Bab 6 Perkiraan Ooip, Ur, Dan Roduktivitas
Bab 6 Perkiraan Ooip, Ur, Dan Roduktivitas
265
266
Oil reserve atau cadangan minyak adalah jumlah minyak yang ada yang dapat
dihasilkan atau diproduksikan ke permukaan secara komersial untuk harga minyak
dan biaya operasi sesuai dengan teknologi yang ada pada saat ini. Besarnya reserve
pada tahap permulaan adalah sama dengan ultimate recovery, tetapi setelah
berlangsungnya proses produksi hingga suatu saat maka besarnya oil reserve adalah
sama dengan ultimate recovery dikurangi kumulatif produksi hingga saat tersebut.
Perkiraan ultimate recovery dapat berubah–ubah berdasarkan evaluasi terbaru
tergantung pada kelengkapan dan kemajuan teknologi.
Terdapat beberapa metode perhitungan cadangan antara lain:
1. Metode Analogi, di mana lapangan belum ada data sama sekali. Data
berdasarkan lapangan-lapangan di sekitarnya.
2. Metode Volumetrik, dapat digunakan sebelum maupun sesudah reservoir
diproduksikan.
3. Metode Material Balance (Kesetimbangan Materi), digunakan setelah resevoir
diproduksikan dan sudah ada penurunan tekanan reservoir.
4. Metode Decline Curve (Kurva Penurunan Produksi), digunakan setelah resevoir
diproduksikan dan sudah ada penurunan laju produksi maupun tekanan
reservoir.
5. Metode Simulasi Reservoir, perkiraan cadangan dengan memodelkan kondisi
reservoir secara matematik dengan mengintegrasikan berbagai data yang ada
menggunakan simulator.
Pada bab ini akan dibahas perhitungan cadangan menggunakan metode
volumetrik, material balance, dan metode decline curve.
Luas daerah setiap garis isopach pada peta tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan planimeter dan diplot pada kertas, yaitu luas lapisan produktif versus
kedalaman. Selanjutnya perhitungan volume bulk dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan :
A. Persamaan Pyramidal
Metode ini digunakan apabila perbandingan luas kontur yang berurutan
𝐴𝑖+1
kurang dari 0,5 atau < 0,5
𝐴𝑖
∆ℎ
∆𝑉𝑏 = (𝐴𝑖 + 𝐴𝑖+1 + √𝐴𝑖 . 𝐴𝑖+1 ), 𝑎𝑐𝑟𝑒 − 𝑓𝑡 ............................. (6-1)
3
Sehingga,
𝑉𝑏 = ∑𝑖=𝑛
𝑖=0 ∆𝑉𝑏 , 𝑎𝑐𝑟𝑒 − 𝑓𝑡 .................................................................. (6-2)
dimana :
Vb = volume bulk batuan, acre-ft
Ai = luas yang dibatasi oleh garis isopach terendah, acre
Ai+1 = luas yang dibatasi oleh garis isopach diatasnya, acre
h = interval antar garis isopach, ft.
B. Persamaan Trapezoidal
Metode ini digunakan apabila perbandingan luas kontur yang berurutan lebih
𝐴𝑖+1
dari 0,5 atau > 0,5
𝐴𝑖
∆ℎ
∆𝑉𝑏1 = (𝐴𝑖 + 𝐴𝑖+1 ), 𝑎𝑐𝑟𝑒 − 𝑓𝑡 .................................................... (6-3)
2
dimana :
Vb = volume bulk per-segmen, acre-feet
An = luas area dari suatu isopach, feet
h = interval antara garis isopach, feet.
C. Persamaan Simpson
272
Metode ini digunakan jika interval kontur dan isopach tidak sama (tidak
teratur). Hasilnya akan lebih teliti jika dibandingkan metode trapezoidal. Secara
matematis dituliskan :
ℎ
𝑉𝑏 = (𝐴0 + 4𝐴1 + 2𝐴2 + 4𝐴3 + ⋯ + 2𝐴𝑖−2 + 4𝐴𝑖−1 + 𝐴𝑖 ) ........ (6-6)
3
Gambar 6.3. Grafik Volume Ideal untuk Menghitung Gross Volume Batuan
(Amyx, J.W., et al., “Petroleum Reservoir Engineering-Physical properties”, 1960)
7758 𝑥 𝑉𝑏 𝑥 𝜙 𝑥 (1−𝑆𝑤𝑖 )
𝑁= ...................................................................... (6-7)
𝐵𝑜𝑖
Di mana :
N = volume minyak mula-mula di reservoar (OOIP), (STB)
7758 = konversi acre-ft ke barrel (acre-ft/bbl)
Vb = volume bulk, dihitung berdasarkan peta isopach (acre-ft)
𝜙 = porositas batuan, (fraksi)
Swi = saturasi air mula-mula, (fraksi)
274
UR = N x RF .............................................................................. (6-8)
di mana :
N = Original Oil in place, satuan volume
RF = Recovery Faktor, fraksi.
Secara volumetris, ultimate recovery dapat ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut :
1−𝑆𝑤𝑖 𝑆
𝑈𝑅 = 7758 𝑥 𝑉𝑏 𝑥 𝜙 x ( − 𝐵𝑜𝑟 )................................................. (6-9)
𝐵𝑜𝑖 𝑜𝑎
di mana :
Sor = Saturasi minyak sisa, fraksi
Boa = Faktor volume formasi minyak abandonment, bbl/stb.
Unit recovery untuk depletion drive reservoir adalah :
1−𝑆𝑤 𝑆𝑤 −𝑆𝑔𝑟 𝑆𝑇𝐵
𝑈𝑅 = 7758 𝑥 𝑉𝑏 𝑥 𝜙 x ( 𝐵𝑜𝑖
− 𝐵𝑜𝑖
) , 𝑎𝑐𝑟𝑒−𝑓𝑡 ................................... (6-10)
di mana :
Sgr = Saturasi gas sisa, fraksi.
di mana :
Pi = Tekanan initial, psi
Pa = Tekanan abandonment, psi
Pb = Tekanan buble point, psi.
𝑆 𝑆 𝑆 𝑆
(𝑉𝑏 𝑥 𝜙 𝑥 𝑜𝑖 )−(𝑉𝑏 𝑥 𝜙 𝑥 𝑜𝑎 ) ( 𝑜𝑖 )−( 𝑜𝑎 )
𝐵𝑜𝑖 𝐵𝑜𝑎 𝐵𝑜𝑖 𝐵𝑜𝑎 𝑆 𝐵
𝑅𝐹 = 𝑆 = 𝑆𝑜𝑖 = 1 − 𝐵𝑜𝑎 𝑥 𝑆 𝑜𝑖 .......................(6-15)
𝑉𝑏 𝑥 𝜙 𝑥 𝑜𝑖 𝑜𝑎 𝑜𝑖
𝐵𝑜𝑖 𝐵𝑜𝑖
dimana :
N = banyaknya minyak mula-mula yang ada dalam reservoir, STB
Np = produksi kumulatif minyak, STB
𝐺𝑝
Rp =
𝑁𝑝
= Boi
m = perbandingan antara volume tudung gas reservoar awal dengan volume
reservoir minyak awal
We = water influx kumulatif, bbl
Wp = produksi kumulatif air, bbl
Bw = Faktor volume formasi air, bbl /STB
Swi = Saturasi air mula-mula, fraksi
Cw = Kompresibilitas air, Psi-1
Cf = Kompresibilitas formasi, Psi-1
∆P = (Pi-P), Psia.
2. Jika ekspansi air konat dan penyusutan pori diabaikan tetapi ada perembesan
air ke dalam reservoir dan ada produksi air di permukaan (We ≠ 0, Wp ≠ 0)
maka persamaan (6-17) dapat ditulis menjadi:
𝑁𝑝 𝐵𝑜 −𝑊𝑒 +𝑊𝑝 𝐵𝑤
𝑁= ............................................................................ (6-19)
𝐵𝑜 −𝐵𝑜𝑖
di mana :
1 𝐵
𝐶𝑜 = ∆ (𝐵 𝑜 − 1) ................................................................................ (6-21)
𝑃 𝑜𝑖
280
4. Jika ada ekspansi air konat, volume pori mengalami perubahan dan We ≠ 0, Wp
≠ 0, maka persamaan (6-17) dapat diuraikan sebagai berikut :
𝑁𝑝 𝐵𝑜 −𝑊𝑒 +𝑊𝑝 𝐵𝑤
𝑁= ............................................................................ (6-22)
𝐵𝑜𝑖 𝐶𝑒 ∆𝑃
di mana :
𝐶𝑜 𝑆𝑜 +𝐶𝑤 𝑆𝑤 +𝐶𝑓
𝐶𝑒 = .............................................................................. (6-23)
1−𝑆𝑤
atau
𝑁𝑝 𝐵𝑜 +(𝐺𝑝 −𝑁𝑝 𝑅𝑠 )𝐵𝑔 −(𝑊𝑒 −𝑊𝑝 𝐵𝑤 )
𝑁= 𝐵𝑔 .................................................... (6-25)
(𝐵𝑜 −𝐵𝑜𝑖 )+(𝑅𝑠𝑖 −𝑅𝑠 )𝐵𝑔 +𝑚𝐵𝑜𝑖 [ −1]
𝐵𝑔𝑖
d. Eg adalah merupakan ekspansi dari tudung gas awal (initial gas cap)
Bg
Eg Boi 1 ............................................................................... (6-30)
Bgi
Dengan melakukan substitusi persamaan (6-27) sampai persaman (6-30) ke
dalam persaman (6-26) di atas, persamaan material balance tersebut dapat
disederhanakan menjadi :
F = N [Eo + mEg + Ec]+We ............................................................... (6-31)
Persamaan (4-30) dapat diubah menjadi suatu persamaan garis lurus sesuai
dengan tenaga pendorong yang aktif pada reservoir tersebut. Untuk reservoir
minyak, metode Havlena-Odeh memiliki empat kriteria kemungkinan yaitu :
a. Closed Undersaturated-Oil Reservoirs
b. Volumetric Saturated-Oil Reservoirs
c. Gas Cap-Drive Reservoirs
d. Water-Drive Reservoirs.
F = Np Bo + Bw Wp , (RB)
Eo = (Bo - Boi), (RB/STB)
𝐶𝑤 𝑆𝑤𝑖 +𝐶𝑓
𝐸𝑐 = 𝐵𝑜𝑖 [ ]∆𝑝, (RB/STB)
1−𝑆𝑤𝑖
Plot antara F vs Eo + Ec (Efw) untuk menentukan nilai N merupakan slope dari grafik
yang dapat dilihat pada Gambar 6.5.
Plot (F/N − Eo) versus Eg, akan menghasilkan garis lurus dengan slope = m
(Gambar 6.7.). Jadi, slope = m.
(F
/
Plot F/Eo versus Eg/Eo akan berbentuk linier dengan intercept N and slope mN
(Gambar 6.8.). Jadi, N = intercept, mN = slope, dan m = slope/intercept.
D. Water-Drive Reservoirs
Untuk reservoir bertenaga dorong water-drive tanpa gas cap, kompresibilitas
air konat dan pori diabaikan, maka persamaan (6-31) bisa ditulis menjadi:
𝐹 𝑊
= 𝑁 + ( 𝑒) ..................................................................................... (6-37)
𝐸𝑜 𝐸𝑜
Gambar 6.9. Metode Trial and Error Untuk Menentukan Model Akuifer
Yang Tepat
(Dake, L.P., “Fundamentals Of Reservoir Engineering”, 1978)
Di mana :
We = Kumulatif Water Influx, bbl
Cs = Konstanta water influx steady state, bbl/day/psi
Pi = Tekanan reservoir awal, psia
P = Tekanan reservoir saat kondisi t, psia
t = Waktu, hari.
Untuk mencari harga Cs digunakan persamaan Material Balance Havlena Odeh
dengan water influx dan tanpa ada gas cap di mana :
𝐹 𝑊
= 𝑁 + ( 𝐸 𝑒) ................................................................................... (6-39)
𝐸𝑜 𝑜
ra
rd = .................................................................................................. (6-44)
re
Ct = Cw + Cf ........................................................................................... (6-45)
Di mana :
t = Waktu, hari
k = Permeabilitas dari aquifer, md.
𝜙 = Porositas dari aquifer, fraksi
μw = Viskositas dari air dalam aquifer, cp
ra = Radius dari aquifer, ft
re = Radius dari reservoir, ft
cw = Compressibilitas dari air, psi-1
C
f = Compressibilitas dari fluida, psi-1
B = Water influx konstan, bbl/psi
288
a. Menghitung cadangan sisa minyak atau gas dari suatu reservoir yang telah
mengalami penurunan produksi dan tidak mengalami perubahan metode
produksinya.
b. Memperkirakan besarnya laju produksi dan produksi kumulatif sumur,
reservoir , atau lapangan pada waktu tertentu.
c. Sebagai cara analisis pengembangan lapangan.
Penggunaan metode Decline Curve memerlukan data produksi, baik data
produksi per sumur ataupun data produksi kumulatif per reservoir, sepanjang masa
produksi sumur atau reservoir tersebut.
Karakteristik decline curve ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Geologi: lithofacies batuan reservoir.
b. Reservoir: dimensi, mekanisme pendorong, heterogenitas reservoir.
c. Batuan dan fluida reservoir: porositas, permeabilitas, saturasi fluida, sifat
fisik fluida.
d. Kondisi sumur: diameter sumur, interval komplesi, kerusakan formasi,
ketinggian fluida, ukuran choke.
e. Fasilitas dan mekanisme pengangkatan.
Syarat penggunaan metode decline curve yaitu:
a. Kondisi-kondisi mekanis dan drainage reservoir konstan,
b. Jumlah sumur yang aktif konstan, dan
c. Sumur-sumur diproduksi pada kapasitasnya.
d. Tidak ada pengaruh dari faktor-faktor seperti:
kerusakan formasi (formation damage),
perubahan kondisi operasi produksi, dan
kegagalan atau kerusakan peralatan.
Pada prinsipnya peramalan jumlah cadangan sisa minyak atau gas dengan
metode decline curve adalah memperkirakan hasil ekstrapolasi (perpanjangan
garis) yang diperoleh dari suatu grafik (kurva) yang dibuat berdasarkan plot antara
laju produksi terhadap produksi kumulatif atau laju produksi terhadap waktu
produksinya. Sedangkan, untuk peramalan cadangan dan produksi minyak atau gas
290
pada waktu yang akan datang dapat menggunakan beberapa macam tipe grafik,
yaitu:
Rate produksi vs waktu,
Rate produksi vs produksi kumulatif,
Persen minyak vs produksi kumulatif,
Produksi kumulatif gas vs produksi kumulatif minyak,
Persen air vs produksi kumulatif,
Tekanan reservoir vs produksi kumulatif minyak.
Beberapa parameter yang perlu diketahui dalam analisis decline curve
adalah: decline rate (D), loss ratio(a), dan eksponen decline (b).
Decline rate (kecepatan penurunan produksi) adalah fraksi perubahan laju
produksi terhadap waktu.
𝑑𝑞⁄
( 𝑑𝑡)
𝐷=− ............................................................................... (6-46)
𝑞
di mana:
D = decline rate, (/hari, bulan, tahun)
Q = laju produksi, (STB/hari, bulan, tahun)
t = waktu, (hari, bulan, tahun).
Loss ratio (a) adalah fungsi dari decline rate.
1
𝑎=− 𝑑𝑞 .............................................................................. (6-47)
( ⁄𝑑𝑡)
( )
𝑞
𝑞
𝑎=− 𝑑𝑞⁄ ............................................................................... (6-48)
( 𝑑𝑡)
Eksponen decline (b) adalah fungsi turunan pertama dari loss ratio.
𝑞
𝑑 𝑑𝑞
( ⁄𝑑𝑡)
𝑏=− ................................................................................ (6-49)
𝑑𝑡
𝑑𝑎
𝑏= ........................................................................................... (6-50)
𝑑𝑡
di mana:
b = eksponen decline (kadang ditulis “n”)
a = loss ratio, /bulan.
291
dimana:
Di = nominal decline rate
K = konstanta
qi = laju produksi mula-mula.
Laju produksi pada waktu t (qt) dan produksi kumulatif (Np) dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut :
1
𝑞𝑡 = 𝑞𝑖 (1 + 𝑏𝐷𝑖 𝑡)−𝑏 .......................................................................... (6-53)
dan
Di disebut sebagai initial nominal decline rate, yang bisa dihitung berdasarkan
persamaan
𝑞
( 𝑖⁄𝑞𝑡 )𝑏 −1
𝐷𝑖 = ..................................................................................... (6-56)
𝑏𝑡
Adapun parameter decline rate lain yang disebut effective decline rate:
𝑞𝑖 −𝑞𝑡
𝐷𝑒 = ........................................................................................... (6-57)
𝑞𝑖
Initial nominal decline rate sebagai fungsi effective decline rate dan sebaliknya:
1
𝐷𝑖 = 𝑏 − [(1 − 𝐷𝑒 )−𝑏 − 1] ................................................................ (6-58)
293
dan
1⁄
𝐷𝑒 = 1 − (1 + 𝑏𝐷𝑖 )− 𝑏 ..................................................................... (4-59)
di mana:
b = 0 sehingga Kqb = K
K = konstanta
qi = laju produksi mula-mula
qt = laju produksi pada waktu t.
Laju produksi pada waktu t (qt) dan produksi kumulatif (Np) dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut :
𝑞𝑡 = 𝑞𝑖 𝑒 −𝐷𝑡 ........................................................................................ (6-61)
𝑞𝑖 −𝑞𝑡
𝑁𝑝 = ........................................................................................... (6-62)
𝐷
dimana:
ta = lama waktu produksi sampai abandonment, (hari, bulan, tahun)
qa = laju produksi abandonment /economic limit, (STB/hari, bulan, tahun)
D = nominal decline rate, (/hari, bulan, tahun).
Hubungan antara nominal decline rate (D) dengan effective decline rate (De) adalah
sebagai berikut:
𝑞𝑖 𝑒 −𝐷𝑡 = 𝑞𝑖 − 𝑞𝑖 𝐷𝑒 .............................................................................(6-64)
𝑞𝑖 𝑒 −𝐷 = 𝑞𝑖 − 𝑞𝑖 𝐷𝑒 ..............................................................................(6-65)
294
Sehingga :
atau
𝐷𝑒 = (1 − 𝑒 −𝐷 ) .................................................................................. (6-67)
Laju produksi pada waktu t (qt) dan produksi kumulatif (Np) dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut :
𝑞
𝑞𝑡 = (1+𝐷𝑖 𝑡) ....................................................................................... (6-70)
𝑖
dan
𝑞 𝑞
𝑁𝑝 = 𝐷𝑖 𝑙𝑛 𝑞𝑖 ....................................................................................... (6-71)
𝑖 𝑡
di mana:
ta = lama waktu produksi sampai abandonment, (hari, bulan, tahun)
qa = laju produksi abandonment/economic limit, (STB/hari, bulan, tahun)
Di = initial nominal decline rate, (/hari, bulan, tahun).
Hubungan antara nominal decline rate (D) dengan effective decline rate (De) adalah
sebagai berikut:
𝑞𝑖
(1 + 𝐷𝑖 𝑡)
= 𝑞𝑖 − 𝑞𝑖 𝐷𝑒 ............................................................................ (6-73)
295
atau
1
= (1 − 𝐷𝑒 ) ............................................................................ (6-75)
(1 + 𝐷𝑖 )
Sehingga :
𝐷𝑒
𝐷𝑖 = .......................................................................................... (6-76)
(1−𝐷𝑒 )
𝐷
𝐷𝑒 = (1+𝐷𝑖 ) ...................................................................................... (6-77)
𝑖
5. Hitung laju produksi (q) mulai dari t=1 untuk berbagai harga b:
Untuk b = 0 dengan persamaan (6-61)
Untuk 0 < b<1 dengan persamaan (6-53)
Untuk b = 1 dengan persamaan (6-70).
6. Hitung selisih q actual dengan q forecast dan (χ2) untuk masing-masing t
dengan menggunakan persamaan Chi-Square Test, sebagai berikut :
(𝑞𝑎 −𝑞𝑓𝑐 )2
𝜒2 = | |...................................................................... (6-79)
𝑞𝑓𝑐
di mana:
qa = data observasi (actual)
qfc = data perkiraan (forecast).
7. Pilih harga b yang memberikan harga Σχ2 paling kecil dimana
menunjukkan kurva yang paling fit untuk mewakili titik-titik data yang
sedang dianalisis.
6.1.3.3. Penentuan Decline Rate (D)
Setelah mendapatkan nilai b dan jenis kurva decline, langkah selanjutnya
adalah menghitung nilai D (Decline rate), menggunakan persamaan yang sesuai
dengan jenis Decline Curve-nya. Apabila nilai b=0 maka persamaan yang
digunakan adalah persamaan 6-60, apabila nilai b di antara 0-1 maka persamaan
yang digunakan ialah persamaan 6-56 dan apabila nilai b=1 maka persamaan yang
digunakan yaitu persamaan 6-78.
6.1.3.4. Penentuan Economic Limit Rate (qL)
Economic Limit Rate (qL) adalah batas di mana laju produksi minyak yang
dihasilkan akan memberikan penghasilan bersih yang besarnya sama dengan biaya
operasional yang dikeluarkan untuk segala keperluan sumur atau lapangan yang
bersangkutan. Menurut Robert S. Thompson (1985) , qL dapat dirumuskan dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
(𝑂𝑃𝐶)(𝑊𝐼) 𝑆𝑇𝐵
𝑞𝐿 = (30,4)(1−𝑃𝑇𝑅)(𝑆𝑃)(𝑁𝑅𝐼) , (𝑑𝑎𝑦) ............................................................. (6-80)
Di mana:
OPC = Monthly operating cost, $/month.
PTR = Production Tax Rate, fraksi.
297
menyesuaikan dengan regulasi yang berlaku atau kesepakatan antara kedua belah
pihak. Harga minyak mentah dipengaruhi oleh oAPI, semakin besar harga oAPI
suatu minyak maka menunjukkan minyak tersebut semakin ringan dan harganya
semakin mahal.
Apabila kepemilikan perusahaan dimiliki oleh satu orang/pihak maka harga
WI = 1 (100 %), bila kepememilikan bersama maka harga WI tergantung dari
kepemilikan yang besarnya berdasarkan kesepakatan dari perusahaan.
Net Revenue Interest (NRI) didefinisikan sebagai selisih antara working
interest dan royalty interest.
Royalty Interest diberikan kepada pemerintah berdasarkan peraturan
perundangan sebagai pemilik lahan atau area yang digunakan. Penyewa lahan
membayar suatu persentase tertentu dari uang yang diterima dari penjualan
hidrokarbon. Pemilik lahan tidak harus membayar biaya pengeboran dan peralatan-
peralatan pemboran. Pemilik lahan tidak juga membayar untuk biaya treatment
hidrokarbon kecuali dalam kondisi tertentu (biasanya kompresi, perawatan, atau
pengiriman gas).
6.1.3.6. Prediksi Laju Produksi Forecast (qo) dan Kumulatif Produksi
Forecast (Npt→limit)
Setelah harga b, Di, dan type decline-nya diketahui, maka prediksi laju
produksi minyak (qo) dan kumulatif produksi forecast (Npt→limit) dapat dilakukan.
Selanjutnya akan dijelaskan pada sub-bab berikut ini :
6.1.3.6.1. Prediksi Laju Produksi Forecast (qo)
Prediksi laju produksi minyak forecast (qo) dapat dilakukan dengan
memasukkan harga t yang diinginkan ke dalam persamaan decline curve yang
sesuai dengan type decline-nya sehingga harga qt dapat dicari. Persamaan untuk
menentukan laju produksi minyak (qo) yaitu :
Apabila type decline-nya adalah hyperbolic decline curve maka
digunakan persamaan 6-53
Apabila type decline-nya adalah exponential decline curve maka
digunakan persamaan 6-61
299
Di mana :
EUR = Estimated Ultimate Recovery, STB
Npt = Kumulatif produksi minyak yang sudah diperoleh, STB
Npt→limit = Kumulatif produksi minyak sampai t limit, STB.
6.1.3.7. Penentuan Umur Produksi Lapisan (t)
Penentuan umur produksi lapisan (t) sampai batas ekonomisnya, dapat
dilakukan setelah diketahui tipe decline curve dari reservoir yang dikaji. maka
penentuan umur produksi dapat dihitung dengan persamaan dari tiap-tiap tipe
decline curve sebagai berikut:
Apabila type decline-nya adalah hyperbolic decline curve maka
digunakan persamaan 6-55
300
Di mana :
RF = Recovery factor, %
EUR = Estimated ultimate recovery, STB
Ni = Original oil in place, STB.
Berikut ini akan dibicarakan hal – hal yang berhubungan dengan produktivitas
formasi, yaitu aliran fluida dalam media berpori, Productivity Index (PI) dan kurva
Inflow Performance Relationship (IPR).
Gambar 6.13. Grafik Flow Rate vs t dan Pressure vs t pada Pressure Build Up
Test
(Tarek Ahmed, 2005)
Dasar analisa pressure build up ini dikemukakan oleh Horner, yang pada
dasarnya adalah memplot tekanan terhadap suatu fungsi waktu. Pada analisa PBU
dipakai rumus Horner,yaitu :
162,6.𝑞.𝜇.𝐵 𝑡𝑝 +∆𝑡
𝑃𝑤𝑠 = 𝑃𝑖 − 𝑙𝑜𝑔 ( ) ..........................................................(6-84)
𝑘ℎ ∆𝑡
Dimana :
Pws : Tekanan alir dasar sumur, psi
Pi : Tekanan mula-mula reservoir, psi
Q : Laju produksi sebelum sumur ditutup, bbl/day
µ : Viskositas, cp
B : Faktor volume formasi, bbl/stb
K : Permeabilitas, mD
h : Ketebalan formasi, ft
tp : waktu produksi sebelum sumur ditutup, jam, (Np/q) x 24
Δt : waktu penutupan sumur, jam
303
dengan kemiringan :
162,6.q. μ.B
m= , psi/cycle .................................................................... (6-85)
kh
Dari persamaan tersebut kemudian dapat dibuat grafik horner plot yaitu plot
𝑡𝑝 +∆𝑡
antara Pwf dengan dengan ( ). Grafik Horner Plot ditunjukkan pada Gambar
∆𝑡
6.14.
Pwf = Pi -
log 0,869.S ......................... (6-86)
kh kt
304
162,6.q..B k
Pwf = Pi - log .t log - 3,2275 0,86859.S ... (6-91)
2
kh ..Ct .rw
Dari persamaan terlihat bahwa plot antara Pwf dan versus log t merupakan
garis lurus dengan kemiringan :
162,6.q. .B
m= .................................................................................... (6-92)
kh
Di dalam teknik perminyakan, biasanya dipilih waktu t1jam dan mencatat
Pwf pada saat itu = P1jam. Dengan konsep ini kemudian kita dapat menentukan harga
“S” sehingga :
Pi - P(1 jam) k
S = 1,151 - log 3,23 ..................................... (6-93)
..Ct .rw
2
m
q. 2.kt
…(6-94)
re 3
Pi - Pwf ln - S 2 Bn a n , reD exp a n2 , rDw
2 .kh ..Ct.rw 2
rw 4 n 1
Apabila laju aliran tetap, maka tekanan rata-rata pada reservoir ini adalah
q.t
P Pi - .................................................................................. (6-95)
.C.h.re 2
Apabila persamaan (6-94) dan (6-95) dikombinasikan dan kemudian
disusun kembali, maka akan didapatkan persamaan sebagai berikut :
307
q.
~
Pwf - P
2.Bn an , reD exp an2 , rDw
2 .kh n 1
............................. (6-96)
dimana :
~ q.μ re 3
P = P- ln - + S ............................................................... (6-97)
2π.kh rw 4
q. 0,00168.k .t
~
log Pwf - P log 118,6 -
2 .kh ..C.re 2
................................. (6-101)
Dari persamaan (6-12), jelaslah terlihat bahwa grafik antara log (Pwf-P) vs t harus
merupakan garis lurus dengan kemiringan,
β = 0,00168 k / Φ μ C re2 ................................................................. (6-102)
dan titik potong terhadap sumbu tegak (b)
b = 118,6 q μ B / k h ...................................................................... (6-103)
Plot antara log (Pwf-P) vs t akan linier asalkan P diketahui besarnya. Tetapi
pada metoda ini harus dilakukan coba-coba menggunakan suatu harga P. Apabila
308
harga P tadi cocok dengan kondisi yang ada, maka akan didapatkan garis lurus.
Cara ini secara skematis, dapat dilihat pada Gambar 6.16.
q. 2.kt re 3
.................................... (6-108)
Pi - Pwf ln - S
2 .kh ..C t .rw 2 rw 4
Dari persamaan aliran radial silindris pada kondisi pseudo steady state dapat
dilihat bahwa Pwf vs t merupakan garis lurus dengan kemiringan :
βL = q / Φ C h re2 ............................................................................... (6-109)
Dengan mengetahui kemiringan ini, drainage volume dapat ditentukan (dalam
satuan Barrels) :
Vp = 0,0418 q B / BL C ....................................................................... (6-110)
produksi yang dihasilkan oleh suatu sumur pada suatu harga tekanan alir dasar
sumur tertentu dengan perbedaan antara tekanan dasar sumur pada keadaan statik
(Ps) dan tekanan dasar sumur pada saat terjadi aliran (Pwf), yang secara matematis
dapat dituliskan :
q
PI , bbl/D/Psi............................................................(6-113)
Ps Pwf
di mana :
Ps = Tekanan statik, Psia
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, Psia.
0,00708.k o .h
PI ....................................................................(6-114)
o .Bo . ln( re / rw)
Persamaan (6-112) hanya dapat digunakan untuk aliran fluida satu fasa,
sehingga tidak dapat dipenuhi apabila dalam aliran fluida terdapat air formasi, tetapi
dalam praktek keadaan semacam ini masih dianggap berfasa satu, sehingga
Persamaan (6-113) dapat diperluas dengan memasukkan laju alir ke dalam
persamaan tersebut yaitu :
qo qw
PI .................................................................................. (6-115)
Ps Pwf
di mana :
PI = productivity index, bbl/hari/psi
qw = laju aliran air dipermukaan, STB/D
k = permeabilitas batuan, mD
kw = permeabilitas efektif air, mD
312
Di mana :
SPI = Spesific Productivity Index, bbl/day/psi/ft
h = ketebalan formasi produktif, ft.
Faktor – faktor yang mempengaruhi harga Productivity Index yaitu :
A. Karakteristik Batuan Reservoar
a. Permeabilitas
Dengan turunnya permeabilitas, maka fluida akan lebih sukar mengalir
sehingga harga PI akan turun.
b. Saturasi
Dalam proses produksi saturasi minyak berkurang dengan naiknya produksi
kumulatif minyak dan kekosongan tersebut diganti oleh air atau gas bebas.
Disamping itu, proses produksi berlangsung terus dengan penurunan
tekanan sehingga timbul fasa gas yang mengakibatkan saturasi gas
betambah dan saturasi minyak berkurang. Hal ini akan mengurangi
permeabilitas efektif minyak sehingga PI akan turun.
B. Karakteristik Fluida Reservoar
313
mengalir dan pengaruh faktor skin. Pengelompokan metoda tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Aliran satu fasa (minyak)
a. Tanpa pengaruh skin
- Persamaan Darcy
2. Aliran dua fasa (minyak dan gas)
a. Tanpa pengaruh skin
- Persamaan Vogel
b. Dengan pengaruh skin
- Persamaan Standing
- Persamaan Couto
- Persamaan Harrison
- Persamaan Pudjo Sukarno
3. Aliran Tiga Fasa (Gas, Minyak dan Air)
a. Tanpa pengaruh skin
- Persamaan Petrobras
- Persamaan Pudjo Sukarno
6.2.3.1. Kurva IPR Satu Fasa
Berdasarkan definisi PI pada persamaan (6-113), untuk suatu saat tertentu di
mana Ps dan PI konstan serta aliran fluidanya satu fasa, maka variabelnya adalah
laju produksi minyak (qo) dan tekanan aliran di dasar sumur (Pwf). Persamaan (6-
113) dapat diubah menjadi:
qo = PI (Ps-Pwf) .................................................................................(6-118)
Penentuan IPR untuk aliran fluida satu fasa ditentukan berdasarkan prosedur
sebagai berikut:
1. Siapkan data hasil uji tekanan dan produksi, yaitu Ps, Pwf dan qo serta
data-data sifat fisik batuan, sifat fisik fluida dan geometri geometri
reservoir jika kita ingin melakukan perhitungan menggunakan persamaan
Darcy.
2. Hitung PI dengan menggunakan persamaan (6-113)
3. Pilih tekanan aliran dasar sumur (Pwf)
316
4. Hitung laju aliran minyak (qo) untuk Pwf tersebut dengan menggunakan
persamaan (6-118) atau bisa juga menggunakan persamaan (6-113)
5. Kembali ke langkah 3 dengan harga Pwf yang berbeda
6. Plot q terhadap Pwf yang diperoleh dari langkah 3 dan 4 pada kertas
grafis kartesian, dengan qo sebagai sumbu datar (sumbu X) dan Pwf
sebagai sumbu tegak (sumbu Y).
Untuk grafik IPR satu fasa dapat dilihat pada Gambar 6.17. Dari gambar
tersebut dijelaskan bahwa titik A adalah harga Pwf pada saat q = 0 dan titik B adalah
harga q pada Pwf = 0, dimana harga q ini merupakan laju produksi maksimum.
Harga PI merupakan kemiringan dari garis IPR yaitu :
𝑂𝐵
𝑃𝐼 = tan 𝜃 = 𝑂𝐴................................................................................... (6-119)
menyatakan apabila yang mengalir adalah fluida dua fasa (minyak dan gas), maka
bentuk kurva IPR membentuk kelengkungan seperti Gambar 6.18., dan harga J
tidak lagi merupakan harga yang konstan, karena kemiringan IPR akan berubah
secara kontinyu untuk setiap harga Pwf. Berdasarkan pada kondisi tekanannya
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tekanan di atas bubble point (Pb) dan tekanan
di bawah Pb seperti pada Gambar 6.18. Kurva di atas Pb merupakan kurva IPR
satu fasa dengan harga J yang konstan, sedangkan kurva di bawah Pb merupakan
kurva IPR dua fasa.
Di bawah ini akan dijelaskan persamaan kurva IPR dua fasa tanpa pengaruh
faktor skin dan dengan pengaruh faktor skin.
6.2.3.2.1. Kurva IPR Dua Fasa Tanpa Pengaruh Faktor Skin
Untuk memudahkan perhitungan kelakuan aliran fluida dua fasa dari formasi
ke lubang sumur, Vogel mengembangkan persamaan berdasarkan analisa terhadap
grafik-grafik IPR yang dihasilkan dari model reservoar yang disimulasikan dengan
318
Dari data uji produksi diperoleh laju produksi dan tekanan alir dasar sumur (Pwf)
sedangkan dari data uji tekanan diperoleh tekanan statik sumur (Ps).
Prosedur perhitungan kurva IPR untuk aliran dua fasa berdasarkan metode Vogel
adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan data uji tekanan dan produksi, hitung harga Pwf/Ps
2. Substitusikan harga Pwf/Ps dari langkah pertama dan harga laju produksi
(qo) dari data uji produksi, dan menghitung harga qmax dengan
menggunakan persamaan:
𝑞𝑜
𝑞𝑚𝑎𝑥 = 𝑃𝑤𝑓 𝑃𝑤𝑓 ...........................................................(6-121)
1−0,2( )−0,8( )2
𝑃𝑠 𝑃𝑠
3. Untuk membuat kurva IPR anggap beberapa harga Pwf dan hitung harga qo
dengan persamaan:
𝑃𝑤𝑓 𝑃𝑤𝑓 2
𝑞𝑜 = 𝑞𝑚𝑎𝑥 {1 − 0,2 ( 𝑃𝑠
) − 0,8( 𝑃𝑠
) ................................................(6-122)
4. Plot qo terhadap Pwf pada kertas linear. Kurva yang diperoleh adalah
kurva kinerja aliran minyak dari formasi ke lubang sumur (Gambar 6.19.).
Apabila keadaan di mana tekanan reservoir lebih besar daripada tekanan
saturasi maka persamaan Vogel dimodifikasi dan kurva IPR terdiri dari dua bagian,
yaitu bagian kurva yang linier (untuk harga Pwf diatas tekanan saturasi) dan kurva
yang tidak linier (untuk harga Pwf dibawah tekanan saturasi). Untuk bagian yang
linier, kurva IPR mengikuti hubungan qo dan dan Pwf yang linier, yaitu:
qo = J (Ps – Pwf) ...............................................................................(6-123)
319
di mana:
J = indeks produktivitas, bbl/day/Psi.
Sedangkan, untuk bagian yang tidak linier, persamaan kurva IPR adalah sebagai
berikut :
Pwf Pwf
2
di mana :
qb = laju alir minyak saat Pb, bbl/day
Pb = tekanan saturasi, Psia
Qmax = qb + (J Pb/1,8), bbl/day.
Kurva IPR gabungan antara persamaan Vogel dengan PI konstan akibat
tekanan reservoir lebih besar dari Pb dapat dilihat pada Gambar 6.19.
Gambar 6.19. Kurva IPR Dua Fasa Tanpa Pengaruh Faktor Skin
(Brown, Kermit E. and Beggs, H. Dale, “The Technology of Artificial Lift Methods”,
Volume 1, 1977)
produksi pada harga FE yang dimaksud. Untuk menghitung harga laju produksi
maksimum pada harga FE yang dimaksud, maka harga Pwf (tekanan alir dasar
sumur pada kondisi sebenarnya) yang berharga sama dengan nol diubah menjadi
Pwf’ (tekanan alir dasar sumur pada kondisi ideal). Selanjutnya dihitung laju
produksinya.
Kelemahan dari persamaan Standing adalah dihasilkan kurva IPR, yaitu:
1. Hampir lurus, untuk harga FE << 1, meskipun kondisi aliran dua fasa
(Gambar 6.20).
2. Berlawanan dengan definisi kelakuan aliran fluida dari formasi kelubang
sumur (Gambar 6.21).
Kedua hal tersebut diatas disebabkan penggabungan antara dua persamaan
yang tidak selaras, yaitu persamaan Vogel dikembangkan untuk kondisi aliran dua
fasa sedangkan FE (efisiensi aliran) didefinisikan untuk kondisi satu fasa.
Dengan demikian perlu disadari tentang hal tersebut diatas apabila persamaan
Standing ini akan digunakan.
B. Persamaan Couto
Couto memanipulasi persamaan Standing untuk kinerja aliran fluida dari
formasi ke lubang sumur, dengan cara menggabungkan definisi indeks
produktivitas. Persamaan yang dihasilkannya adalah sebagai berikut :
h k o
qo = 0,00419 Pr (FE) (1 R )(1,8 0,8(FE)(1 R )) .(6-126)
ln( 0, 472 re / r )
w o o B
di mana :
R = Pwf / Pr.
Dengan mengetahui sifat fisika batuan (ko) dan sifat fisika fluida (minyak),
maka dapat dibuat kurva IPR berdasarkan satu uji tekanan.
Persamaan Couto ini mempunyai kelemahan, yaitu diperlukannya sifat fisik
batuan dan fluida reservoar (minyak), yang agak sulit untuk diperoleh di lapangan
dengan berjalannya produksi. Disarankan persamaan Couto ini digunakan di awal
sumur berproduksi (setelah completion), dengan demikian harga k o, o , dan Bo
diperoleh dengan mudah dan teliti.
323
C. Persamaan Harrison
Harrison menurunkan persamaan kurva IPR, dengan tujuan menghilangkan
bentuk kurva IPR yang tidak semestinya, seperti yang diperoleh dengan metoda
Standing. Persamaan ini bersifat empiris, dan tetap menggunakan definisi efisiensi
aliran (FE) untuk kondisi aliran satu fasa. Persamaan Harrison tersebut adalah
sebagai berikut :
P
1,2 0,2Exp 1,791759 wf ...........................................(6-127)
qo
Qo max Pr
Di mana Pwf' dihitung dengan menggunakan persamaan (6-125).
Pemakaian definisi FE yang tidak sesuai dengan kondisi persamaan dasar, maka
ketelitian dari metoda ini, juga diragukan.
D. Persamaan Pudjo Sukarno
Persamaan ini dikembangkan dengan menggunakan simulasi reservoar
hipotesis seperti persamaan Vogel, tetapi pengaruh skin diperhitungkan. Harga
faktor skin berkisar antara –4 sampai dengan 10. Hasil analisa regresi menghasilkan
persamaan untuk menghitung kurva IPR sebagai berikut:
𝑞𝑜 𝑎1 +𝑎3 (𝑃𝐷 )+𝑎5 (𝑃𝐷 )2
𝑞𝑚𝑎𝑥@𝑆=0
= 1+𝑎2 (𝑃𝐷 )+𝑎4 (𝑃𝐷 )2
............................................................... (6-128)
Keterangan :
PD = Pwf / Pr
a1sampai a5 adalah konstanta persamaan yang merupakan fungsi dari faktor
skin, dan dicari dengan persamaan berikut:
an = c1 exp (c2S) + c3 exp (c4S) ..........................................................(6-129)
Di mana:
n = 1, 2, 3, 4 dan 5
S = faktor skin
Harga c1 sampai dengan c4 ditentukan dari Tabel VI-1.
324
Tabel VI-1.
Konstanta c1, c2, c3, dan c4
(Santoso, Anas Puji, Ir.MT., “Teknik Produksi I”, 1998)
an c1 c2 c3 c4
a1 0,182922 -0,364438 0,814541 -0,55873
a2 -1,476950 -0,456632 1,646246 -0,442306
a3 -2,149274 -0,195976 2,289242 -0,220333
a4 -0,021783 -0,0088286 -0,260385 -0,210801
a5 -0,552447 0,032449 -0,583242 -0,306962
Prosedur perhitungannya kurva IPR dengan metode Pudjo Sukarno adalah sebagai
berikut:
1. Berdasarkan hasil uji build up atau drawdown, tentukan faktor skin (S)
2. Dengan menggunakan persamaan (6-129), hitung konstanta a1 sampai
dengan a5, di mana konstanta c1 sampai dengan c4 untuk masing-masing an
dapat dilihat di Tabel VI-1.
3. Hitung harga Pwf/Pr kemudian substitusikan ke dalam persamaan (6-128)
untuk menghitung harga qomax@S=0.
4. Kurva IPR dapat dihitung dengan menganggap beberapa harga P wf dan
dihitung harga qo dengan menggunakan persamaan (6-128) dan harga
qomax@S=0.
5. Plot antara qo dan Pwf pada kertas grafik linear adalah kurva IPR sumur yang
bersangkutan.
6.2.3.3. Kurva IPR Tiga Fasa
Metode untuk menentukan kenerja aliran gas, minyak dan air formasi ke
lubang sumur telah dikembangkan oleh :
1. Petrobras
2. Pudjo Sukarno
Dalam tulisan ini yang akan dibahas hanya metoda Pudjo Sukarno, karena metoda
ini lebih sederhana dibandingkan dengan metoda Petrobras.
325
di mana :
An, (n = 0, 1 dan 2) adalah konstanta persamaan, yang harganya berbeda
untuk water cut yang berbeda. Hubungan antara konstanta tersebut dengan
water cut ditentukan pula dengan analisisis regresi, dan diperoleh
persamaan berikut :
A n Co C1 WC C 2 WC ........................................................(6-131)
2
dimana :
Cn (n = 0, 1 dan 2) untuk masing-masing harga An ditunjukkan dalam Tabel
VI-2.
326
Tabel VI-2.
Konstanta Cn untuk Masing-masing An
(Santoso, Anas Puji, Ir.MT., “Teknik Produksi I”, 1998)
An Co C1 C2
-1
A0 0,980321 -0,115661 x 10 0,179050 x 10-4
A1 -0,414360 0,392799 x 10-2 0,237075 x 10-5
A2 -0,564870 0,762080 x 10-2 -0,202079 x 10-4
Sedangkan hubungan antara tekanan alir dasar sumur terhadap water cut
dapat dinyatakan sebagai Pwf/Pr terhadap WC WC@Pwf Pr dimana
Di mana :
P1 = 1,606207-0,130447 ln (WC)
P2 = -0,517792+0,110604 ln (WC)
WC (Water Cut) dinyatakan dalam persen (%).