Makalah Kasus Head Injury
Makalah Kasus Head Injury
Dosen pengampu:
Kelompok 1:
BANDUNG
2016/2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
2.1 Anatomi Fisiologi Kepala ......................................................................................... 4
2.2 Definisi Head Injury.................................................................................................. 5
2.3 Etiologi head injury................................................................................................... 5
2.4 Klasifikasi head injury .............................................................................................. 6
2.5 Pemeriksaan diagnostic ............................................................................................. 9
2.6 Asuhan Keperawatan Kasus................................................................................... 10
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 30
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 31
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
kehendak-Nya lah tugas makalah yang berjudul “Head Injury” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah tugas mata kuliah
Sistem Neurobehaviour, Tahun Ajaran 2016/2017. Makalah ini berisi materi yang
membahas tentang Sistem Neurobehaviour Kami menyadari, sebagai mahasiswa
yang pengetahuannya belum seberapa dan masih perlu banyak belajar, bahwa
makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar makalah ini menjadi lebih
baik dan bermanfaat di masa yang akan datang.
Harapan kami, mudah-mudahan tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca
khususnya bagi kami.
Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
(75-80%) adalah trauma kapitis ringan; sisanya merupakan trauma dengan
kategori sedang dan berat dalam jumlah yang sama.
Di Indonesia, data tentang trauma kapitis ini belum ada. Yang ada
barulah data dari beberapa RS (sporadis). Prediksi insiden per tahunnya di
dunia akan menurun secara signifikan, dengan adanya adanya UU pemakaian
helm dan sabuk pengaman bagi pengaman motor/mobil. Telah banyak
manajemen terapi standar yang berdasarkan evidence based medicine yang
diajukan dan diterapkan di pusat kesehatan di seluruh dunia. Tetapi mengingat
kemampuan dan fasilitas yang tersedia di pusat kesehatan tersebut, terutama di
negara-negara berkembang seperti Indonesia, maka beberapa penyesuaian
perlu dilakukan. Di samping penanganan di lokasi kejadian dan selama
transportasi korban ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat
darurat sangat menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya. Pada
penderita harus diperhatikan pernafasan, peredaran darah umum dan kesadaran
sehingga tindakan resusitasi, anamnesis, pemeriksaan fisik umum serta
neurologis harus dilakukan secara serentak. Pendekatan yang sistematis
dapat mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital. Tingkat
keparahan cedera kepala menjadi ringan segera ditentukan saat pasien tiba di
rumah sakit.
1.3 Tujuan
a. Mengetahui anatomi fisiologi lapisan otak
b. mengetahui etiologi head injury
2
c. mengetahui klaifikasi head injury
d. Mengetahui pemeriksaan diagnostik head injury
e. Mengetahui penatalaksanaan head injury
f. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien head injury
3
BAB II
PEMBAHASAN
a. Durameter
b. Arachnoid
Disebut juga selaput otak, merupakan selaput halus yang memisahkan
durameter dengan piameter, membentuk sebuah kantung atau balon berisi
cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf pusat. Ruangan diantara
durameter dan arakhnoid disebut ruangan subdural yang berisi sedikit
cairan jernih menyerupai getah bening. Pada ruangan ini terdapat
pembuluh darah arteri dan vena yang menghubungkan sistem otak dengan
meningen serta dipenuhi oleh cairan serebrospinal.
c. Piameter
Piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh darah
kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan
ini melekat erat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak.
Ruangan diantara arachnoid dan piameter disebut sub arakhnoid. Pada
reaksi radang ruangan ini berisi sel radang. Disini mengalir cairan
serebrospinalis dari otak ke sumsum tulang belakang.
4
2.2 Definisi Head Injury
Head Injury atau cedera kepala merupakan cedera yang meliputi trauma
kulit kepala, tengkorak, dan otak ( Morton,2012 ).
2.3 Etiologi
1. Kecelakaan mobil
2. Perkelahian
3. Jatuh
4. Cedera Olahraga
5. Cedera kepala terbuka disebabkan oleh peluru atau pisau
5
2.4 Klasifikasi Cedera Kepala
6
c. Cedera Kepala berdasarkan jenisnya:
1) Hematoma epidural
Hematoma epidural adalah hematoma antara durameter dan
tulang, biasanya sumber perdarahannya adalah robeknya arteri
meningea media, dimana arteri ini berada diantara dura dan tengkorak
daerah inferior menuju bagian tipis tulang temporal, hemoragi karena
arteri ini menyebabkan penekanan pada otak. Manifestasi klinis dari
hematoma epidural ini adalah biasanya menyebabkan penurunan
kesadaran .
2) Hematoma subdural
Hemaroma subdural adalah hematoma antara durameter dan
otak, dapat terjadi akut dan kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh
darah vena, pendarahan lambat dan sedikit. Manifestasi klinisnya nyeri
kepala, bingung, mengantuk, berpikir lambat, kejang, edema pupil.
Hematoma subdural akut menimbulkan gejala neurologis
penting dan serius dalam 24 sampai 48 jam setelah cedera. Gangguan
neurologis disebabkan tekanan pada jaringan otak dan herniasi batang
otak dalam foramen magnum yang selanjutnya menyebabkan tekanan
pada batang otak. Keadaan ini dengan cepat akan menimbulkan
berhentinya pernapasan dan hilangnya control atas denyut nadi
Hematoma subdural kronik dapat terjadi karena cedera kepala
minor dan terliat paling sering pada lansia. Trauma merobek salah satu
vena yang melewati ruangan subdural. Terjadi pendarahan secara
lambat dalam suangan subdural, dalam 7 sampai 10 hari terjadi
pendarahan, darah dikelilingi ileh membrane fibrosa. Dengan selisih
tekanan osmotic yang mampu menarik cairan kedalam hematoma,
terjadi kerusakan sel-sel darah dalam hematoma, pertambahan ukuran
hematoma dapat menyebabkan pendarahan lebih lanjut dengan
merobek membrane atau pembuluh darah disekitarnya.
7
3) Hemoragi subaraknoid
Hemoragi subaraknoid adalah akumulasi darah dibawah
membrane araknoid tetapi diatas pia meter. ruangan ini normalnya
hanya berisi cairan CSS, hemoragi subaraknoid biasanya terjafi akibat
pecahnya aneurisma intracranial, hipertensi berat atau cedera kepala,
darah yang berakumulasi diatas atau dibawah meningens menyebabkan
peningkatan tekanan di jaringan otak di bawahnya.
8
- Kehilangan kesadaran lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24
jam
- Dapat mengalami fraktur tengkorak
3) Cedera kepala berat
- GCS 3 – 8
- Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam
- Terjadi fraktur
1. Radiograf
Dapat mengidentifikasi lokasi fraktur atau perdarahan atau bekuan
darah yang terjadi
2. Angiografi serebral
dapat juga digunakan dan menggambarkan adanya hematoma
supratemporial, ekstraserebral dan intraserebral
3. Pemeriksaan MRI dan CT Scan
CT-Scan atau MRI dapat dengan tepat menentukan ketak dan luas
cidera
2.6 Penatalaksanaan
1. Observasi dan tirah baring
2. Pembedahan dan evekuasi hematoma
3. Dekompresi melalui pengeboran lubang didalam otak
4. Ventilasi mekanis (ABC) dan cairan
5. Antibiotik
6. Pemberian diuretic (furosemid) untuk menurunkan tekanan pada intrakranial
dan antiinflamasi
7. Tindakan pada peningkatan TIK (pemberian manitol)
8. Terapi untuk mempertahankan homeostatis
9
2.7 Asuhan Keperawatan Kasus
Kasus 1
Hasil pemeriksaan fisik nilai GCS 5 (E2M2V1) dahi robek dan berdarah
sekitar 9cm horizontal memar disekitar kedua pelipis dan hidung, kedua kelopak
mata pasien agak memar kebiruan, pupil anisokor, diameter pupil sebelah kanan
melebar 10cm reflek cahaya (-) dan sebeleh kiri 5mm reflek cahaya (+) dari
telinga sebelah kiri keluar darah dan sebagian mudah mengering.
Hasil foto rongent kepala tampak adanya hematom subdural sebelah kiri
dan temporal, selanjutnya pasien dirawat di neurosurgical intensif unit.
10
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. A
B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Penurunan kesadaran
b. Riwaya penyakit sekarang
Tn. A Dibawa ke UGD RSHS dengan keadaan tidak sadar. Menurut
pengantarnya, Tn. A mengalami kecelakaan lalu lintas yaitu pada saat
mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi dan tidak
menggunakan helm pelindung tiba-tiba menabrak truk bagian belakang
11
karena truk tersebut mengerem mendadak sehingga dahi terbentur cukup
keras.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Tidak Terkaji
d. Riwaya tkesehatan keluarga
Tidak terkaji
e. Riwayat ADL’S
12
Gosok gigi
5 Aktifitas
Olahraga
f. Pemeriksaan Fisik
1. KeadaanUmum
Kesadaran : Koma ringan (E2M2V1)
- Tinggi Badan : Tidak Terkaji
- Berat Badan : Tidak Terkaji
- Tanda–Tanda Vital :
RR : 30x/mnt
N : 60 x/mnt
TD : 160/100 mmHg
S : Tidak Terkaji
2. Sistem pernapasan
RR 30x/mnt
Kaji adanya penggunaan otot nafas tambahan
Kaji adanya pernafasan cuping hidung
Kaji adanya suara nafas tambahan (wheezing, ronkhi, crackless, stridor)
Kaji adanya ekspansi paru
Kaji traktil fremitus
3. Sistem kardiovaskuler
TD 160/100 mmHg
N 60x/mnt
Kaji akral
Kaji konjungtiva
Kaji keadaan membran mukosa
Kaji CRT
Kaji adanya bunyi S3 (murmur) dan S4
Kaji adanya kardiomegali
13
Kaji adanya pulsasi
4. Sistem Pencernaan
5. Sistem endokrin
Tidak Terkaji
6. Sistem Perkemihan
Kaji warna dan bau urine
Hitung intake output
7. Sistem musculoskeletal
Ekstremitas atas :
Kekuatan otot :
Kaji refleks ( Bisep/Trisep)
Kaji sensasi rasa nyeri, rasa raba, dan rangsang suhu
Ekstremitas bawah:
Kekuatan otot :
Kaji refleks (patela)
Kaji sensasi rasa nyeri, rasa raba, dan rangsang suhu
8. Sistem integument
Dahi robek dan berdarah sekitar 9 cm horisontal
Kaji turgor kulit
Kaji warna kulit
Kaji adanya lesi
9. Sistem Persyarafan
- N1 (Olfaktorius)
Kaji apakah klien mampu membedakan bau minyak kayu putih atau
kopi
- N II (Optikus)
kedua kelopak mata pasien agak memar kebiruan, pupil anisokor,
diameter pupil sebelah kanan melebar 10cm replek cahaya (-) dan
sebeleh kiri 5mm replek cahaya (+)
- Kaji apakah klien dapat/tidak dapat melihat tulisan atau objek dari jarak
yang jauh.
14
- N III,IV,VI (Okulomotorius, Cochlearis, Abdusen)
Kaji apakah mata klien dapat/tidak berkontraksi, pupil isokor, klien
mampu/tidak mampu menggerakkan bola mata kesegala arah dan sulit
mengangkat mata.
- N V (Trigeminus)
fungsi sensorik : Klien mengedipkan matanya bila ada rangsangan.
h. Data Penunjang
Pemeriksaan Hasil Laboratorium
Tidak terkaji
i. Pemeriksaan lainnya
1) Sesuai Kasus
15
Hasil foto rongent kepala tampak adanya hematom subdural sebelah kiri
dan temporal
j. Terapi Lainnya
Terpasang Infus
Terpasang Kateter
NaCl 0,9 15gtt/mnt
Cairan manitol 200cc di guyur tiap 6 jam (4x200cc).
B. ANALISA DATA
Hematoma subdural
16
TIK
Penekanan saraf
simpatis
Vasokontriksi
pemb. Darah
O2
Kebutuhan O2
M reflex pernafasan
RR
Ketidakefektifan
pola nafas
3. DS : Trauma kepala Kerusakan
Integritas kulit
Luka terbuka
DO :
- Dahi tampak robek dan Kerusakan integritas
berdarah sekitar 9cm
kulit
horizontal
-
4. DS : Trauma kepala Resiko Infeksi
17
berdarah sekitar 9cm
horizontal
- Terpasang kateter
C. INTERVENSI
18
- Klien tidak peningkatan
muntah darah dibarengi
- TTV dalam dengan
rentang normal peningkatan
TD : 120/80 tekanan darah
mmHg intracranial.
N : 60 – 100 Adanya
x/mnt peningkatan
R : 16 – 24 tensi, bradikardi
x/mnt disritmia dan
dyspnea
merupakan tanda
terjadinya
peningkatan TIK
19
k) yang
menunjukkan
keutuhan
batang otak.
Ukuran pupil
menunjukkan
keseimbagan
antara
parasimpatis
dan simpatis.
Respon
terhadap
cahaya
merupakan
kombinasi
fungsi dari
saraf kranial
II dan III
5. Berikan 5. Meningkatkan
penjelasan kerjasama dalam
20
pada keluarga meningkatkan
tentang sebab perawatan klien
akibat TIK dan mengurangi
meningkat kecemasan
6. Untuk
6. Lakukan
menghitung
pemasangan
output karena
kateter urin
dari efek
pemberian
manitol
7. Lanjutkan 7. Untuk
terapi menyeimbangka
pemberian n cairan dalam
NaCl 0,9% (15 tubuh
gtt/menit)
8. Lanjutkan
8. Diuretik
terapi
mungkin
pemberian
digunakan pada
manitol
fase akut untuk
mengalirkan air
dari brain cells
serta mengurangi
TIK
2. Ketidakefekti Setelah dilakukan 1. Berikan posisi 1. Meningkatkan
fan pola tindakan head up 30 inspirasi
nafas b.d keperawatan 3x24 derajat maksimal,
kerusakan jam diharapkan : meningkatkan
neurologis - Memperlihatkan ekspansi paru
21
frekuensi dan ventilasi
pernapasan yang pada posisi yang
efektif. tidak sakit .
- Mengalami
perbaikan
pertukaran gas- 2. Distres
2. Observasi
gas pada paru. pernapasan dan
fungsi
- TTV dalam perurabahan
pernapasan,dis
batas normal. pada tanda vital
pnea,atau
- Adaptif dapat terjadi
perubahan
mengatasi akibat stres
tanda-tanda
faktor-faktor fisiologi dan
vital.
penyebab. nyeri atau dapat
menunjukan
kejadian syok
sehubungan
dengan syok.
3. Pengetahuan apa
3. Jelaskan pada
yang diharapkan
klien bahwa
dapat
tindakan
mengurangi
tersebut
ansietas dan
dilakukan
mengembangkan
untuk
kepatuhan klien
menjamin
terhadap rencana
keamanan.
terapeutik.
4. Kolaborasi
4. Kolaborasi
dengan tim
dengan tim
kesehatan lain
22
kesehatan lain. untuk
Dengan mengevaluai
dokter, perbaikan
radiologi, dan kondisi klien atas
fisiologi pengembangan
parunya.
23
3. Anjurkan mencegah friksi
klien untuk atau trauma kulit
menghinda
ri
menggaruk
dan
sebaiknya
menepuk
kulit yang
kering
4. Mempertaha
4. Memandik nkan
an dengan kebersihan
air hangat tanpa
dan sabun mengiritasi
ringan kulit
24
batas normal 2. Observasi 2. Deteksi dini
- Tidak ada daerah kulit perkembangan
tanda tanda yang infeksi
infeksi pada mengalami memungkinkan
area luka kerusakan melakukan
(REEDA) seperti luka tindakan dengan
- atau garis segera dan
jahitan dan pencegahan
catat terhadap
karakteristik komplikasi
dari adanya selanjutnya
inflamasi
3. Sebagai indicator
3. Observasi
dari
warna dan
perkembangan
kejernihan urin
infeksi dari
catat adanya
saluran kemih
bau busuk
yang
yang tidak
memerlukan
enak
tindakan dengan
segera
4. Cara peratama
4. Berikan
untuk
perawatan
menghindari
aseptik dan
terjadinya infeksi
antiseptik,
nosokomial
pertahanka
n teknik
cuci tangan
yang baik
25
5. Lakukan 5. Dengan
perawatan melakukan
luka 2 x perawatan luka
sehari dapat mencegah
terjadinya resiko
infeksi
Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
keperawatan
1 Penurunan 1. Memonitor tanda-tanda S:
kapasitas adaptif vital dan tingkat - Tidak terkaji
intracranial b.d kesadaran GCS tiap 4 jam O:
cedera kepala - Kesadaran
2. Mengevaluasi pupil, amati membaik
ukuran, ketajaman, dan A : Masalah teratasi
reaksi terhadap cahaya P : hentikan intervensi
3. Memonitor temperature
suhu lingkungan
4. Memberikan penjelasan
pada keluarga tentang
sebab akibat TIK
meningkat
5. Memberikan penjelasan
pada keluarga tentang
26
sebab akibat TIK
meningkat
6. Melakukan pemasangan
kateter urin
7. Melanjutkan terapi
pemberian NaCl 0,9% (15
gtt/menit)
8. Melanjutkan terapi
pemberian manitol
2 Pola napas 1. Memberikan posisi S:
berhubungan head up 30 derajat - Tidak terkaji
dengan kerusakan O:
neurologis 2. Mengobservasi fungsi - RR: 24x/menit
pernapasan,dispnea,at A : Masalah teratasi
au perubahan tanda- P : hentikan intervensi
tanda vital.
3. Menjelaskan pada
klien bahwa tindakan
tersebut dilakukan
untuk menjamin
keamanan.
4. Mengkolaborasi
dengan tim kesehatan
lain. Dengan dokter,
27
radiologi, dan fisiologi
3 Kerusakan 1. Mengkaji fungsi S:
integritas kulit sensorik dan motorik. - Tidak terkaji
berhubungan 2. Mengubah posisi klien O :
dengan cedera tiap 2 jam. - Jaringan kulit
kepala 3. Menganjurkan klien membaik
untuk menghindari A : Masalah teratasi
menggaruk dan P : hentikan intervensi
sebaiknyamenepuk
kulit yang kering
4. Memandikan dengan
air hangat dan sabun
ringan
2. Mengobservasi
daerah kulit yang
mengalami kerusakan
seperti luka atau garis
jahitan dan catat
28
karakteristik dari
adanya inflamasi
3. Mengobservasi warna
dan kejernihan urin
catat adanya bau
busuk yang tidak
enak
4. Memberikan
perawatan aseptik
dan antiseptik,
pertahankan teknik
cuci tangan yang baik
5. Melakukan
perawatan luka 2 x
sehari
29
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Perdosi, cedera kepala atau trauma kapitis merupakan trauma
mekanik terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak langsung yang
menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif,
fungsi psikososial baik bersifat temporer maupun permanen
Cedera kepala dapat bersifat terbuka ( menembus melalui dura mater ) atau
tertutup ( trauma tumpul, tanpa melalui penetrasi melalui dura )
30
DAFTAR PUSTAKA
Corwin,Elisabeth J. (2009).Patofisiologi.Jakarta.EGC
Doenges, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta. EGC
Irawan, Budi.2003.Pengamatan Fungsi hati Pada Penderita Penyakit
Nurarif, A H. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis. Yogyakarta. Mediaction
31