Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan acuan untuk memperjelas arah dan

mendukung penelitian ini. Beberapa pendapat para ahli turut diuraikan sebagai

rujukan yang dianggap relevan dalam penelitian ini.

1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif

Beberapa teori tentang model pembelajaran kooperatif yang sehubungan

dengan pengertian model, pengertian pembelajaran, pengertian model

pembelajaran dan pengertian model pembelajaran kooperatif.

a. Pengertian Model

Istilah model sering diartikan sebagai acuan yang digunakan agar dapat

mencapai hasil yang diharapkan. Suprijono (2013: 64) berpendapat “Model adalah

bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang

atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”. Selanjutnya

Subyantoro (2013:14) mendefinisikan “Model adalah kerangka konseptual suatu

pandangan yang terdiri atas komponen-komponen kritis yang merupakan variabel

penting”. Sedangkan menurut Rusman (2014:133) “Model merupakan pola umum

perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan”.

Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Model

adalah bentuk representasi akurat suatu pandangan yang terdiri atas komponen-

komponen kritis yang memungkinkan seseorang bertindak berdasarkan model itu

untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

8
9

b. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang

saling bertukar informasi. Menurut Haling (2007:14) “Pembelajaran adalah

kegiatan yang dilaksanakan secara terencana pada setiap tahapan, yaitu

perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran tindak lanjut”. Selanjutnya,

Arifin (2010:10) mengungkapkan:

“Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan


sistemik yang bersifat interaktif dan komunikatif antar pendidik “guru”
dengan siswa, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatu
kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar siswa”.

Berkaitan dengan pendapat di atas pengertian pembelajaran menurut

Pangewa (2010:2) yaitu “Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang

untuk membantu seseorang untuk mempelajari suatu pengetahuan, keterampilan,

sikap atau nilai yang baru”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bersifat interaktif dan komunikatif antar

guru, siswa, dan lingkungan untuk mempelajari suatu pengetahuan, keterampilan,

sikap atau nilai yang baru yg dilaksanakan melalui perencanaan, pelaksanaan dan

penilaian pembelajaran tindak lanjut.

c. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran pada dasarnya mencakup semua hal yang berkaitan

dengan perencanaan pembelajaran. Menurut Istarani (2011:1) “Model

pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala

aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta
10

segala fasilitas yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses

belajar”.

Model pembelajaran adalah kerangka suatu konseptual atau pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan dan mewujudkan suatu proses

pembelajaran di kelas yang mengarahkan kita dalam mendisain pembelajaran

untuk membelajarkan peserta didik, sehingga tujuan pembelajaran tercapai

menurut Arends (Suprijono, 2013:46) “Model pembelajaran mengacu pada

pendekatan yang digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran,

tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan

pengelolahan kelas”. Sedangkan menurut Joic&Weil (Isjoni, 2013:50) “Model

pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian

rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan

memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya”.

Dari beberapa pendapat ahli, peneliti menyimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah suatu pola atau perencanaan yang dirancang untuk

menciptakan pembelajaran di kelas secara efektif dan efesien untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

d. Model Pembelajaran Kooperatif

Salah satu model pembelajaran yang sering digunakan guru dalam proses

pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

prinsip pembelajaran berbentuk kelompok. Nugraheni (2012:179)

mengungkapkan “Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang lebih

mengutamakan kerja sama dalam kelompok dan interaksi antarkelompok”. Senada


11

dengan Nugraheni, Suprijono (2015:73) berpendapat “Pembelajaran kooperatif

adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk

bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”.

Pembelajaran dengan sistem berkelompok dengan bekerja sama untuk

saling memotivasi antara anggotanya dan untuk saling membantu agar tercapainya

suatu tujuan pembelajaran yang maksimal. Menurut Rusman (2014:202)

“Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran

dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan

struktur kelompok yang bersifat heterogen”.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah model pembelajaran yang lebih mengutamakan pada

pembentukan kerja kelompok-kelompok kecil agar siswa bisa bekerjasama untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Team


Achievement Division)

Model pembelajaran kooperatif memiliki beragam tipe, salah satunya

adalah model pembelajaran tipe STAD yang pembagiannya pembagian

kelompoknya terdiri atas empat atau lima orang yang beragam kemampuan, jenis

kelamin dan sukunya.


12

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Team


Achievement Division

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada dasarnya merupakan tipe

yang memberi kesempatan pada siswa untuk bekerjasama dengan tidak melihat

dari jenis kelamin dan sukunya. Menurut Rusman (2010:214):

“Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah memacu siswa agar


saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai
keterampilan yang diajarkan guru. Jika siswa menginginkan kelompok
memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok mereka
dalam mempelajari pelajaran. Mereka harus mendorong teman
sekelompok untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-norma
bahwa belajar itu penting, berharga dan menyenangkan”.

Penerapan model pembelajaran kepada siswa yang bersifat heterogen

dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar. Menurut Syam (2012:14)

berpendapat “Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pendekatan

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Kesederhanaannya pada belajar

kelompok, setiap kelompok haruslah heterogen yang memiliki keterampilan

tinggi, sedang dan rendah”. Berkaitan dengan pendapat Rusman, Isjoni (2016:51)

mengungkapkan:

“Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe


kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara
siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal”.

Berdasarkan ketiga pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe yang memacu siswa

agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai

keterampilan yang diajarkan guru.


13

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student


team Achievement Division)

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki langkah-langkah

tertentu sebagai prosedur sistematis dalam mengimpelementasikannya. Menurut

Rusman (2010:215-216) langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe

STAD yang pada intinya sebagai berikut:

1) Penyampaian tujuan dan motivasi.

2) Pembagian kelompok .

3) Presentasi dari guru.

4) Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim).

5) Guru mengevaluasi hasil hasil belajar melalui pemberian kuis.

6) Penghargaan prestasi tim.

Senada dengan hal tersebut, Djumingin (2011:142-144) berpendapat

bahwa langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang pada

intinya sebagai berikut.

1) Siswa diberi pengarahan dan guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2) Siswa di dalam kelas dibagi beberapa kelompok yang terdiri atas 4-5 anggota.

3) Setiap siswa memiliki materi atau lembar kerja siswa (LKS) kemudian mereka

mendiskusikan secara kolaboratif.

4) Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi sementara guru melakukan

pengamatan dengan mempersiapkan lembar observasi proses pembelajaran.

5) Evaluasi proses sudah berlangsung dari awal pembelajaran.

6) Guru dan siswa merangkum, merefleksi dan menutup pelajaran.


14

Berkaitan dengan pendapat sebelumnya, Shoimin (2014:187-188)

mengungkapkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe

STAD yang pada intinya sebagai berikut.

1) Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai kompetensi dasar.

2) Guru membentuk kelompok, setiap kelompok terdiri atas 4-5 anggota.

3) Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah

diberikan.

4) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan dan

memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

5) Guru memberikan kuis/tes kepada setiap siswa secara individu.

6) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang nilainya baik.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai

berikut.

1) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran

tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

2) Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 4-5 orang.

3) Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu

4) Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah

diberikan.

5) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual

6) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berprestasi.


15

c. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD


(Student Team Achievement Division)

Setiap tipe dalam model pembelajaran kooperatif tentu memiliki kelebihan

dan kelemahan yang menjadi pembeda dari masing-masing tipe tersebut. Berikut

ini kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran tipe STAD.

1) Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki beberapa kelebihan

dalam penerapannya. Adapun kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD menurut Djumingin (2011:144) “ada dua, yang pertama seluruh siswa

menjadi lebih siap belajar dan yang kedua melatih kerja sama dengan baik”.

Sementara itu, menurut Adesanjaya (2011:68) kelebihan dari model pembelajaran

kooperatif tipe STAD yaitu:

a) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan

bertanya dan membahas suatu masalah.

b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan

penyelidikan mengenai suatu masalah.

c) Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan

berdiskusi.

d) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa

menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang

lain.
16

Berkaitan dengan pendapat di atas menurut Shoimin (2013:189) kelebihan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:

a) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-

norma kelompok.

b) Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.

c) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan

kelompok.

d) Interaksi antarsiswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam

berpendapat.

e) Meningkatkan kecakapan individu dan meningkatkan kecakapan kelompok.

f) Tidak bersifat kompetitif dan tidak memiliki rasa dendam.

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kelebihan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:

a) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menjadi lebih siap belajar, melatih

kerja sama dengan baik dan siswa saling membantu dan memotivasi semangat

untuk berhasil bersama.

b) Mengembangkan bakat kepemimpinan dan interaksi antar siswa dalam

meningkatkan kemampuan berpendapat

c) Melatih siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghargai pendapat

orang lain, tidak bersifat kompetitif dan tidak memiliki rasa dendam.
17

2) Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki beberapa

kelemahan dalam penerapannya. Menurut Adesanjaya (2011:68) “Kelemahan dari

model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah kerja kelompok hanya

melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang

kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya

mengajar berbeda”.

Berdasarkan karakteristiknya, setiap model pembelajaran memiliki

kelebihan dan kelemahan. Menurut Djumingin (2011:144) “Kelemahan dari

model pembelajaran kooperatif tipe STAD ada dua, yaitu setiap anggota

kelompok mengalami kesulitan dan penerapan strategi ini membedakan siswa”.

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan masing-

masing. Adapun menurut Shoimin (2013:189-190), kelemahan dari model

pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagi berikut:

a) Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.

b) Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran

anggota yang pandai lebih dominan.

c) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai

target kurikulum.

d) Membutuhkan waktu yang lebih lama sehingga pada umumnya guru tidak

mau menggunakan pembelajaran kooperatif.

e) Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.
18

Berdasarkan ketiga pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yakni:

a) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit untuk

mencapai target kurikulum dan juga pada umumnya guru tidak tidak mau

menggunakan pembelajaran kooperatif.

b) Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan

mengarahkan mereka yang kurang pandai.

3. Hakikat Keterampilan Menulis Kalimat Sederhana

Beberapa teori akan diuraikan pada hakikat keterampilan menulis

sehubungan dengan pengertian keterampilan, menulis, tujuan menulis dan kalimat

sederhana.

a. Pengertian Keterampilan

Keterampilan merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap

manusia sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna. Adapun beberapa

pendapat mengenai pengertian keterampilan adalah sebagai berikut. Junus (2011:

10) berpendapat “Keterampilan ialah kemampuan yang disertai dengan kemahiran

melakukan sesuatu. Untuk memilikinya diperlukan latihan yang teratur bahkan

remedial”.

Pengertian lain mengenai keterampilan juga dikemukakan oleh

Zainurrahman (2011: 12) “Keterampilan bahasa dibagi menjadi dua jenis, yaitu

keterampilan yang bisa kita peroleh secara alami dan keterampilan yang hanya

diperoleh melalui latihan-latihan dan penguasaan konsep tertentu”.


19

Berkaitan dengan pendapat di atas tentang pengertian keterampilan,

Taringan (2013:1) berpendapat “Keterampilan berbahasa hanya dapat diperoleh

dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

keterampilan adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang yang diperoleh baik

secara alami maupun dengan cara latihan.

b. Pengertian Menulis

Menulis merupakan suatu bentuk komunikasi untuk menyampaikan

gagasan penulis secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahwa

tulis sebagai alat atau medianya yang dilengkapi dengan aturan ejaan dan tanda

baca. Menurut Nurdin (2010: 4) “Menulis adalah segenap rangkaian kegiatan

seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui

bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami.”

Berkaitan dengan pengertian menulis di atas Saddhono dan Slamet (2012:

96) mengungkapkan “Pada dasarnya menulis itu bukan hanya berupa melahirkan

pikiran dan atau perasaan saja, melainkan juga mengungkapkan ide, pengetahuan,

ilmu dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis”.

Menulis merupakan kegiatan seseorang untuk menyampaikan gagasan

dalam berkomunikasi. Menurut Tarigan (2013: 3-4) “Menulis merupakan suatu

keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak

langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu

kegiatan yang produktif dan ekspresif.”


20

Berkaitan pendapat Nurdin, Saddhono, dan Slamet, Dalman (2015: 4)

berpendapat “Menulis adalah proses penyampaian pikiran, perasaan dalam bentuk

lambang/tanda/tulisan yang bermakna”.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa menulis merupakan salah satu kegiatan komunikasi untuk menyampaikan

ide, pikiran atau gagasan secara teratur melalui tulisan.

c. Tujuan Menulis

Setiap orang yang menulis pasti memiliki tujuan yaitu salah satunya untuk

menyampaikan informasi kepada orang lain. Agar informasi yang disampaikan

diterima oleh orang lain, seorang penulis harus memperhatikan kata-kata sehingga

tulisannya tersebut nantinya diterima dan dibaca oleh orang lain. Menurut

Soeditjo (2006: 86), tujuan menulis adalah: “(1) mengekspresikan perasaan; (2)

memberi informasi; (3) mempengaruhi pembaca dan; (4) memberi hiburan”.

Senada dengan hal tersebut, Tarigan (2008: 24) berpendapat “Tujuan menulis

adalah untuk memberitahukan, mengajar, meyakinkan, mendesak, menghibur atau

menyenangkan dan mengekspresikan emosi yang kuat atau berapi-api”.

Menulis adalah aktivitas yang memiliki tujuan. Tujuan menulis dapat

bermacam-macam, tergantung pada ragam tulisan. Menurut Kusumaningsih

(2013: 67) “Tujuan utama menulis adalah sebagai alat komunikasi secara tidak

langsung tetapi melalui tulisan. Pada prinsipnya, tujuan menulis adalah untuk

menyampaikan pesan penulis kepada pembaca, sehingga pembaca memahami

maksud yang dituangkan atau maksud yang disampaikan melalui tulisan tersebut”.
21

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

tujuan menulis adalah sebagai alat komunikasi secara tidak langsung untuk

menyampaikan pesan kepada pembaca, penulis mengekspresikan emosi yang kuat

melalui tulisan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

d. Tahap-tahap Menulis

Menulis merupakan menyampaikan ide gagasan kepada orang lain.

Menulis memiliki persiapan yang matang agar tulisan yang disampaikan kepada

pembaca membuat orang lebih paham terhadap tulisan tersebut. Jadi, seorang

penulis tidak secara langsung menuangkan idenya begitu saja tanpa persiapan

yang matang. Adapun tahap-tahap menulis menurut Zainurrahman (2011:12):

“(1) Membuat kerangka ide, misalnya penulis harus membuat kerangka


dasar yang akan menjadi paduan dalam proses menulisnya, (2) Setelah
menyiapkan kerangka ide, penulis kemudian mempertimbangkan siapakah
yang akan menjadi sasaran atau pembaca dan (3) Mempertimbangkan
konteks karena setiap tulisan dalam konteks tertentu memiliki format
tersendiri. Seorang penulis yang bijaksana akan dengan segera
mengumpulkan model-model atau contoh-contoh tulisan dalam berbagai
konteks dan jenis”.

Menulis adalah suatu proses kreatif yang dilakukan melalui tahapan yang

harus dikerjakan dengan mengarahkan keterampilan, seni dan kiat sehingga

semuanya berjalan dengan efektif. Kegiatan menulis diibartkan sebagai seorang

arsitektur yang akan membangun sebuah gedung. Saddhono dan Slamet (2012:96)

mengungkapkan “Proses menulis merupakan serangkaian aktivitas (kegiatan)

yang terjadi dan melibatkan beberapa fase (tahap) yaitu fase pramenulis

(persiapan), fase penulisan (pengembangan isi karangan) dan fase pascapenulisan

(telah dan revisi atau penyempurnaan tulisan)”.


22

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahap-

tahap menulis adalah proses menulis merupakan serangkaian aktivitas membuat

kerangka ide kemudian mempertimbangkan siapakah yang akan menjadi sasaran

atau pembaca dan mempertimbangkan konteks dan melibatkan beberapa fase

yaitu fase pramenulis (persiapan), fase penulisan (pengembangan isi karangan)

dan fase pascapenulisan (telah dan revisi atau penyempurnaan tulisan)”.

e. Pengertian Kalimat

Kalimat merupakan serangkaian kata yang dapat mengungkapkan suatu

gagasan tertentu. Dikatakan satu kalimat jika serangkaian kata tersebut disusun

dan memiliki unsur subjek dan predikat didalamnya dan memiliki makna yang

jelas. Menurut Putrayasa (2008:20) “Kalimat adalah satuan gramatikal yang

dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik atau turun”.

Sedangkan menurut Chaer (2009:44) “Kalimat adalah satuan sintaksis yang

disusun dari konstituen dasar yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan

konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final”.

Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari beberapa kata yang

memiliki suatu makna. Pengertian kalimat menurut Dalman (2014:21) “Kalimat

efektif adalah kalimat yang memiliki satu gagasan pokok dan unsur-unsurnya

minimal terdiri atas subjek dan predikat yang mampu untuk mengungkapkan

gagasan penutur sehingga pendengar atau pembaca dapat memahami gagasan

yang dimaksud oleh penutur”.


23

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kalimat

adalah satuan gramatikal dan satuan sintaksis yang memliki satu gagasan pokok

dan unsur-unsurnya minimal subjek dan predikat yang dibatasi oleh adanya jeda

panjang disertai nada akhir.

f. Pengertian Kalimat Sederhana

Kalimat sederhana merupakan kalimat yang strukturnya menjadi dasar

struktur kalimat suatu bahasa. Kalimat itu ditandai oleh faktor kesesuaian bentuk

makna, fungsi, kesederhanaan unsur, dan posisi unsur. Menurut Chaer (2006:329)

“Kalimat sederhana dibentuk dari sebuah klausa yang unsur-unsurnya berupa kata

atau frasa sederhana”. Sedangkan Putrayasa (2012:41) menyatakan “Kalimat

sederhana yaitu kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur dan boleh diperluas

dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, asal unsur-unsur tambahan tersebut

tidak boleh membentuk pola yang baru”. Selanjutnya Suhardi (2013:83) juga

menyatakan “Sebuah kalimat sederhana minimal dibangun atas dua unsur inti

(Subjek + Predikat).”

Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kalimat

sederhana adalah kalimat yang dibentuk dari sebuah klausa minimal dibangun atas

dua unsur inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan

asal tidak boleh membentuk pola baru.


24

4. Bagian-Bagian Kalimat bahasa Jerman

Kalimat dalam Bahasa Jerman kurang lebih sama dengan kalimat dalam

Bahasa Indonesia, yakni membutuhkan Subjek, Kata Kerja, Objek dan

Keterangan. Berikut akan saya contohkan bagaimana cara membuat kalimat

dalam Bahasa Jerman. Struktur dalam kalimat sederhana bahasa Jerman biasanya

sesuai dengan rumus Subjek + Verb + Objek + Angabe. Peranan penting bahasa

Jerman adalah bagian yang akan membentuk suatu kalimat yang memiliki unsur

dan makna yang jelas. Ada beberapa bagian kalimat dalam bahasa Jerman:

1) Subjek

Subjek merupakan pelengkap nominative dari verba. Contoh subjek dalam

kalimat.

 Agam trinkt eine Tasse Tee.


“ Agam minum secangkir teh.”

 Er kauft das Brot.


“ Dia (laki2) membeli roti.”

 Wir möchten Eistee trinken.


“ Kami ingin minum es teh.”

2) Predikat (Verba)

Dalam kalimat, verba memberikan informasi tentang apa yang dilakukan

seseorang dan apa yang terjadi. Contoh dalam kalimat.

 Ich koche Gemüse.


“ Saya memasak sayuran.“

 Sie braucht eine Tasse Kaffe.


“ Dia (pr) membutuhkan secangkir kopi.”

 Fauzan spielt Fuβball.


“ Fauzan bermain sepak bola.”
25

3) Objek

Dalam kalimat, verba membutuhkan pelengkap lainnya seperti objek. Contoh

objek dalam kalimat

 Wir bekommen Pizza.


“ Kami mendapatkan pizza.”

 Meine Schwester hört Musik.


“ Saudara perempuan saya mendengarkan musik.”

 Sie nimmt eine Kamera.


“ Dia (pr) mengambil sebuah kamera.”

4) Keterangan (Angabe)

Keterangan yaitu fungsi kalimat yang paling beragam dan paling mudah

berpindah letaknya. Keterangan terbagi atas beberapa jenis, diantaranya yaitu:

keterangan tempat (Ortangabe) dan keterangan waktu (Zeitangabe).

Contoh Ortangabe:

 Ich helfe meiner Mutter in der Küche.


“ Saya membantu ibuku di dapur.”

 Die Kinder spielen im Park.


“ Anak-anak bermain di taman.”

 Nayra geht mit den Freunden ins Kino.


“ Nayra pergi ke Bioskop bersama temannya.”

Contoh Zeitangabe:

 Ich komme nicht heute Morgen.


“ Saya tidak datang pagi ini.”

 An diesem Morgen isst Aurel ein Brot und trinkt Milch.


“ Pagi ini Aurel makan roti dan minum susu.”

 An diesem Abend grillen wir den Fisch.


“ Mala mini kami membakar ikan.”
26

Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat memiliki

subjek, predikat, objek dan keterangan. Keterangan dalam kalimat bisa terletak di

awal kalimat atau diakhir kalimat.

5. Jenis-Jenis Kalimat Bahasa Jerman

Berdasarkan bentuk dan fungsinya dalam teks atau percakapan, jenis-jenis

kalimat dalam bahasa Jerman terdiri atas: kalimat pernyataan (Aussagesatz),

kalimat Tanya (Fragezats) dan kalimat perintah (Imperativsatz).

a) Kalimat pernyataan (Aussagesatz) adalah sebuah kalimat yang menyatakan

kegiatan / melakukan sesuatu, baik yang sifatnya positif atau negatif. Ciri-ciri

kalimat pernyataan biasanya di akhir kalimat menggunakan tanda titik (.).

Contoh kalimat:

 Ich habe drei Geschwister.


“ Saya mempunyai tiga saudara.”

 Sie verkauft Kuchen.


“ Dia (pr) menjual kue.”

 Wir lernen Deutsch.


“ Kami belajar bahasa Jerman.”

b) Kalimat Tanya (Fragezats) adalah kalimat yang meminta orang lain untuk

menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Biasanya di akhir kalimat

menggunakan tanda baca Tanya (?).

Kalimat Tanya (Fragezats) dengan kata Tanya (W fragen) adalah

seperti: kapan (wann), darimana (woher), siapa (wer), mengapa (warum),

apa (was), di mana(wo), kemana (wohin) verba terletak di posisi kedua

dan subjek terletak di posisi ketiga.

Contoh:
27

 Wann fliegen wir nach Deutschland


“ Kapan kita berangkat ke Jerman?”

 Wie lange blieben wir in Bonn?


“ Berapa lama kita tinggal di Bonn?”

 Wie geht es Ihnen?


“ Bagaimana kabar Anda?”

Kalimat Tanya (Fragezats) tanpa Kata Tanya (Entscheidungsfrage)

merupakan kalimat yang dibentuk tanpa menggunakan kata tanya dan

membutuhkan jawaban Ja, Nein atau Doch. Adapun contoh pola di

bawah ini, kata kerja (verba) atau predikat berada di awal kalimat dan

subjek berada di tempat ke dua dan objek ditempatkan setelah subjek

atau di posisi ketiga sementara Angabe (Keterangan) terletak di akhir

kalimat.

Pola: V + S + O + Ket (Angabe)?

Contoh:

 Wohnst du in Bali?
“ Tinggalkah kamu di Bali?”

Ja, ich wohne in Bali.


“ Ya, saya tinggal di Bali.”

 Haben Sie das Geld?


“ Apakah Anda mempunyai uang?”

Nein, ich habe kein Geld.


“ Tidak, saya tidak mempunyai uang.”

 Konnen Sie nicht Deutsch sprechen?


“ Apakah Anda tidak bisa berbahasa Jerman?”

Dach, ich kann Deutsch sprechen.


“ Ya, saya bisa berbahasa Jerman.”
28

c) Kalimat perintah (Imperativsatz) adalah kalimat yang di dalamnya berisi

perintah dari seseorang kepada orang lain agar melakukan seseuatu

(pekerjaan) sesuai apa yang diperintahkan. Kalimat perintah biasanya sesuai

apa yang diperintahkan. Kalimat perintah biasanya di akhir kalimat

menggunakan tanda seru (!).

Ada tiga bentuk kalimat perintah (Imperativsatz) yaitu: Du Form, Ihr Form

dan Sie Form.

Du-form (Kamu)

Bentuk Du-form digunakan dalam pergaulan akrab atau situasi tidak resmi,

yaitu bentuk perintah atau permintaan kepada teman, sahabat atau saudara.

Kalimat perintah yang ditujukan untuk orang kedua tunggal. Pada pembuatan

Du-form,maka kalimat perintah dalam bahasa Jerman dibuat dengan

menghilangkan konjungsi dan personal pronomen. Adapun pola kalimat dari

Du-form adalah:

Contoh:

 Komm hier!
“ Datanglah kesini!”

 Lies den Brief!


“ Bacalah surat itu!”

 Hilf deinem Vater!


“ Bantulah Ayahmu!”

Ihr- form (Kalian atau Kalian semua)

Bentuk Ihr- form digunakan dalam pergaulan yang akrab atau dalam situasi

yang situasi yang tidak resmi. Kalimat perintah yang ditujukan untuk orang

kedua jamak. Pada pembentukan Ihr- form, maka kalimat perintah dalam
29

bahasa Jerman dibuat hanya dengan menghilangkan personal pronomen dan

konjungsi tetap. Adapun pola kalimat dari Ihr- form adalah:

Contoh:

 Seid ruhig!
“ Tenaglah!”

 Helft mir Bitte!


“ Tolong bantu aku!”

 Schreibt den Brief!


“ Tulislah surat itu!”

Sie – form (Anda)

Kalimat imperatif Sie – form digunakan untuk meminta dan memohon kepada

orang yang lebih tua, orang yang baru dikenal, orang yang dihormati. Kalimat

perintah yang ditujukan untuk orang kedua tunggal dalam bentuk sopan. Pada

pembentukan Sie – form, maka kalimat perintah dalam bahasa Jerman tidak ada

dihilangkan baik konjungsi maupun personal pronomen dan biasanya

ditambahkan dengan kata “Bitte” sebagai bentuk sopan. Adapun pola kalimat

dari Sie – form adalah:

Contoh:

 Bitte machen Sie die Aufgabe!


“ Silahkan kerjakanlah tugas Anda!”

 Machen Sie die Aufgabe fertig, Bitte!


“ Kerjakan tugasnya sampai selesai!”

 Lessen Sie das Buch bitte!


“ Bacalah buku itu!”
30

B. Kerangka Pikir

Pada kondisi awal pembelajaran bahasa Jerman pokok bahasan

keterampilan menulis kalimat sederhana yang selama ini dilihat masih tergolong

rendah. Dalam pembelajaran bahasa dalam hal ini dikhususkan pada keterampilan

menulis kalimat sederhana, kosakata, gramatikal, tanda baca dan pilihan kata

memiliki peran penting dalam keterampilan menulis siswa. Namun pembelajaran

bahasa Jerman di sekolah sering ditemukan beberapa kendala, hal ini disebabkan

model pembelajaran kooperatif yang digunakan oleh guru kurang inovatif atau

masih konvensional sehingga menyebabkan tingkat keterampilan menulis siswa

berbeda-beda.

Agar kemampuan siswa berkembang, maka peneliti akan melakukan suatu

penelitian tindakan kelas. Pada kondisi awal keterampilan menulis kalimat

sederhana tergolong rendah. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu model

pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan keterampilan menulis kalimat

sederhana siswa. Di antara berbagai macam model pembelajaran kooperatif salah

satunya model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu tipe yang memberi

kesempatan pada siswa untuk bekerjasama dengan tidak melihat dari jenis

kelamin dan sukunya, pendekatan ini diharapkan dapat membantu meningkatkan

keterampilan menulis kalimat sederhana. Dengan menggunakan model Hopkins

pada penelitian ini, peneliti akan melakukan kolaborasi dengan guru dan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan melalui

siklus yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
31

Dalam penelitian ini peneliti akan melaksanakan dua siklus penelitian, yaitu

indikator ketercapaian siklus I 70% dan siklus II ditingkatkan mencapai 75%.

Berdasarkan hal tersebut, maka pada kondisi akhir dapat diperoleh bahwa

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kualitas proses

pembelajaran keterampilan menulis kalimat sederhana. Secara skematis kerangka

berpikir dapat digambarkan pada di bawah ini.


32

Keterampilan Menulis

Kosakata: Gramatik: Tanda Baca: Pilihan Kata:


Kata benda, kata depan Präsen Kalimat Tanya (?) Formal (Sie Form) dan
dan Kata keterangan. dan Pernyataan (.) Informal (du Form)

Model Pembelajaran tipe


STAD

Penelitian Tindakan Kelas


(PTK) Model Hopkins
 Penilitian tindakan kelas melalui
model pembelajaran tipe STAD
(Perencanaan)
 Peneliti dan guru berkolaborasi
Siklus I
(Pelaksanaan)
 Indikator ketercapaian siklus I
mencapai 70% (Hasil Belajar)

Refleksi

 Penilitian tindakan kelas melalui


model pembelajaran tipe STAD
Siklus II (Perencanaan)
 Peneliti dan guru berkolaborasi
(Pelaksanaan)
 Indikator ketercapaian siklus II
mencapai 75% (Hasil Belajar)

Refleksi

Ketermapilan Menulis Kalimat


Sederhana Siswa

Anda mungkin juga menyukai