Anda di halaman 1dari 69

ANALISIS PENANGGULANGAN PACK OFF PEMBORAN

TRAYEK 12 ¼ PADA SUMUR MINYAK F-1ST


LAPANGAN 12-C

SKRIPSI

Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan


Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti

Oleh
Fathur Adli Fauzi
071001500049

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
2019

i
PACK OFF PROBLEM COUNTERMEASURE ANALYSIS OF
12 ¼” DRILLING SECTION IN F-1ST WELL 12-C FIELD

FINAL ASSESMENT

Submitted as a requirement to obtain Undergraduate Degree


In study program of Petroleum Engineering
Faculty of Earth Technology and Energy

By
Fathur Adli Fauzi
071001500049

PETROLEUM ENGINEERING DEPARTEMENT


FACULTY OF EARTH TECHNOLOGY AND ENERGY
UNIVERSITAS TRISAKTI
2019

ii
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS PENANGGULANGAN PACK OFF PEMBORAN
TRAYEK 12 ¼ PADA SUMUR MINYAK F-1ST
LAPANGAN 12-C

SKRIPSI

Disusun sebagai syarat memperoleh gelar sarjana


Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi,
Universitas Trisakti

Oleh
Fathur Adli Fauzi
071001500049

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ir. Mu’min Prijono Tamsil, M.S. Rizki Akbar, S.T., M.T.


NIK: 0480/USAKTI NIK: 3553/USAKTI

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan

Ir. Abdul Hamid, MT


NIK: 1894/USAKTI

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul Analisis penanggulangan pack off pemboran trayek 12 ¼


pada sumur minyak F-1ST lapangan 12-C, telah dipertahankan di depan tim
penguji pada hari …............. tanggal …...................…...

TIM PENGUJI
1. Ketua Penguji (............................)

2. Ir. Djoko Sulistyanto, M.T. Pembimbing Akademik (............................)

3. Ir. Mu’min Prijono Tamsil, MS Pembimbing Utama (............................)

4. Rizki Akbar, S.T., M.T. Pembimbing Pendamping (............................)

5. Anggota Penguji (............................)

6. Anggota Penguji (............................)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan

(Ir. Abdul Hamid, S.T., M.T.)


NIK: 1894 / USAKTI

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Fathur Adli Fauzi


Nim : 071001500049
Program studi : Teknik Perminyakan
Fakultas : Teknologi Kebumian dan Energi
Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Trisakti Hak Bebas Royalti Non ekslusif (Non-exclusive-Royalty-Free-
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Analisis penanggulangan pack off pemboran trayek 12 ¼ pada sumur minyak
F-1ST lapangan 12-C, beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak
Bebas Royalti Non ekslusif ini Universitas Trisakti berhak menyimpan, mengalih
media/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan menyebarkan skripsi saya sesuai aturan, selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, 28 Juli 2019


Mahasiswa

Materai
Rp 6000-,

Fathur Adli Fauzi

v
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya Mahasiswa Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan, Fakultas


Teknologi Kebumian dan Energi, Usakti yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fathur Adli Fauzi


Nim : 071001500049

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi dengan judul:


Analisis penanggulangan pack off pemboran trayek 12 ¼ pada sumur minyak
F-1ST lapangan 12-C

Adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bebas dari peniruan
terhadap karya dari orang lain. Kutipan pendapat dan tulisan orang lain ditunjuk
sesuai dengan cara-cara penulisan karya ilmiah yang berlaku.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa dalam skripsi
ini terkandung ciri-ciri plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lain yang dianggap
melanggar peraturan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Jakarta, 28 Juli 2019


Yang membuat pernyataan

Materai
Rp 6000-,

Fathur Adli Fauzi

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur serta terima kasih kepada Allah SWT atas berkat dan karunia-
Nya lah sehingga skripsi yang berjudul “Analisis penanggulangan pack off
pemboran trayek 12 ¼ pada sumur minyak F-1ST lapangan 12-C ” ini dapat
selesai dengan baik dan tepat waktu.
Pada kesempatan ini, penulis berterima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada Ir. Mu’min Prijono
Tamsil, MS sebagai pertama dan Rizki Akbar, S.T., M.T. sebagai pembimbing
kedua atas segala saran, bimbingan dan nasehatnya selama penelitian berlangsung
dan selama penulisan skripsi ini.
Terima kasih disampaikan kepada Bapak Haryo, Bang Abraham, dan
seluruh kerabat PT Pertamina EP Asset V Balikpapan yang telah menyediakan dan
membantu segala yang diperlukan dalam penelitian ini.
Tidak lupa penulis berterima kasih kepada kedua orang tua saya, Bagus
Gunawan dan Emirda Hayati, serta adik-adik saya dan seluruh keluarga penulis
yang tanpa henti memberikan doa, cinta, dan dukungan terbaiknya dalam setiap
urusan penulis dapat terselesaikan dengan lancar.
Terima kasih untuk teman-teman terdekat Dom, Orlando, Zsazsa, Fira,
Raqa, Elon, Umar, Oniel, Arbi, Randi, Nadira, Lauren Tsai, Liza, Kezia, Thea,
Kevin dan Tio yang selalu memberi semangat dalam keadaan senang dan susah
selama proses pengerjaan tugas akhir dan di segala urusan lainnya sejak awal.
Dan juga untuk seluruh teman-teman Teknik Perminyakan 2015 atas segala
kebersamaan dan sebagai penyemangat selama perkuliahan.
Dengan segala kekurangan yang ada, penulis menyadari bahwa skripsi ini
jauh dari kata sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh karena
itu, penulis berharap ada kritik dan saran yang membangun sehingga dapat berguna
demi kemajuan penulis di masa yang akan datang.
Jakarta, 28 Juli 2019

Penulis

vii
ABSTRAK

ANALISIS PENANGGULANGAN PACK OFF PEMBORAN


TRAYEK 12 ¼ PADA SUMUR MINYAK F-1ST
LAPANGAN 12-C

Fathur Adli Fauzi


Nim:071001500049
Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan,
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi,
Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia

Pada operasi pemboran dapat dijumpai berbagai macam masalah, salah satu
masalahnya ada pipa terjepit atau yang biasa kita sebut dengan stuckpipe. Pipa
terjepit sendiri adalah keadaan dimana sebagian dari pipa bor atau stang bor terjepit
di dalam lubang bor. Pipa terjepit sendiri pada umumnya disebabkan oleh dua hal
yaitu differential Pipe Sticking dan mechanical Pipe Sticking. Kalau hal ini terjadi,
maka pergerakan pipa akan terbatas bahkan berhenti dan dapat mengganggu
kelancaran operasi pemboran maupun produksi berikutnya, selain itu juga akan
meningkatkan biaya untuk mengatasi pipa yang terjepit dan akhirnya memperbesar
biaya sewa rig yang harus ditanggung.
Maksud dari penulisan skripsi ini adalah untuk memberi pelajaran tentang
salah satu permasalahan yang paling sering ditemukan dalam proses pemboran
yaitu masalah sticking pipe. Dan tujuan dari ditulis skripsi ini adalah untuk
mengidentifikasi penyebab dari permasalahan sticking pipe dan mencari solusi
untuk menyelesaikan masalah ini dari data ataupun literatur yang didapat.
Metode-metode yang digunakan untuk menanggulangi atau mengatasi
sticking pipe ini bermacam macam tergantung dari jenis sticking pipe yang terjadi
bermula dari metode work on pipe hingga dilakukannya back off dan yang paling
terakhir adalah metode Sidetrack.
Proses pengangkatan pipa kepermukaan disebut dengan operasi
pemancingan atau fishing job. Operasi Pemancingan adalah kegiatan memancing
atau fishing benda benda yang tertinggal atau jatuh di dalam lubar bor. Benda atau
peralatan yang tertinggal di dalam lubang bor dapat disebut dengan “fish”. Fish
yang tertinggal di dalam lubang bor harus diambil, karena jika dibiarkan akan
mengganggu kelancaran dari proses pemboran maupun produksi berikutnya.
Dari latar belakang ini penulis akan melakukan evaluasi mengenai
penyebab dari terjepitnya pipa pada lubang bor dan juga upaya upaya yang dapat
mengatasi masalah pipa terjepit pada sumur F-1ST lapangan 12-C.

Kata kunci: Pipa terjepit, memancing,back off,differential Pipe Sticking,


mechanical Pipe Sticking.

viii
ABSTRACT

PACK OFF PROBLEM COUNTERMEASURE ANALYSIS OF


12 ¼” DRILLING SECTION IN F-1ST WELL 12-C FIELD

Fathur Adli Fauzi


Nim:071001500049
Study Program of Petroleum Enginering, Faculty Of Earth
Technology and Energy, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia

In drilling operations can be found various kinds of problems, one of the


problem is stuck pipe. Stuck pipe is a condition where a part of the drill pipe or
the drill handle bar is stuck in the drill hole. If this happens, the movement of the
pipeline will be limited and even stop and distrupt the continuity of the drilling
and production operation. Even it will also increase the cost to overcome stuck
pipe and the rig cost automatically will increase.
The first step is to locate where the sticking happen. With using one of the
methods is pipe freeing indicator.
There is a lot of methods that can be used for release sticking pipe depends
on how and why the sticking occur, start from working on pipe untik back off,
even if none of the method works a Sidetracking will be used.
The process of lifting the pipe to the surface is called fishing or fishing job.
Fishing operation are an action to pick up the objects or equipments that left or
fall in the drill hole. Objects that are fall or left in the drill hole is called “fish”.
Fish in the drill hole must be taken, because if not, it will distrupt the operation of
the drilling and the production
From this Background the author will evaluate the causes of the pipe that
stuck in the borehole and also the efforts that can overcome the stuck pipe
problem at well “X” field “Y”.

Keyword: stuck pipe, fishing, back off, differential Pipe Sticking, mechanical Pipe
Sticking.

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii


LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................. v
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................ vi
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT ......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ...................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


Latar belakang ............................................................................ 1
Rumusan Masalah....................................................................... 2
Maksud Dan Tujuan Penelitian ................................................... 2
Batasan Masalah ......................................................................... 3
Manfaat Penelitian ...................................................................... 3

BAB II TINJAUAN UMUM ............................................................................ 4


II.1 Aspek Formasi ............................................................................ 5
II.2 Aspek-Aspek Pemboran.............................................................. 5
II.2.1 Aspek Lumpur Pemboran .............................................. 5
II.2.2 Aspek Rangkaian Pemboran .......................................... 6
II.2.3 Parameter Pemboran ..................................................... 7
II.3 Peralatan Rangkaian BHA/Bottom Hole Assembly ...................... 8
II.3.1 BIT................................................................................ 9
II.3.2 Drill Collar ................................................................... 9
II.3.3 Stabilizer ..................................................................... 10
II.3.4 Bit Sub ........................................................................ 11
II.3.5 Drilling Jar ................................................................. 11
II.3.3 Drillpipe ..................................................................... 12
II.3.6 Heavy Weight Drill Pipe ............................................. 13
II.4 Faktor Faktor Penyebab Rangkaian Pipa Terjepit ...................... 13
II.4.1 Hole Packoff ............................................................... 14
II.4.2 Swelling clay ............................................................... 18
II.4.3 Differential Sticking .................................................... 18
II.4.4 Key Seat ...................................................................... 19
II.4.5 Undergauge Hole ........................................................ 20
II.4.6 Collapse Casing atau Tubing ....................................... 21
II.4.7 Junk ............................................................................ 21
II.4.8 Green Cement ............................................................. 22
II.4.9 Mobile Formation ........................................................... 23

x
DAFTAR ISI ( Lanjutan )

II.5 Metode Penanggulangan Rangkaian Pipa Terjepit..................... 23


II.5.1 Metode Pemompaan LCM .......................................... 23
II.5.2 Metode Pemompaan Pipe Freeing Agent..................... 24
II.5.3 Penentuan Titik Jepit dengan Perhitungan Rumus ....... 24
II.5.4 Penentuan Titik Jepit dengan Metode Free Point
Indicator ..................................................................... 25
II.5.5 Jarring ........................................................................ 25
II.5.6 Mechanical Back off.................................................... 25
II.5.7 String Shot Backoff...................................................... 26
II.5.8 Sidetrack ..................................................................... 26
II.6 Alat-alat Pembebas Pipa Terjepit .............................................. 26
II.6.1 Wireline Fishing Tools ................................................ 27
II.6.2 Tubular Fishing Tools ................................................. 27
II.7 Economic Fishing Time ............................................................ 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 30


III.1 Metodologi ............................................................................... 30
III.2 Pengumpulan Data .................................................................... 30
III.3 Prosedur Kerja .......................................................................... 31
III.4 Diagram Alir ............................................................................ 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 33


IV.1 Profil Sumur F-1 ....................................................................... 33
IV.2 Kronologi Terjadinya Pipa Terjepit ........................................... 36
IV.3.2 Analisis Mud Weight .................................................. 37
IV.3.3 Analisis Letak Jepit ..................................................... 39
IV.3.4 Analisis Lumpur Pemboran ......................................... 40
IV.3.5 Perhitungan Tekanan Formasi ..................................... 41
IV.3.6 Perhitungan Tekanan Hidrostatis ................................. 41
IV.3.7 Perhitungan Perbedaan tekanan ................................... 42
IV.3.8 Upaya Penanggulangan Pipa Terjepit pada sumur F-1 . 42

BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 49


V.I KESIMPULAN ........................................................................ 49
V.I SARAN .................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 50

xi
DAFTAR TABEL

Tabel II.I Dimensi API untuk Drill Collar ........................................................ 10


Tabel II.II Tipe Drill Pipe berdasarkan Yield Strength ....................................... 12
Tabel II.III Pipe Sticking Mechanism and Causes ............................................ 14
Tabel IV.I Aditif lumpur trayek 12-1/4”............................................................. 40
Tabel IV.II Rheology lumpur trayek 12-1/4” ...................................................... 40
Tabel IV.III Nilai Mud Weight pada kedalaman stuck ........................................ 41
Tabel IV.IV Economic Fishing Time ................................................................. 48

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Letak Sumur F-1ST.......................................................................... 4


Gambar II.2 Bottom Hole Assembly Component ................................................... 8
Gambar II.3 Bit .................................................................................................. 9
Gambar II.4 Drill Collar ...................................................................................... 9
Gambar II.5 Stabilizer........................................................................................ 11
Gambar II.6 Drill Pipe ....................................................................................... 12
Gambar II.7 Heavy Weight Drill Pipe ................................................................ 13
Gambar II.8 Hole Pack Off ................................................................................ 15
Gambar II.9 Geopressure Shale ......................................................................... 16
Gambar II.10 Reactive Shale ............................................................................ 17
Gambar II.11 Key Seat ..................................................................................... 20
Gambar II.12 Undergauge Hole ......................................................................... 21
Gambar II.13 Junk ........................................................................................... 22
Gambar II.14 Green Cement .............................................................................. 22
Gambar II.15 Mobile Formation ...................................................................... 23
Gambar II.16 Overshot ...................................................................................... 27
Gambar II.17 Washover Pipe ........................................................................... 28
Gambar II.18 Fishing Jar ................................................................................. 28
Gambar III.1 Diagram Alir Pembebasan Pipa Terjepit ....................................... 32
Gambar IV.1 Penampang Sumur F-1ST ............................................................. 35
Gambar IV.2 Mud Log F-1................................................................................. 37
Gambar IV.3 Pore pressure Plot E-1 ............................................................... 38
Gambar IV.4 Pore pressure Plot B-1 ............................................................... 38
Gambar IV.5 Log Free Point Indicator Tool ...................................................... 39
Gambar IV.6 Ilustrasi Usaha Pembebasan Pipa Terjepit Sumur F-1ST ............... 42

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Nilai Lost in Hole sumur F-1ST……………………………………..50
Lampiran B Nilai Cost of Sidetrack………………………………………………51

xiv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

SINGKATAN Nama Pemakaian


pertama kali
pada halaman

BHA Bottom Hole Assembly 4


DC Drill Collar 5
DDR Daily Drilling Report 3
DP Drill Pipe 5
FPIT Free Point Indicator Tool 1
HWDP Heavy Weight Drill Pipe 8
LCM Loss Circulation Material 21
ROP Rate of Penetration 10
WOB Weight on Bit 11

LAMBANG

BO Back Off, $ 28
CoST Cost of Sidetrack, $ 28
d Tinggi kolom lumpur, ft 9
D Diameter lubang bor, ft 21
DCS Daily Cost Sum, $ 28
Dp Perbedaan tekanan, psi 10
DEP Depreciation, % 28
E Regangan, inch 22
EFT Economic Fishing Time, days 28
F Tarikan (gaya), lb 22
FVD Fish Value Depreciated, $ 28
G Gradien Fluida, psi/ft 10
L Panjang pipa yang bebas, ft 22
LIHP Lost in Hole Price, $ 28
Mw Berat jenis lumpur bor, lb/gal 9

xv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ( Lanjutan )

LAMBANG Nama Pemakaian


pertama kali
pada halaman

OD Outside Diameter drill string, ft 21


Pf Tekanan formasi, psi 10
Ph Tekanan hidrostatik lumpur bor, psi 9
TFV Total Fish Value, $ 28
Wdp Berat nominal drill pipe, lb/ft 22
Vannulus Volume Annulus, ft3 21

xvi
BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan akan dijelaskan tentang latar belakang dari pemilihan
judul tugas akhir saya. Melalui judul yang dipilih, akan dijabarkan rumusan
rumusan masalah yang pada akhirnya akan diselesaikan dengan Analisis dan
pembahasan data pemboran.

Latar belakang
Sumur F-1ST merupakan sumur pengembangan di area struktur Bunyu.
Tujuan dilakukan pemboran sumur F-1ST adalah untuk menambah jumlah
produksi di Bunyu. Pemboran dilakukan pertama kali pada 5 Desember 2017
dengan trayek awal 26” dari kedalaman 0-37 mMD.
Pada proses pemboran trayek 12 ¼” yang dimulai dari kedalaman 540 mMD
dengan MW 1.05 Hingga pada kedalaman 1546 mMD menembus formasi
sandstone dan shale dengan nilai MW in dan MW out 1.09, menggunakan lumpur
KCL-Polymer. Sesaat kemudian terindikasi terjadi loss (20<bbl/h) ,
permasalahan tersebut langsung diatasi menggunakan LCM sebanyak 40 ppb
dengan dua kali spot. Setelah dilakukan penanggulangan, langkah selanjutnya
yaitu angkat rangkaian dari kedalaman 1546-1413 mMD, untuk flow check dan
pada saat yang bersamaan sirkulasikan 400 gpm, terindikasi rate loss berkurang.
Setelah itu, kembali dilakukan Run in hole dari kedalaman 1413-1546 mMD. Saat
dilakukan Run in Hole didapatkan string tidak dapat digerakan pada kedalaman
1531 mMD. Indikasi terjadi pack off saat surge ke kedalaman 1531mMD/1522.6
TVD yang diakibatkan runtuhnya formasi yang sudah tidak kompak lagi, karena
ada perlapisan formasi sandstone dan shale yang tipis, dengan nilai MW in dan
MW out sebelum terjadi stuck sebesar 1.06 dan setelah stuck 1.08. Penentuan letak
stuck menggunakan free point indicator.
Untuk usaha pembebasan pipa terjepit dimulai dari melakukan Work on
Pipe, Coba aktifkan jar up, jar belum bekerja ternyata terdapat kerusakan pada
drawork, hingga mechanical backoff dan string shot backoff, yang apabila
diakumulasi pengerjaan pembebasan pipa terjepit mencapai 216 jam dan hanya
beberapa usaha yang berhasil. Ada sebagian string yang berhasil diangkat dimulai

1
dari kedalaman 0-328m diantaranya yaitu 77 jts dp 5”, dengan berusaha reconnect
sisa string masih belum berhasil. Sehingga pengerjaan fishing ini terlalu lama
menghabisakan waktu hingga 409 jam atau sekitar 17 hari.
Setelah usaha fishing tidak dapat dilakukan maka perusahaan memutuskan untuk
melakukan sidetrack dengan beberapa pertimbangan yang sudah dilakukan,
berdasarkan dari perhitungan economic fishing time, sehingga didapatkan
probabilitas keberhasilan berbanding dengan lama hari pengerjaan fishing. Dan,
pekerjaan sidetrack menjadi lebih efisien daripada harus melanjutkan pekerjaan
fishing yang cukup lama dan dengan biaya yang besar.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari Analisis dan evaluasi pembebasan pipa terjepit dapat
disampaikan pada pertanyaan berikut:
1. Pada proses pemboran di kedalaman 1531 mMD terdapat indikasi pipa
terjepit. Faktor apa saja yang menyebabkan pipa terjepit?
2. Pada saat pipa terjepit, terdapat beberapa metode untuk menentukan titik
jepit. Metode apa saja yang digunakan untuk mengetahui letak terjepitnya
pipa?
3. Setelah mengetahui metode menentukan titik jepit, akan dilakukan
penanggulangan, apa saja yang digunakan untuk mencegah dan
menanggulangi pipa terjepit?

Maksud Dan Tujuan Penelitian


Maksud dari penelitian ini adalah memberikan pengetahuan dan mempelajari
tentang salah satu masalah dalam operasi pemboran yaitu pipa terjepit atau stuck
pipe. Sedangkan tujuan dilakukannya penelitian tugas akhir ini adalah untuk:
1. Mengidentifikasi jenis stuck pipe yang terjadi
2. Mengetahui metode apa yang digunakan untuk mengetahui letak titik jepit
3. Mengetahui metode penanggulangan apa yang dapat digunakan untuk
permasalahan pipa terjepit tersebut.

2
Batasan Masalah
Pada penelitian Tugas Akhir kali ini yaitu mengenai penentuan jenis stuck
pipe dan metode yang digunakan untuk mengatasi masalah berdasarkan dari data
Daily Drilling Report (DDR), Daily Mud Report, Data Log Free Point Indicator
Tool dan Perhitungan Economic Fishing Time.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dan penulisan tugas akhir ini adalah Mahasiswa diharapkan
dapat menambah ilmu dan wawasan mengenai kondisi nyata yang ada di lapangan
juga mendapat ilmu untuk mengambil dan mengolah data menjadi sesuatu yang
bermanfaat seperti pemahaman tentang teori dan praktik yang dapat dikaitkan
selama masa perkuliahan berlangsung dan diharapkan untuk peneliti berikutnya,
hasil penelitian yang sudah saya lakukan dapat menjadi acuan dan referensi untuk
penelitian yang sejenis. Diharapkan dapat mempererat hubungan kerjasama antara
universitas trisakti dengan perusahaan tersebut, dimana tempat mahasiswa
melaksanakan penelitian tugas akhir dan untuk perusahaan agar dapat
memenberikan Analisis permasalahan yang sedang berlangsung dan diharapkan
dapat memberikan solusi untuk digunakan kedepannya.

3
BAB II TINJAUAN UMUM

Lapangan Bunyu eksisting adalah lapangan mature yang telah lama


diproduksikan sejak tahun 1930an, yang terletak pada Kalimantan Utara. Pada
sumur F-1ST merupakan sumur eksploitasi yang memproduksikan minyak dengan
pemboran jenis directional dan dengan kedalaman akhir 2700 mMD. Pada sumur
F-1ST, terjadinya pipa terjepit diakibatkan adanya pack off yang disebabkan
runtuhnya formasi yg sudah tidak kokoh.

F-1ST

Gambar II.1 Letak Sumur F-1ST ( Data Geologi, 2017 )

Pipa terjepit (stuck pipe) merupakan permasalahan dalam operasi pemboran


dimana rangkaian pipa pemboran terjepit oleh dinding formasi, sehingga sudah
tidak dapat digerakan atau tersangkut, baik diputar ataupun diangkat. Pada saat
terjadinya pipa terjepit, segala upaya harus dilakukan dengan cepat. Harus
dilakukan Analisis mengenai pipa terjepit untuk mengetahuiu kronologi terjepitnya
rangkaian pipa bor, faktor-faktor yang penyebab pipanya terjepit. Faktor faktor
utama yang mempengaruh terjepitnya pipa ada bermacam macam seperti ; Hole
Packed Off, Differential Sticking dan Key seating.

4
II.1 Aspek Formasi
Aspek ini meliputi jenis batuan yang ditembus dan pengaruhnya terhadap
mekanisme jepitan yang muncul. Pemboran yang menembus zona permeable dapat
menyebabkan terjadi differential Pipe Sticking, dan dari pengaruh profil sumur dan
kecenderungan adanya perubahan sudut secara tiba tiba dapat mengakibatkan key
seat. Pada sumur berarah dengan kemiringan yang tinggi, faktor yang sangat
penting adalah berat lumpur, dimana berat lumpur ini harus dapat menahan berat
diatasnya atau biasa disebut overburden, jika berat lumpur kurang maka akan
mengakibatkan runtuhnya formasi dan mengakibatkan stuckpipe (Bourgoyne Jr.,
Millhelm, Chenevert, & Young Jr., 1991).Tekanan Formasi dapat dihitung dengan
persamaan (2.1)

Pf = G x Depth (2.1)
Dimana:
Pf = Tekanan Formasi, psi
G = Gradien Fluida, psi/ft
Depth = Kedalaman, ft

II.2 Aspek-Aspek Pemboran


Untuk menentukan mekanisme dari jepitan yang terjadi perlu diketahui
beberapa aspek pemboran yang dapat berpengaruh pada terjadinya pipa terjepit
seperti :

II.2.1 Aspek Lumpur Pemboran


Meliputi perbedaan tekanan yang terjadi yang bisa menyebabkan terjadinya
differential sticking, perubahan laju alir lumpur, dan waktu sirkulasi yang
diperlukan juga akan terpengaruh. Untuk mengevaluasi jenis lumpur pemboran
yang akan digunakan maka harus diketahui komponen atau bahan kimia yang
digunakan. (Baker Hughes, 1995)

5
Tekanan hidrostatik lumpur pemboran dapat dihitung dengan persamaan (2.1) :

Ph=0,052 x Mw x d (2.2)
Dimana:
Ph = Tekanan hidrostatik lumpur bor, psi
Mw = Berat Jenis Lumpur Bor, lg/gal
d = Tinggi kolom lumpur, ft

Perbedaan tekanan dapat dihitung dengan persamaan (2.3)

Dp=Ph-Pf (2.3)
Dimana:
Dp = Perbedaan Tekanan, psi
Ph = Tekanan hidrostatik lumpur bor, psi
Pf = Tekanan formasi, psi

Diusahakan adanya perbedaan tekanan berkisar antara 100-200 psi agar


operasi pemboran dapat dijalankan dengan lancar. Perbedaan tekanan ini disebut
sebagai overbalance pressure.
Sistem lumpur pemboran adalah sistem lumpur yang digunakan untuk
menjaga tekanan formasi dan intinya adalah untuk menghindari terjadinya masalah
yang dapat terjadi. (Baker Hughes, 1995)

II.2.2 Aspek Rangkaian Pemboran


Aspek rangkaian pemboran ini mencakup perbandingan gesekan dengan
torsi yang dialami drill string antara operasi pemboran yang normal dengan yang
mengalami masalah dalam lapangan yang sama dan juga kecenderungan terjadinya
kontak antara drillstring dengan lubang bor. Penempatan dari stablizer juga
mempengaruhi kemungkinan terjadinya pipa terjepit terlebih lagi pada sumur
berarah dengan kemiringan yang cukup tinggi. (Bowes, 1997)

6
II.2.3 Parameter Pemboran
Parameter pemboran bermain penting dalam membantu driller mencapai
ROP ( Rate of Penetration ) yang baik, performa pemboran yang baik dan
memperpanjang umur bit. Ada beberapa hubungan antaran parameter pemboran
dan semua faktor dalam pemboran seperti diameter dari alat yang digunakan,
kekerasan batuan, dan jenis formasi. Mempelajari bagaimana mengatur parameter
pemboran akan membantu driller menaikan performanya pada situasi pemboran
yang sulit. Berikut adalah beberapa parameter pemboran. (Bowes, 1997)

1. Weight On Bit
Weight on Bit atau WOB adalah jumlah gaya ke bawah yang diberikan pada
mata bor yang diberikan oleh drill collar. WOB ini diaplikasikan pada drill string
yang memberikan beban pada formasi yang akan ditembus dan akan memudahkan
operasi pemboran. Dengan pemilihan WOB yang sesuai digabung dengan ukuran
drill string yang sesuai akan memudahkan penghancuran batuan yang akan
ditembus dan meningkatkan laju penembusan.
Drill collar dan HWDP berfungsi sebagai pemberat yang dapat mengatur
besar kecilnya WOB. Dengan menambah berat dari Drill Collar maupun HWDP
dapat menambah WOB-nya, begitupula sebaliknya. Namun jika WOB terlalu besar
dapat menyebabkan pembengkokan pipa. (R. F. Mitchell & Miska, 2011)

2. Kecepatan Putaran Drill String


Kecepatan Putaran Drill string merupakan jumlah putaran dari rangkaian
pemboran per satuan waktu yang mempunyai satuan RPM (Rotation Per Minute).
Dengan kombinasi wight on bit yang baik, makan akan menghasilkan laju tembusan
yang bagus.(R. F. Mitchell & Miska, 2011)

3. Laju Pemompaan Lumpur


Laju pemompaan lumpur akan berpengaruh pada pengangkatan cutting ke
permukaan dan juga akan mempengaruhi ROP. Dengan laju pemompaan yang
optimal maka pengangkatan cutting ke permukaan akan mudah. Laju pemompaan

7
lumpur juga mempengaruhi putaran dari bit, dimana semakin cepat laju fluidanya
makan putaran dari bit akan semakin cepat. (Heriot-watt, 1940)

4. Rate of Penetration (ROP)


Rate of penetration adalah kecepatan dimana drill bit dapat menghancurkan
batuan dibawah dan juga memperdalam lubang pemboran, kecepatan dari ROP ini
mempunya satuan yaitu ft/hr atau inch/min. Rate of Penetration dijadikan patokan
bagi kebanyakan driller. Semakin bagus ROPnya, maka semakin cepat pemboran
menembus batuan dan semakin cepat kita memperdalam lubang. Dan sangat
berpengaruh dengan produktivitas. Dengan begitu drillers mencari cara untuk
meningkatkan rate of penetration. Sebelum mengganti sebuah benda,alat atau
mengubah proses, harus dilakukannya perbandingan rate of penetration sebelum
dan sesudah dilakukannya perubahan untuk melihat apakah ada efek yang
ditimbulkan pada ROP. (Baker Hughes, 1995)

II.3 Peralatan Rangkaian BHA/Bottom Hole Assembly


Penentuan design Bottom Hole Assembly (BHA) sangat penting untuk
dilakukan, penggunaan BHA yang sesuai dapat melancarkan proses pemboran. (B.
Mitchell, 1995). Berikut adalah ilustrasi dari Bottom Hole Assembly pada gambar
II.2

Gambar II.2 Bottom Hole Assembly Component (B. Mitchell, 1995)

8
II.3.1 BIT
Bit berfungsi untuk menghancurkan batuan, bit terletak pada ujung
komponen Bottom Hole Assembly dan fungsi lainnya adalah untuk mengambil
sampel pada saat coring. Jenis bit yang digunakan berbeda beda jenisnya
berdasarkan karasteristik lapisan yang akan ditembus agar laju penembusannya
optimal. (Adams, 1981). Berikut adalah contoh Bit pada Gambar II.3 :

Gambar II.3 Bit (Heriot-watt, 1940)


II.3.2 Drill Collar
Drillcollar atau biasa disebut DC berbentuk seperti DP dan berbahan baja,
namun ukuran diameter bagian dalam lebih kecil dan diameter luarnya sama dengan
diameter luar tooljoint drill pipe. Jadi dindingnya lebih tebal daripada drillpipe.
Dinding yang tebal ini memungkinkan dibuatnya grade pada dinding tersebut
sehingga tdak memerlukan tool joint. Fungsinya memberikan beban rangkaian yg
terpusat pada bit. Kemudian mencegah terjadi kebengkokan pipa dan menjaga
ketengaan dari drill pipe. (Adams, 1981).
Berikut adalah contoh drill collar pada Gambar II.4 :

Gambar II.4 Drill Collar (Smith, 2001)

9
Drill Collar pun memiliki berbagai macam jenis, salah satu faktor yang
mempengaruhi perbedaan jenisnya adalah diameter luarnya. Berikut adalah
dimensi API untuk Drill Collar pada Tabel II.1

Tabel II.I Dimensi API untuk Drill Collar (Adams, 1981)


Drill Collar Number OD, in. Bore + 1/16 - 0, in
NC23-31 (tentative) 3 1/8 1 1/4
NC31-41 (2 7/8 IF) 4 1/8 2
NC35-47 4 3/4 2
NC38-50 (3 1/2 IF) 5 2 1/4
NC44-60 6 2 1/4
NC44-62 6 1/4 2 1/4
NC46-65 (4IF) 6 1/2 2 1/4
NC50-70 (4 1/2 IF) 7 2 1/4
NC50-72 (4 1/2 IF) 7 1/4 2 13/16
NC56-77 7 3/4 2 13/16
NC56-80 8 2 13/16
NC56-80 8 1/4 2 13/16
NC61-90 9 2 13/16
NC70-100 10 3
NC77-110 11 3

II.3.3 Stabilizer
Stabilizer merupakan salah satu komponen BHA yang berfungsi untuk
mejaga kesetimbangan drill collar dan dan drill bit yang ada di lubang bor.
Berdasarkan fungsi yang diinginkan, stabilizer dapat diletakan dekat dengan drill
bit atau pada sambungan drill collar yg terletak agak jauh dari bit. Fungsi lainnya
adalah untuk tetap menjaga agar lubang tetap lurus, menghindari drill collar
menempel pada dinding lubang atau sticking, mengontrol kemiringan dari lubang
dan menaikkan laju penetrasi. (R. F. Mitchell & Miska, 2011). Hal ini penempatan
stabilizer mempengaruhi fungsinya. Dimana pada prinsip fulcrum, stabilizer
diletakkan dekat dengan bit, dan mengakibatkan turunnya sudut inklinasi string.

10
Dan sebaliknya pada prinsip pendulum, stabilizer diletakkan jauh dari bit,
dan mengakibatkan naiknya sudut inklinasi string Gambar stabilizer dapat dilihat
pada Gambar II.5 :

Gambar II.5 Stabilizer (Bourgoyne Jr. et al., 1991)

Stabilizer harus tahan terhadap abrasi dan luas area kontak permukaan
dinding lubar bor juga harus cukup, luas kontak yang lebar akan mengurangi resiko
stabilizer terjebak atau tertanam pada formasi yang lunak. Pemilihan Stabilizer juga
harus didasarkan pada kemampuan pemboran terhadap lapisan formasi dan kondisi
sumur. (R. F. Mitchell & Miska, 2011)

II.3.4 Bit Sub


Bit sub merupakan sebuah pipa pendek yang dipasang tepat diatas bit dan
berfungsi untuk penyambung antara drill collar dengan bit. (Baker Hughes, 1995)

II.3.5 Drilling Jar


Drilling jar merupakan peralatan mekanikal yang digunakan untuk
memberikan dampak beban dengan hentakan ke atas dan ke bawah terhadap
perlatan dalam sumur terutama saat terjadinya stuck pipe. Prinsip kerja dari jar
adalah seperti menggunakan hammer yang memberi pukulan kebawah atau tenaga

11
kinetic lalu didapatkan gaya ke atas terhadap drill string bagian bawah jar dan
sebaliknya. Berdasarkan tripping mechanism, jar sendiri dibagi menjadi dua tipe,
mechanical jars dan Hydraulic jars.(R. F. Mitchell & Miska, 2011)

II.3.3 Drillpipe
DP atau Drillpipe adalah pipa baja seamless yang digunakan dalam
drillstring disuatu operasi pemboran dan merupakan komponen utama dari seluruh
drillstring, fungsinya menyambungkan dan memutar peralatan dari permukaan
dengan peralatan BHA dan bit. (Baker Hughes, 1995). Contoh dari drill pipe ada
pada Gambar II.6 :

Gambar II.6 Drill Pipe (Heriot-watt, 1940)

Grade dari Drill Pipes mendeskripsikan nilai yield strength minimum dari
pipa. Nilai ini sangat penting karena digunakan pada burst, collapse, dan tension
calculation. Nilai grade pada umumnya tertera pada Tabel II.II sebagai berikut:

Tabel II.II Tipe Drill Pipe berdasarkan Yield Strength (Adams, 1981)
Grade
Yield Strength,
Letter Alternate
psi
Designation Designation
D D-55 55,000
E E-75 75,000
X X-95 95,000

12
Tabel II.III Tipe Drill Pipe berdasarkan Yield Strength (Lanjutan) (Adams, 1981)

II.3.6 Heavy Weight Drill Pipe


Heavy weight drillpipe (HWDP) merupakan jenis drill pipe dengan dinding
yang lebih tebal dan collar yang lebih Panjang dibandingkan drillpipe konvensional
namun dengan diameter dalam yang lebih kecil (biasanya 3 inchi). Heavy Weight
Drill Pipe dapat juga dibedakan dari drillpipe dengan terdapatnya Integral wear
centre wear pad yang berfungsi sebagai pengstabil yang demikian meningkatkan
keseluruhan kekerasan pada drillstring. Dan juga Heavy weight drill pipe tensile
strength yang lebih tinggi. Dan fungsi dari Heavy Weight Drill Pipe ini adalah
memberikan beban tambahan pada bit terutama pada sumur berarah, mengurangi
torsi dan drag pada sumur berarah, mengurangi terjadinya differential sticking (R.
F. Mitchell & Miska, 2011). Contoh dari HWDP ada pada Gambar II.7 :

Gambar II.7 Heavy Weight Drill Pipe (Heriot-watt, 1940)

II.4 Faktor Faktor Penyebab Rangkaian Pipa Terjepit


Stuck pipe merupakan hal yang sering terjadi pada saat proses pemboran.
Permasalahan ini dapat mengakibatkan biaya pemboran bertambah karena
bertambahnya biaya sewa rig. Maka dari itu harus diperhatikan faktor faktor yang
yang menagkibatkan suatu pipa dapat terjepit. Ada beberapa faktor yang

13
menyebabkan terjadinya pipa terjepit, faktor utamanya adalah karena lost
circulation, dan beberapa faktor lainnya seperti Hole Pack Off, Swelling Clay,
Differential Sticking, Key Seat, Junk, Green Cement, Collapse Casing dan
undergauge hole. (Bowes, 1997)

Tabel II.IV Pipe Sticking Mechanism and Causes (Hussain, 2001)


Pipe Sticking Mechanism and Causes
Mechanism Differential Sticking Mechanical Sticking
Hole Pack Off
Swelling Clay
Key Seat
Undergauge Hole
Cause Differential Force
Collapse Casing atau Tubing
Junk
green Cement
Mobile Formation

II.4.1 Hole Packoff


Hole Pack off atau bisa juga disebut formasi gugur. Stuck pipe ini
disebabkan karena adanya lubang bor yang runtuh atau caving yang nanti mengisi
annulus antara dinding lubang bor dan pipa, baik sebagian dari lubang bor hingga
bias menutup seluruhnya. Walaupun demikian berbeda dengan differential sticking,
hole pack off ini mengalami pipa terjepit dengan sedikit bahkan tidak adanya
sirkulasi. Memahami tentang mechanical sticking ini adalah kunci untuk
memecahkan masalah. Ini karena kita bisa mengetahui penanggulangan apa yang
dapat digunakan.
Caving ini disebabkan karena lubang bor tidak dapat menahan tekanan
hirdrostatik dari fluida pemboran yang dimasukan, yang menyebabkan runtuhnya
lubang bor. (Bowes, 1997).
Dan juga dapat disebabkan akibat pengangkatan cutting yang tidak
maksimal yang mengakibatkan lubang bor akan terutup oleh cutting yang
menumpuk.

14
Dimana hole pack off dapat terjadi pada pemboran vertical maupun
directional. Jepitan pipa jenis hole pack off ini dapat dilihat pada Gambar II.8 :

Gambar II.8 Hole Pack Off (Amoco, 1996)

Dinding lubang runtuh dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :


1. Shale yang sensitif terhadapat adanya air
2. Formasi yang rapuh dan kurang kompak (batu bara, brittle shale, pasir
lepas)
3. Tekanan hidrostatik lumpur lebih kecil dibandingkan tekanan formasi.
Tanda-tanda telah terjadinya hole-pack off adalah sebagai berikut :
1. Cutting yang naik ke permukaan bentuknya besar dan pipih
2. Tekanan pompa lumpur naik
3. Cutting yang keluar lebih banyak dari kondisi normal

Biasanya pada formasi ini banyak mengandung lapisan shale yang bersifat tidak
kompak atau tidak stabil dan yang berisifat high pressure sehingga lapisan ini
mudah runtuh dan dapat menutup lubang bor. Shale instability terbagi dalam dua
jenis yaitu geopressured shale dan reactive shale.(Amoco, 1996)

1. Geopressure Shale
Geopressure shale mempunyai tekanan formasi yang abnormal yang
dikarenakan tekanan formasi yang lebih besar dibandingkan tekanan hidrostatik.

15
Dinding lubang bor akhirnya tersumbat dan mengakibatkan stuckpipe.
Berikut adalah ilustrasi terjadinya geopressured shale pada gambar II.9

Gambar II.9 Geopressure Shale (Amoco, 1996)

Indikasi terjadinya geopressured shale adalah seperti berikut :


1. Rate of Penetration meningkat saat pertama kali mengebor
2. Berat lumpur yang tidak sesuai
3. Bentuk dan ukuran cutting Panjang-panjang yang menandakan dinding
lubang bor yang mulai runtuh
Untuk mencegah terjadinya geopressured shale dapat dilakukan dengan hal
berikut:
1. Meminimalkan Swab/Surge pressure
2. Perlahan menaikan mud weight untuk menstabilkan shale.
3. Mengontrol laju alir pemboran.

2. Reactive Shale
Reactive shale merupakan formasi shale yang apabila bercampur dengan
WBM (water base mud) atau lumpur dengan bahas dasar air tawar, clay yang
merupakan jenis mineral akan menyerap air tersebut dan akan mengembang yang

16
mengakibatkan lubang bor menyempit dan akan terjadi stuck pipe. Mineral clay
yang termasuk jenis reactive shale adalah seperti kaolinite, montmorillonite, dan
illite.
Mineral Montmorillonite adalah mineral yang paling reaktif apabila
bercampur dengan air, karena pada mineral montmorillonite mengandung ion Na+
yang akan mengembang jika bertemu denhan H2O. Shale inilah yang dikhawatirkan
saat operasi pemboran karena dapat mengakibatkan sloughing dan mengakibatkan
pipa terjepit (Amoco, 1996). Berikut adalah illustrasi gambar reactive shale pada
gambar II.10

Gambar II.10 Reactive Shale (Amoco, 1996)

Beberapa tanda terjadinya reactive shale pada saat melakukan pemboran adalah :
1. Meningkatnya Plastic Viscosity dan Yield Point .
2. Dikarenakan annulus yang tertutup makan tekanan pompa akan meningkat.
3. Meningkatnya torque.

Untuk mencegah terjadinya reactive shale maka dapat dilakukan beberapa hal
berikut:
1. Menggunakan Inhibited mud
2. Mengatur mud properties
3. Memakai lumpur polimer yang prinsipnya mengurangi aktivitas unsur
natrium dari clay.

17
II.4.2 Swelling clay
Faktor utama dari terjadinya swelling clay adalah adanya fasa cair dari
lumpur pemboran (mud-filtrate) serta mineral clay yang bisa mengembang
(exspandable).
Masalah ini terjadi disebabkan oleh adanya invasi mud filtrate yang
kemudian dihidrasi oleh mineral clay yang terdistribusi di dalam formasi.
Tingkatan dari clay hydration tergantung pada tipe clay nya dan Cation Exchange
Capacity (CEC) dari konten claynya (Hussain, 2001). Semakin besar cation
exchange capacity maka semakin mudah menyerap claynya. Beberapa jenis clay
yang ditemukan saat pemboran seperti smectite dengan nilai CEC sebesar 80-150
meq/100g (salah satu contoh dari smectite adalah Bentonite Clays), kemudian illite
dengan CEC sebesar 10-40 meq/100g, kemudian chlorite dengan CEC sebesar 10-
40 meq/100g dan Kaolinite dengan CEC sebesar 3-10 meq/100g. (Bowes, 1997)

II.4.3 Differential Sticking


Pada seluruh operasi pemboran, tekanan hidrostatis fluida pemboran
didesain dan dijaga pada level dimana melebihi tekanan formasi, kurang lebih
sekitar 200 psi. Pada formasi permeable, tekanan differential (Overbalance)
merupakan hasil dari aliran filtrat fluida pemboran dari sumur ke formasi. Saat
filtrat memasuk formasi, padatan pada lumpur terfiltrasi keluar dan terbentuklah
mud cake.
Differential pressure sticking atau biasa disebut differential sticking, pada
dasarnya, pipa terjepit pada bagian sisi dari lubang pemboran karena besarnya
perbedaan tekanan antara fluida pemboran dengan tekanan yang ada di formasi.
Differential pressure Pipe Sticking terjadi pada saat tenaga gesekan dari lubang
pemboran bekerja pada pipa pemboran bergerak diluar keadaan normal.
Pada kondisi ini berbeda dengan mechanical sticking, fluida masih dapat
mengalir namun pipa tidak dapat digerakan keatas maupun kebawah, karena sudah
menempel atau terjebak pada mud cake.

18
Tekanan hidrostatis menciptakan perbedaan yang memaksa pipa pemboran
bergerak ke filter cake melewati zona permeabel. (Bowes, 1997). Berikut contoh
ilustrasi dari differential sticking Gambar II.11 :

Gambar II.11 Differential Sticking (Amoco, 1996)

Tekanan hidrostatis lumpur menekan rangkaian pipa pemboran ke salah satu


dinding lubang bor. Mud cake yang dihasilkan pun juga tebal sehingga sebagian
rangkaian pipa pemboran / drill string terbenam ke dalam mud cake sehingga mud
cake menjepit rangkaian pipa pemboran. Jika terjadi jepitan yang lengkap, gerakan
pipa maupun sirkulasi sudah tidak dapat dilakukan lagi, dan hanya terjadi di
sepanjang daerah yang permeabel dan porous, seperti batu gamping dan batu pasir.
Agar dapat dibebaskan maka perlu diberikan gaya yang cukup besar pada pipa
tersebut melebihin gaya jepit dari pipanya, namun tidak boleh lebih besar dari
tensile strength pipe karena akan menyebabkan rangkaian pipa pemboran terputus.
(Amoco, 1996)

II.4.4 Key Seat


Key seating adalah salah satu penyebab pipa terjepit, dimana key seating
terjadi saat pencabutan rangkaian. Pipa terjepit karena key seat disebabkan karena
adanya dog leg. Dog leg adalah dimana terjadi perubahan sudut kemiringan lubang
dan sudut arah lubang secara mendadak akibat saat terjadi pemboran karena adanya

19
tension dan torsion yang terlalu besar pada drill string. Formasi yang lunak sampai
medium hard memiliki kemungkinan terjadi key seat yang lebih besar (Bowes,
1997). Berikut adalah ilustrasi jenis jepitan ini pada Gambar II.12

Gambar II.11 Key Seat (Amoco, 1996)

Beberapa tanda dari pipa terjepit akibat key seat adalah sebagai berikut:
1. Sirkulasi berlangsung normal
2. Lubang sempit saat tripping out

II.4.5 Undergauge Hole


Undergauge hole adalah peristiwa terjepitnya rangkaian pipa pemboran
karena pemakaian bit yang sudah lama, dan digunakan untuk mengebor lapisan
yang keras dan abrasive sehingga mengikis atau merusak bit tersebut, sehingga
lubang yang dibor semakin kecil dan mengakibatkan pada penurunan Bottom Hole
Assembly yang baru, akan menyebabkan bit ataupun Bottom Hole assemblynya
terjepit pada undergauge hole section. (Bowes, 1997 ).
Dan juga undergauge hole dapat terjadi saat sedang melakukan coring
dengan menggunakan cone bit yang lebih kecil dibandingkan bit yang akan
digunakan selanjutnya.
Penanganan pertama yang dapat dilakukan pada permasalahan undergauge
hole ini adalah dengan memberikan jar up maksimal tanpa memberikan torque
pada drillstring.

20
Bit yang baru bisa terjepit pada bagian atas coring section. Illustrasi untuk
undergauge hole ada pada Gambar II.12

Gambar II.12 Undergauge Hole (Amoco, 1996)

II.4.6 Collapse Casing atau Tubing


Terjadi apabila gaya atau tegangan yang diberikan formasi melebih collapse
strength dari string atau saat adanya perbedaan antara tekanan internal dan eksternal
yang melibihi collapse rating pressure dari suatu material. Bisa diakibatkan oleh
beberapa faktor seperti, saat sedang melakukan pressure testing pada annulus,
terperangkapnya tekanan dalam annulus ataupun sumur yang penuh terisi dengan
gas dan juga bisa terjadi karena adanya korosi yang mengurangi nilai collapse
pressure dari casing dan kesalahan dari desain casing (Bowes, 1997)

II.4.7 Junk
Junk adalah benda asing pada lubang pemboran, yang seharusnya tidak ada
disana. Ini bisa terjadi karena beberapa faktor seperti pembersihan rig floor yang
kurang baik, rotary table yang tidak ditutup ataupun peralatan bagian bawah atau
atas yang sedang mengalami masalah.
Disaat nilai clearance antara casing dan collars/stabilizers tidak begitu
bagus, bahkan sebuah junk yang kecil dapat mengakibatkan pipa terjepit. Kejadian
ini dapat terjadi kapan saja tanpa adanya tanda tanda, penanganan pertama untuk
permasalahan seperti ini bisa dengan memberikan jar up maupun jar down.(Bowes,
1997).
Beberapa kegitan preventif dapat dilakukan seperti, menjaga kebersihan rig
floor, menjaga agar peralatan yang ada di rig floor dalam keadaan baik, dan
melakukan inspek peralatan bawah permukaan.

21
Junks juga dapat terjatuh dari dalam sumur termasuk bagian packer yang
rusak, metal swarf pada pengerjaan milling. Berikut adalah ilustrasi untuk masalah
pipa terjepit akibat junk pada Gambar II.13

Gambar II.13 Junk (Amoco, 1996)

II.4.8 Green Cement


Salah satu peristiwa yang jarang terjadi pada stuck pipe adalah karena green
cement. Hal ini terjadi apabila semen tidak diatur atau diukur secara baik atau
karena penambahan additive yang salah dan gradien temperature dasar sumur,
semennya tidak diatur dengan baik. (Bowes, 1997).
Berikut adalah ilustrasi pipa terjepit yang diakibatkan green cement. Pada Gambar
II.14

Gambar II.14 Green Cement (Amoco, 1996)

22
II.4.9 Mobile Formation
Istilah dari mobile atau plastic formation biasanya mengacu pada halites
(salt) dan claystones, batuan formasi ini mengandung property plastic yang
memungkinkan mereka berubah dan mengalir pada kondisi saat diberi tekanan
tertentu. Mobile formation disebabkan oleh overburdened pressure yang menekan
squeezes shale atau salt ke wellbore. Formasi yang tertekan atau tergencet akan
mengurangi diameter lubang pemboran, sehingga formasi bergerak masuk ke dalam
lubang bor dan mengakibatkan stuck pipe (Bowes, 1997). Illustrasi dari mobile
formation dapat dilihat pada Gambar II.16

Gambar II.15 Mobile Formation (Amoco, 1996)

II.5 Metode Penanggulangan Rangkaian Pipa Terjepit.


Penanggulangan pipa terjepit dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti :

II.5.1 Metode Pemompaan LCM


Pemberian Lost Circulation Material atau biasa disebut LCM adalah bahan
bahan yang diberikan kepada lumpur pemboran pada daerah yang mengalami loss,
dengan harapan sirkulasi fluida pemboran dapat berjalan kembali. Lost circulating
material ini bekerja dengan menyumbat atau menutup daerah yang berlubang. Dan
untuk masalah differential sticking, fluida yang akan disirkulasi di turunkan dahulu
berat jenisnya agar tidak terjadinya perbedaan tekanan yang cukup jauh antara
formasi dan lubang sumur. Lumpur yang diberikan biasanya bersifat melumasi
dan berfungsi untuk menurunkan gaya gesekan antara fluida pemboran dengan
metal, seperti kalsium karbonat dan kwik seal. Diharapkan tekanan hidrostatik

23
lumpur akan berkurang dan gaya tekan rangkaian pemboran yang terjepit akan
berkurang sehingga akan memudahkan proses pelepasan stuckpipe (Adams, 1981)

II.5.2 Metode Pemompaan Pipe Freeing Agent


Dilakukan dengan pemompaan fluida yang berfungsi sebagai pelumas,
sehingga drill string yang terjepit dapat dilepaskan dengan aliran yang cukup tinggi
yang dialirkan ke titik jepit agar sirkulasi dapat berlangsung atau berjalan kembali.
pipe freeing agent diberikan agar padatan yang menyumbat lubang dapat diangkat
oleh sirkulasi aliran lumpur.
Untuk menghitung volume pelumas, bisa didapatkan dengan menggunakan
rumus volume annulus dasar lubang bor hingga titik jepitnya. Persamaan 2.4
digunakan untuk menghitung volume annulus.

1
Vannulus= x (D-OD)2 x l (2.4)
4
Dimana:
D = Diameter lubang bor, ft
OD = Outside Diameter Drill String, ft
Vannulus= Volume Annulus, ft3

II.5.3 Penentuan Titik Jepit dengan Perhitungan Rumus


Langkah pertama jika terjadi pipa terjepit yang dikarenakan oleh sebab-
sebab yang sudah dijelaskan sebelumnya makan harus dilakukan identifikasi pada
kedalaman berapa pipa tersebut terjepitnya. Karena pipa dapat meregang (stretch)
maka nilai regang pipa dapat diukur dan pada persamaan 2.5 panjang pipa yang
bebas dapat dhitung.

735.294 𝑥 𝑒 𝑥 𝑊𝑑𝑝
𝐿= (2.5)
𝐹
Dimana:
L = Panjang pipa yang bebas, ft
e = regangan, inch
Wdp = Berat nominal drill pipe, lb/ft

24
F = Tarikan (gaya), lb

II.5.4 Penentuan Titik Jepit dengan Metode Free Point Indicator


Free Point Indicator merupakan alat yang berfungsi untuk menentukan titik
jepit yang terdiri dari centralizer. Dan diantara centralizer terdapat sensor yang
sensitif terhadap torsi dan tarikan. Alat Free Point Indicator ini diturunkan pada
kedalaman tertentu menggunakan wireline. Kemudian pipa yang terjepit akan
diberikan tarikan dan torsi, dari kejadian tersebut sensor dari Free Point Indicator
ini akan memberikan indikasi bila masih berada di atas titik jepit. Pekerjaan ini akan
terus diulang hingga mendekati titik jepitnya. Free Point Indicator ini sangat akurat
untuk mendekati titik jepit pada pemboran horizontal dan vertical. Pembacaan dari
Free Point Indicator ini berupa persen dari pipa yang bebas versus kedalaman ( %
free pipe reading vs depth ) untuk nilai diatas 85% sudah menandakan pipa bebas.
Semakin kecil nilai persen berarti semakin mendekati titik jepit.(Bowes, 1997)

II.5.5 Jarring
Metode ini dilakukan pertama kali saat terjadi pipa terjepit. Dengan
memberi hentakan ke atas maupun kebawah, yang diharapkan dapat melepaskan
pipa dari jepitan . Pada saat melakukan pull out, harus diperhitungkan tensile
strength dari pipa pemboran agar saat dilakukan jarring tidak merusak bahkan
memutuskan rangkaian pipa dan juga harus mengetahui kekuatan rig, agar
menghindari robohnya Menara rig. Untuk menentukan titik jepitnya dilakukan
metode penarikan. Pertama kali drillstring ditarik dengan overpull 100,000 lbs
kemudian ditarik kembali dengan kekuatan 125,000 lbs, terakhir mengakibatkan
rangkain mengalami perpanjangan setelah diberi kekuatan overpull maksimum
sebesar 200,000 lbs yag dilakukan secara bertahap.(Bowes, 1997)

II.5.6 Mechanical Back off


Metode ini digunakan jika semua metode-metode sebelumnya tidak berhasil
untuk mengatasi stuck pipe. Metode back off adalah metode yang mencakup
pelepasan bagian pipa yang masih bebas dari lubang bor. Hal ini berarti melepaskan
drill string pada atau diatas daerah yang terjepit dan mengangkat bagian pipa yang

25
masih bebas dari jepitan dari lubang bor. Bagian rangkaian pemboran yang masih
tersisa (fish) dapat diambil dengan menggunakan peralatan fishing tool maupun
peralatan washover. namun, metode fishing perlu dilakukan evaluasi serta
perhitungan untuk mengetahui apakah ekonomis jika dilakukan fishing job. Jika
perhitungan menandakan tidak ekonomis, maka fishing job tidak perlu dilakukan.
Apabila kerusakan atau sisa rangkaian pemboran tidak bisa diambil, sebagai
pilihannya adalah menutup lubang (plug back) atau menutup fish yang terkubur
(plug cementing) dan kemudian membelokkannya (Sidetrack). Bila mechanical
back off tidak dapat melakukan pelepasan maka dapat dilakukan peledekan dengan
metode back off shot yang bertujuan memberikan efek getaran pada rangkaian atau
sambungan pipa pemboran yang terjepit dan diharapkan mempermudah proses
pelapasan (Bowes, 1997)

II.5.7 String Shot Backoff


Apabila metode back off shot dan mechanical back off tidak berhasil, maka
cara yang dapet digunakan adalah string shot back off. Prinsipnya sama dengan
back off namun pada string shot yang mengalami pemotongan adalah bagian string
nya. Pemotongan secara tegak lurus dengan pipa bor dan melingkar. Proses
Pemotongan bisa dengan Chemical Cutter atau Jet Cutter.(Adams, 1981)

II.5.8 Sidetrack
Pemboran Sidetrack digunakan untuk membelokkan lintasan karena adanya
masalah pada sumur di kedalaman tertentu. Biasanya permasalan yang dijumpai
adalah bertemunya sumur dry hole, adanya fish yang tertinggal, ataupun sudah
dilakukannya plug back sehingga harusnya dilakukan pemboran Sidetrack. (Bowes,
1997)

II.6 Alat-alat Pembebas Pipa Terjepit


Pada operasi pembasan pipa terjepit , dibutuhkan alat alat yang berfungsi
untuk menyempurnakan proses pembebasan pipa terjepit hingga pembersihan dan
pengangkatan fish sekalipun. Dari mengetahui mengetahui jenis dan bentuk fish

26
yang ada di bawah juga sangat penting untuk memudahkan proses fishing, berikut
beberapa jenis alat pembebas atau fishing tool yang digunakan. (Bowes, 1997)
II.6.1 Wireline Fishing Tools
Wireline Fishing tool merupakan salah satu jenis fishing tool yang dipasang
pada wireline, Contoh alat dari wireline fishing tools adalah :

1. Bailer
Bailer berfungsi untuk memindahkan fluida dari dalam lubang, cara
menggunakannya dengan menurunkan bailer ke dalam lubang kemudian fluida
akan mengisi bailer, dan bailer akan ditarik keatas (Heriot-watt, 1940)

II.6.2 Tubular Fishing Tools


Biasa disebut alat pancing konvensional, digunakan dengan benda benda
yang bentuknya menyerupai drill pipe, casing dan lainnya. Sehingga dapat
melakukan gerak memutar, naik turun hingga kombinasi keduanya. Macam dari
tubular fishing tools adalah :

1.Overshot
Merupakan alat pancing paling umum karena kemampuan dan efisiensinya.
Alat ini terdiri dari bagian atas yang disambung dengan pipa, bowl section sebagai
sambungan antara upper sub dan lower sub. Bagian lower sub inilah yang berfungsi
untuk menjepit bagian atas dari fish (Heriot-watt, 1940). Berikut adalah contoh
Overshot pada Gambar II.17

Gambar II.16 Overshot

27
2. Washover pipe
Washover pipe digunakan apabila peralatan overshot dan jarring gagal untuk
melepaskan fish, Washover pipe berfungsi untuk mendapatkan clearance yang
optimum antara diameter dalam washover pipe dan fish.Washover pipe adalah pipa
yang memiliki Inside Diamter lebih besar dibandingkan Outside Diameter
daripada fish yang akan ditangkap dan diturunkan dengan rotary shoe.Washover
pipe dapat digunakan dalam beberapa keadaan seperti:
1. Dimana formasi ada bridge dan pipa yang terjepit
2. Dimana string sudah tersemen
3. Dimana casing sudah runtuh pada pipa dan mud solids sudah menumpuk
pada titik jepit.
(R. F. Mitchell & Miska, 2011). Berikut adalah contoh Washover Pipe pada
Gambar II.17

Gambar II.17 Washover Pipe (Baker Hughes, 1995)

3. Fishing Jar
Merupakan alat pancing yang bekerja menggunakan prinsip tumbukan
(impact) baik ke bawah maupun keatas. Fishing jar ini dipasang pada rangkaian
pipa pemboran, dan berfungsi untuk membantu pelepasan pipa yang terjepit
diharapkan pack-off dapat terurai sehingga pipa dapat terbebas (Heriot-watt, 1940).
Berikut adalah contoh illustrasi dari Jar pada Gambar II.19

Gambar II.18 Fishing Jar (Heriot-watt, 1940)

28
II.7 Economic Fishing Time
Dalam operasi pemboran, terjadinya rangkaian terjepit pada lubang
bukanlah suatu hal yang tidak mungkin terjadi. Apabila hal itu terjadi, dibutuhkan
biaya yang sangat besar dan permasalahan tersebut harus segara diselesaikan. Jika
usaha pembebasan tidak berhasil maka harus dilakukan pemutusan rangkaian
dengan metode yang berbeda beda. Setelah rangkaian putus, maka akan dilanjutkan
dengan pengangkatan rangkaian atau yang disebut dengan fishing job.
Pada perhitungan Economic Fishing Time ini, akan didapatkan lama
pengerjaan fishing berdasarkan nilai probabilitas kesuksesannya, yang selama
pengerjaan fishing ini akan diawasi juga oleh SKK, dan SKK lah yang akan
menentukan akan dilanjutkan atau tidaknya usaha fishing ini, jika menurut
perhitungan SKK sudah tidak memungkinkan, maka akan diputuskan untuk
melakukan Sidetrack.
Untuk menghitung Economic Fishing Time, kita perlu mengetahui
Sidetrack cost yang berisi biaya dari LIH( Lost in Hole), daily cost dan biaya
backoff. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung Economic
Fishing Time:

FISH VALUE DEPRECIATED = LOST IN HOLE PRICE x TOTAL JOINT x


RATE
(100%-DEPRECIATION MONTH ) (2.6)

FISH VALUE NON DEPRECIATED = LOST IN HOLE PRICE x TOTAL JOINT x


RATE
(100%-DEPRECIATION MONTH ) (2.7)

COST OF SIDETRACK=TOTAL FISH VALUE+BACK OFF+


DAILY COST SUM (2.8)

COST OF SIDETRACK x PROBABILITY OF SUCCESS


EFT= (2.9)
DAILY COST WHILE DRILLING

29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada proses pemboran sering dijumpai berbagai masalah, salah satunya


adalah pipa terjepit yang saya jadikan bahan Analisis dan evaluasi pada
pelaksanaan tugas terakhir ini. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan pada sumur
F-1ST lapangan 12-C Formasi Balikpapan dimana masalah pipa terjepit terjadi.
Dalam penyelesaian tugas akhir ini yang berlangsung selama 2 bulan, parameter
yang akan dianalisis adalah pengolahan data dari berbagai literatur, penentuan jenis
masalah pipa terjepit apa yang terjadi, tahap Analisis penentian metode yang
digunakan untuk menanggulangi masalah tersebut, tahap kesimpulan dan
penyelesaian laporan akhir. Penelitian tugas akhir ini dilakukan melalui studi
literature di PT. Pertamina EP Asset V Balikpapan.

III.1 Metodologi
Metode Penelitian tugas akhir ini dilakukan dengan metode Analisis data
literature, berupa data Daily Mud Report(DMR), Mud Log, Daily Drilling Report
(DDR), Free Point Indicator, Executive Summary, Drilling Report, Stuck Report
dan Economic Fishing Time. Dan melakukan beberapa perhitungan seperti
Tekanan formasi (Pf) menggunakan persamaan 2.1, Tekanan Hidrostatik (Ph)
menggunakan persamaan 2.2 dan perhitungan perbedaan tekanan menggunakan
persamaan 2.3

III.2 Pengumpulan Data


Proses Pengumpulan data yang di dapat berupa DDR (Daily Drilling
Report) untuk mengetahui apasaja treatment yang dilakukan pada hari itu,
Drilling Mud Report untuk mengetahui jenis lumpur beserta Rheologi dari
lumpur yang digunakan pada tiap harinya, Drlling Program untuk
mengetahui plan awal pemboran yang akan dilakukan beserta Well data
untuk melihat bagaimana design penampang sumurnya. Pembacaan Mud
Log untuk mengetahui jenis formasi apa yang di bor dan persebaran batuan
tiap kedalaman, data log FPIT (Free Point Indicator Tool) untuk
mengetahui letak kedalaman titik jepitnya, Data Drilling Time Final untuk

30
mengetahui drilling program, Data Chart dan grafik Time vs Depth.
Selanjutnya Data perhitungan Economic Fishing Time untuk menghitung
keekonomisan antara dilakukannya fishing atau Sidetrack.

III.3 Prosedur Kerja


Prosedur penelitian yang akan dikerjakan terdiri dari beberapa tahap yaitu :
1. Mengumpulkan data-data hasil laporan harian pemboran yang
mengalami masalah pipa terjepit (Pipe Sticking). Seperti hasil laporan
harian pemboran ( Daily Drilling Report ), Daily Mud Report, Drilling
Time Final Report, Drilling Program, Exeuctive Summary.
2. Mengetahui Letak atau titik pipa terjepit dengan Free Point Indicator
Tool dengan membaca data lognya dan mengkorelasikan dengan data
Daily Drilling Report.
3. Mengetahui jenis pipa terjepit apa yang terjadi dengan membaca Daily
Drilling Report. Dan menentukan metode penanggulangan apa yang
akan dilakukan.
4. Menghitung keefisienan dan keekonomian penerapan metode kedua
seperti, cement plug, fishing & Sidetrack bila metode sebelumnya tidak
berhasil
5. Membuat kesimpulan dan saran

31
III.4 Diagram Alir

Gambar III.1 Diagram Alir Pembebasan Pipa Terjepit

32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada tugas akhir ini dilakukan evaluasi dan pembahasan permasalah pipa
terjepit pada sumur F-1ST. Pada bab ini akan dijelaskan data sumur, kronologis
terjadinya rangkaian pipa terjepit, proses pembebasan dan perhitungan dari
Economic Fishing Time hinggan akhirnya diputuskan untuk melakukan Sidetrack
untuk sumur F-1ST berlangsung.

IV.1 Profil Sumur F-1ST


Sumur F-1ST merupakan sumur eksploitasi yang memproduksikan minyak.
Pemboran sumur ini dilakukan secara berarah (directional) dengan kedalaman
akhir 2700 mMD. Berikut informasi data sumur setelah dilakukan Sidetrack
mengenai sumur X-8:

Well Location : 12-C


Well Name : F-1ST
District / Region : Bunyu – KTI
Well Classification : Pemboran Sumur Eksploitasi
(Sumur Produksi)
Well Type : Directional/ S Type
Coordinate
• Surface : X : 595,111.92 m
Y : 384,783.10 m
• Sub Surface : X : 596,207.37 m
Y : 384,805.74 m
Elevasi/Ground Level (GL) : 25.75 m di atas permukaan laut
Tinggi Lantai Bor : 7.92 m dari GL
KOP : 620 mMD
Inclination Maximum / :
11.9˚ / N 81.99˚ E @ 770 mMD
Azimuth

33
Casing Properties
• 20” (K-55, #94, :
0 – 36 mMD
BTC, R-3)
• 13⅜” (L-80, :
0 – 538.5 mMD
#68, BTC, R-3)
• 9⅝” (N-80, #47, :
0 – 1499.5 mMD
BTC, R-3)
• 7” (N-80, 29#, :
1419.9 – 2696 mMD
BTC R-2 &R-3)
Total Depth : 2700 mMD/ 2691.91 mTVD
Top of Plug (Depth) : 2696.93 mMD
Production String (Depth) : 1459.91 mMD.
Packer Type (Kedalaman) : MOT Single Grip 7” @ 1450.37 mMD
Perforation Type : HSD 4-1/2” 5 SPF
Perforation Interval / : Lapisan O-95 interval perfo:
Production Zone 1484.5-1486.5 mMD.
Spud Date : 05 Desember 2017, pukul 15.00 WITA

Rig Release : 27 Februari 2018, pukul 24.00 WITA


Job Days Realization :
• Dry Hole Basis : 70.04 Days
• CompletionBasis : 13.11 Days

34
Berikut adalah illustrasi penampang sumur F-1ST lapangan Bunyu pada Gambar
IV.1

Gambar IV.1 Penampang Sumur F-1ST ( Data Penampang, 2017 )

35
IV.2 Kronologi Terjadinya Pipa Terjepit
Terjadinya stuck pada sumur F-1 lapangan 12-C terjadi pada trayek 12-1/4"
yang dimulai dari kedalaman 540 mMD dengan MW 1.05 hingga kedalaman 1546
mMD menembus formasi sandstone dan shalestone dengan nilai MW in dan MW
out 1.09 menggunakan lumpur KCL-Polymer. Pada pemboran Trayek 12-14”
sudah memasuki kedalaman 1546 mMD diamati adanya penurunan lumpur aktif
(20<bbl/h) , pemboran dihentikan kemudian dilakukan pemompaan LCM 40 ppb
dengan 2 kali spot, setelah dilakukan penanggulangan, langkah selanjutnya angkat
rangkaian dari 1546 mMD sampai 1413 mMD, untuk melakukan flow check dan
pada saat bersamaan sirskulasikan 400 gpm, terindikasi rate loss berkurang, cek
dynamic dan static loss, RIH BHA dari 1413 mMD sampai 1531 mMD.
Tetap tidak ada sirkulasi dan pergerakan dari string selama 24 jam.
Coba untuk membuka BOP dan lepaskan tekananan, mencoba untuk menarik
string sampai satu joint, ditemukan string tidak dapat diangkat dan terdapat overpull
, dilakukan sirkulasi dan amati kondisi lubang dan ternyata formasi mengalami pack
off dengan indikasi kenaikan pressure dan tidak adanya lumpur yang balik ke
shacker. Indikasi terjadi pack off saat surge ke kedalaman 1531mMD/1522.6 TVD
yang diakibatkan runtuhnya formasi yang sudah tidak kompak lagi, karena ada
perlapisan formasi sandstone dan shale yang tipis, dengan nilai MW in dan MW
out sebelum terjadi stuck sebesar 1.06 dan setelah stuck 1.08
Analisis terjadinya stuck pada sumur F-1 trayek 12-1/4” lapangan 12-C ini
dilakukan dengan cara,menganalisis jenis formasi yang ditembus, membandingkan
design mud weight yang akan digunakan dengan mud weight actual pada saat
terjadinya loss, Analisis kedalaman dengan Free Point Indicator Tool, Analisis
lumpur pemboran.
Dari data sumur sumur disekitarnya dijelaskan pada kedalaman 1546 mMD
merupakan formasi yang mempunyai lithology batuan shale, sandstone dan Coal
yang memungkinkan terjadinya parsial loss hingga total loss.

36
Pembacaan Mud Log didapatkan pada kedalaman 1546 mMD pada sumur F-
1 mempunyai lithology yang sama yaitu sandstone dan shale yang memungkinkan
terjadi loss pada formasi itu. Berikut adalah data Mud Log pada Gambar IV.2

Gambar IV.2 Mud Log F-1 (Data Mud Log, 2017 )

IV.3.2 Analisis Mud Weight


Analisis dari mud weight dibutuhkan untuk dapat menentukan berapa berat
jenis lumpur yang akan digunakan pada sumur yang akan di bor, datanya dapat
digunakan dari sumur sumur referensi sebelumnya yang dekat dengan sumur yang
akan di bor. Data yang digunakan adalah dari data pore pressure plot.
Data pore pressure dan berat lumpur (SG) menggunakan sumur referensi
B-1 dan E-1 yang tersaji pada Gambar IV.2 dan Gambar IV.3 . Pada sumur referensi
B-1 dan E-1, sepanjang kedalaman bor tidak ditemukan catatan hazard pemboran
yang berat. Tetapi potensi parsial loss dan loss total kemungkinan tetap ada, maka
dari itu harus tetap berhati hati dalam proses pemboran nantinya.
Berdasarkan pemaparan diatas, perusahaan menyarankan serendah
mungkin dan merekomendasikan berat lumpur yang akan digunakan untuk F-1ST
adalah 1.05 – 1.15.

37
Berikut adalah Grafik pore pressure plot sumur B-1 dan E-1 pada gambar
IV.3 dan gambar IV.4

Gambar IV.3 Pore pressure Plot E-1 ( Data Pore Pressure Plot Sumur E-1 )

Gambar IV.4 Pore pressure Plot B-1 ( Data Pore Pressure Plot Sumur B-1 )

38
IV.3.3 Analisis Letak Jepit
Dalam mengAnalisis letak titik jepit dari string digunakan FPIT (Free Point
Indicator Tool) yang mempunyai prinsip untuk membaca “magnetostrictive
properties” dari suatu besi. Saat string yang bebas diberikan torque atau stretch
maka magnetization nya akan berubah, namun pada pipa terjepit tidak akan ada
perubahan. Didapat pada pembacaan log FPIT, pipa terjepit dimulai dari kedalaman
1052 mMD atau pada kedalaman itu dan keatas pipa 100% free.

Gambar IV.5 Log Free Point Indicator Tool ( Data log HFPIT, 2017 )

39
IV.3.4 Analisis Lumpur Pemboran
Pada Trayek 12-1/4” ini jenis lumpur yang digunakan adalah KCL-
POLYMER, yang berfungsi úntuk mencegah terjadinya swelling pada formasi yang
dominan terdiri dari shale dan sandstone. Dan pada design lumpurnya juga
diberikan PAC-L dan PAC-R sebagai filtration control, CaCO3 F juga diberikan
untuk bridging agent atau LCM. Berikut adalah Aditif dan Rhelogy lumpur yang
digunakan sebelum dan sesudah terjadi stuck pipe.

Tabel IV.I Aditif lumpur trayek 12-1/4”


KCL POLYMER
15 DES 17 DES
Mud Additive 13 DES 2017 14 DES 2017 2017 16 DES 2017 2017
(LOSS) (STUCK)
Type Amount
PAC-R 30.00 86.00
PAC-L 30.00 60.00 11.00 57.00 8.00
KOH 7.00 7.00 12.00 12.00 5.00
XCD Polymer 12.00 19.00 19.00 36.00
KCL 72.00 58.00 151.00 148.00
Bentonite
Soda Ash 140.00
CaCO3 - F 155.00 720.00 50.00
CaCO3 - M 70.00

Tabel IV.II Rheology lumpur trayek 12-1/4”


13 DES 14 DES 15 DES 16 DES 17 DES
2017 2017 2017 2017 2017
16:0 23:0
Time HH:MM 12:00 12:00 12:00 16:00
0 0
MW in SG 1.05 1.07 1.09 1.06 1.09 1.09
MW out SG 1.05 1.07 1.09 1.06 1.09 1.09
Temp in degF
Temp out degF
Pres.
psi/ft
Grad
Visc sec 47 48 51 41 48 51
PV cP 11 13 18 13 15 14
lbf/100ft
YP 20 28 29 14 24 24
2
Gels 10
5 7 8 3 7 6
sec
Gels 10
9 13 14 5 11 12
min
Fluid mL/30
6.0 5.6 5.0 10.0 6.0 6.0
Loss min
pH 10.0 10.0 10.0 9.0 9.5 9.0

40
IV.3.5 Perhitungan Tekanan Formasi
Berikut adalah perhitungan tekanan formasi dimana terjadi pipa terjepit
pada kedalaman 1531 mMD / 1522.6 mTVD / 4995.4 ftTVD, dengan nilai gradien
tekanan (G) 0.433 dengan menggunakan persamaan (2.1)

𝑃𝑓 = 𝐺 𝑥 𝐷𝑒𝑝𝑡ℎ
𝑃𝑓 = 0.433 𝑥 4995.4 = 2163.01 𝑝𝑠𝑖

Didapatkan nilai tekanan formasi pada kedalaman 1522.6 mTVD adalah sebesar
2163.01 psi. dan nilai dari tekanan formasi sebesar 2163.01 psi ini akan
digunanakan untuk perhitungan perbandingan tekanan.

IV.3.6 Perhitungan Tekanan Hidrostatis


Berikut adalah perhitungan tekanan hidrostatis dimana terjadi pipa terjepit
pada kedalaman 1531 mMD / 1522.6 mTVD , mempunyai nilai mud weight (SG)
1.09.

Tabel IV.III Nilai Mud Weight pada kedalaman stuck


Depth MW before MW after MW after
(m) stuck loss stuck
1522.6 1.09 1.06 1.08

dengan menggunakan persamaan (2.2)

𝑃ℎ = 0.052 𝑥 𝑀𝑊 𝑥 𝑑
𝑃ℎ = 0.052 𝑥 9.07 𝑥 4995.4 = 2356.03 𝑝𝑠𝑖

Didapatkan nilai tekanan hidrostatis pada kedalaman 1522.6 mTVD adalah


sebesar 2356.03 psi. dan nilai dari tekanan hidrostatis ini akan digunakan untuk
menghitung perbedaan tekanan, dan menentukan jenis pipa yang terjepit.

41
IV.3.7 Perhitungan Perbedaan tekanan
Analisis perhitungan dari perbedaan tekanan formasi dan hidrostatik
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar perbedaan tekanan yang terjadi serta
mengetahui apakah differential sticking menjadi jenis pipa terjepit ini.
Dari perhitungan tekanan yang diperolah, dengan memasukan nilai hasil
perhitungan dari persamaan (2.1) dan (2.2). Dilakukan perhitungan perbedaan
tekanan dengan persamaan (2.3)

𝐷𝑝 = 𝑃ℎ − 𝑃𝑓
𝐷𝑝 = 2356.03 − 2163.01 = 193.02 𝑝𝑠𝑖

Dapat dilihat dari hasil perbedaan tekanan yang kecil, sehingga perbedaan tekanan
bukanlah penyebab dari terjadinya pipa terjepit pada sumur ini.

IV.3.8 Upaya Penanggulangan Pipa Terjepit pada sumur F-1


Usaha pembebasan pipa terjepit pada sumur F-1 trayek 12-1/4” ini meliputi
pemompaan LCM, Work on Pipe, Mechanical Back off, string shot back off hingga
fishing. Berikut adalah ilustrasi beberapa usaha yang dilakukan untuk
membebaskan pipa terjepit pada sumur F-1ST pada Gambar IV.6:

Gambar IV.6 Ilustrasi Usaha Pembebasan Pipa Terjepit Sumur F-1ST

42
Usaha bebaskan jepitan @ 1531 mMD dengan Work on Pipe berulang
interval 70-340 klbs, beri torsi 24000 ft-lb, belum ada progress (sumur statik).
usaha sebelumnya sebelum terjadi stuck sudah digunakan lost Circulation Material
seperti CaCO3 M untuk mecegah loss yang semakin parah. Coba aktifkan jar up,
dengan dudukan 30 klbs dan tension 265 klbs, jar belum bekerja. Terdapat
kerusakan pada drawork, hanya bisa tension maksimal sampai dengan 180-200
klbs. Lakukan string shot back off @ 1032m 2 kali dengan primacord 7 dan 10
lilitan, tidak berhasil. Ratakan ikatan dengan Work on Pipe 70-150 klbs torsi kanan
24k ftbs, dan Work on Pipe interval jar.
20-70 klbs putar kiri 21-22k ftlbs. Lakukan mechanical back off rencana
dengan variasi tension 75-120 klbs sebanyak 14 kali, rangkaian lepas di interval 0-
328 m. Lakukan penentuan titik jepit dengan Free Point Indicator Tool ulang oleh
service 1, free point di 1275 mMD String shot back off 10 lilitan di 1275 m, tidak
berhasil. Lakukan penentuan titik dengan Free Point Indicator Tool ulang oleh
Service 2, free point di 737 mMD . Lakukan string shot back off di 733 mMD,
berhasil. Cabut 77 jts DP 5” sampai permukaan. Masuk washover shoe 8-3/8"
sampai 770 mMD, belum berhasil. Usaha reconnect DP 5" dengan wallhook 12-
1/8", tidak berhasil. Usaha reconnect dengan modifikasi wallhook ukuran 12-1/8"
guide , belum berhasil. Usaha tangkap ikan dengan overshot 11-3/4" dengan
grapple 6-1/2", belum berhasil.
Setelah melakukan usaha pembebasan selama 9 hari, usaha pengangkatan
fish selama 17 hari dan dari perhitungan economic fishing time company man dan
SKK memutuskan untuk melakukan sidetrack karena alasan biaya yang sudah tidak
ekonomis lagi.

43
IV.3.9 Perhitungan Economic Fishing Time
Dari usaha pembebasan pipa ini sudah dilakukan bermacam usaha
pembebasan yang memakan waktu sampai 9 hari, maka dari itu perlu dilakukan
analisis perhitungan optimum fishing time. Melalui analisis optimum/Economic
Fishing Time ini dapat diketahui berapa lama waktu yang optimum untuk
pembebasan pipa ketika terjadi stuck. Pada perhitungan Economic Fishing Time ini,
akan didapatkan lama pengerjaan fishing berdasarkan nilai probabilitas
kesuksesannya, yang selama pengerjaan fishing ini akan diawasi juga oleh SKK,
dan SKK yang akan menentukan akan dilanjutkan atau tidaknya usaha fishing ini,
jika menurut perhitungan SKK sudah tidak memungkinkan, maka akan diputuskan
untuk melakukan Sidetrack.

Berikut adalah perhitungan untuk mendapatkan nilai economic fishing time


yang dimulai dari perhitungan Fish Value:

1. Fish Value (8" - 9 5/8”) OD Advanced / Motorized Rotary Steerable System (9


1/2" x 17 1/2" AutoTrak Steerable System), (8" - 9 5/8”) OD Advanced /
Motorized Rotary Steerable System (9 1/2" Modular Motor), (8" - 9 5/8”) OD
Advanced / Motorized Rotary Steerable System (Modular X/O 9 1/2" T2 x 8 1/4"
T2) dengan persamaan (2.6)

FISH VALUE DEPRECIATED (FVD)=LOST IN HOLE PRICE (LIHP) x


RATE
TOTAL JOINT (TJ) x (100%-DEPRECIATION(DEP) )
MONTH

FISH VALUE DEPRECIATED 1=1,931,915 x 1 x ( 100%-1.7%)


FISH VALUE DEPRECIATED 1=1,551,926.64

2. Fish Value 12-1/4” OD Under Gauge String Stabilizer (12" Flex Stab) dengan
persamaan (2.6)

FISH VALUE DEPRECIATED 2=42,135x 1 x ( 100%-1.7%)

44
FISH VALUE DEPRECIATED 2= 33,847.47

3. Fish Value MWD System (8 1/4" OnTrak - 8 1/4" BCPM) dengan persamaan
(2.6)

FISH VALUE DEPRECIATED 3=1,530,282 x 1 x ( 100%-1.7%)


FISH VALUE DEPRECIATED 3=1,229,290.83

4. Fish Value ( 8” - 8-1/4" OD )(Stabilized Tool, OD max 12-1/4”) Azimuthal


Density, Neutron & U-Sonic/Density Caliper Measurements (8 1/4" ORD - 8 1/4"
CCN) dengan persamaan (2.6)

FISH VALUE DEPRECIATED 4=1,574,574 x 1 x ( 100%-1.7%)


FISH VALUE DEPRECIATED 4=1,264,871.04

5. Fish Value 8 1/4" Stop Sub dengan persamaan (2.6)

FISH VALUE DEPRECIATED 5=35,746 x 1 x ( 100%-1.7%)


FISH VALUE DEPRECIATED 5=28,715

6. Fish Value 8-1/4” OD Float Sub c/w Float Valve (8 1/4" Float Sub) dengan
persamaan (2.6)

FISH VALUE DEPRECIATED 6=8,825 x 1 x ( 100%-1.7%)


FISH VALUE DEPRECIATED 6=7,089.21

7. Fish Value 8 1/4" Filter Sub dengan persamaan (2.6)

FISH VALUE DEPRECIATED 7=28,166 x 1 x ( 100%-1.7%)


FISH VALUE DEPRECIATED 7=22,626.03

8. Fish Value 8 1/4" Filter Sub dengan persamaan (2.6)

45
FISH VALUE DEPRECIATED 8=153,230 x 1 x ( 100%-1.7%)
FISH VALUE DEPRECIATED 8=123,091.19

Total Fish Value Depreciated = 1,551,926 + 33,847.47 + 1,229,290.83


+1,264,871.04 + 28,715.12 + 7,089.21 + 22, 626.03 + 123.091.19

Total Fish Value Depreciated = 4,216,457.53

Kemudian untuk perhitungan Fish Value Non Depreciated sebagai berikut :

1. Fish Value 5" DP (PT. X - Rig) dengan persamaan (2.7)

FISH VALUE NON DEPRECIATED (FVND)


= LOST IN HOLE PRICE (LIHP) x TOTAL JOINT (TJ)

FISH VALUE NON DEPRECIATED 1 = 102,69 x 55


FISH VALUE NON DEPRECIATED 1 = 5,647.98

2. Fish Value 5" HWDP (PT. X - Rig) dengan persamaan (2.7)

FISH VALUE NON DEPRECIATED 2 = 5528.57 x 21


FISH VALUE NON DEPRECIATED 2 = 116,100.13

3. Fish Value 8" DC (PT. X - Rig) dengan persamaan (2.7)

FISH VALUE NON DEPRECIATED 3 = 9214.29 x 2


FISH VALUE NON DEPRECIATED 3 = 18,428.59

4. Fish Value X/O Sub (6 5/8" Reg P x 4 1/2" IF B) (PT. X- Rig) dengan persamaan
(2.7)

46
FISH VALUE NON DEPRECIATED 4 = 1,842.86 x 1
FISH VALUE NON DEPRECIATED 4 = 1,842.86

5. Fish Value PDC Bit 12.1/4" dengan persamaan (2.7)

FISH VALUE NON DEPRECIATED 5 = 19,940.17 x 1


FISH VALUE NON DEPRECIATED 5 = 19,940.17

Total Fish Value Non Depreciated = 5,647.98 + 116,100.13 + 18, 428.59 + 1,842.86
+ 19,940.17

Total Fish Value Non Depreciated = 19,940.17

Total Fish Value = Total Fish Value Depreciated + Total Fish Value Non
Depreciated

Total Fish Value = 4,423,417.27

Kemudian untuk perhitungan cost of side track dengan persamaan (2.8)

COST OF SIDETRACK=TOTAL FISH VALUE+BACK OFF+


DAILY COST SUM

COST OF SIDETRACK=4,423,417.27 + 25,000 + ( 54,000x5 )


COST OF SIDETRACK=4,718,417

Kemudian perhitungan economic fishing time dengan persamaan (2.9)

𝐸𝐹𝑇
𝐶𝑂𝑆𝑇 𝑂𝐹 𝑆𝐼𝐷𝐸𝑇𝑅𝐴𝐶𝐾 (𝐶𝑜𝑆𝑇) 𝑥 𝑃𝑅𝑂𝐵𝐴𝐵𝐼𝐿𝐼𝑇𝑌 𝑂𝐹 𝑆𝑈𝐶𝐶𝐸𝑆𝑆
=
𝐷𝐴𝐼𝐿𝑌 𝐶𝑂𝑆𝑇 𝑊𝐻𝐼𝐿𝐸 𝐷𝑅𝐼𝐿𝐿𝐼𝑁𝐺

47
4,718,417 𝑥 20%
𝐸𝐹𝑇 =
54,000
𝐸𝐹𝑇 = 17 ℎ𝑎𝑟𝑖

Untuk tabel perhitungan Lost in Hole ada di lampiran A dan table Cost Of Sidetrack
ada di lampiran B .Berikut adalah perhitungan Economic Fishing Time (days) :

Tabel IV.IV Economic Fishing Time


PROBABILITY OF ECONOMIC FISHING TIME (DAYS)
SUCCESS (%)
5 4
15 13
20 17
25 22
30 26
35 31
40 35
45 39
50 44
55 48
60 52
65 57
70 61

Pada tabel diatas ditunjukkan bahwa terdapat nilai probabilitas dari


kesuksesan berbanding dengan lama usaha fishing nya. Dimana semakin besar
probabilitas suksesnya maka akan semakin lama juga waktu yang dibutuhkan untuk
usaha fishing nya. Waktunya sendiri dihitung dalam hari dan probabilitas dalam
persen.
Karena proses pembebasan pipa sudah memakan waktu yang cukup lama.
Karena sudah memakan waktu yang lama sampai hari ke 17, pengerjaan akan
memakan biaya lebih banyak lagi dan pipa sudah tidak dapat dilepas , Akhirnya
Company Man SKK memutuskan untuk menghentikan usaha fishing, dan
diputuskan untuk melakukan Sidetrack.

48
BAB V KESIMPULAN

V.I KESIMPULAN
Berdasarkan evaluasi permasalahan pipa terjepit pada sumur F-1ST dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pipa terjepit dapat terjadi karena banyak faktor. Pada formasi Bunyu, sumur
F-1ST ini terdiri dari formasi yang mempunyai lithology batuan shale,
sandstone dan Coal yang memungkinkan terjadinya parsial loss hingga total
loss. Dan pada sumur sekitarnya permasalahan loss adalah sesuatu yang
sering dijumpai. Faktor utama terjepitnya rangkaian pipa pemboran pada
sumur F-1ST adalah mechanical sticking, yang disebabkan oleh hole pack
off.
2. Pada sumur F-1ST digunakan alat HFPI Tool untuk mengetahui letak pipa
yang terbebas
3. Penanggulangan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan hole pack
off ini adalah dengan memasukan Work on pipe, Mechanical back off, String
shot Back off, dan fishing. Dan usaha pencegahan sudah dilakukan dengan
menjaga tekanan di lubang bor, dengan menggunakan Mud Weight yang
sesuai.

V.I SARAN
Saran-saran yang dapat diberikan untuk pemboran selanjutnya adalah :
1. Untuk menghindari permasalahan yang sama seperti loss yang tidak teratasi,
sebaiknya untuk pemboran selanjutnya, untuk lebih banyak menambahkan
LCM seperti CaCO3 sebagai bridging agent pada formasi sand dan
mengurangi hilangnya lumpur
2. Bila hilang lumpur tidak teratasi, dengan spot LCM, lakukan penyemenan
carbonate untuk mengatasi hilang lumpur tersebut.

49
DAFTAR PUSTAKA

Adams, N. J. (1981). Drilling Engineering.


https://doi.org/10.1067/moe.2002.124764
Amoco. (1996). Drilling Manual.
Baker Hughes. (1995). Drilling Engineering Workbook. Baker Hughes INTEQ
(Vol. 77073).
Bourgoyne Jr., A. T., Millhelm, K. K., Chenevert, M. E., & Young Jr., F. S. (1991).
Applied Drilling Engineering. Spe Textbook Series.
https://doi.org/10.1007/s00277-007-0425-0
Bowes, C. (1997). Driller Stuck Pipe Handbook. Communication.
Heriot-watt. (1940). Drilling Engineering. US Patent 2,206,835.
https://doi.org/10.1039/b402521k
Hussain, R. (2001). Well Engineering & Construction Hussain Rabia.
Mitchell, B. (1995). OIL WELL ADVANCE DRILLING ENGINEERING.
Mitchell, R. F., & Miska, S. Z. (2011). Fundamentals of Drilling Engineering.
Society of Petroleum Engineers Journal February.
Smith, M. (2001). Drilling Assembly Handook. Engineering. Houston.

50
LAMPIRAN

51
Nilai Lost in Hole sumur F-1ST
Lampiran A

52
Nilai Cost of Sidetrack
Lampiran B

53

Anda mungkin juga menyukai