Anda di halaman 1dari 21

BAHAN AJAR/MODUL

TEKNIK DAN BISNIS SEPEDA MOTOR


KELAS XI / SEMESTER 2

Penyusun :

Hanindar Hyan Alamdaru, S.Pd

TEKNIK KENDARAAN RINGAN OTOMOTIF


SMK
2018

1
DESKRIPSI MATA PELAJARAN

A. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar


Kompetensi Inti
KI (3): Memahami, menerapkan, menganalisis, dan Mendiagnosis
pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif
sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Teknik dan bisnis sepeda
motor pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari
keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional,
dan internasional.
KI (4): Melaksanakan tugas dengan menggunakan alat, informasi, dan
prosedur kerja yang lazim dilakukan dan menyelesaikan masalah
sederhana sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Teknik dan bisnis
sepeda motor Menampilkan kinerja mandiri dengan pengawasan
langsung atasan berdasarkan mutu dan kuantitas terukur sesuai
standar kompetensi kerja dan dapat diberi tugas membimbing orang
lain.

B. Kompetensi Dasar
3.8 Memahami prinsip kerja sistem transmisi otomatis.
4.8 Merawat secara berkala pada sistem transmisi otomatis.

Indikator Pencapaian Kompetensi


3.8.1. Menjelaskan pengertian sistem transmisi otomatis.
3.8.2. Mengidentifikasi fungsi komponen sistem transmisi otomatis.
3.8.3. Menerangkan prinsip kerja sistem transmisi otomatis.
3.8.4. Memahami prosedur perawatan sistem transmisi otomatis.
4.8.1 Menerapkan prosedur perawatan berkala sistem transmisi otomatis.
4.8.2 Melakukan perawatan berkala sistem transmisi otomatis

Tujuan Pembelajaran

Setelah berdiskusi, menggali informasi, melakukan observasi dan praktik,


peserta didik akan dapat :
a. Menjelaskan pengertian sistem transmisi otomatis.
b. Mengidentifikasi fungsi komponen sistem transmisi otomatis.
c. Menerangkan prinsip kerja sistem transmisi otomatis.
d. Memahami prosedur perawatan berkala sistem transmisi otomatis.
e. Menerapkan prosedur perawatan berkala sistem transmisi otomatis.
f. Melakukan perawatan berkala sistem transmisi otomatis.

2
BAB I
MEMAHAMI PRINSIP KERJA SISTEM TRANSMISI OTOMATIS

A. Deskripsi Singkat
Sepeda motor berjalan dengan memanfaatkan pembakaran bahan bakar di
dalam mesin yang disalurkan ke roda belakang. Sebelum energi gerak mesin
disalurkan ke roda belakang, energi gerak akan diatur terlebih dahulu besar kecil
putarannya oleh suatu perangkat yang dinamakan transmisi. Dalam sepeda motor
transmisi dibagi menjadi dua jenis yaitu transmisi manual dan transmisi otomatis.
Transmisi otomatis adalah mekanisme otomatis yang mengubah daya
mesin melalui perbandingan gigi tanpa kejutan dengan tidak adanya pergantian
gigi. Transmisi otomatis mengubah perbandingan gigi melalui perbandingan
diameter puli yang akan berubah-ubah tergantung pada setiap kecepatan mesin.
Kegiatan memahami prinsip kerja sistem transmisi otomatis termasuk
dalam kompetensi dasar tingkat kognitif yang harus dicapai dengan baik oleh
peserta didik. Dalam rangkaian memahami prinsip kerja transmisi otomatis,
peserta didik akan diarahkan untuk menjelaskan pengertian transmisi otomatis,
lalu peserta didik diminta untuk mengidentifikasi fungsi komponen, selanjutnya
peserta didik diharap dapat mendemonstrasikan prinsip kerja transmisi otomatis.
Kegiatan tersebut akan dilakukan melalui diskusi dan penggalian informasi.

B. Tujuan Pembelajaran
Dalam tingkat kognitif peserta didik dituntut untuk mampu mencapai
kompetensi dasar memahami prinsip kerja sistem transmisi otomatis, yang mana
akan dilakukan melalui kegiatan diskusi dan penggalian informasi sesuai dengan
manual book dengan indikator pencapaian kompetensi:
3.8.1 Menjelaskan pengertian sistem transmisi otomatis
3.8.2 Mengidentifikasi fungsi komponen sistem transmisi otomatis
3.8.3 Menerangkan prinsip kerja sistem transmisi otomatis
3.8.4 Menentukan prosedur perawatan sistem transmisi otomatis

3
C. Uraian Materi
1. Pengertian Sistem Transmisi Otomatis
Sistem transmisi otomatis atau lebih dikenal sebagai CVT (Continously
Variable Transmission) adalah suatu sistem penyalur tenaga secara otomatis
dengan bantuan gaya sentrifugal dan gaya dorong yang disebabkan oleh
putaran. Transmisi otomatis bekerja melalui 2 buah puli, yang mana akan
menggerakkan v belt. Semakin kecil diameter puli maka akan membentuk
jarak semakin lebar, dan sebaliknya semakin besar diameter puli maka akan
membentuk jarak semakin sempit. Jarak yaitu celah yang terdapat pada sela-
sela puli primer yaitu penyalur putaran dari poros engkol, melalui v belt akan
diteruskan ke puli sekunder menuju ke poros roda belakang.
Keunggulan transmisi otomatis dalam penggunaannya pada sepeda
motor antara lain dapat menyalurkan daya dari mesin ke roda belakang
dengan berkesinambungan tanpa adanya pemutusan daya. Hal tersebut
disebabkan karena perubahan diameter puli pada setiap kecepatan
mengakibatkan rasio yang juga berubah secara berkesinambungan. Sehingga
transmisi otomatis menghasilkan perbandingan reduksi serta perubahan torsi
secara otomatis melalui perbandingan rasio yang tepat. F

E ④
C
② G

D ⑤
B ③

H

I
A①
J

Gambar 1.1 Sistem transmisi otomatis

4
Keterangan:
A = Poros engkol F = Drive gear shaft
B = Puli tetap primer G = Rumah kopling
C = Weight roller H = Kopling sentrifugal
D = Puli tetap sekunder I = V belt
E = Puli bergerak sekunder J = Puli bergerak primer

2. Komponen-Komponen Sistem Transmisi Otomatis


a. Puli Primer

Cam
Puli bergerak primer

Weight
roller
Collar

Puli tetap primer

Gambar 2.1 Puli Primer

Puli primer berfungsi sebagai penyalur putaran dari poros engkol dengan
v belt ke puli sekunder. Pada puli primer terdapat komponen puli tetap primer,
puli bergerak primer, collar, weight roller, cam, dan slider. Berikut adalah
penjelasannya:
1) Puli Tetap Primer
Yaitu bagian dari puli primer yang berbentuk piringan tetapi tidak
bergerak atau diam. Fixed sheave sering juga disebut dengan nama “F”
Sheave. Fixed sheave merupakan bagian puli primer yang terkopel menjadi
satu dengan collar dan dihubungkan dari poros engkol.

5
Gambar 2.2 Puli Tetap Primer
2) Puli Bergerak Primer
Yaitu bagian puli utama yang berbentuk piringan seperti halnya pada
fixed sheave, tetapi pada sliding sheave ini dapat bergerak. Sliding sheave
sering juga disebut dengan nama “S” sheave. Sliding sheave merupakan
bagian drive pulley yang terletak pada collar.

Gambar 2.3 Puli Bergerak Primer


3) Slider (Slide Pieces)
Slider berfungsi untuk melancarkan gerak dari cam pada saat mesin
bekerja. Komponen ini dipasang diantara bagian metal pada cam untuk
mengurangi keausan serta meredam suara benturan.

Gambar 2.4 Slider


4) Collar (Movable Drive Boss)

6
Gambar 2.5 Collar
Merupakan bagian dari puli primer yang menghubungkan antara
poros engkol dengan puli primer itu sendiri. Pada bagian ini berhubungan
langsung dengan v belt. Fungsi dari collar yaitu menyalurkan putaran dari
poros engkol ke puli primer, untuk menggerakan v belt dan akan
diteruskan ke puli sekunder. Pada movable drive boss ini terkopel dengan
puli tetap primer, dan terdapat pula puli bergerak primer yang bergerak
pada collar tersebut.
5) Cam (Ramp Plate)
Cam merupakan salah satu bagian puli primer yang kedudukannya
tetap dan berhubungan langsung dengan poros engkol seperti halnya
collar. Tetapi pada cam tidak bersinggungan langsung dengan v belt.
Komponen cam difungsikan sebagai tempat bergeraknya weight roller yang
dibantu dengan slider. Bagian tengah dari cam ditahan oleh poros engkol
dan collar. Cam berputar bersama poros engkol.

Gambar 2.6 Cam


6) Weight Roller
Merupakan bagian pada puli primer yang berfungsi untuk
menggerakan puli bergerak primer, sehingga akan menekan v belt keluar
melalui pemberat (roller weight). Hal ini disebabkan karena adanya gaya
sentrifugal.

7
Gambar 2.7 Weight Roller

b. Puli Sekunder
Puli sekunder berfungsi sebagai penyalur putaran dari v belt menuju ke
poros roda belakang. Pada puli sekunder terdiri dari komponen puli tetap
sekunder, puli bergerak sekunder, torsi cam, kopling sentrifugal, dan rumah
kopling. Adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut:

Torsi cam Kopling


sentrifugal

Rumah kopling

Puli tetap sekunder

Puli bergerak sekunder

Gambar 2.8 Puli Sekunder


1) Puli Tetap Sekunder
Komponen ini adalah komponen yang tidak bergerak, sama seperti
puli tetap pada primer. Namun terdapat perbedaan yaitu bentuknya yang
menyerupai piringan yang mana ditengahnya terdapat poros.

8
Gambar 2.9 Puli Tetap Sekunder
2) Puli Bergerak Sekunder
Komponen ini adalah komponen yang bergerak, sama seperti puli
bergerak pada primer. Namun terdapat perbedaan yaitu pada sistem kerja
sliding yang menekan v belt yang mana dilakukan berdasarkan tekanan
pegas.

Gambar 2.10 Puli Bergerak Sekunder


3) Torsi Cam
Torsi cam adalah komponen yang terdapat pada puli sekunder.
Komponen ini berfungsi untuk menaikkan torsi roda belakang pada saat
sepeda motor mendaki, atau membutuhkan akselerasi spontan dengan
menggeser puli bergerak sekunder.

Gambar 2.11 Torsi Cam


4) Kopling Sentrifugal
Berfungsi untuk menghubungkan tenaga dari mesin ke roda
belakang, dengan cara kerja dari gaya sentrifugal yang disebabkan putaran
mesin, akan melemparkan sepatu kopling dan terhubung dengan rumah
kopling. Lalu rumah kopling memutarkan roda belakang melalui reduction
gear.

9
Gambar 2.12 Kopling Sentrifugal

5) Rumah Kopling

Gambar 2.13 Rumah Kopling


Rumah kopling merupakan bagian dari puli sekunder. Rumah kopling
akan terkopel dengan poros roda belakang ketika sepatu kopling telah
terdorong akibat gaya sentrifugal. Pada saat putaran langsam kopling
sentrifugal terlepas dari rumah kopling sehingga putaran mesin tidak
diteruskan ke poros roda belakang.
a). V belt

Gambar 2.14 V belt

10
Berfungsi sebagai penyalur putaran dari puli primer menuju ke puli
sekunder. Terbuat dari karet sintetis dan mengandung fiber sehingga
tahan terhadap perentangan, pelenturan, dan kompressi lateral.
Mekanisme v belt tersimpan dalam ruangan yang dilengkapi dengan
sistem pendinginan yang terdapat pada rumah v belt. Sistem pendingin
melalui aliran urdara berfungsi untuk mengurangi temperatur panas
yang timbul karena adanya gesekan sehingga usia penggunaan v belt
dapat lebih tahan lama.

b). Roda Gigi Reduksi

Gambar 2.13 Roda Gigi Reduksi


Berfungsi untuk memperbesar momen putar dengan cara
memperlambat putaran dari drive shaft yang kemudian keluar menuju
final gear shaft, yang berhubungan dengan roda belakang. Gigi reduksi
diperlukan untuk menghasilkan total perbandingan yang ideal antara
poros engkol dan roda belakang. Pelumasan pada komponen roda gigi
reduksi terpisah dengan pelumasan engine.
3. Prinsip Kerja Sistem Transmisi Otomatis
Saat putaran bawah atau stasioner, diameter yang dibentuk puli primer
lebih kecil dibanding puli sekunder sehingga terjadi rasio gigi yang ringan.
Saat putaran menengah diameter puli primer membentuk lingkaran yang
sama besar dengan puli sekunder. Hal ini terjadi karena gaya sentrifugal
menyebabkan kedua dinding puli primer semakin sempit. Posisi ini akan
terus berkesinambungan seiring putaran mesin yang semakin meningkat
sehingga saat putaran atas diameter yang dibentuk puli primer lebih besar
daripada puli sekunder. Berikut adalah penjelasan cara kerja transmisi
otomatis pada setiap putaran:

11
a. Putaran Stasioner

Gambar 3.1 Transmisi Putaran Stasioner


Pada kondisi putaran stasioner gaya sentrifugal yang terjadi pada kopling
sentrifugal lebih kecil dari gaya per penarik, sehingga tidak cukup tenaga bagi
sepatu kopling untuk menggerakkan rumah kopling.
b. Putaran Rendah

Gambar 3.2 Transmisi Putaran Rendah


Pada posisi kecepatan rendah ketika mesin mulai berjalan, kopling
sentrifugal menyentuh rumah kopling karena gaya sentrifugal yang terjadi
lebih besar dari per penarik. Kopling sentrifugal mulai mengembang dari
putaran 2.550 ke 2.950 rpm. Lalu kopling akan terkopel penuh pada putaran
4.700 ke 5.300 rpm. Pada kondisi ini v belt dibagian puli primer pada posisi
diameter dalam (kecil) dan dibagian puli sekunder pada posisi luar (besar)
sehingga menghasilkan perbandingan putaran/ torsi yang menyebabkan roda
belakang berputar.

12
Gambar 3.3 Mekanisme Transmisi Kecepatan Rendah
c. Putaran Menengah

Gambar 3.4 Transmisi Putaran Menengah


Pada saat putaran bertambah, pemberat pada puli primer mulai bergerak
keluar karena gaya sentrifugal dan menekan puli bergerak primer ke arah puli
tetap primer. Lalu akan v belt tertekan ke lingkaran luar dari puli primer
sehingga menjadikan diameter puli primer membesar dan menarik puli
sekunder ke diameter yang lebih kecil. Akhirnya diameter puli primer
membesar dan diameter puli sekunder mengecil, sehingga diameter puli
menjadi sama besar dan pada akhirnya putaran dan kecepatan juga berubah
menjadi bertambah cepat.

13
Gambar 3.5 Mekanisme Transmisi Putaran Menengah
d. Putaran Atas

Gambar 3.6 Transmisi Putaran Atas


Jika putaran mesin lebih tinggi lagi dibandingkan putaran menengah maka
gaya sentrifugal untuk mendorong weight roller keluar semakin bertambah.
Sehingga semakin menekan V- belt kebagian sisi luar dari puli primer yang
menyebabkan diameter puli primer bertambah, dan diameter puli sekunder
semakin mengecil karena puli bergerak sekunder semakin melebar.
Selanjutnya akan menghasilkan perbandingan putaran yang semakin tinggi.

Gambar 3.7 Mekanisme Transmisi Putaran Atas

14
e. Kopling Sentrifugal
Sewaktu kecepatan perputaran dari puli primer meningkat, gaya sentrifugal
yang terjadi pada kopling sentrifugal membesar, sehingga sepatu kopling
mengembang karena gaya yang terjadi lebih besar dari per penarik, dan
selanjutnya terjadi kontak dengan rumah kopling sehingga timbulah gesekan.
Gaya gesekan ini menyebabkan rumah kopling ikut berputar dan meneruskan
daya mesin ke drive shaft yang berhubungan melalui spline.

Gambar 3.8 Mekanisme Kopling Sentrifugal


f. Torsi Cam
Cam penambah torsi/ torsi cam dapat membuat sliding sheave/ piringan yang
dapat bergeser secara otomatis bekerja jika torsi/ gaya putar mesin yang
besar diperlukan. Misalkan pada kondisi mendaki atau penambahan
kecepatan.

(
A 3.9 Torsi Cam Kondisi Normal
Gambar
)

15
Pada gambar 3.9 menjelaskan pada pengoperasian kondisi normal.
Apabila jalan mendaki atau penambahan percepatan beban roda belakang
akan bertambah berat maka puli bergerak sekunder yang dapat bergeser
pada puli sekunder akan tergeser ke depan disebabkan adanya alur
torsi cam yang mengarahkan ke dalam sehingga diameter puli sekunder
akan membesar dan torsi roda belakang akan bertambah besar (seperti pada
gambar 3.10).

Gambar 3.10 Torsi Cam Kondisi Bahan


g. Roda Gigi Reduksi
Pada saat mesin di hidup dan throttle valve dibuka sedikit demi sedikit maka
mengakibatkan perubahan putaran dari poros engkol dan putaran poros
engkol di teruskan ke dalam puli primer. Lalu puli primer dihubungkan
dihubungkan dengan puli sekunder melalui v belt, selanjutnya putaran
diteruskan ke counter shaft. Putaran dari counter shaft kemudian diteruskan
menuju ke counter gear. Selanjutnya putaran dari counter gear akan
memutar final gear shaft yang mana terhubung langsung dengan roda
belakang.

Gambar 3.11 Mekanisme Roda Gigi Reduksi

16
4. Perawatan Sistem Transmisi Otomatis
Perawatan ini merupakan perawatan yang digunakan untuk mencegah dari
komponen pada motor agar tidak mengalami rusak, agar fungsi dari
komponen tersebut jadi lebih lama
1) Sistem pelumasan sistem CVT
Pelumasan di sistem CCT tidak kalah pentingnya. Hal ini dapat kita
lihat pada salah satu komponen pada sistem CVT, misalnya pada vbelt, hal
ini dilakukan agar umurnya lebih lama dan hasil dari kerja vbelt dapat
optimal. Pada sistem pelumasan CVT ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
pelumasan tipe basah dan pelumasan tipe kering biasanya untuk digunakan
pada bagian sliding.
a) Pelumasan basah pada bagian-bagian puli sekunder, poros dan bearing
b) Pelumasan kering pada bagian roller dan sliding bos

Pelumasan yang diperlukan untuk puli primer


- Sliding sheave primer
- Collar

Gambar 4.1 Titik pelumasan pada sliding sheave primer


Oleskan gemuk pada sliding sheave primer pada bagian diameter
dalam. Gemuk yang disarankan adalah shell sunlight 3 grease.
Yang perlu diperhatikan dalam pelumasan jangan sampai gemuk
menyentuh permukaan puli, jika puli mengandung gemuk harus
dibersihkan dengan alkohol.

17
Pelumasan yang diperlukan untuk puli sekunder
- Fixed sheave sekunder
- Sliding sheave sekunder
- Bearing

Gambar 4.2 Titik pelumasan pada Puli sekunder


Jangan sampai gemuk menyentuh permukaan puli. Jika terdapat gemuk
atau oli, bersihkan dengan alkohol

- Guide pin groove


- O ring

Gambar 4.3 Titik pelumasan pada Puli bergerak sekunder


Pelumasan yang dianjurkan adalah shell Dolium grease R

Pelumasan yang diperlukan untuk vbelt


Sebaiknya penggantian vbelt setiap motor menempuh jarak 20.000
km. Adapun cara lainnya yaitu dengan membuka CVT 1 bulan sekali dan
lakukan pembersihan, hal ini mencegah penumpukan debu dan bertujuan
agar memperpanjang seal karena terhindar dari debu. Adakalanya untuk
sesekali disemprot dengan fan belt spray. Periksa CVT dan periksa vbelt.

18
Cara pemeriksaan vbelt menggunakan alat pemeriksa vbelt

Gambar 4.4 Vbelt kondisi baik


Pada saat alat pemeriksa vbelt ditekan pada vbelt seperti pada
gambar di atas, harus ada kelebihan dari vbelt (lebih dari 0mm) antara
vbelt bagian bawah dan bagian bawah alat pemeriksa vbelt

Gambar 4.5 Vbelt kondisi jelek


Jika tidak ada kelebihan antara bagian bawah vbelt dan bagian
bawah alat pemeriksa vbelt seperti pada gambar, vbelt sebaiknya diganti
Jika bagian bawah alat pemeriksa sudah rata dengan vbelt bagian
bawah menandakan vbelt telah aus.

Penggantian oli gear


Penggantian oli gear harus terlebih dahulu menjalankan sepeda motor
untuk beberapa saat, selanjutnya matikan dan buka baut penguras oli
gear. Penggantian ini dilakukan setiap 1000km. Untuk penggantian
pertama dilakuakn setelah menempuh jarak 500km

19
Pemberian gemuk
Collar pada primary sheave
Jika tidak ada pelumasan, akselerasi tidak halus karena gerakan
penyesuaian pada primary sheave tidak bekerja dengan baik
1. Lumas gemuk pada permukaan collar
2. Bersihkan primary ficed sheave dari gemik yang berlebih

Guide pin pada secondary sheave


Jika tidak ada pelumasan, akselerasi tidak halus begitu juga pada saat
motor bergerak memanjat karena secondary sheave tidak bekerja dengan
baik dan pin guide dan alur pin guide terjadi keausan
1. Lumasi gemuk di sekitra pin guide
2. Pasangkan pin guide pada collar dari secondary sheave
3. Bersihkan secondary sheave dari gemuk berlebih

D. Rangkuman
Sistem transmisi otomatis atau CVT terdiri dari beberapa komponen utama
yaitu puli primer, puli sekunder, v belt, dan roda gigi reduksi. Dalam puli primer
terdapat komponen puli tetap primer, puli bergerak primer, slider, collar, cam, dan
roller. Dalam puli sekunder terdapat komponen puli tetap sekunder, puli bergerak
sekunder, torsi cam, kopling sentrifugal, dan rumah kopling.
Prinsip kerja transmisi otomatis adalah perubahan diameter yang terjadi
pada puli primer dan puli sekunder akibat dari putaran mesin yang menyebabkan
terjadinya gaya sentrifugal yang mendorong komponen weight roller dan sepatu
kopling. Pada kondisi stasioner sepatu kopling belum menyentuh rumah kopling
karena gaya sentrifugal per penarik lebih besar. Pada kecepatan terjadi gaya
sentrifugal pada sepatu kopling, yang menyebabkan diameter puli sekunder lebih
besar. Pada kecepatan menengah gaya sentrifugal terjadi pada weight roller
sehingga mendorong puli bergerak primer keluar, yang menyebabkan diameter
puli primer sama dengan puli sekunder. Pada kecepatan tinggi gaya sentrifugal
yang mendorong weight roller semakin membesar sehingga kedudukannya berada
pada ujung cam yang mendorong puli bergeak primer semakin keluar, yang
menyebabkan diameter puli primer lebih besar dari puli sekunder.

20
E. Latihan Soal
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan transmisi otomatis!
2. Jelaskan nama dan fungsi komponen berikut ini!

3. Jelaskan nama dan fungsi komponen berikut ini!

4. Jelaskan cara kerja dari transmisi otomatis pada kecepatan rendah!


5. Jelaskan cara kerja torsi cam ketika sepeda motor mendapatkan beban berat!

F. Daftar Pustaka
Anonim. Sistem Transmisi Otomatis (V-Matic). Jakarta: Astra Honda Training Centre
Jama, J dkk. 2008. Teknik Sepeda Motor Jilid 3. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan.
Novriza. 2012. Memperbaiki Transmisi. Medan: Creatacom.
Singh, Ranjet K.K.S. (2013). Tugas Akhir Sistem Kopling Continously Variable
Transmission (CVT) Roda Penggerak Honda Vario.

21

Anda mungkin juga menyukai