Anda di halaman 1dari 36

HEAD INJURY

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Neurobehaviour

Dosen pengampu:

Ns. Angga Wilandika, S.Kep., M.Kep

Kelompok 1:

Dini Kustiani Siti Dine Aulia Rahmah


032014015 032014047
Endang Lukmawati Tia Rahmi Mutiani
032014017 0320140
Ganjar Bakti Abdullah Tiktik Vega Oktaviani
032014022 032014054
Haura Ulfah Ramdhiani Ulfa Nurulistya
0320140 032014057
Nabila Mutiara Afra Ghaida Yani Mulyani
032014034 032014058
Novi Ayu Somantri Zamzam Nurjamil
0320140 032014059

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH


S1 KEPERAWATAN

BANDUNG
2016/2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
2.1 Anatomi Fisiologi Kepala ......................................................................................... 4
2.2 Definisi Head Injury.................................................................................................. 5
2.3 Etiologi head injury................................................................................................... 5
2.4 Klasifikasi head injury .............................................................................................. 6
2.5 Pemeriksaan diagnostic ............................................................................................. 9
2.6 Asuhan Keperawatan Kasus................................................................................... 10
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 30
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 31

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
kehendak-Nya lah tugas makalah yang berjudul “Head Injury” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah tugas mata kuliah
Sistem Neurobehaviour, Tahun Ajaran 2016/2017. Makalah ini berisi materi yang
membahas tentang Sistem Neurobehaviour Kami menyadari, sebagai mahasiswa
yang pengetahuannya belum seberapa dan masih perlu banyak belajar, bahwa
makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar makalah ini menjadi lebih
baik dan bermanfaat di masa yang akan datang.
Harapan kami, mudah-mudahan tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca
khususnya bagi kami.

Bandung, September 2016

Penyusun

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cedera kepala yang sinonimnya adalah trauma kapitis = head injury =
trauma kranioserebral = traumatic brain injury merupakan trauma mekanik
terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak langsung yang
menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif,
fungsi psikososial baik bersifat temporer maupun permanen. Statistik negara-
negara yang sudah maju menunjukkan bahwa trauma kapitis mencakup 26%
dari jumlah segala macam kecelakaan, yang mengakibatkan seseorang tidak
bisa bekerja lebih dari satu hari sampai selama jangka panjang. Kurang lebih
33% kecelakaan yang berakhir pada kematian menyangkut trauma kapitis. Di
luar medan peperangan lebih dari 50% dari trauma kapitis terjadi karena
kecelakaan lalu lintas, selebihnya dikarenakan pukulan atau jatuh.
Orang-orang yang mati karena kecelakaan 40% sampai 50% meninggal
sebelum mereka tiba di rumah sakit. Dari mereka yang dimasukkan rumah
sakit dalam keadaan masih hidup 40% meninggal dalam satu hari dan 35%
meninggal dalam 1 minggu perawatan.
Dibandingkan dengan trauma lainnya, persentase trauma kapitis adalah
yang tertinggi, yaitu sekitar lebih atau sama dengan 80%. Berdasarkan
penelitian, sebab dari kematian dan cacat yang menetap akibat trauma kapitis,
maka 50% ternyata disebabkan oleh trauma secara langsung dan 50% yang
tersisa disebabkan oleh gangguan peredaran darah sebagai komplikasi yang
terkait secara tidak langsung pada trauma. Komplikasi itu berupa perubahan
tonus pembuluh darah serebral, perubahan-perubahan yang menyangkut sistem
kardiopulmonal yang bisa menimbulkan gangguan pada tekanan darah, PO2
arterial atau keseimbangan asam-basa. Trauma kapitis akan terus menjadi
problem masyarakat yang sangat besar, meskipun pelayanan medis sudah
sangat maju pada abad 21 ini. Sebagian besar pasien dengan trauma kapitis

1
(75-80%) adalah trauma kapitis ringan; sisanya merupakan trauma dengan
kategori sedang dan berat dalam jumlah yang sama.
Di Indonesia, data tentang trauma kapitis ini belum ada. Yang ada
barulah data dari beberapa RS (sporadis). Prediksi insiden per tahunnya di
dunia akan menurun secara signifikan, dengan adanya adanya UU pemakaian
helm dan sabuk pengaman bagi pengaman motor/mobil. Telah banyak
manajemen terapi standar yang berdasarkan evidence based medicine yang
diajukan dan diterapkan di pusat kesehatan di seluruh dunia. Tetapi mengingat
kemampuan dan fasilitas yang tersedia di pusat kesehatan tersebut, terutama di
negara-negara berkembang seperti Indonesia, maka beberapa penyesuaian
perlu dilakukan. Di samping penanganan di lokasi kejadian dan selama
transportasi korban ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat
darurat sangat menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya. Pada
penderita harus diperhatikan pernafasan, peredaran darah umum dan kesadaran
sehingga tindakan resusitasi, anamnesis, pemeriksaan fisik umum serta
neurologis harus dilakukan secara serentak. Pendekatan yang sistematis
dapat mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital. Tingkat
keparahan cedera kepala menjadi ringan segera ditentukan saat pasien tiba di
rumah sakit.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa saja anatomi fisiologi lapisan otak?
b. Apa saja etiologi head injury?
c. Apa saja klasifikasi head injury?
d. Apa saja pemeriksaan diagnostik head injury?
e. Bagaimana penatalaksanaan head injury?
f. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien head injury?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui anatomi fisiologi lapisan otak
b. mengetahui etiologi head injury

2
c. mengetahui klaifikasi head injury
d. Mengetahui pemeriksaan diagnostik head injury
e. Mengetahui penatalaksanaan head injury
f. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien head injury

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Fisiologi Kepala

a. Durameter

Durameter merupakan tempat yang tidak kenyal yang membungkus


otak, sumsum tulang belakang, cairan serebrospinal dan pembuluh darah.
Durameter terbagi lagi atas durameter bagian luar yang disebut selaput
tulang tengkorak (periosteum) dan durameter bagian dalam (meningeal)
meliputi permukaan tengkorak untuk membentuk falks serebrum,
tentorium serebelum dan diafragma sella.

b. Arachnoid
Disebut juga selaput otak, merupakan selaput halus yang memisahkan
durameter dengan piameter, membentuk sebuah kantung atau balon berisi
cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf pusat. Ruangan diantara
durameter dan arakhnoid disebut ruangan subdural yang berisi sedikit
cairan jernih menyerupai getah bening. Pada ruangan ini terdapat
pembuluh darah arteri dan vena yang menghubungkan sistem otak dengan
meningen serta dipenuhi oleh cairan serebrospinal.
c. Piameter
Piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh darah
kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan
ini melekat erat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak.
Ruangan diantara arachnoid dan piameter disebut sub arakhnoid. Pada
reaksi radang ruangan ini berisi sel radang. Disini mengalir cairan
serebrospinalis dari otak ke sumsum tulang belakang.

4
2.2 Definisi Head Injury

Head Injury atau cedera kepala merupakan cedera yang meliputi trauma
kulit kepala, tengkorak, dan otak ( Morton,2012 ).

Menurut Perdosi, cedera kepala atau trauma kapitis merupakan trauma


mekanik terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak langsung yang
menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif,
fungsi psikososial baik bersifat temporer maupun permanen

Cedera kepala dapat bersifat terbuka ( menembus melalui dura mater )


atau tertutup ( trauma tumpul, tanpa melalui penetrasi melalui dura )
(Corwin).

2.3 Etiologi

1. Kecelakaan mobil
2. Perkelahian
3. Jatuh
4. Cedera Olahraga
5. Cedera kepala terbuka disebabkan oleh peluru atau pisau

5
2.4 Klasifikasi Cedera Kepala

a. Trauma kepala terbuka


1) Fraktur basic cranii
Tanda-tanda klinis yang mungkin muncul pada fraktur basic cranii
adalah:
- Battle sign (warna kehitaman dibelakang telinga)
- Hemotimpanum
- Periorbitalekimosis (pembengkakan disekitar mata)
- Otorea (keluar darah dari hidung)
- Rinorea (keluar darah dari telinga)
b. Trauma kepala tertutup
1) Kromosio serebri/gegar otak
Tanda dan gejala yang terdapat pada trauma ini adalah sebagai berikut:
- Trauma kepala ringan
- Pingsan <10 menit
- Pusing
- Amnesia retrograde
- Amnesia anterograde
- Gejala sisa
2) Kortosio serebri/memar otak
Beberapa tanda dan gejala yang dapat terlihat adalah sebagai berikut:
- Perdarahan kecil/petekie jaringan otak
- Udim serebri
- TIK meningkat
- Gejala klinis sama dengan komosio serebri namun lebih berat
- Gangguan neurologis vokal

6
c. Cedera Kepala berdasarkan jenisnya:

1) Hematoma epidural
Hematoma epidural adalah hematoma antara durameter dan
tulang, biasanya sumber perdarahannya adalah robeknya arteri
meningea media, dimana arteri ini berada diantara dura dan tengkorak
daerah inferior menuju bagian tipis tulang temporal, hemoragi karena
arteri ini menyebabkan penekanan pada otak. Manifestasi klinis dari
hematoma epidural ini adalah biasanya menyebabkan penurunan
kesadaran .

2) Hematoma subdural
Hemaroma subdural adalah hematoma antara durameter dan
otak, dapat terjadi akut dan kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh
darah vena, pendarahan lambat dan sedikit. Manifestasi klinisnya nyeri
kepala, bingung, mengantuk, berpikir lambat, kejang, edema pupil.
Hematoma subdural akut menimbulkan gejala neurologis
penting dan serius dalam 24 sampai 48 jam setelah cedera. Gangguan
neurologis disebabkan tekanan pada jaringan otak dan herniasi batang
otak dalam foramen magnum yang selanjutnya menyebabkan tekanan
pada batang otak. Keadaan ini dengan cepat akan menimbulkan
berhentinya pernapasan dan hilangnya control atas denyut nadi
Hematoma subdural kronik dapat terjadi karena cedera kepala
minor dan terliat paling sering pada lansia. Trauma merobek salah satu
vena yang melewati ruangan subdural. Terjadi pendarahan secara
lambat dalam suangan subdural, dalam 7 sampai 10 hari terjadi
pendarahan, darah dikelilingi ileh membrane fibrosa. Dengan selisih
tekanan osmotic yang mampu menarik cairan kedalam hematoma,
terjadi kerusakan sel-sel darah dalam hematoma, pertambahan ukuran
hematoma dapat menyebabkan pendarahan lebih lanjut dengan
merobek membrane atau pembuluh darah disekitarnya.

7
3) Hemoragi subaraknoid
Hemoragi subaraknoid adalah akumulasi darah dibawah
membrane araknoid tetapi diatas pia meter. ruangan ini normalnya
hanya berisi cairan CSS, hemoragi subaraknoid biasanya terjafi akibat
pecahnya aneurisma intracranial, hipertensi berat atau cedera kepala,
darah yang berakumulasi diatas atau dibawah meningens menyebabkan
peningkatan tekanan di jaringan otak di bawahnya.

d. Cedera Kepala berdasarkan berat ringannya berdasarkan GCS ( Glasgown


Coma Scale)
1) Cedera Kepala ringan
- GCS 14 – 15
- Dapat kehilangan kesadaran, tetapi kurang dari 30 menit
- Tidak ada fraktur tengkorak
2) Cedera kepala sedang
- GCS 9-13

8
- Kehilangan kesadaran lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24
jam
- Dapat mengalami fraktur tengkorak
3) Cedera kepala berat
- GCS 3 – 8
- Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam
- Terjadi fraktur

2.5 Pemeriksaan diagnostic

1. Radiograf
Dapat mengidentifikasi lokasi fraktur atau perdarahan atau bekuan
darah yang terjadi
2. Angiografi serebral
dapat juga digunakan dan menggambarkan adanya hematoma
supratemporial, ekstraserebral dan intraserebral
3. Pemeriksaan MRI dan CT Scan
CT-Scan atau MRI dapat dengan tepat menentukan ketak dan luas
cidera

2.6 Penatalaksanaan
1. Observasi dan tirah baring
2. Pembedahan dan evekuasi hematoma
3. Dekompresi melalui pengeboran lubang didalam otak
4. Ventilasi mekanis (ABC) dan cairan
5. Antibiotik
6. Pemberian diuretic (furosemid) untuk menurunkan tekanan pada intrakranial
dan antiinflamasi
7. Tindakan pada peningkatan TIK (pemberian manitol)
8. Terapi untuk mempertahankan homeostatis

9
2.7 Asuhan Keperawatan Kasus

Kasus 1

Tn. A dibawa ke UGD RSHS dengan keadaan tidak sadar. Menurut


pengantarnya, Tn. A mengalami kecelakaan lalu lintas yaitu pada saat
mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi dan tidak menggunakan helm
pelindung tiba-tiba menabrak truk bagian belakang karena truk tersebut mengerem
mendadak sehingga dahi terbentur cukup keras. Setelah menabrak kemudian
terpental dan terjatuh ke arah kiri sehingga kepalanya kembali terbentur aspal.
Sebelum pingsan pasien muntah 1x.

Hasil pemeriksaan fisik nilai GCS 5 (E2M2V1) dahi robek dan berdarah
sekitar 9cm horizontal memar disekitar kedua pelipis dan hidung, kedua kelopak
mata pasien agak memar kebiruan, pupil anisokor, diameter pupil sebelah kanan
melebar 10cm reflek cahaya (-) dan sebeleh kiri 5mm reflek cahaya (+) dari
telinga sebelah kiri keluar darah dan sebagian mudah mengering.

Pada pemeriksaan TTV TD 160/100 mmHg N 60x/mnt RR 30x/mnt


dilakukan manajemen posisi tidur head up 300 terpasang kateter dan infus NaCl
0,9% 15gtt/mnt kemudian diberi cairan manitol 200cc di guyur tiap 6 jam
(4x200cc).

Hasil foto rongent kepala tampak adanya hematom subdural sebelah kiri
dan temporal, selanjutnya pasien dirawat di neurosurgical intensif unit.

10
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. A

Usia : Tidak Terkaji

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Tidak Terkaji

Alamat : Tidak Terkaji

Pendidikan : Tidak Terkaji

Nomor Medrec : Tidak Terkaji

Tanggal Masuk RS : Tidak Terkaji

Tanggal Pengkajian : Ttidak Terkaji

Diagnosa Medis : Hematoma Subdural sebelah kiri dan temporal

Asal suku bangsa : Tidak Terkaji

2. Penanggung Jawab Klien


Nama : Tidak Terkaji
Umur : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Hubungan Dengan Klien : Tidak Terkaji

B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Penurunan kesadaran
b. Riwaya penyakit sekarang
Tn. A Dibawa ke UGD RSHS dengan keadaan tidak sadar. Menurut
pengantarnya, Tn. A mengalami kecelakaan lalu lintas yaitu pada saat
mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi dan tidak
menggunakan helm pelindung tiba-tiba menabrak truk bagian belakang

11
karena truk tersebut mengerem mendadak sehingga dahi terbentur cukup
keras.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Tidak Terkaji
d. Riwaya tkesehatan keluarga
Tidak terkaji
e. Riwayat ADL’S

No Aktivitas SMRS MRS


1 Nutrisi
a. Makan
Frekuensi
Keluhan
Jenis
b. Minum
Jenis
Jumlah
2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi
Konsistensi
Warna
b. BAK
Frekuensi
Warna
3 Istirahat tidur
Siang
Malam
4 Personal hygine
Mandi
Keramas

12
Gosok gigi
5 Aktifitas
Olahraga

f. Pemeriksaan Fisik
1. KeadaanUmum
Kesadaran : Koma ringan (E2M2V1)
- Tinggi Badan : Tidak Terkaji
- Berat Badan : Tidak Terkaji
- Tanda–Tanda Vital :
RR : 30x/mnt
N : 60 x/mnt
TD : 160/100 mmHg
S : Tidak Terkaji
2. Sistem pernapasan
RR 30x/mnt
Kaji adanya penggunaan otot nafas tambahan
Kaji adanya pernafasan cuping hidung
Kaji adanya suara nafas tambahan (wheezing, ronkhi, crackless, stridor)
Kaji adanya ekspansi paru
Kaji traktil fremitus
3. Sistem kardiovaskuler
TD 160/100 mmHg
N 60x/mnt
Kaji akral
Kaji konjungtiva
Kaji keadaan membran mukosa
Kaji CRT
Kaji adanya bunyi S3 (murmur) dan S4
Kaji adanya kardiomegali

13
Kaji adanya pulsasi
4. Sistem Pencernaan
5. Sistem endokrin
Tidak Terkaji
6. Sistem Perkemihan
Kaji warna dan bau urine
Hitung intake output
7. Sistem musculoskeletal
Ekstremitas atas :
Kekuatan otot :
Kaji refleks ( Bisep/Trisep)
Kaji sensasi rasa nyeri, rasa raba, dan rangsang suhu
Ekstremitas bawah:
Kekuatan otot :
Kaji refleks (patela)
Kaji sensasi rasa nyeri, rasa raba, dan rangsang suhu
8. Sistem integument
Dahi robek dan berdarah sekitar 9 cm horisontal
Kaji turgor kulit
Kaji warna kulit
Kaji adanya lesi
9. Sistem Persyarafan
- N1 (Olfaktorius)
Kaji apakah klien mampu membedakan bau minyak kayu putih atau
kopi
- N II (Optikus)
kedua kelopak mata pasien agak memar kebiruan, pupil anisokor,
diameter pupil sebelah kanan melebar 10cm replek cahaya (-) dan
sebeleh kiri 5mm replek cahaya (+)
- Kaji apakah klien dapat/tidak dapat melihat tulisan atau objek dari jarak
yang jauh.

14
- N III,IV,VI (Okulomotorius, Cochlearis, Abdusen)
Kaji apakah mata klien dapat/tidak berkontraksi, pupil isokor, klien
mampu/tidak mampu menggerakkan bola mata kesegala arah dan sulit
mengangkat mata.
- N V (Trigeminus)
fungsi sensorik : Klien mengedipkan matanya bila ada rangsangan.

g. Psikososial dan Spiritual


1) Konsep Diri
a) Gambaran Diri
Tidak terkaji
b) Identitas Diri
Tidak terkaji
c) Peran
Tidak terkaji
d) Ideal Diri
Tidak terkaji
e) Harga Diri
Tidak terkaji
2) Spiritual
a) Konsep Ketuhanan
Tidak Terkaji
b) Konsep sehat dan sakit
Tidak Terkaji

h. Data Penunjang
Pemeriksaan Hasil Laboratorium
Tidak terkaji

i. Pemeriksaan lainnya
1) Sesuai Kasus

15
Hasil foto rongent kepala tampak adanya hematom subdural sebelah kiri
dan temporal
j. Terapi Lainnya
Terpasang Infus
Terpasang Kateter
NaCl 0,9 15gtt/mnt
Cairan manitol 200cc di guyur tiap 6 jam (4x200cc).

B. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. DS: Trauma kepala Penurunan
- Menurut penolong kapasitas adaptif
Kerusakan jaringan
pasien di tempat intrakranial
otak
kejadian pasien muntah
sebanyak 1x Merobek vena
DO: subdural
- TD : 160/100 mmHg Hematoma subdural
- N : 60x/mnt
- RR : 30x/mnt
TIK
- Hasil foto rontgent
kepala tampak adanya
hematom subdural Penurunan kapasitas
sebelah kiri dan kanan adaptif intrakranial
2. DS : Trauma kepala Ketidakefektifan
- pola nafas
Kerusakan jaringan
DO:
otak
- RR : 30x/menit
Merobek vena

Hematoma subdural

16
TIK

Penekanan saraf
simpatis

Vasokontriksi
pemb. Darah

O2

Kebutuhan O2

M reflex pernafasan
RR

Ketidakefektifan
pola nafas
3. DS : Trauma kepala Kerusakan
Integritas kulit
Luka terbuka
DO :
- Dahi tampak robek dan Kerusakan integritas
berdarah sekitar 9cm
kulit
horizontal
-
4. DS : Trauma kepala Resiko Infeksi

DO: Luka terbuka


- Dari telinga sebelah kiri
keluar darah dan
Penjahitan luka
sebagian sudah
mongering
Resiko infeksi
- Dahi tampak robek dan

17
berdarah sekitar 9cm
horizontal
- Terpasang kateter

Diagnosa Keperawatan berdasarkan prioritas utama

1. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial


2. Ketidakefektifan pola nafas b.d kerusakan neurologis
3. Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan adanya cedera kepala
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan adanya luka terbuka

C. INTERVENSI

N Dx Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


o Keperawatan Hasil
1. Penurunan Setelah dilakukan 1. Posisikan 1. Posisi head up 30
kapasitas tindakan klien head derajat dapat
adaptif keperawatan selama up 30 mengurangi
intracranial 3x24 jam derajat beban tekanan
b.d cedera diharapkan tekanan intrakranial
kepala intra kranial
menurun dengan 2. Monitor 2. Suatu keadaan
kriteria hasil : tanda-tanda normal bila
- Kesadaran vital dan sirkulasi serebral
sopor tingkat terpelihara
- Pupil kesadaran dengan baik atau
memberikan GCS tiap 4 fluktuasi ditandai
refleks saat jam dengan tekanan
diberi cahaya darah sistemik.
Dengan

18
- Klien tidak peningkatan
muntah darah dibarengi
- TTV dalam dengan
rentang normal peningkatan
TD : 120/80 tekanan darah
mmHg intracranial.
N : 60 – 100 Adanya
x/mnt peningkatan
R : 16 – 24 tensi, bradikardi
x/mnt disritmia dan
dyspnea
merupakan tanda
terjadinya
peningkatan TIK

3. Evaluasi pupil, 3. Reaksi pupil


amati ukuran, dan
ketajaman, dan pergerakan
reaksi terhadap kembali dari
cahaya bola mata
merupakan
tanda dari
gangguan
saraf jika
batang otak
terkoyak.
Reaksi pupil
diatur oleh
saraf ketiga
kranial
(okulomotori

19
k) yang
menunjukkan
keutuhan
batang otak.
Ukuran pupil
menunjukkan
keseimbagan
antara
parasimpatis
dan simpatis.
Respon
terhadap
cahaya
merupakan
kombinasi
fungsi dari
saraf kranial
II dan III

4. Monitor 4. Panas merupakan


temperature reflex
suhu hipotalamus.
lingkungan Peningkatan
kebutuhan
metabolism dan
O2 akan
menunjang
peningkatan TIK

5. Berikan 5. Meningkatkan
penjelasan kerjasama dalam

20
pada keluarga meningkatkan
tentang sebab perawatan klien
akibat TIK dan mengurangi
meningkat kecemasan

6. Untuk
6. Lakukan
menghitung
pemasangan
output karena
kateter urin
dari efek
pemberian
manitol

7. Lanjutkan 7. Untuk
terapi menyeimbangka
pemberian n cairan dalam
NaCl 0,9% (15 tubuh
gtt/menit)

8. Lanjutkan
8. Diuretik
terapi
mungkin
pemberian
digunakan pada
manitol
fase akut untuk
mengalirkan air
dari brain cells
serta mengurangi
TIK
2. Ketidakefekti Setelah dilakukan 1. Berikan posisi 1. Meningkatkan
fan pola tindakan head up 30 inspirasi
nafas b.d keperawatan 3x24 derajat maksimal,
kerusakan jam diharapkan : meningkatkan
neurologis - Memperlihatkan ekspansi paru

21
frekuensi dan ventilasi
pernapasan yang pada posisi yang
efektif. tidak sakit .
- Mengalami
perbaikan
pertukaran gas- 2. Distres
2. Observasi
gas pada paru. pernapasan dan
fungsi
- TTV dalam perurabahan
pernapasan,dis
batas normal. pada tanda vital
pnea,atau
- Adaptif dapat terjadi
perubahan
mengatasi akibat stres
tanda-tanda
faktor-faktor fisiologi dan
vital.
penyebab. nyeri atau dapat
menunjukan
kejadian syok
sehubungan
dengan syok.

3. Pengetahuan apa
3. Jelaskan pada
yang diharapkan
klien bahwa
dapat
tindakan
mengurangi
tersebut
ansietas dan
dilakukan
mengembangkan
untuk
kepatuhan klien
menjamin
terhadap rencana
keamanan.
terapeutik.

4. Kolaborasi
4. Kolaborasi
dengan tim
dengan tim
kesehatan lain

22
kesehatan lain. untuk
Dengan mengevaluai
dokter, perbaikan
radiologi, dan kondisi klien atas
fisiologi pengembangan
parunya.

3. Kerusakan Setelah dilakukan 1. Kaji fungsi 1. Lobus frontal


Integritas tindakan sensorik dan oxipital
kulit keperawatan 3x24 dan berisi saraf yang
berhubungan jam diharapkan : motorik. mengatur fungsi
dengan - Tidak ada motorik dan
cedera kepala luka/lesi pada sensorik dan
kulit. dapat
- Perfusi jaringan dipengaruhi oleh
baik. iskemia dan
- Menunjukan peningkatan
pemahaman dan tekanan.
proses 2. Ubah 2. Mencegah
perbaikan kulit posisi klien terjadinya luka
dan mencegah tiap 2 jam. tekan akibat
terjadinya tidur terlalu lama
cedera berulang. pasa satu posisi
- Mampu sehingga terjadi
melindungi kulit jaringan yang
dan tertekan akan
memperthankan kehilangan
kelembapan nutrisi yang
kluit dan dibawa darah
perawatan diri. melalui oksigen
3. membantu

23
3. Anjurkan mencegah friksi
klien untuk atau trauma kulit
menghinda
ri
menggaruk
dan
sebaiknya
menepuk
kulit yang
kering
4. Mempertaha
4. Memandik nkan
an dengan kebersihan
air hangat tanpa
dan sabun mengiritasi
ringan kulit

5. Resiko Setelah dilakukan 1. Monitor tanda- 1. Dapat


Infeksi b.d tindakan tanda vital dan mengidentifikasi
terdapatnya keperawatan selama Observasi kanperkembanga
luka terbuka 3x24 jam infeksi tanda-tanda n sepsis yang
tidak terjadi dengan perubahan selanjutnya
kriteria hasil: suhu adanya memerlukan
- Tidak terjadi diaphoresis evaluasi atau
infeksi atau menggigil tindakan dengan
- TTV dalam segera.

24
batas normal 2. Observasi 2. Deteksi dini
- Tidak ada daerah kulit perkembangan
tanda tanda yang infeksi
infeksi pada mengalami memungkinkan
area luka kerusakan melakukan
(REEDA) seperti luka tindakan dengan
- atau garis segera dan
jahitan dan pencegahan
catat terhadap
karakteristik komplikasi
dari adanya selanjutnya
inflamasi

3. Sebagai indicator
3. Observasi
dari
warna dan
perkembangan
kejernihan urin
infeksi dari
catat adanya
saluran kemih
bau busuk
yang
yang tidak
memerlukan
enak
tindakan dengan
segera
4. Cara peratama
4. Berikan
untuk
perawatan
menghindari
aseptik dan
terjadinya infeksi
antiseptik,
nosokomial
pertahanka
n teknik
cuci tangan
yang baik

25
5. Lakukan 5. Dengan
perawatan melakukan
luka 2 x perawatan luka
sehari dapat mencegah
terjadinya resiko
infeksi

E. Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
keperawatan
1 Penurunan 1. Memonitor tanda-tanda S:
kapasitas adaptif vital dan tingkat - Tidak terkaji
intracranial b.d kesadaran GCS tiap 4 jam O:
cedera kepala - Kesadaran
2. Mengevaluasi pupil, amati membaik
ukuran, ketajaman, dan A : Masalah teratasi
reaksi terhadap cahaya P : hentikan intervensi

3. Memonitor temperature
suhu lingkungan

4. Memberikan penjelasan
pada keluarga tentang
sebab akibat TIK
meningkat

5. Memberikan penjelasan
pada keluarga tentang

26
sebab akibat TIK
meningkat

6. Melakukan pemasangan
kateter urin

7. Melanjutkan terapi
pemberian NaCl 0,9% (15
gtt/menit)

8. Melanjutkan terapi
pemberian manitol
2 Pola napas 1. Memberikan posisi S:
berhubungan head up 30 derajat - Tidak terkaji
dengan kerusakan O:
neurologis 2. Mengobservasi fungsi - RR: 24x/menit
pernapasan,dispnea,at A : Masalah teratasi
au perubahan tanda- P : hentikan intervensi
tanda vital.

3. Menjelaskan pada
klien bahwa tindakan
tersebut dilakukan
untuk menjamin
keamanan.

4. Mengkolaborasi
dengan tim kesehatan
lain. Dengan dokter,

27
radiologi, dan fisiologi
3 Kerusakan 1. Mengkaji fungsi S:
integritas kulit sensorik dan motorik. - Tidak terkaji
berhubungan 2. Mengubah posisi klien O :
dengan cedera tiap 2 jam. - Jaringan kulit
kepala 3. Menganjurkan klien membaik
untuk menghindari A : Masalah teratasi
menggaruk dan P : hentikan intervensi
sebaiknyamenepuk
kulit yang kering
4. Memandikan dengan
air hangat dan sabun
ringan

4 Resiko infeksi 1. Memonitor tanda- S:


berhubungan tanda vital dan - Tidak terkaji
dengan adanya Observasi tanda- O:
luka terbuka tanda perubahan - Tidak adanya
suhu adanya tanda infeksi
diaphoresis atau A : Masalah teratasi
menggigil P : hentikan intervensi

2. Mengobservasi
daerah kulit yang
mengalami kerusakan
seperti luka atau garis
jahitan dan catat

28
karakteristik dari
adanya inflamasi

3. Mengobservasi warna
dan kejernihan urin
catat adanya bau
busuk yang tidak
enak

4. Memberikan
perawatan aseptik
dan antiseptik,
pertahankan teknik
cuci tangan yang baik

5. Melakukan
perawatan luka 2 x
sehari

29
30
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut Perdosi, cedera kepala atau trauma kapitis merupakan trauma
mekanik terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak langsung yang
menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif,
fungsi psikososial baik bersifat temporer maupun permanen
Cedera kepala dapat bersifat terbuka ( menembus melalui dura mater ) atau
tertutup ( trauma tumpul, tanpa melalui penetrasi melalui dura )

30
DAFTAR PUSTAKA

Corwin,Elisabeth J. (2009).Patofisiologi.Jakarta.EGC
Doenges, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta. EGC
Irawan, Budi.2003.Pengamatan Fungsi hati Pada Penderita Penyakit
Nurarif, A H. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis. Yogyakarta. Mediaction

31

Anda mungkin juga menyukai