Anda di halaman 1dari 33

Menuju

Sound Hearing 2030

KOMNAS & KOMDA

TULI
KONGENITAL

Dr.Damayanti Soetjipto
Sp.THT-KL(K)
Komite PGPKT Nasional
Komite Penanggulangan Gangguan Pendengaran
dan Ketulian Nasional
PENDAHULUAN
Apakah
TULI KONGENITAL
 Tuli berat sampai sangat berat
yang terjadi SEJAK LAHIR
 Bila tidak ditangani, akan
terjadi gangguan bicara dan
bahasa sehingga tidak bisa
berkomunikasi (dulu disebut
BISU TULI)
 Sekarang dikenal sebagai ANAK TUNA
TUNA RUNGU WICARA RUNGU yang
ditangani dengan
 Memerlukan pemeriksaan dan baik bisa
penanganan khusus, SERTA mempunyai masa
PENDIDIKAN KHUSUS SLB-B depan gemilang. 1
Kondisi bisa
ditolong,
bila dilakukan
DETEKSI DINI
Tuli kongenital/ &
Tunarungu INTERVENSI
DINI
Dampaknya sangat berat Intervensi
sehingga merupakan Dini
masalah anak yang serius Deteksi Dini
karena akan menyebabkan
 Gangguan perkembangan
bicara, berbahasa dan
berkomunikasi Pemr. OAE
 Dengan akibat luas yaitu
terjadi gangguan masalah
pendidikan, sosial ekonomi
dan kesempatan kerja
 Kualitas hidup rendah Cara sederhana
dg. Refleks Moro Operasi Implan
2 Kohlea
Bayi Lahir Tuli Tanpa /Dengan
Pertolongan Cepat & Tepat
Di Negara maju (Sininger, USA, 2002)
 0,1 - 0,3 % kelahiran hidup
 Umumnya diketahui pada usia 18-24 bulan
 50% tanpa faktor risiko terhadap ketulian

Di INDONESIA
 Survai Depkes 7 Provinsi (1994–1996), angka
kekerapan di Indonesia 0,1 -0,2%
 Dg angka kelahiran 0,22% dan jumlah
penduduk 267 Juta*
Akan ada + 8,500 BAYI LAHIR TULI /Thn.
*Badan Pusat Statistik, data 2018 3
TERJADI GANGGUAN
PERKEMBANGAN
PALING
GAWAT, jika
!! KOGNITIF, PSIKOLOGI,
SOSIAL dg.akibat :
tidak ditolong  Gangguan PROSES BICARA
 Gangguan perkembangan
kemampuan BERBAHASA
 Gangguan KOMUNIKASI
 Gangguan proses BELAJAR
dan PERKEMBANGAN
KEPANDAIAN
Menjadi SDM RENDAH yang kurang mandiri,
tidak mampu bersosialisasi, menjadi beban
Keluarga, Masyarakat dan Negara !! 5
Bagaimana
JIKA DIKETAHUI Mengetahui UJI PENDENGARAN
SEJAK DINI? SETIAP BAYI BARU
SEJAK DINI !!
LAHIR (UNHS*)
 Yaitu SEBELUM ANAK *Program Universal Neonatal
BERUSIA 3 BULAN (Pada Hearing Screening

usia ini harus sudah diketahui


adanya gangguan
pendengaran)
 HABILITASI PENDENGARAN
sudah dapat dimulai pada usia
6 BULAN
 Sehingga ANAK tidak terlambat
BICARA  anak dapat BICARA
NORMAL !
Pemeriksaan pendengaran bayi
dg.alat OAE (Oto Acoustic
Emission)
6
KETULIAN KONGENITAL
Cara Deteksi Dini
• ANAMNESA (melalui
orang tua) mengenai
reaksi dengarnya,
perkembangan bicaranya
dan tumbuh kembang
umumnya
TES REAKSI DENGAR
SEDERHANA (Refleks Moro,
reaksi wajah, berhenti
menyusu dll)
SKRINING OAE
TES OBJEKTIF AABR dll.
7
• Perkembangan bahasa
SANGAT pesat di tahun
pertama kehidupan, lalu
pesat sp. usia tiga tahun BUKTI:
• Disebut masa PLASTISITAS •ABD/alat bantu
otak, atau masa emas dengar diberikan pada
dimana sel2 bisa tumbuh & anak tuli sebelum usia
berkembang bila mendapat 1-3 tahun, akan
rangsangan bunyi melalui MAMPU bicara dan
penanganan yang tepat komunikasi lebih baik
•ABD diberikan pada
• Lewat masa ini tidak ada anak 6 th manfaat
perkembangan sel
8
Apakah alat OAE dan
bagaimana
pemeriksaannya ?
 Alat OAE dapat memeriksa
pendengaran bayi secara
obyektif (bisa sejak berusia  Tanpa pemeriksaan OAE,
baru lahir). ANAK TULI KONGENITAL
 Caranya: Ujung (probe) alat umumnya baru diketahui
OAE ditempelkan ke liang setelah usia 2-3 th
telinga bayi, aman, tidak  Upaya PEMULIHAN
menyakiti, mudah singkat (2- pendengaran yang
5 menit), akurat dan relatif OPTIMAL  TERLAMBAT
murah.
 Dengan dampak
 Bayi dalam keadaan tidur
kemampuan BICARA
/tenang setelah menyusui. kurang sempurna 9
10
SARAF & SENTRA
PENDENGARAN
di OTAK perlu
dirangsang dg.suara /
bunyi sejak DINI, agar
bayi MENDENGAR +
MENGENALI bunyi,
memori ini disimpan di
sentra pendengaran
 Hal ini merangsang
perkembangan &
kematangan sentra
10 pendengaran di otak
Jika terlambat mis. ABD
dipasang setelah anak besar 
maka anak bisa mendengar
bunyi tetapi tidak mengenali
bunyi / kemampuan kognitif (-)
 Karena tidak terjadi
proses perkembangan &
kematangan di otak.
-TANPA RANGSANGAN, terjadi
atrofi saraf & sentra pendeng-
aran  upaya pemulihan
pendengaran terganggu,
Terjadi GANGGUAN BICARA
MENETAP.
DIPERLUKAN PROSES
KOGNITIF

Mengenali
SUARA IBU GELAS
PECAH

Untuk kematangan KLAKSON


sentra pendengaran
di otak
Sejak DINI bayi /
anak harus
mendengar &
mengenali bunyi Suara anggota
keluarga

SUARA
binatang

12
Belajar Mengenal Bunyi (Kognitif )
Pasca Operasi Implan Kohlea

AVT (Audioverbal Therapy)


AGAR BISA MENGENAL BUNYI
SEJAK DINI
MakaIDENTIFIKASI DINI TULI
KONGENITAL SANGAT
Pemr OAE pd PENTING
Bayi Baru Lahir RUJUKAN CEPAT TEPAT

Lanjut dg. HABILITASI DINI &


TEPAT  Upaya ini
MENYELAMATKAN ANAK,
sehingga anak dapat:
 Mendengar &
Mengenali bunyi
(menyimpan di otak)
Dengan ABD dini,  Bicara,
Belajar dan Jadi sarjana!
anak dpt mendengar &
mengenali suara gitar
punya MASA DEPAN normal
(masuk sekolah normal) 13
Anjuran
SOUND
WHO & HEARING 2030
Anjuran WHO: UNHS
(Universal Neonatal Hearing Screening)
Mengingat Dampak
Negara Asia Tenggara harus
TULI KONGENITAL melaksanakan skrining semua
berat & luas bayi lahir
KEJADIAN Mengapa SEMUA BAYI LAHIR ?
TULI KONGENITAL 50% Bayi lahir tuli berasal dari
HARUS orang tua normal/ tidak ada
DITURUNKAN faktor risiko
Melalui OAE, mudah, non invasif, oleh
KERJASAMA perawat dilatih.
BERBAGAI -Jika hasil REFER, lakukan
DISIPLIN ILMU
Evaluasi lengkap Audiologis &
16 *Oto-Acoustic Emission Klinis.
?
Diawali dg. Evaluasi
lengkap AUDIOLOGIS &
KLINIS dilaksanakan Pemr.AABR
sampai anak umur 3 bulan

Dilanjutkan Intervensi
(pakai ABD) sebelum anak umur
Pakai Implan
6 bulan. agar proses kognitif & Bayi pakai ABD Kohlea
bicara bisa berkembang seperti
ANAK NORMAL ABD

15
Apa yg harus dilakukan ?
SKRINING Menuju *UNHS
PENDENGARAN 1. Skrining semua bayi
DETEKSI DINI lahir
NTB
Aceh
EVALUASI DINI
AUDIOLOGIK
& KLINIK Sulsel
Gorontalo Jabar

HABILITASI DINI
Papua Barat
17
*Universal Neonatal Hearing Screening
Apa yg harus dilakukan ?
Menuju *UNHS
SKRINING 1. Skrining semua bayi lahir
PENDENGARAN 2. Pelatihan Bidan (+ dokter
DETEKSI DINI Pkmas, Perawat) Deteksi Dini
Bayi Lahir Tuli dg Alat OAE
+ Rujukan Cepat Tepat
EVALUASI DINI
AUDIOLOGIK
& KLINIK

HABILITASI DINI
MIDWIFE, PHC DOCTORS, NURSE
BIDAN, PUSKESMAS, PERAWAT
17
Apa yg harus dilakukan ?
Menuju *UNHS
SKRINING 1. Skrining semua bayi lahir
PENDENGARAN 2. Pelatihan Bidan (+ dokter
DETEKSI DINI Pkmas, Perawat) Deteksi Dini
Bayi Lahir Tuli dg Alat OAE
+ Rujukan Cepat Tepat
EVALUASI DINI 3. Diagnosis Dini Ketulian
dan Pemr derajat Ketulian
AUDIOLOGIK dg alat AABR
& KLINIK

HABILITASI DINI
Apa yg harus dilakukan ?
Menuju *UNHS
SKRINING 1. Skrining semua bayi lahir
PENDENGARAN • Pelatihan Bidan (+ dokter
DETEKSI DINI Pkmas, Perawat) Deteksi Dini
Bayi Lahir Tuli dg Alat OAE
+ Rujukan Cepat Tepat
EVALUASI DINI 2. Diagnosis Dini Audiologik
(Pemr derajat Ketulian dg
AUDIOLOGIK alat AABR)
& KLINIK

HABILITASI DINI 3. Intervensi Dini & Tindak


Lanjut dg ABD, CI, AVT, Masuk
sekolah umum
TULI KONGENITAL
KEGIATAN, ALAT & TEMPAT
KEGIATAN ALAT SASARAN
1.DETEKSI DINI OAE (otoacoustic Di tiap RSU/KLINIK
emission) melahirkan
BIDAN & Petugas Biaya pemeriksaan OAE
Fasyankes Primer harus masuk Paket Partus
2.DIAGNOSIS AABR Di tiap RS Besar
PASTI Dokter THT /PROPINSI
3.HABILITASI 1.ABD (alat bantu Masuk Asuransi Pemr
dengar) /Pemda
2.Implan Koklea Masuk Alat Kesehatan
3.PAUD sehingga pajak murah
4.PENCEGAHAN Vaksinasi RUBELLA Seluruh Masyarakat
5.PELATIHAN Pelatihan Bidan Di seluruh Indonesia
Tenaga Medik cara Diagnosis Dini
6.SOSIALISASI Leaflet, Poster, Anjuran memeriksakan
Billboard, Media pendengaran Bayi baru
20 elektronik lahir
 Periksa & pastikan jumlah,
bentuk lengkung daun
telinga harus sempurna
 Perhatikan liang telinga,
terbuka/ tertutup
 Perhatikan letak daun telinga,
jika letak rendah  sindrom
tertentu (Pierre-robin).
 Jika ada kulit tambahan
atau aurikel  berhubungan dg.
abnormalitas ginjal.

Khusus PENDENGARAN : Bunyikan bel atau


suara  merangasang Refleks PRIMITIF
• Refleks terkejut (+)  pendengaran baik
• Refleks (-)  diduga ada gangguan pendengaran
1. SAAT KEHAMILAN
FAKTOR PENYEBAB 2. SAAT KELAHIRAN
1.SAAT KEHAMILAN Vaksinasi
 GENETIK Rubella
 NON GENETIK mencegah
 INFEKSI penyakit
 TORCHS T#1 di
Ibu hamil harus Rubella &
menjaga diri kelahiran
*TOXOPLASMOSIS, RUBELLA, dari penyebab
CYTOMEGALI, HERPES, SIFILIS ketulian janin Bayi TULI
 Campak
 Parotitis
Obat OTOTOKSIK

Sebabkan Tuli Sensorineural


Bilateral
18 23
FAKTOR PENYEBAB
RISIKO TINGGI TULI KONGENITAL
Menurut Joint Committee on Infant Hearing
(JCIH) tahun 1990
1. Ada riwayat keluarga dg. gangguan pendengaran bawaan
2. Riwayat infeksi prenatal (TORCHS)
3. Kelainan anatomi telinga dapat disertai kelainan kraniofasial
4. Prematur (< 37 minggu) / BB lahir rendah (< 1500 gram)
5. Hiperbilirubinemia yg memerlukan tranfusi tukar darah
6. Obat ototoksik
7. Meningitis bakteria
8. Apgar score 0-4 pd menit pertama; 0-6 pd 5 menit
9. Bayi di NICU dg ventilasi mekanik 5 hari
10.Sindroma yg berhubungan dgn tuli sensorineural / konduktif
22 27
DAPAT DIPESAN
melalui email :
komnas_pgpkt@yahoo.com

32 37
Pencegahan TULI
KONGENITAL
 Hindari perkawinan
gambar
antar keluarga 

 Imunisasi Rubella
 Antenatal care
yg baik
 Skrining
pendengaran
 UNHS (Universal
Neonatal Hearing
Screening)
 Bayidengan
34 RISIKO
Habilitasi TULI KONGENITAL
Diperlukan ABD (eksternal)
atau Implan Kohlea
(internal)
Bayi dg.ABD
 ABD agar bisa dengar & kenali bunyi

 Implan Kohlea
operasi

Alat implan

 Sekolah Umum/ Anak2 pasca operasi pemasangan


alat Implan Kokhlea
Khusus
43
 ABD eksternal & IK (implan KENDALA HABILITASI:
kohlea) merangsang anak  ABD berkualitas dan CI
belajar mendengar dan sangat mahal.
mengenali bunyi
 Penggantian dari
 Anak dapat belajar bicara pemerintah sangat
& berbahasa minimal/ mendapat ABD
 Mampu belajar dg.baik dan kualitas rendah, tidak
mencapai jenjang nyaman dipakai, akhirnya
akademik tinggi dilepas
 Jadi SDM berkualitas,  Sarana & prasarana
mandiri dan sejahtera operasi belum memadai
45
MASALAH YG DIHADAPI
BELUM ADANYA:
 Program Nasional
skrining semua bayi
baru lahir (UNHS = Universal
Neonatal Hearing Screening)
Pemecahan
 HTA Tuli Kongenital sudah dibuat
Kemkes RI bersama Profesi Masalah
Perhati-KL tetapi belum  ADVOKASI
dilaksanakan ke seluruh
Indonesia.  Pelatihan SDM
 SDM yg memadai  ABD & CI murah
 FASILITAS ABD termasuk  Pengadaan alat
Implan Kohlear (OAE dll)
 FASILITAS SEKOLAH  Sekolah khusus
40
KESIMPULAN UPAYA PEMERINTAH:
Persiapan infrastruktur,
Masalah: sarana, SDM:
 Bayi tuli DAMPAK BERAT  Tiap RS/Klinik tempat lahir
& LUAS harus ada OAE dan RS
Propinsi punya AABR dll.
Pemecahan Masalah: dlm rangka persiapan
 DETEKSI & UNHS
HABILITASI DINI  SDM  Pelatihan
 Skrining Nasional -Pelatihan Bidan
UNHS dg alat OAE -Ahli Audiologi masuk
 Diagnosis Pasti dg dalam struktur RS
AABR  Semua jenis ABD (termasuk
 Habilitasi: ABD /CI Implan Kohlea) masuk
 PAUD/peran orang tua Asuransi Pemerintah
 ADVOKASI PEJABAT
 Upaya PENCEGAHAN
mel. sosialisasi, vaksinasi BERWENANG
Rubella  Kerjasama LP,LS, LSM dll.
47
KESIMPULAN
UNTUK BIDAN:
 UPAYA PRENATAL
Nasehat Prenatal,
Imunisasi, Antenatal
care yg baik
 UPAYA DETEKSI DINI
melalui skrining
pendengaran bayi : Refleks MORO
 Dengan Alat OAE
 Cara Tradisional
 RUJUKAN CEPAT
42 TEPAT

Anda mungkin juga menyukai