Taufan Anggoro
Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Jln. Laksda Adisucipto, Yogyakarta, Indonesia
Email: taufan426@gmail.com
Abstract:
Muhammad Syuhudi Ismail in understanding the hadith took several steps: First, conducting text analysis;
Second, to identify the historical context for the appearance of hadith; and Third, to contextualize hadith. Through
these three steps, the structure of the thought of Muhammad Syuhudi Ismail in understanding hadith is so strong
especially in analyzing text-context. Therefore, it is appropriate if the thought of Muhammad Syuhudi Ismail
actually revealed the existence of modern forms of hermeneutic surgery. This is a result of the intense activity of
Muhammad Syuhudi Ismail in various existing discourses, so that his thoughts in the study of hadith were
influenced by intellectual figures and hadith scholars such as Fazlurrahman, Imam al-Qarafi, and Shah Waliyyullah
ad-Dahlawi.
Abstrak:
Muhammad Syuhudi Ismail dalam memahami hadis menempuh beberapa langkah: Pertama, melakukan analisis
teks; Kedua, Melakukan identifikasi konteks historis kemunculan hadis; dan Ketiga, melakukan kontekstualisasi
hadis. Melalui ketiga langkah tersebut, struktur pemikiran Muhammad Syuhudi Ismail dalam memahami hadis
begitu kuat khususnya dalam menganalisis teks-konteks. Oleh karena itu, tepat bila pemikiran Muhammad
Syuhudi Ismail sebenarnya telah menampakkan adanya bentuk-bentuk operasi hermeneutika moderen. Hal ini
merupakan suatu akibat dari intensnya aktifitas Muhammad Syuhudi Ismail dalam berbagai wacana yang ada,
sehingga pemikirannya dalam studi hadis banyak dipengaruhi oleh tokoh-tokoh intelektual dan ulama hadis seperti
Fazlurrahman, Imam al-Qarafi, dan Syah Waliyyullah ad-Dahlawi.
ilmiah yang telah dihasilkannya tak lepas kita.10 Dapat disimpulkan bahwa sunnah
dari studi yang dicapai dari tingkat S1, menurutnya bersifat evolutif, yang
Studi Pascasarjana di Yogyakarta, maupun senantiasa bergerak dinamis secara terus-
program-program S2 dan S3 di Jakarta. menerus. Argumen Muhammad Syuhudi
Muhammad Syuhudi Ismail meninggal pada Ismail tersebut secara tidak langsung
tanggal 19 Nopember 1995 di Rumah Sakit memperlihatkan kesesuaian dengan konsep
Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Lalu “Verbalisasi Sunnah” Fazlurrahman. Yang
jasadnya dimakamkan di Pekuburan Islam mana, sunnah menurut Fazlurrahman harus
(Arab), Bontoala, Ujung Pandang pada dapat dikembangkan, diinterpretasikan, dan
tanggal 20 Nopember 1995.7 diadaptasikan, karena sebenarnya sunnah
dengan sendirinya mengalami evolusi dari
2. Konsep Sunnah dan Hadis menurut generasi ke generasi.11
Muhammad Syuhudi Ismail Sunnah yang dimaksud disini bukan
semata tindakan Nabi secara fisik, tetapi
Terkait dengan konsep sunnah dan hadis, moral substantif yang dapat diteladani dan
secara umum definisi yang diungkapkan diaplikasikan lintas ruang dan waktu.
oleh Muhammad Syuhudi Ismail tidak Muhammad Syuhudi Ismail secara tersirat
berbeda jauh dengan apa yang dipaparkan juga terlihat sejalan dengan adagium sunnah
oleh ahli-ahli hadis klasik. Intinya, hadis yang cukup populer, yaitu ‘sunnah yang
dipahami sebagai suatu hal yang khusus, hidup’. Kebutuhan akan aplikasi dari
sedangkan sunnah lebih bersifat umum ‘sunnah yang hidup’ ini dipandang beberapa
menyeluruh semua hal yang berkaitan pihak sangat urgen, mengingat dampak
dengan Nabi SAW.8 Muhammad Syuhudi jangka panjang dari struktur ideology-
Ismail secara umum membedakan antara religious masyarakat muslim yang sangat
hadis dengan sunnah melalui tiga hal, yaitu rentan akan gesekan-gesekan.12
ditinjau dari segi subyek yang menjadi Secara keseluruhan memang upaya
sumber asalnya, segi kualitas amaliyah dan pendefinisian hadis dan sunnah Muhammad
periwayatannya, dan dari segi kekuatan Syuhudi Ismail masih dominan dan terikat
hukumnya.9 dengan berbagai pendapat ahli hadis
Menurutnya, sunnah merupakan suatu sebelumnya. Hal tersebut nampaknya
amaliyyah yang terus-menerus dilaksanakan sejalan dengan latar belakang Muhammad
oleh Nabi SAW, beserta para sahabatnya,
kemudian seterusnya diamalkan oleh
generasi-generasi berikutnya sampai kepada 10
M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis
(Bandung: Jakarta, 1991), 16.
11
Hadis merupakan verbalisasi dari konsep
sunnah. Sunnah sendiri merupakan sebuah bentuk
tahun 1987/1988. Selengkapnya dalam Muhammad perilaku yang bersifat situasional. Karena dalam
Syuhudi Ismail, Kaedah Keshahihan Sanad Hadis, prakteknya tidak ada dua buah kasus yang benar-
270. benar sama latar belakang situasinya, baik secara
7 moral, psikologis, maupun material. Dengan begitu
Fithriady Ilyas dan Ishaq bin Hj. Sulaiman, sunnah harus dipandang sebagai sebuah teladan,
“Muhammad Syuhudi Ismail (1943-1995): Tokoh bukan kandungan khusus yang bersifat mutlak.
Hadis Prolifik, Ensiklopedik, dan Ijtihad”, Jurnal Dalam Fazlur Rahman, Islamic Methodology in
Ilmiah Islam Futura, vol. 17, no. I Agustus 2017, 7. History (Karachi: Central Institute of Islamic Studies,
8 1965), 85-86.
Hal ini dapat ditemukan dalam bukunya
tersebut ketika Muhammad Syuhudi Ismail 12
Hal ini dapat saja terjadi jika tidak ada
menggunakan istilah hadis dan sunnah dalam
pangkal rujukan yang otoritatif dan tidak ada yang
penjelasannya. Karena memang tidak ditemukan
mampu menjembatani perbedaan ulama tentang
uraian secara jelas dan tersurat menurut Muhammad
definisi hadis dan sunnah. Dalam Nasrulloh,
Syuhudi Ismail terkait kedua istilah tersebut.
“Rekonstruksi Definisi Sunnah sebagai Pijakan
Selengkapnya dalam Ismail, Pengantar Ilmu Hadis.
Kontekstualitas Pemahaman Hadis”, Jurnal Ulul
9
Ibid., 15-16. Albab, vol. 15, no. I Tahun 2014, 26.
96 Taufan Anggoro/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 3, 2 (Maret 2019): 93-104
Syuhudi Ismail dalam menyusun Buku pasti memerlukan siasat.15 Lalu ada pula
Pengantar Ilmu Hadisnya. Yang lebih matan hadis yang berbentuk tamṡil. Contoh
dilatarbelakangi oleh dorongan birokratif hadis yang berbentuk tamṡil bahwa Nabi
(instansi/lembaga), dari pada dorongan Muhammad SAW berskata, “Dunia itu
akademik untuk mengkaji hadis dan sunnah penjaranya orang yang beriman dan
secara fokus.13 surganya orang kafir”. Menurut Syuhudi,
3. Pemikiran Muhammad Syuhudi Ismail hadis tersebut lebih tepat dipahami secara
dalam Memahami Hadis kontekstual.16
Jika dipahami secara kontekstual, kata
Pemikiran Muhammad Syuhudi Ismail ‘penjara’ dalam hadis di atas memberi
disini merupakan pikirannya yang meliputi petunjuk adanya perintah berupa kewajiban,
prinsip-prinsip penting yang perlu anjuran, dan larangan. Bahwa bagi orang
diperhatikan dalam memahami hadis. beriman, kehidupan ini tidak bebas, ada
Berikut ini beberapa hal yang ditempuh perintah dan larangan. Sebaliknya, bagi
Syuhudi Ismail dalam memahami hadis: orang kafir dunia merupakan surga, karena
dalam kehidupan dunianya dia bebas dari
a. Memahami Hadis melalui Analisis perintah dan larangan.17
Teks Selanjutnya merupakan contoh matan
Dalam memahami hadis, langkah hadis yang berbentuk tamsil
pertama yang ditempuh oleh Muhammad (perumpamaan). Syuhudi Ismail
Syuhudi Ismail ialah melakukan analisis menjelaskan bahwa terdapat suatu hadis
teks hadis dengan mengidentifikasi bentuk yang menunjukkan bahwa Nabi
matan hadis yang terdiri dari jami’ al-kalim menganalogikan manusia dengan unta,
(ungkapan singkat padat makna), tamsil sehingga perbedaan warna kulit antara
(perumpamaan), bahasa simbolik (ramzi), bapak dan anaknya dapat disebabkan oleh
bahasa percakapan (dialog), ungkapan warna kulit yang berasal dari nenek moyang
analogi (qiyasi), dan lain-lain.14 anak tersebut.18 Sedangkan pada hadis
Contoh matan hadis yang berbentuk 15
Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan
jawami’ al-kalim ialah bahwa Nabi Kontekstual, 11.
Muhammad SAW pernah bersabda, “Perang 16
Jika dipahami secara tekstual, maka hadis
itu siasat”. Hadis tersebut berlaku secara tersebut menjelaskan bahwa dunia merupakan
universal, karena tidak terikat ruang dan penjara bagi orang beriman. Karena selama hidupnya
waktu tertentu. Artinya, perang yang orang beriman selalu dalam penderitaan, sedangkan
dilakukan dengan cara dan alat apapun itu kebahagiaan hidup baru dirasakan orang beriman saat
di surga, yaitu di akhirat kelak. Lalu bagi orang kafir
hidup di dunia adalah surga, sedangkan di akhirat
orang kafir berada di neraka. Lihat Muhammad
13
Dalam Kata Pengantar bukunya, Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan
Muhammad Syuhudi Ismail mengungkapkan bahwa Kontekstual, 16.
penyusunan Buku Pengantar Ilmu Hadis 17
Lihat Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual
dilatarbelakangi oleh adanya arahan untuk membuat
dan Kontekstual, 17.
pedoman diktat tentang ilmu hadis. Setelah diktat
tersebut jadi, ada usulan dari beberapa teman M. 18
Nabi bertanya, “Apakah kamu
Syuhudi Ismail untuk dapat mencetak dan mempunyai unta?” lalu orang itu menjawab, “Ya.”
menerbitkan diktat tersebut. Diktat yang telah Beliau bertanya lagi, “Apa warna untamu itu?” dia
tercetak dan terbit ini disesuaikan dengan petunjuk menjawab, “Merah”. Beliau bertanya lagi, “Apakah
silabus yang berlaku di IAIN dan PTAIS, sehingga untamu itu dari keturunan unta yang berkulit abu-
wajar jika konten didalamnya berisi pandangan- abu”. Dia menjawab, “Sesungguhnya unta itu
pandangan umum. Selengkapnya dalam Kata berasal dari unta yang berkulit abu-abu.” Beliau
Pengantar, M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu bersabda, “Maka sesungguhnya saya menduga
Hadis (Bandung: Jakarta, 1991), vii. bahwa unta merah milikmu itu berasal dari unta
14 yang berkulit abu-abu tersebut.” Orang itu berkata,
Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan
“Ya Rasulullah keturunan unta merahku berasal dari
Kontekstual, 9.
unta yang berkulit abu-abu tersebut.” Nabi lalu
Taufan Anggoro/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 3, 2 (Maret 2019): 93-104 97
Kemudian contoh lain hadis yang a) Konteks Situasi dan kondisi yang
muncul dalam kapasitas Nabi sebagai Tetap
manusia biasa seperti berikut:
Dari Ibnu Syihab dari ‘Abbad bin Tamim Situasi dan kondisi yang
dari Pamannya bahwa dia melihat melatarbelakangi kemunculan hadis secara
Rasulullah SAW berbaring di dalam masjid tetap maksudnya adalah tidak ada hadis lain
dengan meletakkan satu kakinya di atas yang muncul dengan situasi dan kondisi
kaki yang lain”.26 yang berbeda. Dari sini, Muhammad
Menurut Muhammad Syuhudi Ismail, Syuhudi Ismail ini masih membagi kembali
posisi tidur Nabi tersebut merupakan posisi menjadi dua, yaitu hadis yang mempunyai
yang membuat Nabi merasa nyaman. Sikap sebab spesifik-khusus, dan ada pula hadis
tidur Nabi yang digambarkan dalam hadis yang mempunyai sebab yang umum, atau
diatas muncul berkaitan dengan kapasitas tidak secara khusus. Berikut pembagian
Nabi sebagai pribadi.27 Konsekuensi dari keduanya:
pemahaman Syuhudi Ismail tersebut ialah Hadis yang Mempunyai Sebab Khusus
adanya kebolehan untuk berbeda dengan Contoh hadis ini adalah sebagai berikut:
posisi tidur Nabi tersebut, disesuaikan Rasulullah SAW bersabda, “Kalian lebih
dengan kenyamanan masing-masing. mengetahui urusan dunia kalian.”.28
Dari pembagian yang dilakukan oleh Hadis tersebut mempunyai sebab khusus
Muhammad Syuhudi Ismail terkait posisi berupa asbāb al-wurūd. Asbāb al-wurūd
Nabi di atas nampak bagaimana upayanya hadis tersebut adalah pada peristiwa petani
untuk mengetahui konteks hadis muncul. kurma yang sedang mengawinkan pohon
Dengan mengidentifikasi posisi atau fungsi kurmanya, lalu Nabi lewat dihadapan petani
Nabi saat hadis terkait muncul, sehingga tersebut.29 Dengan melihat sebab khusus
dapat diketahui situasi dan kondisi saat itu. hadis tersebut, Muhammad Syuhudi Ismail
Jika hadis muncul ketika kapasitas Nabi menyimpulkan pemahaman kontekstual
sebagai Rasulullah maka ketetapan yang diperlukan untuk memahaminya.
ada dalam hadisnya menjadi wajib untuk Hadis yang Tidak Mempunyai Sebab
diikuti, dan berlaku secara universal. Jika Khusus
selain itu (seperti sebagai manusia biasa, Jika sebelumnya terdapat hadis yang
hakim, pribadi, dan lain-lain) maka mempunyai sebab khusus, maka
ketetapan yang ada dalam hadisnya bisa selanjutnya adalah hadis yang tidak
saja berlaku secara temporal ataupun lokal. mempunyai sebab khusus. Karakter hadis
2) Situasi dan Kondisi Dimana suatu ini adalah tidak ada sebab yang spesifik
Hadis Muncul berkaitan dengan hadis yang muncul, tetapi
bisa dilihat dari kondisi sosial secara luas Adanya maksud hadis tanpa didahului
dimasa Nabi hidup. Contoh hadis ini adalah: sebab tertentu ialah karena hadis tersebut
Rasulullah SAW bersabda, “Kita ini muncul tidak terikat oleh konteks situasi
adalah ummat yang ummi, yang tidak biasa dan kondisi saat itu. Hadis-hadis yang
menulis dan juga tidak menghitung satu dijadikan Muhammad Syuhudi Ismail
bulan itu jumlah harinya segini dan segini, contoh diatas lebih bersifat informatif,
yaitu sekali berjumlah dua puluh sembilan sehingga keberlakuannya bisa secara
dan sekali berikutnya tiga puluh hari”.30 universal maupun temporal. Tergantung
Hadis tersebut muncul pada situasi di dari pemaknaannya, apakah tekstual
zaman Nabi Muhammad dimana kondisi ataukah kontekstual, karena memang tidak
sosial saat itu masih banyak orang tidak terikat oleh konteks saat itu yang membuat
pandai pandai membaca, menulis, dan pemahamannya lebih fleksibel.
melakukan hisab awal Bulan Qamariah. b) Konteks Situasi dan Kondisi yang
Fakta tersebut tentu berbeda dengan Berubah
kenyataan di masa kini bagaimana telah
banyak dijumpai orang yang pandai Hadis yang muncul dalam situasi dan
membaca, menulis, dan melakukan hisab kondisi yang berubah (tidak tetap) ini
awal bulan. Bahkan sudah ada yang bisa merupakan beberapa hadis yang membahas
memanfaatkan teknologi yang sangat satu problem yang sama, akan tetapi secara
canggih untuk mengetahui berlangsungnya waktu munculnya berbeda, juga kandungan
awal Bulan Qamariah.31 hukum didalamnya. Contohnya ialah
Ada lagi contoh hadis yang tidak sebagai berikut:
mempunyai sebab secara khusus, seperti Rasulullah SAW bersabda, “Apabila
berikut: kalian mendatangi tempat buang hajat,
Rasulullah SAW bersabda, “Cukurlah maka janganlah kalian menghadap kiblat
kumis kalian dan biarkanlah jenggot kalian dan jangan pula membelakanginya. Saat
(panjang)”.32 buang air besar atau buang air kecil, tetapi
Dari hadis diatas, Muhammad Syuhudi menghadaplah ke timur atau ke barat.”.34
Ismail mengaitkannya dengan kondisi Kemudian ada hadis lain yang berbunyi:
geografis. Dimana hadis tersebut muncul di Dari Abdullah bin Umar berkata,
wilayah Timur Tengah. Dimana wilayah “Sungguh, aku pernah naik ke atas loteng
tersebut secara alamiah dikaruniakan rumah, lalu aku melihat Rasulullah SAW
rambut (kumis dan jenggot) yang subur.33 duduk di atas dua batu dengan menghadap
Sehingga jika dipahami secara tekstual ke Baitul Maqdis saat buang air besar”.35
hadis tersebut tidak relevan dengan orang- Kedua hadis tersebut memaparkan
orang Indonesia yang kumis dan jenggotnya problem yang sama, tetapi mengandung
jarang. Pemahaman secara kontekstual makna yang berbeda. Dari pernyataan
disini mutlak dilakukan, sehingga aktifitas tersebut lalu menimbulkan kesan bahwa ada
berlomba-lomba mencukur kumis dan terdapat pertentangan antar hadis.
memelihara jenggot tidak terkesan Muhammad Syuhudi Ismail dalam
dipaksakan. menyelesaikan hadis-hadis yang tampak
bertentangan tersebut, lalu menggunakan
30 metode al-Jam’u wa at-Taufīq. Hadis
Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan
Kontekstual, 53. pertama yang melarang buang hajat
31
menghadap kiblat adalah untuk konteks
Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan
Kontekstual, 54.
32 34
Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan
Kontekstual, 68. Kontekstual, 74.
33 35
Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan
Kontekstual, 69. Kontekstual, 75.
100 Taufan Anggoro/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 3, 2 (Maret 2019): 93-104
membuang hajat di ruang terbuka. hubungan antar teks (hadis dengan dalil
Sedangkan hadis kedua, jika buang hajat lain). Ini merupakan salah satu bentuk
dilakukan di ruang tertutup (seperti kamar metode pemahaman dalam aspek tekstual
mandi/wc) tidak berlaku larangan tersebut.36 (dalam lingkup kajian hermeneutik).
Dengan kata lain, Syuhudi Ismail berupaya Kemudian, Muhammad Syuhudi Ismail
mendudukkan hadis sesuai konteksnya melakukan identifikasi konteks historis
masing-masing. hadis. Penjelasan hadis melalui konteksnya
Secara umum dari kajian diatas, memang cukup dominan ditemui dalam
menunjukkan bahwa memahami hadis kajian Syuhudi Ismail ini.38 Hal ini
dengan mengaitkan latar belakang menyebabkan pola hermeneutik begitu
terjadinya sangat penting dilakukan. Tidak terlihat dalam pemahaman hadis Syuhudi
hanya serta-merta mengaplikasikan tanpa Ismail. Ini dapat ditemukan dalam upayanya
mengetahui sebab-sebab yang mendasari menggali konteks hadis, baik itu mikro
munculnya suatu hadis. Dari sini dapat maupun makro. Kemudian menarik inti
dikatakan pemahaman hadis dengan pesan Nabi yang dimaksud, dan selanjutnya
melibatkan latar belakang ini erat berkaitan menghubungkannya dengan masa dimana
dengan aspek konteks dalam hermeneutika. hadis tersebut dipahami oleh pembaca.
Poin pertama yakni Hadis yang Perangkat ilmu hadis yang berupa Asbāb
mempunyai sebab khusus termasuk mikro. al-Wurūd dan konteks makro hadis nampak
Sedangkan hadis yang tidak mempunyai berfungsi untuk mengkhususkan hadis yang
sebab khusus dan yang berkaitan dengan bersifat umum, merinci hadis yang bersifat
keadaan sedang terjadi termasuk makro. global, dan menentukan ada atau tidaknya
Selain itu, dalam melihat konteks nasikh-mansukh dalam suatu hadis.
munculnya hadis, Muhammad Syuhudi Kemudian secara umum, upayanya dalam
Ismail terlihat menggunakan ijtihād (rasio) menganalisis konteks hadis mencakup
dalam mengaitkannya dengan latar beberapa aspek, seperti aspek historis,
belakangnya.37 Baik itu secara sosial, sosiologis, dan antropologis hadis saat itu.
budaya, geografis, IPTEK, dan lain-lain Ada beberapa poin penting dalam
yang secara logis berkaitan. pemikiran Muhammad Syuhudi Ismail yang
4. Analisis Pemikiran Hadis Muhamad perlu dicermati, yaitu memahami hadis
Syuhudi Ismail Nabi melalui konteks historis. Khususnya
konteks historis yang dihubungkan dengan
Muhammad Syuhudi Ismail dalam perlunya mengetahui posisi atau fungsi
memahami hadis menempuh beberapa Nabi saat hadis terkait muncul. Pemikiran
langkah: Pertama, melakukan analisis teks; atau gagasan seperti itu sebenarnya telah
Kedua, Melakukan identifikasi konteks digagas oleh para ulama hadis sebelumnya.
historis kemunculan hadis; dan Ketiga, Ulama yang pertama kali merintis tentang
melakukan kontekstualisasi hadis. Dalam memahami kandungan hadis dihubungkan
melakukan analisis teks, Syuhudi Ismail dengan posisi dan fungsi Nabi adalah Imam
mengolah teks hadis dengan mencermati Syihab ad-Din al-Qarafi (w. 694 H). Melalui
kitabnya yang berjudul al-Furūq dan al-
36
Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan
Kontekstual, 76. 38
Pada pembahasan yang lain, dalam
37
Hal yang sama juga dilakukan oleh mengkaji konteks historis hadis tentang “Wanita
Muhamad Musthafa Azami. Azami menggunakan menjadi Pemimpin” misalnya. Muhammad Syuhudi
pendekatan rasio dalam melakukan kritik hadis (naqd Ismail menganalisis konteks makro wilayah Persia
al-ḥadīṡ). Dalam Taufan Anggoro, “Analisis saat itu. Dimana wilayah Persia saat itu
Hermeneutik atas Pemikiran Hadis Muhammad masyarakatnya masih memandang sebelah mata
Musthafa Azami”, dalam Studi al-Qur’an dan Hadis: wanita dan membatasi perannya dalam ranah publik.
Perspektif Teks dan Konteks, ed. Abdul Mustaqim Lihat Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan
(Yogyakarta: FA Press, 2018), 113-115. Kontekstual, 66.
Taufan Anggoro/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 3, 2 (Maret 2019): 93-104 101
Iḥkām fī Tamyīz Fatāwā min al-Aḥkām, al- populer dengan sebutan Ilmu Ma’ān al-
Qarafi mengkaji qaul dan fi’il Rasulullah Ḥadīṡ.43 Aplikasi kontekstualisasi yang
SAW.39 dilakukan Syuhudi Ismail misal sebagai
Hasilnya, dengan melihat kondisi Nabi berikut:
saat hadis tersebut muncul, al-Qarafi Bahwa Rasulullah SAW bersabda,“Suatu
membagi hadis-hadis Nabi menurut posisi kaum tidak akan beruntung, jika dipimpin
dan fungsi Nabi. Implikasi dari adanya oleh seorang wanita.”.44
pembagian tersebut, suatu hadis dapat Terkait hadis di atas, Syuhudi Ismail
ditentukan keberlakuannya, apakah secara memahaminya dengan mengatakan berikut:
temporal ataukah universal.40 Selain al- Dalam sejarah, penghargaan masyarakat
Qarafi, ada tokoh ahli hadis lain yang kepada kaum wanita makin meningkat dan
membagi hadis menurut kapasitas peran dan akhirnya dalam banyak hal, kaum wanita
fungsi Nabi. Tokoh yang dimaksud adalah diberi kedudukan yang sama dengan kaum
Syah Waliyyullah ad-Dahlawi. Ad-Dahlawi laki-laki. Al-Qur’an sendiri memberi
melalui kitabnya yang berjudul Ḥujjatullah peluang sama kepada kaum wanita dan
al-Bāligah membagi hadis Nabi menjadi kaum laki-laki untuk melakukan berbagai
dua, yaitu Sunnah ar-Risālah dan Sunnah amal kebajikan. Dalam keadaan wanita
Ghairu ar-Risālah.41 telah memiliki kewibawaan dan
Dari sini dapat dikatakan bahwa kemampuan untuk memimpin, serta
Muhammad Syuhudi Ismail mengalami masyarakat bersedia menerimanya sebagai
keterpengaruhan dengan Imam al-Qarafi pemimpin, maka tidak ada salahnya wanita
dan Syah Waliyyullah ad-Dahlawi. Ini dipilih dan diangkat sebagai pemimpin,
diperkuat dengan beberapa karya penelitian maka tidak ada salahnya wanita dipilih dan
Syuhudi Ismail yang secara komprehensif diangkat sebagai pemimpin.45
meneliti pemikiran kedua tokoh tersebut.42 Substansi yang diambil Syuhudi dari
Juga menjadikan karya di bidang hadis hadis di atas adalah memilih pemimpin
kedua tokoh tersebut menjadi referensi yang dihargai oleh rakyatnya dan
penting dalam bukunya yang berjudul Hadis mempunyai wibawa, siapapun itu, apakah
Nabi yang Tekstual dan Kontekstual. laki-laki ataukah perempuan. Pemahaman
Selanjutnya, dalam hal melakukan seperti ini tentu ‘melawan’ bunyi teks
kontekstualisasi hadis, Muhammad Syuhudi (hadis) yang secara tekstual melarang
Ismail mengaplikasikan pada kajian perempuan menjadi pemimpin. Disini
hadisnya. Walaupun memang dapat Syuhudi nampak melihat bagaimana teks
dikatakan Syuhudi tidak terlalu intens (hadis) terbentuk, lalu dibentuk dari relasi
melakukannya. Upayanya tersebut terdapat sosial dan konteks sosial tertentu.
dalam konsep memahami hadisnya yang Contoh kontekstualisasi yang dilakukan
oleh Muhammad Syuhudi Ismail ialah pada
39
Yusuf al-Qardhawi, Sunnah Rasul Sumber hadis tentang mahram karena sesusuan
Ilmu Pengetahuan dan Peradaban, terj. Abdul berikut:
Hayyie al-Kattanie (Jakarta: Gema Insani Press,
1998), 49.
40
Ibid., 50.
41
Selengkapnya dalam Syah Waliyyullah
Abdul Mustaqim, Ilmu Ma’ān al-Ḥadīṡ:
43
ad-Dahlawi, Ḥujjatullah al-Bāligah (Beirut: Dār al-
Paradigma Interkoneksi Berbagai Teori dan Metode
Jīl, 2005), 317-325.
Memahami Hadis Nabi (Yogyakarta: IDEA Press,
42 2016), 9.
Karya-karya penelitian yang dimaksud
adalah berwujud artikel dan makalah seperti yang 44
Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan
berjudul Syah Waliyyullah ad-Dahlawi: Sejarah
Kontekstual, 64.
Hidup dan Pemikirannya (terbit pada tahun 1978)
45
dan Syah Waliyyullah ad-Dahlawi: Pembaharu Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan
Pemikiran Islam di India (terbit pada tahun 1979). Kontekstual, 66-67.
102 Taufan Anggoro/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 3, 2 (Maret 2019): 93-104
analisis teks, konteks historis, dan hermeneutik). Lalu dalam analisis konteks
melakukan kontekstualisasi sebenarnya historis hadis, Syuhudi Ismail menjangkau
telah memperlihatkan bentuk operasi tidak hanya yang bersifat mikro tetapi juga
hermeneutik. Bahkan Hasan Su’aidi konteks makro. Oleh karena itu, penjelasan
menyebut bahwa pemikiran Muhammad hadis melalui analisis konteks historis
Syuhudi Ismail dalam memahami hadis ini cukup dominan ditemui dalam kajian
bersesuaian dengan teori yang Syuhudi Ismail ini. Terkait dengan
51
dikembangkan oleh Gadamer. Walaupun kontekstualisasi hadis, Syuhudi melakukan
memang tidak dapat dipungkiri, belum kajian historis terhadap hadis, lalu dicari
sepenuhnya mengaplikasikan ketiga hal indikator-indikator yang bersifat substantif.
tersebut secara konsekuen, karena Syuhudi Setelah itu dilakukan penyesuaian dengan
Ismail lebih sering mengoperasikannya indikator-indikator masa kini agar substansi
secara terpisah, seperti hanya melakukan hadis senantiasa ‘aktual’ di waktu yang
analisis teks dan konteks saja, atau bahkan berbeda.
satu aspek saja. Ada pula yang hanya Pemikiran Muhammad Syuhudi Ismail
melakukan analisis teks saja, lalu dalam memahami hadis sesungguhnya telah
melakukan kontekstualisasi. menampakkan adanya bentuk-bentuk
operasi hermeneutika moderen. Ini
C. KESIMPULAN ditunjukkan dengan adanya perpaduan
analisis teks-konteks didalamnya. Beberapa
Menurut Muhammad Syuhudi Ismail, bagian dalam analisis konteks hadis yang
sunnah merupakan suatu amaliyyah yang dilakukan Syuhudi juga memperlihatkan
terus-menerus dilaksanakan oleh Nabi adanya keterpengaruhan dengan pemikiran
SAW, beserta para sahabatnya, kemudian dua tokoh ulama hadis, yaitu Imam al-
seterusnya diamalkan oleh generasi-generasi Qarafi dan Syah Waliyyullah ad-Dahlawi.
berikutnya sampai kepada kita. Argumen Ini diperkuat dengan beberapa karya
Muhammad Syuhudi Ismail tersebut secara penelitian Syuhudi Ismail yang secara
tidak langsung memperlihatkan kesesuaian komprehensif meneliti pemikiran kedua
dengan konsep “Verbalisasi Sunnah” tokoh tersebut. Juga menjadikan karya di
Fazlurrahman. Ada beberapa hal yang bidang hadis kedua tokoh tersebut menjadi
menjadi struktur pemikiran Muhammad referensi penting dalam bukunya yang
Syuhudi Ismail dalam memahami hadis, berjudul Hadis Nabi yang Tekstual dan
yaitu bagaimana analisis teks-konteks Kontekstual.
begitu kuat dalam pemikirannya ini. Hal ini
terlihat dalam langkah-langkah memahami DAFTAR PUSTAKA
hadis yang ditempuhnya, diantaranya:
Pertama, melakukan analisis teks; Kedua, Anggoro, Taufan. “Analisis Hermeneutik
Melakukan identifikasi konteks historis atas Pemikiran Hadis Muhammad
kemunculan hadis; dan Ketiga, melakukan Musthafa AzamiAzami”, dalam
kontekstualisasi hadis. Studi al-Qur’an dan Hadis:
Dalam melakukan analisis teks, Syuhudi Perspektif Teks dan Konteks, ed.
Ismail mengolah teks hadis dengan Abdul Azami Mustaqim.
mencermati bentuk matan, hubungan antar Yogyakarta: FA Press, 2018.
teks (hadis dengan dalil lain), dan analisis ad-Dahlawi, Syah Waliyyullah. Ḥujjatullah
kebahasaan. Kesemuanya merupakan salah al-Bāligah. Beirut: Dār al-Jīl, 2005.
satu bentuk metode pemahaman dalam Ilyas, Fithriady & Ishak bin Sulaiman.
aspek tekstual (lingkup kajian “Muhammad Syuhudi Ismail (1943-
1995); fit...hrTokoh Hadis Prolifik,
51
Hasan Su’aidi, “Hermeneutika Hadis
Syuhudi Ismail”, Jurnal RELIGIA, vol. 20, no. I,
Ensiklopedik, dan Ijtihad”, Jurnal
2017, hlm. 47.
104 Taufan Anggoro/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 3, 2 (Maret 2019): 93-104