang
d) Cepat merasa tidak puas
e) Suka membandel
f) Keras kepala
g) Suka membantah
h) Perbuatanya mengarah pada pembunuhan dan kejahaan
i) Alkoholisme
j) Pemadat

3. Tipe Hipokondris dan tidak adejuat, dengan ciri-ciri:


a) Banyak mengeluh sakit
b) Hidup ibarat benalu
c) Banyak keluhan dan mengharap selalu mendapat bantuan orang lain
d) Suka berbohong
e) Fisik seolah-olah tidak berdaya, yang sering dipakai sebagai alasan tidak mau bekerja

4. Tipe Anti sosial,dengn ciri-ciri:


a) Sama sekali tidak memdulikan kepentingan orang lain
b) Melakukan perbuatan yang berulang-ulang dan berbenturan dengan nilai-nilai
sosial, hukum, seperti mencuri, kejahatan seks, dan pembunuhan tanpa
merasa bersalah atau berdosa.

2. DEFISIENSI MORAL

A. Pengertian
Defisiensi moral (Defect moral) dicirikan dengan individu yang hidupnya delinquent,
selalu melakukan kejahatan (crimes) dan berperilaku asosial/anti sosial, tetapi tidak
ada penyimpangan atau gangguan pada ineleknya(Karini Kartono,1989)

B. Penyebabnya
Penyebab utama adalah terpisah (separtion) dengan orang tua pada usia kurang dari 3
tahun, khususnya dengan ibunya pada umur 0-4tahun. Efek dari perpisahan ini adalah
tidak mendapat kasih sayang,tidak mendapatkan afeksi,dan selalu mendapat perlakuan
yang keras dan kejam. Akibat dari perpisahan ini ,individu menjadi pendendam
,memounyai sifat agresi, miskin hubungan kemanusiaan, emosinya dingin, beku, tidak
memilki super ego,adanya penolakan super ego, dan hati nurani, serta perilaku
psikotis, retardasi mental , IQ rendah dan kebekuan moral yang kronis.
Contoh:
1. Anak yang dilahirkan di luar pernikahan
2. Anak yang diserahkan ke ruamah sakit yang kelahirannya yang tidak
dikehendaki atau persoalan lain
3. Anak yang selalu hidup dirumah yatim atau rumah penitipan sebelum
mencapai umur 4 tahun.

Kelemahan dan Kegagalan Individu pada Defisisensi Moral

1. Tidak mampu mengenal, mengerti, mengendalikan dan mengatur emosi dan perilaku
2. Memiliki perilaku yang salah dan jahat(misconduct)
3. Kegagalan dalam mengadakan penyesuaian terhadap hokum,norma-norma,
dan standar sosial yang belaku

C. Ciri-Ciri Defisiensi Moral


1. Secara fisik dan organic normal (ada yang pandai, cerdik, menarik, dan pintar bicara)
namun pada umunya bersifat berubah-rubah(grillig) perangai kasar, dan munafik
2. Ego sentris, tidak memdulikan hak dan peranan orang lain
3. Tidak memiliki persaan(afeksi), tidak tahu bererimakasih, tidak tau malu, dan tidak
merasa bersalah atau dosa
4. Tidak memiliki rasa anggung jawab
5. Sombong, tidak tau harga diri
6. Tidak mau belajar dari pengalaman yang baik
7. Tidak berjiwa toleran terhadap orang lain
8. Tidak dapat dipercaya
9. Menentang kediplinan, peraturan, dan otoriter
10. Belajar mencuri dan berbuat kejahatan sejak usia muda sehingga akan menjadi
penjahat permanen
11. Emosi tidak terkendali dan susah tidur
12. Kata-kata kotor dan memuakkan
13. Gnangguan perkembangan mental disebabkan oleh disfungsi inttelegensi
14. KelemHn dorongan-dorongan insing primer,yang berakibat ego menjadi lemah,
kemiskinan afektif tanpa selfrespect, dan relasi yang amat longgar dengan
sesame sehingga impulsnya dalam tataran yang sangat primitive tidak bisa
terkonrol dan dikendalikan, cepat puas diserai emosi kemarahan yang meledk-
ledak dan bersikap bermusuhan.

Kelompok yang Termasuk Defisiensi Moral


Anak-anak rusak (damage children) Sikap ini terjadi akibat terlalu lama berpisah
dengan ibunya sejak masa bayi.Sikap dan perilaku anak-anak rusak, antara lain:
a) Suka protes
b) Badung (bengal)
c) Suka melawan
d) Depresi
e) Retardasi mental
f) Sikap beku/dingin
g) Tindakan sering meledak-ledak
h) Egoistis
i) Suka menyindir
j) Bertindak tanpa memikirkan akibatnya
k) Tindakan kasar dan tidak mengenal ampun
l) Tidak tau rasa belas kasihan

D. Akibat yang dialami oleh anak-anak rusak yaitu:


1. Tumbuh karakter yang tidak dilandasi afeksi
2. Tidak mampu melakukan orientasi sosial dan hubungan cinta kasih yang lama,
sera memuaskan orang lain
3. Suka mengasingkan diri
4. Autisme yang parah
5. Mengalami gangguan tidur
6. Kesulitan waktu makan
7. Gerakan stereotype
8. Gejala erotic psikosis
9. Mengarah pada psikosis
10. Kecenderungan yang kuat untuk berbua kejehatan
11. Kepribadian yang labil
12. Seelah dewasa moralnya rusak

Juvenil delinquency

Juvenil delinquency adalah anak-anak muda (biasanya dibawah umur 18tahun) yang
selalu melakukan kejahtan dan melanggar hokum,yang dimotivasi unuk mendapatkan
perhatian, status sosial, dan penghargaan dari lingkunganya ( Kartini Kratono,1989)

Penyebab juvenile delinquency, yaitu;

a. Fungsi persepsi yang detektip- Tahu berbuatt kejahatan, tetapi tidak tau
kaulitas kejahatannya
b. Impuls tidak terkendali, meledak-ledak
c. Defisiensi dari control super ego- Adanya agresivitas yang kuat disertai
impuls bermusushan
d. Instabilitas psikologi- Sikapnya pasif dan sugestibel (banyak dijumpai
pada wanita)
Ciri-ciri juvenile delinquency, yaitu:
a. Tidak memiliki kesadaran sosial dan moral, mental lemah, labil, tidak
erbentuk, dan tidak terkendali karena tidak terbentuk super ego
b. Disharmoni dan disfungsi dorongan, kemauan (volusi) sehingga pribadinya
tidak terintegrasi, over acting, perilaku liar, dan mengarah pada psikosis
c. Mempunyai rasa inferior, frustrasi, dan dendam yang dikompresikan dengan
perbuatan perilaku kekerasan, agresi, destruktif, dan criminal yang secara
tidak sadar digunakan untuk mempertahankan harga dirinya untuk
memeperoleh perhatian (attention) dan prestise sosial.

3. ABNORMALITAS SEKSUAL

A. Pendahuluan
Menurut freud ,salah satu factor yang mendorong manusia berperilaku adalah
energy psiksis berupa libido seksual (libido=dororngan hidup erotis). energi psikis
bukan saja menimbulkan. Perilaku dibidang seks, berupa relasi seksual (hubungan
seksual), akan tetapi juga perilaku non seksual.
Perilaku pribadi Normal dan Abnormal
a. Normal diartikan sebagai keadaaan sehat atau tidak patologis dalam hal fungsi
keseluruhan(Maramis,1999).
b. “Perilaku yang normal adalah perilaku yang adekuat(serasi dan tepat),yang bisa
diterima oleh masyarakat pada umumnya” (Kartini Kartono,1989)
c. “Perilaku pribadi normal adalah sikap hidup sesuai dengan pola kelompok
masyarakat tempat ia berada sehingga tercapai relasi interpersonal dan
intersosial yang memuaskan (Kartini Kartono,1989)

Kriteria Pribadi Normal

Menurut Gunarsa S.D dan Ny.Gunarsa S.D(1989) yang mengutip pendapat A.H.Maslow
S,Bela, dan Mittlemann bahwa kriteria pribadi yang normal sebagi berikut:

a. Perasaan aman yang adekuat


b. Memiliki spontanitas dan emosionalitas yang adekuat
c. Memiliki penilaian diri dan wawasan yang rasional
d. Mmepunyai kontak dengan realitas secara efisien
e. Memiliki dorongan dan nafsu jasmaniah untuk memenuhi dan memuaskannya
f. Mempunyai pengetahuan diri yang adekuat
g. Mmepunyai tujuan hidup yang adekaut
h. Mampu belajar dari pengalaman hidupnya
i. Ada kesanggupan memuaskan tuntutan dan kebutuhan kelompok
j. Emansipasi yang pantas dan sehat dari kelompok kebudayaan
k. Memiliki integritas dan konsistensi kepribadian

Menurut Atkinson R.L. dkk.menetapkan 6 kriteria normalitas yaitu:

a. Persepsi dan realitas yang efisien-individu dalam menilai reaksi dan kemampuan
mengintepretasikan hal-hal yng terjadi disekitar lingkungan sekitarnya secara realitik
b. Mengenali diri sendiri-Individu yang mampu melakukan penyesuaian,memiliki
kesadaran,perasaan,dan motif secara baik
c. Kemampuan mengendalikan perilaku secara sadar –Kepercayaan atas
kemampuan diri individu mengendalikan perilakunya
d. Harga diri dan oenerimaan-Kemampuan menyesuaikan diri,mampu menilai
harga dirinya sendiri dan merasa diterima orang lain
e. Kemampuan membentuk ikatan kasih –Mampu menjalin hubungan yang erat
dan harmonis dengan orang lain
f. Produkifitas-Mampu menyesuaikan diri dan menyalurkan kemampuan
dengan baik ke aktifitas produktif
Kriteria pribadi Abnormal
Perilaku pribadi abnormal adalah perilaku yang menyimpang jauh dari perilaku
pribadi normal.Dapat juga diartikan bahwa pribadi abn ormal bila berada jauh
berbeda dari keadaan integral ideal.Menurut Atkinson R.L.dkk perilaku abnormal
dapat diinjau dari beberapa segi:
1) Statistik-Perilaku abnormal adalah yang secara statistik jarang atau
menyimpang dari normal
2) Maladaptip –Perilaku dianggap abnormal jika bersifat maladtip dan
memiliki pengaruh buruk pada individu atau masyarakat
3) Distres pribadi-Adanya perasaan distress subyekip individual

B. Penyebab Abnormalita
Penyebab yang mendasari seseorang abnormal menurut Kartini Kartono (1989)
sebagai berikut:
1. Faktor keturunan (hereditas)
a) Idiopathy(penyakit yang timbul dari dalam organ tubuh)
b) Psikosis(penyakit mental yang parah)
c) Neurosis(penyakit saraf)
d) Idiocy(ketidak sempurnaan mental pada tingkat terendah)
e) Psikosis sifilitik

2. Faktor sebelum lahir(pranatal) yaitu terjadi pada ibu karena:


a) kekuranagan nurisi
b) Infeksi
c) Luka
d) Keracunan
e) Menderita penyakit
f) Menderita psikosis
g) Trauma pada kandungan

3. Faktor ketika lahir (Natal)


a) Kelahiran dengan tang (tangverlossing)
b) Asphixia(kekurangan O2 DALAM UDARA pernafasan)
c) Prematurity(lahir sebelum waktunya)
d) Primogeniture(primipara=wanita yang hamil sekali dan melahirkan anak pertama)

4. Fakor setelah lahir(pasca natal)


a) Pengalaman traumatic
b) Kejang atau stuip
c) Infeksi pada otak atau selaput otak
d) kekurangan nutrisi
e) factor psikologis

C. Perilaku seksual Normal


Perilaku seks ini dapat menyesuaikan diri, bukan saja dengan tuntutan masyarakat ,tetapi
juga dengan kebutuhan individu mengenai kebahagiaan,perwujudan diri
sendiri,atau peningkatan kemampuan individu untuk mengembangkan kepribadian
menjadi lebih baik(Maramis ,1999)
Pendapat Kartini Kartono (1989),yang dimaksud perilaku seksual yang normal
mengandung pengertian sebagai berikut:
1) Hubungan seksual yang tidak menimbulkan efek-efek merugikan ,baik bagi
diri sendiri maupun bagi patnernya
2) Tidak menimbulkana konflik psikis,tidak bersifat paksaan atau perkosaan

D. Perilaku Seksual Normal dan Beranggung Jawab


Perilaklu seksual yang bertanggung jawab memiliki pengertian bahwa kedua belah pihak
menyadari akan konsekuensinya dan berani memikul tanggung jawab terhadapnya,serta
mewajibkan manusia melakukan seks melalui ikatan perkawainana yanag sah

E. Perilaku Seksual Abnormal


Menurut Kartini Kartono (1989),bentuk relasi seks yang abnormal dan
perverse(buruk,jahat) adalah relasi seks yang tidak bertanggung jawab,yang didorong
oleh kompulsi-kopmpulsi dan dorongan-dorongan yang abnormal.
Perilaku seks abnormal adalah perilaku seks yang tidak dapat menyesuaikan diri
bukan saja dengan tuntutan masyarakat,tetapi juga dengan kebutuhan individu
mengenai kebahagiaan ,perwujudan diri sendiri,atau peningkatan kemampuan
individu untuk mengembangkan kepribadiannya menjadi lebih baik.

F. Bentuk perilaku Seksual Abnormal


Menurut maramis (1999),bentuk perilaku seksual abnormal dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Gangguan kemammpuan seksual-Termasuk dalam kelompok ini adalah impotensi,
ejakulasi pradini, frigiditas, disparenia, dan vaginismus, serta hipo dan hiper seksual.
2) Deviasi seksual (penyimpangan seksual)-Termasuk dalam kelompok ini adalah
homo seksual dan lesbian, fetitisme, pedofilia, trans vetitisme, exhibisionism,
voyeurism, sadism dan masokisme, serta transeksualisme.
Menurut Kartini Kartono(1989),abnormalitas seksual dibedakan menjadi :
a) Abnormalitas seks yang disebabkan oleh dorongan seksual yang abnormal-
termasuk dalam klompok ini adalah prostitusi, promiskuitas , adultery (perzinaan),
edukasi, frigiditas, impotensi, ejakulasi dini, premature/orecock, copulatory
impotency, dan psychogenic aspermia, nimfomania, satiritasi, vaginismus,
dispareuni, anorgasme, dan kesukaran hubungan seksual pertama.
b) Abnormalitas seks yang disebabkan adanya patner seks yang abnormal-Termasuk
dalam klompok ini adalah homo seksualitas (oral ertisme,anal erotisme,dan
interfemoral hubungan seks), lesbianism, bestialty, zoofilia, nekrofilia, pornografi,
dan obscenity, pedofiflia, fetitisme, frottage, gerontoseksualittas, incest,
saliromania, wifeswapping, misofilia, koprofilia, dan urofilia.
c) Abnormalitas seks dengan cara-cara abnormal dalam pemuasan dorongan
seksual-Termasuk kelompok ini adalah onani, dan mastturbasi, sadism,
masokisme, dan sadomasokisme, voyeurism, exhibionismsexual, skopofilia,
transvestitism, trans seksusalism, troilism, atau triolisme.

Menurut Sulistyo(1977),human sexual inadequacy dikelompokkan menjadi tiga


bagian yaitu:
a) Cara-cara yang abnormal dalam pemuasan keinginan seks-Termasuk dalam
kelompok ini adalah sadism, masokisme, exhibionism, scoptophilia, voyeurism,
troilism, transvestisme, transeksualisme, sexualoralism, sodomi, atau sexual
analism.
b) Patner seksual yang abnormal (manusia aau obyek lain)-Termasuk dalam
kelompok ini adalah homo eksualitas, pedofilia, bestiality, zoophilia, nekrofilia,
pornografi, abscenity, fetisisme, frottage, incest, saliromania, gerontoseksualitas,
wifeswapping, misofilia, kroporfilia, dan urofilia,s era masturbasi.
c) Abnormal degree of desire and strength of sexual drive-Termasuk kelompok ini
adalah anorgasme, dyspareunia, vaginisme, kesukaran hubungan seksual pertama,
frigiditas, impotensi, ejakulasi premature, nimfomania, satiriasi,
promiscuity, dan prostitusi, perkosaan, seduction, dan adultery

4. IMPOTENSI
A. Pengertian
Impotensi disebut juga lemas syawat yaitu keidakmampuan pria unuk
melakukan hubungan seksual karena penis tidak dapat ber erksi.
B. Penyebab;
1. Faktor organik (setelah menderia penyakit seperti DM, dan pemakaian obat narkotik)
2. Faktor psikologik (90%): Manifestasi biasa selektif(sebelum orgasme aau
ejakulasi,deviasi seksual)
5. Ejakulasi premature
Ejakulasi premature(praecox ejaculation/ejakulasi dini) berarti ejaculation=penyemburan
keluar sperma secara mendadak dan praecox=sebelum waktunya,jadi praecox
ejaculation adalah peristtiwa keluarnya sperma sebelum mencapai orgasme(ejakulasi
sebelum wakunya,terlampau cepat atau sebelum dikehendaki)
6. FRIGIDITAS
Frigiditas artinya gairah seksual yang dingin atau tidak mengalami orgasme pada saat
hubungan seksual pada wanita.Penyebabnya adalah organis,relationship,dan psikologis.
7. DISPARENIA dan VAGINISMUS
Disparenia ialah hubungan seksual yang disertai nyeri(sakit) atau sukar,sedangkan
vaginismus adalah spasme(kejang) otot-otot vagina yang menyakitkan pada waktu
berhubungan seksual. Penyebabnya adalah factor psikologis.
8. Hipo atau Hiperseksual
Hiposeksual adlah dorongan seksual yang kecil,sedangkan hiperseksual adalah dorongan
seksual yang besar.Penyebabnya adalah somatogenik,psikogenik,atau sosiobudaya.
9. Homoseksual
Homoseksual adalah ketertarikan melakukan hubungan seksual dengan sesame
jenis(pria dengan pria,atau wanita dengan wanita).Lazim disebut homoseksual bila
dilakukan antara pria dengan pria,sedangkan pada wanita disebut lesbian.Kebalikan
homoseksual adalah heteroseksual.
Ekspresi homoseksual,antara lain:
A. Aktif bertindak sebagai pria,tidak bergantung pada seksnya.
B. Pasif bertindak sebagai wanita
C. Mixed kadang-kadang bertindak sebagai pria,dan kadang-kadang sebagai wanita
Cara memperoleh kepuasannya yaitu oral erotisme, anal erotisme, atau
interfemoral hubungan seksual (hubungan seksual melalui sela-sela paha).
Penyebab homoseksual adalah herediter, lingkungan, dan hormonal imbalance.
10.Fetitisme
Fetitisme adalah hubungan seksual yang mencari gairah dan kepuasan seksual berulang
dengan memakai benda mati(fetish) milik seks yang lain sebagai pengganti obyek
seksual,missalnya sepatu,pakaina dalam,kaos kaki,dan rambut.
Pengerian lain fetitisme adalah kondisi patologis karena kegairahan atau
pemuasan seksual dilakukan dengan memegang atau meraba-raba bagian tubuh
yang nonseksual dari pasangan lawan jenis.
11. PEDOFILIA
Pedofilia adalah pemuasan seksual dengan obyek anak,baik sejenis,atau lawan jenis
yang belum akil baligh.
12.Transvestitisme
Transvetitisme adalah abnormalitas seksual pada laki-laki hetero seksual dalam
memperoleh kepuasan dengan memakai pakaian wanita.
13.Exhibisionism
Exhibisio nism adalah memperoleh kepuasan dengan jalan memoerlihakan alat
genitalnya secara berulang kepada orang lain yang tidak dikenalnya dan ingin melihatnya.
14.Voyeurism
Voyeurism adalah memperolah kepuasan secara berulang dengan melihat(mengintip)
orang lain telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual tanpa sepengetahuan
yang diinip.Disebut juga “peeping Tom”,yaitu memperoleh kepuasan seksual secara
diam-diam dengan mengintip.
15.Sadisme dan masokisme
Sadisme adalah memperoleh kepuasan seksual dengan cara menyakiti secara fisik
aau psikologis obyek seksualnya(kekerasan, pemerkosaan, dan kekejaman lainnya),
sedangkan masokisme adalah kebalikan sadism yaitu memperoleh kepuasan seksual
dengan menyiksa diri sendiri secara fisik atau mental
16.Transeksualisme
Abnormalitas seksual berupa adanya gejala merasa miliki seksualitas yang
berlawanan dengan struktur fisiknya.
17.Prostitusi
Prostitusi merupakan bentuk penyimpangan seksual dengan pola dorongan seks
yang tidak wajar,tidak erorganisasi dalam kepribadian sehingga hubungan sek
tersebut bersifat impersonal,tanpa kasih sayang,berlangsung cepat,tanpa
mendapatkan orgasme di pihak wanita,atau hubungan seksual dengan membayar.
18.Promiskuitas
Promikuitas adalah mengadakan hubungan seksual dengan banyak orang.Wanita yang
promiskuitas disebut dengan Amatrice,sedangkan pria disebut dengan Don Juan.Mengadakan
hubungan seks dengan partner yang belum menikah disebut Fornication.
19.Adultery/perzinaan
Adultery/perzinaan adalah melakukan hubungan seksual oleh seseorang yang
sudah menikah dengan orang lain yang bukan pasngannya yang legal
20.Sedukasi(bujukan)
Sedukasi(bujukan) adalah melakukan hubungan seksual atau sanggama melalui
bujukan atau godaan kepada partnernya,yang sebenarnya melanggar norma susila
atau melnggar hukum.
21.Perkosaan(rape)
Perkosaan( rape ) adalah melakukan hubungan seks dengan cara kekerasan atau paksaan
22.Copulatory impotency dan phsychogenic aspermia
Copulatory impotency adalah kemampuan pria unuk mengadakan ereksi,tetapi tiba-
tiba penis menjadi lemas sesudah masuk vagina,sedangkan psychogenic aspermia
adalah peristiwa tidak kelaurnya sperma waktu hubunga seks.
23.Nimfomania
Nimfomania adalah keinginan seksual yang luar biasa pada wanita yang ingin
melampaiaskan nafsu seksnya berulang kali tanpa melihat akibatnya.
24.Satyriasis
Satyriasis adalah keinginan seks yang tidak kunjung puas,patologis,dan laur biasa
besarnya pada seorang pria.Satyriasis disebut juga hiperseksual pria.
25.Anorgasme
Adlah kegagalan mencapai orgasme selama hubungan seksual,biasanya bersifat psikis.
26.Kesukaran hubungan seksual pertama
Adalah mengalami kesulitan pada saa hubungan seksual yang pertama kali karena
kurang pengalaman /pengetahuan kedua belah pihak
27.Onani atau masturbasi
Adalah meperoleh kepuasan seksual atau oragsme dengan ajalan merangsang
alat kelaminya sendiri secara manualaau digital(dengan jari-jari atau cara lain).
28.Troilisme atau Triolisme
Adalah memperoleh kepuasan seksual dengan patner orang lain,sementara orang
lain tersebaut menontonnya.
29.Sodomi atau sexual analism
Adalah kepuasan seksual yang diperoleh dengan cara melakukan hubungan
seksual melalui anus.
30.Skoptofilia
Skoptofilia adalah memperoleh kepuasan seksual dengan melihat sexual act dan
genitalianya.
31.Sexualoralism
Sexualoralism adalah kepuasan sexual yang didapat dari aplikasi bibir,lidah,dan
mulut pada genitalia pasangannya.
32.Bestiality
Bestiality adalah kepuasan sexual yang di[peroleh melalui hubungan seksual
dengan binatang.

33.Zoophilia
Zoophilia adalah cinta yang abnormal terhadap binatang.Biasanya menyatu dengan
Bestiality.
34.Nekrofilia
Nekrofilia adalah kepuasan dengan melihat atau melakukan hubungan seksual
dengan mayat.
35.Pornografi
Pornografi adalah tulisan atau gambar yang khusus dibuat untuk merangsang seks.
36.Obscenity
Obscenity adalah perkataan,gerak-gerik,gambar-gambar yang dianggap idak
sopan atau menjijikan.
37.Frottage
Frottage adalah mendapatkan kepuasan seksual dengan cara meraba orang yang
disenangi,biasanya tanpa disadari oleh korbannya.
38.Saliromania
Saliromania dalah mendapakan kepuasan seksual dengan mengganggu atau
mengotori badan/pakaian dari wanita.
39.Gerontoseksualitas
Gerontoseksual adalah seseorang yang memperoleh kepuasan seksual dengan
pasangan yang usia lanjut.
40.Incest
Incest adalah hubungan seks antara dua orang didalam atau diluar perkawinan
dengan keluarga dekat sehinnga secara legal tidak diizinkan melakukan perkawinan.
41.Wifeswaapping(tukar istri)
Wifeswapping adalah meminjamkan istri sebagai kesopanan dan keramah
tamahan kepada tamu.
42.Misofilia,Kropofilia,dan Urofilia
Adalah seseorang yang melakukan hubungan seksusal yang dibarengi dengan
kesenangan pada kotoran(feses,urin).

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN

Pada dasarnya, psikopat tidak bisa diterapi secara sempurna tetapi hanya bisa terobservasi
dan terdeteksi. Untuk tahap pengobatan dan rehabilitasi psikopat saat ini baru dalam tahap
kopleksitas pemahaman gejala. Terapi yang paling mungkin adalan non obat seperti
konseling. Namun melihat kompleksitas masalahnya, terapi psikopat bisa dikatakan sulit
bahkan tidak mungkin. Seorang psikopat tidak merasa ada yang salah dengan dirinya
sehingga memintanya datang teratur untuk terapi adalah hal yang mustahil. Yang
bisa dilakukan manusia adalah menghindari orang-orang psikopat, memberikan
terapi pada korbannya, mencegah timbul korban lebih banyak dan mencegah
psikopat jangan berubah menjadi kriminal.
Psikopat salah satu perilaku menyimpang yang banyak ditakuti masyarakat
sebenarnya selama ini banyak terdapat disekitar kita. Sekitar 1 dari 100 orang di
dalam masyarakat adalah psikopat. Hampir seperlimanya akan berperilaku kriminal
seperti pembunuh, pemerkosa, koruptor, pemabuk, atau penjudi. Mungkin salah
satunya akan berpotensi menjadi “monster penjagal manusia”. Bila deteksi dini
gangguan perilaku pada anak dan pendekatan lingkungan dilakukan dengan baik,
maka idealnya psikopat tidak akan berubah menjadi kriminal.
Beberapa penelitian faktor lingkungan juga sangat berpengaruh. Lingkungan tersebut bisa
berupa fisik, biologis dan sosial. Tetapi kebanyakan orang-orang beresiko biasanya
memasuki lingkungan yang sama yang berpotensi terjadinya kejahatan tersebut. Faktor
lingkungan fisik dan sosial yang beresiko berkembangnya seorang psikopat menjadi
kriminal adalah tekanan ekonomi yang buruk, perlakuan kasar dan keras sejak usia anak,
penelantaran anak, perceraian orang tua, kesibukan orangtua, faktor pemberian nutrisi
tertentu, dan kehidupan keluarga yang tidak mematuhi etika hukum, agama dan sosial.
Lingkungan yang beresiko lainnya adalah hidup ditengah masyarakat yang dekat dengan
perbuatan criminal seperti pembunuhan, penyiksaan, kekerasan dan lain sebagainya.
Sedangkan lingkungan biologis salah satunya yang saat ini banyak diteliti adalah pola
makan apakah berpengaruh terhadap tindak kriminal tersebut. Adanya penelitian yang
dilakukan Peter C dkk tahun 1997 cukup mengejutkan. Didapatkan kaitan diet, alergi
makanan, intoleransi makanan dan perilaku kriminal di usia muda cukup menjadi informasi
dan fakta ilmiah yang menarik dan sangat penting, Meskipun demikian masih belum dapat
dijelaskan mengapa beberapa faktor tersebut berkaitan.Terdapat beberapa faktor resiko
untuk terjadi tindak kekerasan dan kriminal tersebut seperti agresifitas, emosi, impulsifitas,
hiperaktif, gangguan tidur dan sebagainya. Ternyata banyak faktor resiko tersebut juga
terjadi pada penderita alergi. Belakangan terungkap bahwa alergi menimbulkan komplikasi
yang cukup berbahaya, karena alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh
kita termasuk gangguan fungsi otak. Gangguan fungsi otak itulah maka timbul gangguan
perkembangan dan perilaku pada anak seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi,
gangguan tidur, gangguan konsentrasi, impulsifitas hingga memperberat gejala penderita
Autism dan ADHD.
Bila faktor genetik, gangguan fungsi otak, dan diikuti oleh lingkungan fisik, biologis dan
sosial yang negatif maka tindak kriminal pada penderita psikopat lebih gampang
terjadi. Sehingga sangatlah penting untuk mengetahui faktor resiko dan gangguan
perilaku pada usia anak untuk dilakukan pencegahan sejak dini.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

A. Penderita psikopat pada umumnya tidak menyadari bahwa dirinya ada kelainan, da tidak
merasakan sendiri penyakitnya. Penderita psikopat seolah-olah tidak memiliki hati nurani
dan suka beRbuat seenaknya tanpa memedulikan kepentingan orang lain.
B. Penyebab utama dari masalah-masalah di atas adalah terpisah dengan orang tua pada usia
kurang dari 3 tahun, khususnya berpisah dengan ibunya pada umur 0-4 tahun. Efek dari
perpisahan ini adalah tidak mendapatkan afeksi, dan selalu mendapatkan perlakuan yang keras
dan kejam. Akibat dari perpisahan ini, individu menjadi pendendam, mempunyai sifat agresi,
miskin hubungan kemanusiaan, emosinya dingin dan beku, tidak memiliki super ego, adanya
penolakan super ego dan hati nurani, serta prilaku psikotis, retardasi mental, IQ rendah
C. Perilaku seksual normal dapat menyesuaikan diri, bukan saja dengan tuntunan masyarakat,
tetapi juga dengan kebutuhan individu mengenai kebahagiaan, perwujudan diri sendiri, atau
peningkatan kemampuan individu untuk mengembangkan keperibadiannya menjadi lebih baik.
D. Mekanisme pertahanan ego merupakan suatu proses unutk melindungi diri dari keadaan
yang menyenagkan sehingga tidak akan mudah terbawa-bawa oleh suasana.

A. SARAN

Dengan disusunnya makalah ini tentu mempunyai manfaat nilai guna bagi pembaca dan
kami sendiri. Kami berharap dengan terselesainya makalah ini kita dapat memahami isi dan
makna dan belajar dari apa yang dibahas seperti pengertian, gejala, dan bentuk dari psikopat,
defisiensi moraldan abnormalitas seksual yang merupakan tuntunan dalam menghadapi
kehidupan sehari-hari, kita akan tahu mana suatu hal perbuatan yang baik dan yang tidak,
bagaimana kita memandang permasalahan yang menyimpang pada diri seseorang sehingga kita
bisa menggolongkan seseorang tersebut apakah termasuk psikopat, defisiensi moral, atau
abnormalitas seksual. Dan, semoga makalah ini dapat membangkitkan kesadaran dan semangat
baru dalam diri kita untuk mengembangkan dan menelusuri pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk keperawatan. Edisi 2. Jakarta EGC.

C.Peter; W. Bennett Jonathan Brostoff. The Health of Criminals Related to Behaviour,


Food, Allergy and Nutrition: A Controlled Study of 100 Persistent Young
Offenders.Journal of Nutritional & Environmental Medicine, Volume 7, Issue 4
December 1997 , 359 – 366 Fazel S, Danesh J. Serious mental disorder in 23000
prisoners: a systematic review of 62 surveys. Lancet. Feb 16 2002;359(9306):545-50.
Novak B, McDermott BE, Scott CL, Guillory S. Sex offenders and insanity: an
examination of 42 individuals found not guilty by reason of insanity. J Am Acad
Psychiatry Law. 2007;35(4):444-50.
Stanley B, Molcho A, Stanley M, Winchel R, Gameroff MJ, Parsons B, et al.
Association of aggressive behavior with altered serotonergic function in patients
who are not suicidal. Am J Psychiatry. Apr 2000;157(4):609-14.
Bloom JD, Wilson WH. Offenders with schizophrenia. In: Hodgins S, Mhuller-Isberner R,
Eds. Violence, Crime & Mentally Disordered Offenders: Concepts & Methods in
Effective Treatment & Prevention, Series in Forensic Clinical Psychology. New York,
NY: John Wiley & Sons; 2000:113-30.
Briken P, Habermann N, Kafka MP, Berner W, Hill A. The paraphilia-related
disorders: an investigation of the relevance of the concept in sexual murderers. J
Forensic Sci. May 2006;51(3):683-8.
Buckley PF. Pharmacologic options for treating schizophrenia with violent behavior.
Supplement to Psychiatric Times. Oct 2004;1-8.
Burke H, Hart SD. Personality disordered offenders: conceptualization, assessment and
diagnosis of personality disorder. In: Hodgins S, Mhuller-Isberner R, eds. Violence, Crime
& Mentally Disordered Offenders: Concepts & Methods in Effective Treatment &
Prevention, Series. New York, NY: John Wiley and Sons; 2000.
Eaves D, Tien G, Wilson D. Offenders with major affective disorders. In: Hodgins S,
Muller-Isberner R, eds. Violence, crime and mentally disordered offenders: concepts
and methods in effective treatment and prevention, Series in Forensic Clinical
Psychology. New York: John Wiley and Sons; 2000:131-52.
Hales RE, Yudofsky SC. Essentials of Clinical Neuropsychiatry. 4th ed. Washington DC:
American Psychiatric Press; 2003.
Kendler KS. Reflections on the relationship between psychiatric genetics and
psychiatric nosology. Am J Psychiatry. Jul 2006;163(7):1138-46.
Kolko DJ. Efficacy of cognitive-behavioral treatment and fire safety education for
children who set fires: initial and follow-up outcomes. J Child Psychol Psychiatry.
Mar 2001;42(3):359-69.
Nedopil N. Offenders with brain damage. In: Hodgins S, Muller-Isberner R, eds. Violence,
Crime and Mentally Disordered Offenders: Concepts and Methods in Effective Treatment
and Prevention. Series in Forensic Clinical Psychology. New York, NY: John Wiley and
Sons; 2000:39-62.
Rosenbaum JF, Arena GW, Hyman SE, et al. Handbook of Psychiatric Medication
Treatment. 5th ed. Philadelphia: Lippincott, Williams, and Wilkins; 2005.
Tardiff K. Concise Guide to Assessment and Management of Violent Patients. 2nd
ed. Washington DC: American Psychiatric
Tiihonen J. Pharmacological treatment for personality disordered offenders. In: Hodgins S,
Muller-Isberner R, eds. Violence, Crime and Mentally Disordered Offenders: Concepts and
Methods in Effective Treatment and Prevention, Series in Forensic Clinical Psychology.
New York, NY: John Wiley and Sons; 2000.
Wong S. Psychopathic offenders. In: Hodgins S, Mhuller-Isberner R, eds. Violence, Crime
and Mentally Disordered Offenders: Concepts and Methods in Effective Treatment and
Prevention, Series in Forensic Clinical Psychology. New York, NY: John Wiley and Sons;
2000:87-112.

Anda mungkin juga menyukai