Anda di halaman 1dari 3

CT-Scan ( Computed Tomography Scanning).

Potongan tipis (1 mm) CT-scan dapat

menunjukkan lusensi yang melewati tulang temporal. Keterlibatan telinga tengah, tulang

petrosus, kapsul otic, dan saluran saraf wajah merupakan penentu utama prognosis (Richard J

Woodcock Jr, MD., 2012).

Fraktur longitudinal (ditunjukkan pada gambar di bawah) sejajar dengan sumbu panjang

tulang petrosus. Keterlibatan telinga tengah, kanalis karotis, tulang labirin, dan meatus

akustikus eksternus sebaiknya diperhatikan (Richard J Woodcock Jr, MD., 2012).

Gambar 4. Aksial noncontrast CT scan pada patah tulang longitudinal tulang temporal (panah)

Fraktur transversal (dilihat di bawah) tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang petrosus.

Keterlibatan struktur telinga bagian dalam dan nervus fasialis harus diperhatikan.
Gambar 5. Aksial noncontrast CT scan patah tulang transversal pada tulang temporal (panah)

Fraktur oblique (ditampilkan di bawah) memiliki unsur tranversal dan longitudinal.

Gambar 6. Aksial noncontrast CT scan dengan tulang temporal menunjukkan patah tulang
kompleks dengan komponen transversal (panah) dan komponen oblique (panah atas)

MRI (Magnetic Resonance Imaging). Hasil MRI menunjukkan adanya cairan pada telinga

tengah dan air sel mastoid. Gambar T1-weighted memperlihatkan bagian yang terang di

labirin atau telinga tengah yang konsisten dengan perdarahan. Namun, pada fraktur tulang

temporal MRI memiliki sensitivitas dan spesifisitas sangat rendah (Richard J Woodcock Jr,

MD., 2012).

Nuclear Imaging. Studi kedokteran nuklir tidak digunakan dalam mendiagnosis trauma

akut. Namun, cisternography nuklir dapat digunakan sebagai tambahan pada CT scan untuk

diagnosis trauma yang berhubungan dengan kebocoran Cerebro Spinal Fluid (CSF). Dalam

pemakaiannya, cisternography nuklir merupakan cara yang sensitif untuk mendeteksi

kebocoran CSF tetapi tidak akurat dalam menggambarkan lokasi kebocoran (Richard J

Woodcock Jr, MD., 2012).

Angiography. Angiography bukan merupakan pemeriksaan penunjang dalam diagnosis

atau manajemen fraktur tulang temporal, namun bila fraktur mengenai kanalis arteri karotis

internal dapat terjadi kerusakan arteri karotis sehingga diperlukan pemeriksaan angiography.
Dalam sebuah penelitian retrospektif terhadap penggunaan angiografi untuk evaluasi fraktur

tulang temporal, Ahmed et al menemukan bahwa angka kematian secara signifikan lebih

tinggi terjadi pada pasien dengan CT abnormal tanpa dilakukan angiogram daripada pada

pasien dengan CT abnormal dan angiogram yang abnormal. Para peneliti saat ini

menyimpulkan bahwa diperlukan pedoman penggunaan angiografi yang luas untuk

mencakup semua pasien yang memiliki bukti CT cedera neurocranial, sehingga dapat

mendeteksi cedera vaskular yang perlu manajemen yang agresif dan untuk menurunkan

angka kematian secara keseluruhan (Richard J Woodcock Jr, MD., 2012).

Anda mungkin juga menyukai