Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TEKNIK KONVERSI SEL BAHAN BAKAR (FUEL CELL)

Disajikan pada Mata Kuliah PTP365 Teknik Konversi dan Konservasi


Energi
Dosen Pengampu: Edo Saputra, S.TP., MP

Disusun Oleh:

Muhammad Khairrazad J1B115015 (05)


Andre Kurniawan J1B115033 (08)
Cindy Anggita S J1B115034 (10)
Ardianto J1B115039 (14)
Hindun Ambarwati J1B115053 (20)
Bernardo Ambarita J1B115062 (21)

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
MARET 2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan atas kemurahan Allah SWT


yang telah memberi rahmat dan karunia yang tiada terputus serta yang telah
memberi kesehatan kepada penulis, sehingga makalah yang berjudul “Teknik
Konversi dan Konservasi Sel Bahan Bakar (Fuel cell) dapat terselesaikan.
Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW. Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah PTP365 Teknik Konversi dan Konservasi.
Dalam kesempatan ini, penulis menghanturkan rasa terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu memberi dukungan yang sangat berharga pada
penyusunan makalah ini, khususnya kepada:
1. Bapak Edo Saputra, S.TP., MP sebagai dosen pengampu mata Teknik
Konversi dan Konservasi,
2. Orang tua dan keluarga atas doa-nya, serta
3. Teman-teman atas dukungan dan kerjasamanya dalam penyusunan makalah
ini.

Penulis memohon maaf jika di dalam penulisan makalah ini masih banyak
kesalahan maupun kekeliruan, baik dalam penulisan kata ataupun kalimat yang
masih rancu dan kurang dimengerti. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
agar dalam pembuatan makalah berikutnya bisa lebih baik.

Jambi, Maret 2018

Penulis

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL......................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................1
1.3 Manfaat............................................................................................2
II. PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1 Teknologi Konversi Fuel cell.........................................................3
2.2. Prinsip Kerja Fuel cell....................................................................5
2.3. Jenis-Jenis Fuel cell.......................................................................7
2.4. Perhitungan Kerja, Daya dan Efisiensi........................................14
III. PENUTUP.............................................................................................17
3.1 Kesimpulan ...................................................................................17
3.2 Saran..............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................18

iii
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi menjadi komponen penting bagi kelangsungan hidup manusia
karena hampir semua aktivitas kehidupan manusia sangat tergantung pada
ketersediaan energi yang cukup. Dewasa ini dan beberapa tahun ke depan,
manusia masih akan tergantung pada sumber energi fosil karena sumber
energi fosil inilah yang mampu memenuhi kebutuhan energi manusia dalam
skala besar. Sedangkan, sumber energi alternatif/terbarukan belum dapat
memenuhi kebutuhan energi manusia dalam skala besar karena fluktuasi
potensi dan tingkat keekonomian yang belum bisa bersaing dengan energi
konvensional.
Di lain pihak, manusia dihadapkan pada situasi menipisnya cadangan
sumber energi fosil dan meningkatnya kerusakan lingkungan akibat
penggunaan energi fosil. Melihat kondisi tersebut, maka saat ini sangat
diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang intensif untuk mencari,
mengoptimalkan dan menggunakan sumber energi alternatif/terbarukan.
Salah satu bentuk energi terbarukan yang dewasa ini menjadi perhatian besar
pada banyak negara, terutama di negara maju adalah hidrogen. Hidrogen
diproyeksikan oleh banyak negara akan menjadi bahan bakar masa depan
yang lebih ramah lingkungan dan lebih efisien. Dimana suplai energi yang
dihasilkan sangat bersih karena hanya menghasilkan uap air sebagai emisi
selama berlangsungnya proses.

1.2 Tujuan

Berdasarkan latar belakang, maka tujuan dari penulisan makalah ini


adalah untuk mengetahui bagaimana teknologi konversi fuel cell (sel bahan
bakar) dan jenis-jenisnya, serta mamahami prinsip kerja fuel cell dan
perhitungan kerja, daya dan efisiensinya.

1
1.3 Manfaat
Hasil dari penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
sumber informasi dalam penggunaan energi alternatif berupa tenologi fuel
cell (sel bahan bakar).

2
II. PEMBAHASAN

2.1 Teknologi Sel Bahan Bakar (Fuel cell)


Fuel cell menurut definisi adalah sebuah sel-sel listrik yang dapat
menyimpan energi listrik terus menerus sehingga dapat menyalurkan daya
listrik berkelajuntan tanpa batas waktu. Sel bahan bakar (fuel cell) termasuk
dalam golongan sel galvanik, di mana energi kimia dari suatu reaksi kimia
dikonversikan menjadi energi listrik dan berlangsung secara kontinyu.
Penemuan fuel cell sebagai sistem konversi energi diawali pada pertengahan
abad ke-19. Penemuan fuel cell ini diprakarsai oleh Sir William Grove,
namun prinsip kerja fuel cell lebih dahulu diprakarsai oleh Christian Friedrich
Schönbein (1829-1868) (Bossel, 2000), seorang professor dari Universitas
Basle.
Sel bahan bakar (fuel cell) adalah sebuah alat yang mirip dengan
baterai. Perbedaannya, reaktan fuel cell yang terkonsumsi dapat diisi terus-
menerus, sel bahan bakar memproduksi listrik dari penyediaan bahan bakar
hidrogen dan oksigen sebagai pengikat gas buang. Hal ini berbeda dengan
energi internal dari baterai. Sebagai tambahan, elektroda dalam baterai
bereaksi dan berganti pada saat baterai diisi atau dibuang energinya,
sedangkan elektroda sel bahan bakar adalah katalitik dan relatif stabil.
Reaktan yang biasanya digunakan dalam sebuah sel bahan bakar adalah
hidrogen di sisi anoda dan oksigen di sisi katoda (sebuah sel hidrogen).
Biasanya, aliran reaktan mengalir masuk dan produk dari reaktan mengalir
keluar. Sehingga operasi jangka panjang dapat terus menerus dilakukan
selama aliran tersebut dapat dijaga kelangsungannya.
Sel bahan bakar dianggap sangat menarik dalam aplikasi modern
karena efisiensi tinggi dan penggunaan bebas emisi, berlawanan dengan
bahan bakar umum seperti metana atau gas alam yang menghasilkan karbon
dioksida. Satu-satunya hasil produk dari bahan bakar yang beroperasi
menggunakan hidrogen murni adalah uap air.
Sel bahan bakar (Fuel cell) merupakan sebuah alat elektrokimia yang
dapat mengubah energi kimia menjadi energi listrik secara terus menerus
(Handbook Fuel cell, 2000).

3
Sel bahan bakar memiliki prospek yang baik di masa depan.
Keunggulan utama yang dimiliki sel bahan bakar adalah segi efisiensi yang
tinggi dan rendahnya polutan yang dihasilkan. Hal ini disebabkan konversi
energi terjadi secara langsung dari energi kimia menjadi energi listrik,
sedangkan pada pembangkit biasa, energi kimia diubah menjadi energi kalor,
energi mekanik, dan akhirnya menghasilkan energi listrik. Selain itu, energi
listrik pada sel bahan bakar dihasilkan dari reaksi elektrokimia sehingga
polutan yang dihasilkan relatif amat rendah (bahkan pada jenis Sel bahan
bakar Membran Pertukaran Proton tidak ada polusi sama sekali).
Fuel cell tersusun atas anoda, katoda dan elektrolit (membran). Pada
anoda terdapat bahan bakar gas hidrogen. Anoda berperan sebagai tempat
terjadinya pemecahan hidrogen (H2) menjadi proton dan elektron (listrik).
Sedangkan pada katoda terdapat gas oksigen yang digunakan sebagai
oksidator. Katoda berperan sebagai tempat terjadinya reaksi penggabungan
proton, elektron dan oksigen untuk membentuk air. Hidrogen yang berasal
dari anoda diubah menjadi ion hidrogen dan elektron. Pada katoda, oksigen
direduksi dengan adanya elektron. Perbedaan potensial yang terjadi pada
anoda dan katoda inilah yang menghasilkan arus listrik, elektrolit merupakan
media untuk mengalirkan proton (Awaludin, 2009).
Sistem sel ini memanfaatkan berbagai bahan bakar berupa
hidrokarbon dari gas alam seperti metanol karena bahan bakar bekerja dalam
sebuah reaksi kimia bukan pada prinsip pembakaran, tentu saja gas emisi fuel
cell yang dihasilkan jauh lebih kecil dibandingkan kinerja mesin berdasarkan
pada proses pembakaran yang menghasilkan emisi seminim sekalipun.
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi perkembangan teknologi
fuel cell adalah semakin meningkatnya perhatian terhadap dampak yang
ditimbulkan oleh bahan bakar fosil terhadap lingkungan. Ketergantungan
negara-negara industri terhadap minyak menyebabkan krisis minyak. Fuel
cell diharapkan menekan ketergantungan terhadap bahan bakar minyak fosil
dan akan mengurangi bahkan menghilangkan daya rusak emisi-emisi
terhadap atmosfir. Dengan menggunakan gas murni, fuel cell hanya
menghasilkan air. Selain itu fuel cell memiliki beberapa keunggulan antara
lain yaitu (Lamine et al.,2000) :

4
1. Mampu mengkonversi energi kimia langsung menjadi energi listrik
dengan efisiensi yang tinggi, bahkan pada kapasitas yang kecil sekalipun
2. Tidak melalui proses pembakaran
3. Tidak terdapat komponen bergerak dalam fuel cell, sehingga kehandalan
teknisnya dapat disejajarkan dengan baterai
4. Efisiensi naik dengan penurunan suhu operasi dan efisiensi tersebut lebih
baik pada beban rendah
5. Fuel cell beroperasi tanpa bising dan hampir tanpa limbah
6. Strukturnya compact, lebih ringan dan kecil dibanding dengan perangkat
sistem pembangkit listrik lain, kecuali baterai
7. Waktu yang diperlukan untuk konstruksi dan instalasi pembangkit listrik
lebih pendek dibanding sistem pembangkit batu bara dan nuklir
8. Biaya transimisi lebih rendah karena fuel cell dapat ditempatkan di
berbagai lokasi sesuai kebutuhan.
Namun ada juga beberapa kekurangan fuel cell secara umum, yaitu:
1. Harga pasaran yang relatif lebih tinggi dari listrik yang ada saat ini
2. Belum tersedianya infrastruktur yang memadai, atau biaya pengadaannya
tinggi
3. Hidrogen tidak tersedia dengan mudah untuk digunakan sebagai bahan
baku.

2.2 Prinsip Kerja Fuel cell


Fuel cell menggunakan reaksi kimia, lebih baik daripada mesin
pembakaran, untuk memproduksi energi listrik. Istilah Fuel cell sering
dikhususkan untuk hidrogen-oksigen fuel cell. Prosesnya merupakan
kebalikan dari elektrolisis. Pada elektrolisis, arus listrik digunakan untuk
menguraikan air menjadi hidrogen dan oksigen. Dengan membalik proses ini,
hidrogen dan oksigen direalisasikan dalam fuel cell untuk memproduksi air
dan arus listrik. Konversi energi fuel cell biasanya lebih efisien daripada jenis
pengubah energi lainnya. Efisiensi konversi energi dapat dicapai hingga 60-
80%. Keuntungan lain fuel cell adalah mampu menyuplai energi listrik dalam
waktu yang cukup lama. Tidak seperti baterai yang hanya mampu
mengandung material bahan bakar yang terbatas, fuel cell dapat secara
kontinyu diisi bahan bakar (hidrogen) dan oksigen dari sumber luar. Fuel cell
merupakan sumber energi ramah lingkungan karena tidak menimbulkan
polutan dan dapat digunakan terus-menerus jika suplai hidrogen yang berasal
dari sumber daya alam yang dapat diperbarui.

5
Fuel cell terdiri atas anoda, katoda, elektrolit dan katalis. Di anoda,
dengan bantuan katalis bahan bakar (umumnya gas hidrogen) mengalami
oksidasi membentuk dua ion H+ . Reaksi yang terjadi di anoda adalah sebagai
berikut :
H2→ 2H+ + 2e-
Ion H+ yang dihasilkan akan melewati membran elektrolit dan menuju
katoda, sedangkan elektronnya akan bergerak melalui sirkuit luar dan
menghasilkan arus listrik, lalu bergerak lagi menuju katoda. Di katoda, ion
H+, oksigen dan elektron bereaksi menghasilkan air (H 2O). Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
½ O2 + H+ + 2e-→ H2O
Sehingga, total reaksi keseluruhan adalah 2H2 + O2→ 2H2O. Reaksi
lengkapnya adalah sebagai berikut :
Anoda : 2H2→ 4H+ + 4e
Katoda: O2 + 4H+ + 4e-→ 2H2O
Reaksi keseluruhan : 2H2 + O2 → 2H2O
Fuel cell adalah alat yang mampu menghasilkan listrik arus searah.
Alat ini terdiri dari dua buah elektroda, yaitu anoda dan katoda yang
dipisahkan oleh suatu elektrolit. Elektrolit ini hanya dapat menghantar ion
saja, sedangkan elektron tidak dapat melewati elektrolit, jadi elektrolit ini
bukan penghantar listrik dan juga menghindarkan terjadinya reaksi kimia.
Hidrogen dialirkan ke dalam fuel cell yaitu ke bagian anoda, sedang oksigen
atau udara dialirkan ke bagian katoda, dengan adanya membran atau
elektrolit, maka gas hidrogen tidak akan bercampur dengan oksigen. Pada
anoda terdapat lapisan platina yang berfungsi sebagai katalisator yang mampu
memecah atom hidrogen menjadi elektron dan proton. Proton mengalir
melalui elektrolit, sedang elektron tetap tinggal di anoda, sehingga elektron
akan menumpuk pada anoda, sedang pada katoda terjadi penumpukan ion
bermuatan positif. Kemudian, ion H+ yg melewati elektrolit akan berikatan
dengan oksigen menghasilkan air dengan bantuan platina yg terkandung pada
katoda sebagai katalis. Reaksi ini akan berlangsung jika ada elektron. Pada
anoda terdapat elektron, sedangkan pada katoda membutuhkan elektron. Jika
anoda dan katoda dihubungkan maka elektron akan mengalir, sehingga
terdapat arus listrik. Fuel cell menghasilkan energi listrik tanpa adanya
pembakaran dari bahan bakarnya, sehingga tidak ada polusi.

6
Gambar 1: mekanisme kerja fuel cell

2.3 Jenis-Jenis Fuel cell


Sel bahan bakar memiliki jenis yang beragam dengan tingkat
pengembangan dan aplikasi yang berbeda pula. Jenis Sel bahan bakar dapat
dibedakan berdasarkan beberapa karakteristik, diantaranya adalah jenis
elektrolit dan bahan bakar yang digunakan.
Pemilihan tipe elektolit mempengaruhi perbedaan temperatur kerja
masing-masing Sel bahan bakar. Temperatur kerja dari sel tersebut juga akan
mempengaruhi tipe material lain yang digunakan seperti elektroda, elektrolit,
katalis dan lain-lain. Temperatur kerja juga mempengaruhi tingkat
pemrosesan bahan bakar sebelum masuk ke dalam unit cell. Dalam Sel bahan
bakar bertemperatur rendah, semua bahan bakar harus dikonversikan menjadi
hidrogen.
Sel bahan bakar juga dapat diklasifikasikan berdasarkan proses yang
terjadi. Sel bahan bakar dibagi menjadi langsung, tidak langsung, dan
regeneratif. Sel bahan bakar langsung dapat diartikan sebagai Sel bahan bakar
yang langsung menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar yang akan
diproses, sedangkan Sel bahan bakar tidak langsung memakai bahan bakar
hidrokarbon lain yang terlebih dahulu diubah menjadi hidrogen. Sedangkan
Sel bahan bakar regeneratif adalah tipe Sel bahan bakar yang menggunakan
kembali produk yang dihasilkan dalam proses selanjutnya.
Klasifikasi Sel bahan bakar yang umum berdasarkan tipe elektrolit
dan bahan bakar diantaranya:

2.3.1 Sel bahan bakar Alkali atau Alkaline Fuel cell (AFC)
AFC (Alkaline Fuel cell) ini, menggunakan elektrolit larutan
kalium hidroksida atau larutan alkali. Suhu pengoperasian antara 150 oC-
200oC dengan menggunakan bahan bakar hydrogen dan oksigen murni.

7
Mekanisme kerjanya dimulai dari reaksi air. Oksigen di katoda
menghasilkan ion hidroksil (OH-) yang melewati elektrolit menuju sisi
anoda. Di anoda hidrogen akan bereaksi dengan ion hidroksil
menghasilkan air dan membebaskan elektron. Elektron dari anoda keluar
sebagai tenaga listrik kemudian kembali ke sisi katoda. Di sisi katoda
elektron bereaksi dengan oksigen dan air menghasilkan ion hidroksil
kembali.
Reaksi kimia yang terjadi ialah:

Gambar 2: Sel bahan bakar Alkali atau Alkaline Fuel cell (AFC)

Sel bahan bakar alkali dapat mencapai efisiensi pembangkitan


listrik sampai 70 persen. Namun, mereka sangat rentan terhadap
pencemaran karbon, sehingga membutuhkan hidrogen murni dan oksigen
murni. Pengotor dalam AFC dapat menyebabkan reaksi samping dan
karbondioksida akan bereaksi dengan elektrolit membentuk endapan
karbonat yang akan menutup permukaan katalis dan menghambat reaksi
dipermukaan anoda dan katoda.

2.3.2 Sel bahan bakar Asam Fosfat atau Phosphoric Acid Fuel cell (PAFC)
Pada sel bahan bakar asam fosfat (PAFC), asam fosfat digunakan
sebagai elektrolit dan emas putih (Pt) sebagai anoda dan katoda. Bahan
bakarnya menggunakan hidrogen dan oksigen. Suhu pengoperasiannya
120°C-200°C. Sel bahan bakar jenis ini memiliki efisiensi 40-50%.

8
Gambar 3: Sel bahan bakar Asam Fosfat atau Phosphoric Acid
Fuel cell (PAFC)

Prinsip kerjanya adalah: hidrogen pada sisi anoda dioksidasi


menjadi proton dan elektron. Melalui elektrolit, proton berpindah dari
anoda ke katoda. Elektron keluar dari sel melalui extenal circuit sebagai
energi listrik dan kemudian kembali ke katoda. Di sisi katoda, elektron,
proton, dan oksigen bereaksi menghasilkan air. Efisiensi PAFC ini rendah
sekitar 40% - 50%, tetapi sudah mulai dikomersialkan untuk menghasilkan
listrik 200 kW sampai dengan 11MW.

2.3.3 Sel bahan bakar Karbon atau Molten Carbonate Fuel cell (MCFC)
Molten Carbonate Fuel cell (MCFC) menggunakan garam natrium
karbonat sebagai elektrolit. Garam karbonat dipanaskan 650°C sehingga
meleleh. Lelehan garam dapat menghantarkan ion karbonat melalui
elektrolit dari katoda ke anoda. Di sisi anoda ion karbonat bereaksi dengan
hidrogen menghasilkan air, karbondioksida, dan electron MCFC. Electron
ini sebagai tenaga listrik dan kembali ke katoda. Oksigen dari udara dan
karbondioksida bereaksi dengan elektron membentuk ion karbonium yang
dihantar oleh elektrolit menuju ke sisi anoda kembali. Reaksi berlangsung
pada suhu 650°C. MCFC ini menggunakan katalis Nikel yang lebih murah
dari pada platina. Pada suhu operasi 650°C batu bara lebih sesuai untuk
bahan bakar sel. MCFC telah dibuat untuk memproduksi energi listrik
sebesar 2 MW.

9
Gambar 4: Sel bahan bakar Karbon atau Molten Carbonate Fuel
Cell (MCFC)

2.3.4 Sel bahan bakar Oksida Padat atau Solid Oxide Fuel cell (SOFC)
Elektrolit SOFC menggunakan bahan keramik seperti kalsium
oksida atau zircrnium oksida. Suhu operasi 700°C-1000°C. pada suhu
tinggi ion oksigen bermuatan negatif bergerak melalui kristal menuju
anoda. Sementara itu, molekul hidrogen di anoda dioksidasi oleh ion
oksigen menghasilkan ion hidrogen dan membebaskan elektron. Elektron
keluar dari sistem melalui external circuit untuk listrik dan masuk ke sisi
katoda.

Gambar 5: Sel bahan bakar Oksida Padat atau Solid Oxide Fuel
Cell (SOFC)

Kelemahan dari SOFC adalah bekerja pada suhu tinggi yang


mengakibatkan waktu start up dan start down lama. Selain itu, suhu yang

10
terlalu tinggi dapat menyebabkan oksida padat pecah. Sedangkan
keunggulannya adalah limbah panas dapat digunakan kembali sebagai
pembangkit listrik.

2.3.5 Sel bahan bakar Metanol atau Direct Methanol Fuel cell (DMFC)
Direct Methanol Fuel cell (DMFC) adalah Sel bahan bakar yang
menggunakan membran penukar proton sebagai penghubung antara reaksi
di katoda dan anoda. Membran ini menggunakan metanol sebagai sumber
energi. Maksud dari kata direct pada direct methanol fuel cell adalah sel
bahan bakar ini langsung memanfaatkan metanol untuk menghasilkan
energi. Komponen dasar DMFC adalah satu set elektroda (katoda dan
anoda) yang dipsahkan oleh sebuah membran. Katoda disini juga berfungsi
sebagai katalis. Katoda yang biasa digunakan adalah Platina (Pt).

Gambar 6: Sel bahan bakar Metanol atau Direct Methanol Fuel cell
(DMFC)

Pada gambar 6, terlihat di sisi anoda metanol dan air diinjeksikan


ke dalam batch reaksi dengan kecepatan konstan. Tumbukan dengan
katalis membantu terjadi reaksi konversi metanol secara katalik menjadi
proton, CO2, dan elektron. Gas CO2 dikeluarkan dari sistem sementara
proton bergerak menyebrangi membran menuju katoda yang kemudian
bereaksi dengan oksigen menghasilkan air. Tumpukkan elektron di anoda
menghasilkan beda potensial yang memaksa elektron dari reaksi konversi
tersebut mengalir dalam sebuah sirkuit arus, dipakai sebagai arus searah

11
oleh peralatan eltronik, kemudian sampai di katoda sehingga
mentempurnakan reaksi pembentukan molekul air. Limbah dari DMFC
adalah air dan gas CO2 dalam jumlah kecil.

2.3.6 Sel bahan bakar Membran Pertukaran Proton atau Proton Exchange
Membrane Fuel cell (PEMFC)
Proton Exchange Membrane Fuel cell (PEMFC) adalah PEFC
yang berbahan bakar hidrogen. PEMFC menggunakan dua katoda
sehingga reaksi di masing-masing elektroda adalah reaksi setengah sel,
sedangkan bila reaksi terjadi antara anoda dan katoda dinamakan reaksi
total sel. Elektrolit PEMFC adalah membrane pertukaran proton, yaitu
mater ial yang berbentuk seperti plastik pembungkus yang hanya dapat
mengalirkan ion bermuatan positif. Sedangkan elektron yang bermuatan
negative tidak akan melalui membran ini. Katalis yang diguakan adalah
lembaran kertas karbon yang diberi selapis tipis bubuk platina. Pada satu
unit Sel bahan bakar terjadi reaksi di anoda dan katoda. Reaksi yang
terjadi pada anoda adalah 2H2 --> 4H+ + 4e-. Sementara 2H2O. Hasil reaksi
yang terjadi pada katoda adalah O2 + 4H+ + 4e- samping reaksi ini adalah
aliran elektron yang menghasilkan arus listrik serta energi panas dari
reaksi.

2.4 Perhitungan Kerja, Daya dan Efisiensi Fuel cell


a) Perhitungan daya fuel cell
Bahan bakar yang biasa digunakan pada fuel cell adalah hidrogen (H).
Untuk itu kita perlu mengetahui konfigurasi elektron dari hidrogen sebagai
berikut :

H2→2H+ + 2e-

Berikut adalah persamaan yang digunakan untuk mengertahui berapa


banyak bahan bakar yang dibutuhkan untuk membangkitkan daya tertentu.

12
 1 equivalence of electrons = 1 gram mol dari elektron atau 6,022 x
1023 elektron (bilangan Avogadro)
 Jumlah elektron = 96,487 coulomb (konstanta Faraday)
 Untuk elektron tunggal = 1.602 x 10-19 coulomb
 1 ampere = 1 C/s

Dalam hal ini berapa mol hidrogen yang dibutuhkan untuk


membangkitkan arus listrik sebesar 1 ampere (A). Hasil dari perhitungan
tersebut ialah 0.037605 kg H2 per Jam per kA (0.08291 lb H2 per jam per
kA), angka ini biasa digunakan sebagai koefisien faktor untuk menentukan
banyaknya bahan bakar yang dibutuhkan.
Setelah didapatkan koefisien faktor tersebut, maka daya yang
dibangkitkan dari fuel cell dapat dihitung dengan persamaan :

P= I xV

P = daya (Watt)

I = kuat arus (A)

V = voltase atau beda potensial (V)

Berikut contoh perhitungan daya fuel cell :

Fuel cell dengan daya 1 MWDC dioperasikan dengan voltase sebesar


700 mV dengan fuel cell berbahan bakar hidrogen murni. Maka berapa
banyak hidrogen yang dibutuhkan (lb/hr) dapat dihitung dengan :

 Hitung terlebih dahulu arus listriknya ( P = I x V → I = P/V )

Diketahui:

 P = 1 MW = 106 watt
 V = 700 mV = 0,7 V
Maka:

P
I 
V

13
10 6
I 
0,7
= 1429 kA

 Setelah mendapatkan besar arus listrik fuel cell, maka kita dapat langsung
mengalikannya dengan koefisien faktor untuk mendapatkan jumlah
konsumsi hidrogen :

mH2, consumed = 1429 x 0,08291 = 118,4 lb H2 / Hr

b) Perhitungan Kerja Fuel cell


Yang dimaksud kerja fuel cell disini ialah berapa energi yang
dihasilkan oleh fuel cell yang dilambangkan dengan satuan Joule (J) atau
Watt hours (Wh). Maka untuk mencarinya kita dapat menggunakan
persamaan :
W=Pxt
W = kerja (Wh)
P = daya (Watt)
t = waktu (jam)

c) Perhitungan Efisiensi Fuel cell


Efisiensi fuel cell dapat dihitung berdasarkan jumlah bahan bakar
(H2, In) dan H2, consume (bahan bakar yang dapat diubah menjadi listrik):

H 2 consume
Efisiensi ( ) 
H 2in
Misal,
Jika suatu fuel cell diisi dengan bahan bakar sebanyak 148 lb H 2/hr,
menghasilkan arus sebesar 1400 kA. Maka efisiensi dari fuel cell tersebut
adalah :
 Kita dapat mencari jumlah hidrogen yang menjadi energi dengan
mengalikan arus yang dihasilkan dengan koefisien faktor (0.08291 lb
H2 per jam per kA).
 m H2, consumed = 1400 x 0,08291 = 116,074 lb H2 / Hr
 Lalu masukkan nilai ke persamaan efisiensi.

116,074
Efisiensi ( ) 
148

= 0,78=78%
Jadi nilai efisiensi fuel cell tersebut adalah 0,78 (78%).

14
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sel bahan bakar (Fuel cell) merupakan sebuah alat elektrokimia yang
dapat mengubah energi kimia menjadi energi listrik secara terus menerus. Pada
proses ini, hidrogen dan oksigen direalisasikan dalam fuel cell untuk
memproduksi air dan arus listrik.
Berdasarkan prosesnya, sel bahan bakar dibagi menjadi langsung, tidak
langsung, dan regeneratif. Berdasarkan tipe elektrolit dan bahan bakarnya, sel
bahan bakar dibagi menjadi Alkali, Asam Fosfat, Karbon, Oksida Padat, Metanol,
dan Membran Pertukaran Proton.
Daya yang dihasilkan dari hydrogen dapat diketahui dengan menggunkan
rumus P = I x V, kapasitas kerja sel bahan bakar dapat dihitung dengan rumus W =
P x t, sedangkan untuk mengetahui efisiensi sel bahan bakar dapat dihitung

H 2 consume
dengan persamaan Efisiensi ( )  .
H 2in
3.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan yaitu dalam penggunaan sel bahan bakar
hendaknya harus memahami tipe elektrolit yang digunakan sehingga dapat
mengoptimalkan kinerja dan meminimalisir kesalahan/kecelakaan.

15
DAFTAR PUSTAKA

EG ,dan G. Service. 2000. Fuel cell Handbook (fifth edition). U.S. Departement
Of Energy Office Of Fossil Energy. Morgantown, West Virginia.
Muliawati Neni. 2008. Hidrogen Sebagai Sel Bahan Bakar: Sumber Energi Masa
Depan. Universitas Lampung, Lampung.
Safitri Icmi Alif, dkk. 2016. Uji Kinerja Smart Grid Fuel cell Tipe Proton
Exchange Membrane (PEM) dengan Penambahan Hidrogen. Jurnal Ilmiah
Inovasi. Vol 1(1). Hal: 11-16.

16

Anda mungkin juga menyukai