Abstract
Daud Rasyid is a competent Muslim intellectual in the study of his specialty in the field of
hadith. The author tries to raise the figure of a specialist in the science of hadith when
addressing the phenomenon of the Sunnah in Indonesia. This study of the sunnah in the
context of Indonesian culture the author quotes directly from his book Daud Rasyid himself,
entitled as-Sunnah fi Indu nisiyya: baina Ansariha wa Khusumiha. The journal explains the
Sunnah in the context of Indonesian culture which reveals the phenomenon of the Sunnah's
denial in the country. This study found that there is a phenomenon about the denial of the
Sunnah, the majority is at the level of the academic environment. Freedom of thought makes
some intellectuals become creative in thinking. Although the ambiguity of thinking about
the Sunnah that occurs in the academic sphere has not been fully said to be an essential
denial. However, some think that this phenomenon is also quite disturbing to the Islamic
community in Indonesia. Daud Rasyid as a well-known rather conservative expert on hadith
deeply regretted the existence of this kind of Sunna denial, especially if it originated from
his own Muslim intellectual thought.
Keywords: David Rasyid, Culture, Refusing hadith
Abstrak
Daud Rasyid merupakan intelektual muslim yang berkompetent dalam kajian
spesialisasinya di bidang hadis. Penulis mencoba mengangkat sosok spesialis ilmu hadis
tersebut ketika menyikapi fenomena ingkar Sunnah di Indonesia. Kajian tentang sunnah
dalam konteks budaya Indonesia ini penulis mengutip langsung dari buku karangannya
Daud Rasyid sendiri yang berjudul as-Sunnah fi Indu nisiyya: baina Ansariha wa
Khusumiha. jurnal menjelaskan tentang Sunnah dalam konteks budaya Indonesia yang
mengungkap tentang fenomena ingkar Sunnah di tanah air. Kajian ini menemukan bahwa
terdapat fenomena tentang ingkar Sunnah ini mayoritas berada dalam tataran lingkungan
akademisi. Kebebasan berpikir menjadikan sebagian intelektul menjadi kemajon dalam
berpikir. Walaupun kerancuan berpikir tentang Sunnah yang terjadi di lingkup akademisi
belum sepenuhnya dikatakan sebagai ingkar secara hakiki. Namun, sebagian kalangan
menganggap bahwa fenomena ini ternyata juga cukup meresahkan masyarakat Islam di
Indonesia. Daud Rasyid sebagai pakar hadis yang terkenal agak konservatif amat
menyayangkan terjadinya fenomena ingkar Sunnah semacam ini, lebih-lebih jika hal itu
bersumber dari pemikiran intelektual muslim sendiri.
Kata Kunci: Daud Rasyid, Budaya, Menolak hadits
bidang kajian Al-Qur’an pun lebih banyak
A. PENDAHULUAN dari pada intelektual yang mengkaji hadis.
Islam sebagai dinullah memiliki dua Di Indonesia, Daud Rasyid merupakan
sumber utama, yaitu al-Qur’an dan alHadits. sedikit dari intelektual muslim yang kajian
Sumber yang disebut terakhir ini sering pula spesialisasinya di bidang hadis. Olehnya,
dinamakan al-Sunah.1 Ia merupakan dalam artikel ini penulis mencoba
penjabaran dari sumber yang pertama, dan mengangkat sosok spesialis hadis tersebut
dalam kaitan ini fungsi sunah (al-hadits) ketika menyikapi fenomena ingkar sunnah di
menjadi sangat strategis bagi kehidupan Indonesia. Artikel tentang sunnah dalam
umat Islam. Dasar-dasar ajaran Islam yang konteks budaya Indonesia sebagian besar
terdapat di dalam sumber utamanya, al- disarikan dari buku karangannya Daud
Qur’an, memerlukan penjelasan dan rincian Rasyid sendiri yang berjudul as-Sunnah fi
supaya dapat dilaksanakan, dan rincian serta Indonesia: baina Ansariha wa Khusumiha.
penjelasan tersebut tertuang di dalam sunah.
Dengan begitu hubungan antara keduanya B. PEMBAHASAN
begitu erat dan tidak dapat dipisahkan, 1. Biografi Daud Rasyid
bahkan imam Auza'i mengatakan bahwa al- Daud Rasyid lahir di Tanjung Balai,
Qur’an lebih membutuhkan sunah daripada sebuah kota kecil di pesisir pantai
kebutuhan sunah terhadap al-Qur’an.2 Sumatera Utara pada hari Senin tanggal 3
Selanjutnya, dalam perjalanan sejarah Desember 1962 Masehi bertepatan dengan
ternyata posisi dan fungsi sunah yang tanggal 5 Rajab 1382 Hijriyah.3
strategis itu tidak saja mengalami distorsi, Berbagai literatur menyebutkan
dipalsukan, tetapi juga bahkan diingkari bahwa Daud Rasyid adalah putra tunggal
oleh kalangan tertentu umat Islam. Padahal alm. Bapak Harun al-Rasyid dan alm.
mereka dalam menegakkan shalat, Ibunda Hajjah Nurul Huda, adalah seorang
mengeluarkan zakat, menunaikan ibadah pendidik dan ustazah yang tabakhur
haji, dan lainnya secara tidak disadari semua ilmunya di kota itu. Masa kecilnya
itu diperoleh dari rincian hadist nabi atau dihabiskan belajar pagi-sore di sekolah
sunah. formal. Pagi belajar di sekolah umum dan
Muhammad Mustafa 'Azami sore belajar di madrasah. Malam hari dan
menyatakan bahwa sejak zaman dahulu hari libur diisi dengan belajar non-formal
umat Islam sudah sepakat untuk menerima kepada para syekh dan ustaz di daerahnya.4
hadist dan menjadikannya sebagai sumber Tahun 1980, setelah tamat SMA dan
hukum Islam yang wajib dipatuhi dan di Aliyah, ia meninggalkan kota
setujui secara bersama. Dan pada masa lalu kelahirannya, merantau ke Medan untuk
juga sudah terdapat sejumlah orang atau mengecap pendidikan tinggi di IAIN
kelompok yang menolak sunah tetapi hal Medan 1980-1983 dan di USU Medan
itu lenyap pada akhir abad ketiga Hijrah. 1981-1983. Namun itu hanya tiga tahun
Penolakan hadist ini muncul kembali pada dilaluinya. Baru saja menyelesaikan B.A.
abad ketiga belas Hijrah, sebagai akibat dari IAIN, ia mendapat kesempatan untuk
penjajahan Barat. belajar ke al-Azhar dan mendapatkan
Di Indonesia sendiri masih dibilang beasiswa al-Azhar yang disalurkan melalui
minim terhadap pemikiran intelektual hadits. IAIN lewat jalur Departemen Agama.5
Hal ini disebabkan karena kurangnya Daud Rasyid, yang semasa mahasiswanya
intelektual muslim Indonesia yang secara aktif di Himpunan Mahasiswa Islam
intens bergumul dalam bidang kajian ini. (HMI) ini, pada awalnya tidak terlalu
Selain itu juga sebagian kalangan serius mengikuti tes beasiswa itu, karena
menganggap bahwa studi tentang hadis studinya yang rangkap di USU dan di IAIN
dipandang masih kalah populer dibandingkan harus ia selesaikan. Namun, apa mau
dengan studi tentang AlQur’an. Oleh karena dikata,karna kelihaianya dalam keilmuan
itu, intelektual yang memilih spesialisasi
1 2
Kalangan ulama ada yang membedakan kedua istilah ini, tetapi Imam Auza'i adalah Abu 'Amru Abdul Rahman bin Amru bin
tidak sedikit pula yang menyamakannya. Di dalam tulisan ini istilah Muhammad al-Auza'i alDimasyqiy, ahli hadis dan ahli fikih
hadis dan sunnah, sebagaimana pendapat mayoritas muhaddisin, terkenal, lahir tahun 88 H dan wafat tahun 157 H. Ungkapannya
merujuk kepada satu pengertian yaitu segala perkataan, perbuatan, yang terkenal yaitu: "al-kitab ahwaju ila al-sunnah min al-sunnah
ketetapan serta sifat-sifat, baik khalqiyah maupun khuluqiyah, yang ila al-kitab". Lihat al-Syatibi, al-Muwafaqat, jilid 4, hlm. 26; juga
disandarkan kepada Nabi Muhamad saw, baik sebelum beliau al-Syaukani, Irsyad al-Fuhul ila tahqiq al-Haq min 'ilmi al-Ushul fi
diangkat menjadi Nabi maupun sesudahnya. Lihat lebih lanjut Ushul al-Fiqh, jilid 1, Dar al-Ma'rifah, Beirut, hlm. 59.
misalnya Nur al-Din 'Itir, Manhaj al-Naqd fi Ulum al-Hadits, Dar
al-Fikr al-Mu'ashir, Beirut, 1997, hlm. 27-29; juga Muhamad bin 3
Daud Rasyid, Islam dalam Bergai Dimensi (Jakarta: Gema Insani
Luthfi al-Shabbagh, Al-Hadits al-Nabawi: Musthalahuhu, Press, 1998), hlm. 324.
Balaghatuhu, Kutubuhu, al-Maktab al-Islamiy, 2003, hlm. 140-143; 4
Tokoh (Daud Rasyid), dalam www.syariahseluler.com, diakses
juga Muhammad Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits, Ulumuhu wa pada 20 Desember 2014.
Musthalahuhu, Dar al-Fikr, Beirut, 2008, hlm. 13-18. 5
Daud Rasyid, Pembaruan Islam dan Orientalisme dalam
Sorotan (Jakarta:samah Press, 1993), hlm. 149.
ketika diumumkan, dia lulus ranking satu Hasanain Makhluf, mantan Grand Mufti
dalam seleksi itu. Mesir. Juga Dr. Abdussattar Fatahallah
Setibanya di Mesir (1984) kemudian Said, ahli tafsir di al-Azhar. Gurunya di
ia belajar di Fakultas Syari’ah wa Al- bidang hadis adalah Dr. Rif’at Fauzi,
Qanun Uniiversitas Al-Azhar, kairo. adalah guru besar di Dar al-Ulum,
Sampai ia menyelesaikan studi stara satu Universitas Kairo. Syekh Rif’at tidak saja
dan mendapatkan gelar Lc. Pada tahun gurunya di kampus, tetapi lebih mendalam
1987. lagi di luar kampus. Ia membaca al-Kutub
Di Mesir, hari-harinya ia habiskan al-Sittah; al-Muwatta’ ibn Malik,
belajar tidak saja di lembaga-lembaga Muqaddimah Ibnu al-Salah, dan karya-
formal, seperti di Fakultas Syari’ah wa karya hadis lainnya secara talaqqi.
alQanun Universitas al-Azhar, tetapi juga Sampai-sampai Dr. Rif’at memercayakan
kepada para ulama Mesir. Majma‘ al-Buhus perpustakaannya untuk dipegang oleh
al-Islamiyyah (Institut Riset Islam) di al- penerjemah (Daud Rasyid), selama ia
Azhar adalah salah satu tempat Daud bertugas ke luar negeri. Ia juga banyak
menimba ilmu kepada ulamaulama belajar dari Abdushshobur Syahin,
terkemuka di Azhar, seperti Syekh Abdul pemikir kondang Mesir dan senantiasa
Muhaimin, Ustaz Saad Abdul Fattah, dan aktif mengikuti ceramah dan khotbah
lain-lainnya. Syahin di Mesir.
Kemudian pada tahun 1987-1990 ia Yang banyak membentuk pola pikir
melanjutkan belajar di Program Pascasarjana Daud adalah gurunya Prof. Muhammad
(S2) Fakultas Darul Ulum (Studi Islam dan Boultagi Hasan, pakar Ushul Fiqh di Dar
Arab) Universitas Kairo, Jurusan Syari’ah alUlum, Kairo. Begitu juga Syekh Yusuf
dan lulus Master (M.A.) dalam bidang al-Qaradhawi yang kitabkitabnya
syari’ah dengan yudisium: cum laude senantiasa diikuti oleh penerjemah.
(mumtaz) , dengan judul tesis “Marwiyyat al- Selesai studi, ia segera kembali ke
Hakam ibn Utaibah wa Fiqhuhu” (Hadis- tanah air untuk menjumpai ibu tercinta di
hadis Riwayat Imam al-Hakam ibn Utaibah kampung halamannya, dengan empat
dan Metodologi Fikihnya). orang putera: ‘Aisyah, Usamah, Ummu
Setelah menyelesaikan S2, ia Hani dan Bilal. Setelah sampai di Jakarta
kemudian kembali ke Indonesia dan tahun 1996, ia diminta oleh Prof. Harun
mengajar di Universitas Nasional (Unas) Nasution, untuk mengajar di Fak.
Jakarta dan juga di STAN Jakarta. Kemudian Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah,
ia aktif diundang di pelbagai seminar dan Jakarta sekaligus menjadi Staff pada
pertemuan-pertemuan ilmiah lain. Selain itu LP2S1 al-Haramain Jakarta. Dan sampai
juga ia menulis di pelbagai media massa dan sekarang ia mengajar di Pascasarjana di
juga menerjemahkan beberapa buku, antara IAIN Bandung. Di tempatnya ia
lain Bank Tanpa Bunga karangan Yusuf al- mendirikan dan mengasuh Pondok “al-
Qardlawi (1991), Syariah Islam, Hukum Ma’muriyah” di daerah Sukabumi. Di
yang Abadi karya Syekh Abdullah Nashih samping itu, setiap Kamis pagi jam 05.00
‘Ulwan (1991), dan Metode Riset Islami ia aktif memberikan ceramah di channel
karya Ali Abdul Halim Mahmud (1992). Indosiar. Tahun 1999, pada era reformasi,
Pada tahun 1993 ia menulis buku yang ia juga menulis sebuah buku tipis dengan
berjudul Pembaruan Islam dan Orientalisme judul Islam dan Reformasi, yang
dalam Sorotan. diterbitkan oleh Pondok Pesantren al-
Pada tahun 1994, untuk yang kedua Ma’muriyah.7
kalinya ia berangkat ke Mesir untuk Umumnya sebagai pakar hadis jebolan
menempuh program Doktor (S3) di Fakultas Timur Tengah ia dikenal mempunyai
Darul Ulum, Universitas Kairo dan pada pemikiran-pemikiran yang agak konservatif.
tahun 1996 ia meraih gelar Doktor (Ph.D.) Banyak pemikir-pemikir Indonesia
dalam bidang hadis dengan yudisium summa kontemporer yang di debatnya seperti
cumlaude (mumtaz bi martabat syaraf ula ) Nurkholis Majid, Harus Nasution dkk.
dengan judul disertasi “Juhud ‘Ulama ’ Indu Bahkan dalam bukunya yang berjudul
nisiya fi as-Sunnah” (Jasa-jasa Ulama “Pembaruan Islam dan Orientalisme dalam
Indonesia di bidang Sunnah).6 Sorotan” ia dengan keras mendebat
Pada saat menempuh S3, ia juga pemikiran Nurkholis Majid. Sedang dalam
mengenyam studi informal di masjid- karyanya yang lain yang berjudul as-Sunnah
masjid dan di rumah para syekh Mesir. dia fi Indu nisiyya : baina Ansa riha wa Khusu
pernah berguru kepada almarhum Syeikh
6 7
Daud Rasyid merupakan mahasiswa Indonesia pertama yang Tokoh Daud Rasyid, dalam www.syariahseluler.com, diakses pada
mendapat gelar Doktor di bidang hadis di Darul Ulum, Universitas 20 Desember 2014
Kairo. Lihat Daud Rasyid, Islam, hlm. 324.
miha , ia menentang keras pemikiran Harun menolak keberadaan Sunnah (hadits) sebagai
Nasution dalam bidang sunnah. salah satu sumber ajaran Islam disebut
munkir al-Sunnah. Kelompok Ingkar Sunnah
2. Pengertian Ingkar Sunnah merupakan lawan atau kebalikan dari
Menurut bahasa kata “Ingkar Sunnah” kelompok besar (mayoritas) umat Islam yang
terdiri dari dua kata yang mempunyayi arti mengakui Sunnah sebagai salah satu sumber
“Ingkar” dan “Sunnah”. Kata “Ingkar” ajaran Islam.
berasal dari kata bahasa Al-Shafi’i, seperti dikutip oleh Shuhudi
Arab yang mempunyai Ismail, dalam kitab al-Umm membagi
beberapa arti di antaranya: tidak mengakui kelompok Ingkar Sunnah menjadi tiga
dantidak menerima baik di lisan dan di hati, golongan, yaitu pertama:Golongan yang
bodoh atau tidak mengetahui sesuatu menolak seluruh Sunnah, kedua: Golongan
(antonim kata al-‘irfan, dan tidak menerima yang menolak Sunnah kecuali apabila
apa saja yang tidak tergambarkan dalam Sunnah itu memiliki kesamaan dengan
hati).8 petunjuk al-Qur’an, ketiga: Golongan yang
Al-Askari membedakan antara makna menolak Sunnah yang berstatus ahad.
al-Inkar dan al-Juhdu. Kata al-Inkar Golongan ini hanya menerima Sunnah yang
terhadap sesuatu yang tersembunyi dan tidak berstatus mutawatir atau hadits mutawatir.13
disertai pengetahuan, sedangkan alJuhdu Ingkar Sunnah terbagi menjadi tiga
terhadap sesuatu yang nampak. Dan disertai bagian tersebut, golongan yang benar-benar
dengan pengetahuan.9 Dengan demikian bisa masuk dalam pengertian Ingkar Sunnah
jadi orang yang mengingkari Sunnah sebagai adalah golongan pertama (golongan yang
hujjah dikalangan orang yang tidak banyak menolak Sunnah secara keseluruhan).
pengetahuannya tentang ‘ulumul hadits. Sedangkan golongan kedua dan ketiga
Dari beberapa arti kata “ingkar” adalah golongan yang masih berpendapat
tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa ragu terhadap keberadaan dan kebenaran
ingkar secara etimologis diartikan menolak, Sunnah, antara mengakui atau menolak
tidak mengakui, dan tidak menerima sesuatu, keberadaan Sunnah.14
baik dzohir maupun batin atau lisan dan hati
yang di latar belakangi oleh faktor 3. Sejarah Ingkar Sunnah
ketidaktahuannya atau faktor lain, misalnya 1) Ingkar Sunnah Pada Masa Periode Klasik
karena malu mengungkapkan, kesombongan,
keyakinan dan lain-lain. Pertanda munculnya “Ingkar
Sedangkan secara terminologi, ada Sunnah” sudah ada sejak masa sahabat,
beberapa definisi Ingkar Sunnah yng sifatnya ketika Imran bin Hushain (w. 52 H) sedang
masih sederhana pembatasannya diantaranya mengajarkan hadits, ada kaum yang tidak
sebagai berikut. setuju kalau sunnah harus dikerjakan, tetapi
Pertama, Ingkar Sunnah merupakan cukup dengan mengerjakan al-Qur’an saja.
paham yang timbul dalam masyarakat islam Menanggapi pernyataan tersebut Imran
yang menolak Sunnah atau hadits sebagai menyatakan bahwa “kita tidak bisa
sumber ajaran agama Islam10 kedua setelah membicarakan ibadah (shalat, zakat, puasa,
alQur’an. ibadah haji dll) dengan segala syarat-
Kedua, Ingkar Sunnah adalah suatu syaratnya kecuali dengan petunjuk
faham yang timbul pada sebagian minoritas Rasulullah saw. Mendengar pernyataan
umat Islam yang tidak menerima dan tidak penjelasan tersebut, orang itu menyadari
mengakui dasar hukum Islam dari Sunnah kesalahpahamannya terhadap sunnah dan
sahih baik Sunnah praktis atau yang secara berterima kasih kepada Imran.
formal dikodifikasikan para ‘ulama, baik Sikap penampikan atau pengingkaran
secara totalitas mutawatir maupun ahad atau terhadap sunnah Rasul saw yang dilengkapi
sebagian saja, tanpa mengetahui alasan yang dengan argumen pengukuhan baru muncul
dapat diterima.11 pada penghujung abad ke-2 Hijriyah pada
Dari definisi diatas dapat dipahami awal masa Abbasiyah.
bahwa Ingkar Sunnah (hadits) adalah Di negara kita Indonesia, pada
sekelompok umat Islam yang tidak mengakui dasawarsa tujuh puluhan tiba-tiba muncul isu
atau menolak Sunnah (hadits) sebagai salah adanya sekelompok muslim yang
satu sumber ajaran Islam.12 Orang yang berpandangan tidak percaya terhadap Sunnah
8 12
Dr. Ahmad Umar Hasyim. Al-Sunnah al-Nabawiyah wa Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi H{adith,
Ulumuha. (t.tp.Maktabah Gharib.t.t.) (Surabaya: Sunan Ampel Press, 2011), 69.
13
9
Ibid., 28. Shuhudi Ismail, Metode Penelitian H{adith, (Jakarta: Bulan
10 Bintang, 1992), 8.
M. Agus Sholahudin, dkk., Ulumul Hadith, (Bandung: Pustaka 14
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi
Setia, 2009), 207.
11
H{adith,69.
Khon, Ulumul H}adith., 29.
Nabi Muhammad SAW. Dan tidak baik pula. Argumen kelompok yang menolak
menggunakannya sebagai sumber atau dasar hadits Ahad dan hanya menerima hadits
agama Islam. Pada saat akhir tahun tujuh Mutawatir. Untuk menguatkan pendapatnya,
puluhan, kelompok tersebut tampil secara mereka menyatakan ayat al-quran sebagai
terang-terangan menyebarkan pahamnya dalil yaitu, surat Yunus ayat 36:
dengan nama, misalnya, Jama’ah al-Islamiah ﻮﺍﻦ ﺍﻠﻈﻦ ﻻﻴﻐﻨﻰ ﻤﻦ ﺍﻠﺤﻖ ﺸﻴﺌﺎ
al-Huda, dan Jama’ah al-Qur’an dan Ingkar “…Sesungguhnya persangkaan itu
Sunnah, sama-sama hanya menggunakan al- tidak berfaedah sedikitpun terhadap
Qur’an sebagai petunjuk dalam kebenaran”.
melaksanakan agama Islam, baik dalam Berdasarkan ayat di atas, mereka
masalah akidah maupun hal-hal lainnya. berpendapat bahwa hadits Ahad tidak dapat
Mereka menolak dan mengingkari sunnah dijadikan hujjah atau pegangan dalam urusan
sebagai landasan agama. agama. Menurut kelompok ini, agama harus
Imam Syafi’i membagi mereka didasarkan pada dalil yang qath’I yang
kedalam tiga kelompok, yaitu : disepakati dan diyakini secara bersama
1. Golongan yang menolak seluruh kebenarannya. Oleh karena itu hanya al-
sunnah Nabi SAW Qur’an dan hadits mutawatir saja yang dapat
2. Golongan yang menolak sunnah, dijadikan sebagi hujjah atau sumber ajaran
kecuali bila sunnah memiliki Islam.
kesamaan dengan petunjuk Alquran
3. Mereka yang menolak sunnah yang 2) Ingkar Sunnah pada Periode
kualitas sunnahnya ahad dan hanya Modern (salah)
menerima sunnah yang bersetatus Pendapat sunnah ditolak muncul
Mutawatir kembali pada abad ke empat belas Hijriyah
Dilihat dari penolakan tersebut, maka setelah pada abad ke tiga pemikiran seperti
dapat disimpulkan bahwa kelompok pertama itu lenyap ditelan zaman. Mereka muncul
dan kedua pada hakekatnya memiliki dengan bentuk dan penampilan yang jauh
kesamaan pandangan bahwa mereka tidak berbeda dari inkar sunnah priode klasik, yang
menjadikan Sunnah sebagai hujjah. Para ahli mana kemunculan mereka lebih terpengaruh
ilmuan hadits menyebutkan kelompok ini pada pemikiran kolonialisme yang ingin
adalah sebagai kelompok Inkar Sunnah. menghancurkan dunia Islam. Inkar al-sunnah
masa ini muncul dalam bentuk golongan
Argumen kelompok yang menolak yang terorganisi yang mempunyai pemimpin
Sunnah secara totalitas. Begitu banyak alasan atau tokoh-tokoh dalam ajaran mereka, yang
yang dikemukakan oleh kelompok ini untuk mana tokoh-tokoh mereka menyebut dirinya
bias mendukung pendiriannya, baik dengan sebagai Mujtahid atau pembaharu. Bahkan
mengutip ayat-ayat al-Qur’an ataupun saat mereka mengetahui bahwa ajaran
alasan-alasan yang berdasarkan rasio. Dalil mereka salah mereka tidak lantas sadar
ayat al-Qur’an yang digunakan kaum mereka seperti inkar al-sunnah periode klasik, tetapi
sebagai alasan untuk menolak sunnah secara terus mempertahankan dan menyebarkan
total adalah surat an-Nahl ayat 89 : walaupun pemerintah setempat telah
ﻮﻨﺰﻠﻨﺎ ﻋﻠﻳﻚ ﺍﻠﮑﺘﺎﺏ ﺘﺑﻴﺎﻨﺎ ﻠﮑﻞ ﺸﺊ mengeluarkan larangan resmi atas ajaran
“Dan kami turunkan kepadamu al-Kitab (al- mereka.
Qur’an) untuk menjelaskan segala Menurut Mustafa Zami dalam buku
sesuatu….” yang ditulis Agus Solahudin menuturkan
Kemudian surat al-An’am ayat 38 bahwa Inkar As-Sunnah modern lahir di
yang berbunyi: Kairo, Mesir pada masa Syeikh Muhammad
.ﻤﺎﻓﺮﻄﻨﺎ ﻔﻰ ﺍﻠﺘﺎﺐ ﻤﻦ ﺷﺊ... Abduh (1266-1323H). Dengan kata lain
“…Tidaklah kami alpakan sesuatu pun dalam Dialah yang pertama kali melontarkan
al-Kitab…Menurut mereka kepada ayat gagasan Inkar As-Sunnah pada masa modern.
tersebut menunjukkan bahwa al-Qur’an telah Ada satu yang sangat menarik dari Syeikh
mencakup segala sesuatu yang berkenaan Muhammad Abduh bahwa ia mengingkari
dengan ketentuan agama, tanpa perlu eksistensi hadits ahad sebagai dalil
penjelasan dari al-Sunnah. Pendapat mereka ketauhidan. Namun masih menjadi
perintah untuk melaksanakan shalat lima perdebatan para ulama tentang apakah orang
waktu sudah terdapat dalam al-Qur’an, yang mengingkari hadits ahad sebagai dalil
misalnya surat al-Baqarah ayat 238, surat tauhid dapat dikatakan sebagai pengingkar
Hud ayat 114, al-Isyra’ ayat 78 dan lain-lain. sunnah (inkar as-sunnah) atau bukan.
Adapun alasan lain menyatakannya Majalah Almanar nomor 7 dan 12
bahwa al-Qur’an diturunkan dengan tahun IX memuat tulisan Thaufiq Shidqi
berbahasa Arab yang baik dan tentunya al- yang berjudul “Islam adalah Al-Qur’an itu
Qur’an tersebut akan dapat dipahami dengan sendiri”, ia menjelaskan bahwa Al-
Qur’an tidak membutuhkan sunnah.
Begitulah golongan Inkar As-Sunnah terus 5. Pengingkaran Orientalisme dan
menyebar ke berbagai belahan dunia dimana Sekutunya terhadap Sunnah Nabi
Islam berkembang sebagai wujud adanya a. “Agresi” Kolonial Belanda terhadap
kekuatan internal yang hendak melemahkan Sunnah
panji-panji kebesaran Islam, tak luputnya Di Indonesia, jika kita lacak
tanah air tercinta ini. perjalanan konspirasi dan pemelencengan
terhadap Sunnah khususnya dan terhadap
4. Daud Rasyid dan Fenomena Ingkar Islam umumnya, maka akan kita dapatkan
Sunnah di Indonesia bahwa kolonial Belanda merupakan otak di
Sebagai sumber ajaran Islam yang balik semua konspirasi yang keji tersebut.
kedua, sunnah menempati posisi yang sangat Kolonial Belanda, setelah diteliti, bukan
esensial. Olehnya tidak mengherankan jika hanya menghancurkan materi dengan
pelbagai kalangan yang tidak senang atas membunuh banyak nyawa pribumi,
perkembangan dan kemajuan Islam berupaya menghancurkan infrastruktur dan
dengan gigih untuk mencari-cari titik merampas harta akan tetapi juga
kelemahannya. Tujuan mereka adalah untuk mempunyai rencana yang matang untuk
menggoyahkan kepercayaan umat Islam menghancurkan agama mayoritas
sendiri terhadap sunnah. Hal ini dikarenakan penduduk pribumi yaitu Islam.16
bahwa jika sunnah dapat disingkirkan dari Salah satu cara yang ditempuh oleh
kehidupan umat Islam, maka secara otomatis kolonial Belanda dalam menghancurkan
Islam tidak akan dapat berdiri tegak, sebab Islam di Indonesia adalah dengan cara
mustahil mempraktekkan Islam tanpa sunnah menyusupkan Orientalis dalam kehidupan
Nabi.15 Begitu juga yang terjadi di tanah air, masyarakat pribumi dengan berbaur dan
karena Islam adalah mayoritas, berbagai menyamar sebagai muslim. Salah satu
golongan mencoba mengkritik dan tugas ini diemban oleh seorang Orientalis
menyerang kedudukan sunnah dalam ajaran Belanda bernama Snouck Hurgronje, ia
Islam. menyamar menjadi seorang muslim dan
Dalam kitabnya yang berjudul as-Sunnah merubah namanya dengan Abdul Ghoffar.
fi Indu nisiyya : baina Ansa riha wa Khusu Di antara pemikiran yang ditelurkan
miha , Daud Rasyid banyak menguak tentang oleh Snouck dalam buku karangannya
fenomena-fenomena sebagian kalangan baik “Perayaan Mekah” adalah bahwa Islam
dari akademisi atau orientalis yang hidup di tidak mendatangkan sesuatu yang baru
Indonesia yang mengingkari sumber ajaran bahkan dalam ritualnya sekalipun. Ia
Islam kedua tersebut. mencontohkan ritual dalam haji.
Pemberangkatan dari pemikirannya Sesungguhnya ritual haji, menurut
tentang fenomena ingkar sunnah di Indonesia Snouck, merupakan ritual yang sebelumnya
adalah ketika Daud Rasyid sedang dilakukan oleh agama Yahudi. Kata Ka’bah
menyelesaikan tugas akhir (disertasi) pada juga bukan merupakan bahasa arab
program doktornya di Universitas Kairo. melainkan berasal dari warisan masa
Judul disertasinya adalah “Juhud ‘Ulama ’ Jahiliyah. Sebagaimana ritual-ritual lain yang
Indunisiyya fi as-Sunnah”. Dan, buku berkenaan dengan pelaksanaan ibadah haji
karangannya yang berjudul as-Sunnah fi seperti tawaf di Ka’bah dan mengecup hajar
Indu nisiyya : baina Ansariha wa Khusu miha aswad diibaratkan oleh Snouck sebagai ritual
merupakan ringkasan dari disertasinya di yang berbau syirk (menyekutukan Tuhan).17
atas. Sebagai pakar hadis Daud Rasyid Di bagian lain dari bukunya, ia sengaja
merasa “gemas” dengan fenomena yang “menyerang” perawi-perawi hadis dan
terjadi di Indonesia dengan adanya indikasi mengatakan bahwa andil para ahli kitab yang
pemelencengan terhadap sunnah sebagai masuk Islam seperti Ka’b al-Ahbar dan
otoritas ajaran Islam kedua, baik sebagian Wahab bin Munabbih sangatlah signifikan
maupun keseluruhan. Menurutnya, fenomena dalam pengajaran Islam. Bahkan ia lebih
semacam ini menarik diangkat sebagai karya percaya apa yang diriwayatkan oleh para
ilmiah sekaligus harus diluruskan jika muallaf ahli kitab tersebut daripada yang apa
melenceng dari nilainilai kebenaran. Selain yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abbas.
itu, juga bahwa penelitian semacam ini Lebih parah lagi ia mengatakan bahwa
rasanya juga masih minim yang riwayat Ibnu Abbas adalah cacat dan terdapat
melakukannya. cela (majruh).
hlm. 31-32.
dalam Kitab kejadian (Genesis). Sedangkan laki-laki berkewajiban memberi
Bagaimana cerita sesungguhnya tentang keamanan dan rasa nyaman terhadap anak
penciptaan ini, menurut Riffaat dapat dan istrinya.
diungkapkan dengan pemanfaatan b. Hadis tersebut tidaklah
penelitian filologi. Selanjutnya Riffaat mendiskriditkan posisi wanita. Dan tidaklah
mengatakan bahwa hadis ini jelas-jelas hadis tersebut bertentangan antara nash Al-
bertentangan dengan teks Al-Qur’an Qur’an yang mengatakan manusia diciptakan
tentang penciptaan manusia dan sangatlah dengan bentuknya yang terbaik dengan nash
sesuai dengan teks Bibel. hadis yang mengatakan bahwa wanita
Oleh Daud Rasyid teks hadis ini diciptakan dari tulang rusuk. Yang dimaksud
dikritiknya dari dua sisi yaitu dari segi dengan ‘ahsanu taqwim’ adalah keindahan
sanad dan matannya. Dari segi matannya ia bentuknya setelah diciptakan. Sedang wanita
mengkritik: diciptakan dari tulang rusuk adalah bermakna
a. Bahwa dongeng tentang tulang keseimbangan antara dua jenis. Sehingga
rusuk itu bersumber dari kitab suci antara satu dan lainnya dapat
(Bibel32), hanya saja dalam teks hadis tersempurnakan. Sebab antara jenis satu dan
tersebut tidak disebut nama Adam. lainnya sangatlah membutuhkan.
b. Hadis tersebut terkesan c. Sedangkan mengenai adanya
mendiskriditkan posisi wanita yang justru kemiripan dengan apa yang terdapat dalam
tidak terdapat dalam Bibel. Bahkan jelas Bibel tidaklah masalah, sebab walaupun
bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an sebagian besar nash Bibel telah dilencengkan
yang mengatakan bahwa seluruh manusia akan tetapi bisa jadi nash tersebut yang
diciptakan dalam bentuk terbaiknya. selamat dari pelencengan. Dan nash tersebut
c. Sesungguhnya anjuran untuk bersumber dari Allah sebagaimana hadis
berbuat ramah terhadap perempuan tersebut juga berasal dari Allah. Dan tidaklah
sangatlah masuk akal, sebab wanita benar jika kisah penciptaan wanita itu
diciptakan dalam keadaan cacat. Maka merupakan dongeng. Sebab dongeng selalu
menjadikannya ia diperlakukan dengan berpindah dari generasi satu dengan yang
lembut, kasih sayang dan belas kasihan. lainya tanpa dilandasi dengan dalil.
Tapi, apakah bengkok yang tidak mungkin Dalam menyikapi kerancuan dan kritikan
dibenahi itu merupakan bentuk cacat bagi Riffa’at Hassan terhadap sanad tersebut,
wanita? Daud Rasyid mengatakan:34
d. Sesungguhnya wasiat untuk a. Pencelaan terhadap Abu Hurairah
berbuat lembut, belas kasihan terhadap oleh Abu Hanifah tidaklah benar dan
wanita merupakan bentuk dari pelecehan bohong belaka. Ini dibuktikan bahwa Abu
kemanusiaan seorang wanita. Hanifah banyak menerima hadis-hadis
Sebelum mengcounter balik pemikiran yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.
Riffa’at Hassan, Daud Rasyid mengatakan b. Mengenai daifnya hadis yang
bahwa sesungguhnya ia merupakan tokoh rawinya tidak adil. Bukankah semua
yang paling sengit dan menyerang hadis- sahabat itu adil? Dan tidaklah benar kalau
hadis feminim secara umum. Selanjutnya ia dikatakan bahwa pada abad pertama
menjawab kerancuan pemikirannya tersebut merupakan ciri khas kritik sanad. Sebab
mengenai matannya:33 sanad sendiri diadakan setelah terjadinya
a. Selayaknya kita memahami bahwa fitnah kubro.24
sikap Islam terhadap wanita tidak bisa hanya Demikianlah sebagian kerancuan dan
diambil dari satu hadis atau dua hadis. Akan sekaligus jawaban terhadapnya yang terdapat
tetapi harus diambil dari nash-nash Al- dalam jurnal ‘Ulumul Qur’an tersebut.
Qur’an secara umum kemudian dari
globalnya hadis dan praktek rasulullah 7. Pergerakan Ingkar Sunnah di
sendiri dalam masyarakat. Sesungguhnya Indonesia
Islam sangatlah memulyakan perempuan Daud Rasyid mencoba
dengan memposisikan wanita sesuai dengan mengklasifikasikan fenomena
posisi dan tanggungjawabnya. Di antaranya pengingkaran sunnah oleh sebagian
mendidik dan memelihara sang anak. golongan menjadi tiga varian. Pertama,
tulang rusuk yang diambil Tuhan dan Adam itu, 34 Ibid., 142. 24 Ibid., 144.