Anda di halaman 1dari 4

Tumbuhan antiinfeksi

Klasifikasi lengkuas
Adapun lengkuas (Alpinia galanga) diklasifikasikan sebagai berikut (Depkes RI, 1978):
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magniliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Famili : Zingiberaceae
Genus : Alpinia
Spesies : Alpinia galanga

Nama daerah
Lengkueus (gayo), langkueueh (Aceh), Kelawas (karo), Halawas (Simalungun), lakuwe
(Nias), Lengkuas (melayu), Langkuweh (Minang), Lawas (lampung), Laja(sunda), Lengkuas
(jawa, madura), Laus (banjar), Laja, langkuwas, Lahwas, Isem (bali), Laja, Langkuwasa (
Makasar), Aliku (bugis), Lingkuwas (menado), Lingkui, Lingkuboto (Gorontalo), Lawasi
(ambon), Lawase, Lakawase, Kuorola (seram), Galiasa, Galiaha, Walisa, (Ternate,
Halmahera), Langkwas (roti), Hingkuase (Sanghie), Lengkuwas (Basemah), Lawaasi
(Alfuru), Luwasel (saparua), Langoase (buru). ( Depkes RI, 1978)
Morfologi Tumbuhan
Tinggi tanaman dapat tumbuh sampai 3 meter. Rimpangnya (diameter 2-4 cm) adalah
bercabang, kuning cerah, berserabut dan harum. Daunnya berseling, berbentuk lanset, bundar
memanjang, ujuung tajam, berambutsangat halus dan kadang-kadang tidak berambut. Bunga
terdapat di ujung batang , berwarna putih dan harum. (Depkes RI, 1978)

Kandungan

Rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1% minyak atsiri berwarna


kuning kehijauan yang terutama terdiri dari metil-sinamat 48%, sineol 20%-
30%, eugenol, kamfer 1%, seskuiterpen, δ-pinen, galangin, dan lain-lain.
Selain itu rimpang juga mengandung resin yang disebut galangol, kristal
berwarna kuning yang disebut kaemferida dan galangin, kadinen,
heksabidrokadalen hidrat, kuersetin, amilum, beberapa senyawa flavonoid,
dan lain-lain. Penelitian yang lebih intensif menemukan bahwa rimpang
lengkuas mengandung zat-zat yang dapat menghambat enzim xanthin
oksidase sehingga bersifat sebagai antitumor, yaitu trans-p-kumari diasetat,
transkoniferil diasetat, asetoksi chavikol asetat, asetoksi eugenol asetat, dan
4-hidroksi benzaidehida (Norro et al.,1988 dalam Khoeirunnisa U, 2015).

Penggunaan lengkuas di setiap Negara


Lengkuas (Alpinia galangal L.) merupakan anggota familia Zingeberaceae. Di
Indonesia, lengkuas mudah diperoleh dan sering dimanfaatkan sebagai obat herbal. Alpinia
galanga (Lengkuas) oleh masyarakat Siak, tumisan bagian rimpangnya dicampur dengan
rimpang jahe, rimpang kunyik bolai, merica dan jangau ditumbuk kemudian ditempelkan
digunakan untuk mengobati sakit asam urat dan memecah gumpalan darah (Auliani A et al
2014) . Rimpang lengkuas juga digunakan sebagai obat batuk, mencret, sakit kuning, maag
oleh masyarakat etnis lokal di Lampung Timur (Evrizal et al. 2013).
Lengkuas (Alpinia galanga L.) di Thailand dimanfaatkan sebagai zat aditif pada
makanan dan negara-negara lain di Asia lengkuas sudah lama dimanfaatkan untuk
menyembuhkan penyakit rematik, radang selaput lendir hidung, bronkial, bau mulut, bisul,
pilek, batuk rejan pada nakaanak, infeksi tenggorokan dan demam. Kandungan 1’-
Acetoxychavicol acetat pada lengkuas (Alpinia galanga L.) memiliki kemampuan sebagai
antimikroba yang sangat baik (OONmetta-aree, et al. 2006; Vuddhakul, V. 2007; Rao, K.
2010).

Bukti lengkuas digunakan sebagai Antiinfeksi


Jurnal dengan judul “Antioxidant And Antimicrobial Activities of Rhizome Extract
from Malaysian Species of Alpinia galanga And Alpinia officinarum”, hasil penelitian
tersebut menunjukkan Minyak atsiri dari Lengkuas (Alpinia galanga L.) telah terbukti
memiliki aktivitas penghambatan terhadap dermatofita tertentu, jamur berfilamen dan yeast
(Mohd, M.S. 2003)
Jurnal dengan Judul “Uji Variasi Dosis Perasan Lengkuas (Alpinia Galanga)
Terhadap Pertumbuhan Kuman Staphylococcus Aureus”. Penelitian tersebut bertujuan untuk
mendapatkan variasi dosis perasan lengkuas sebagai penghambat pertumbuhan kuman
Staphylococcus aureus yang dapat menyebabkan infeksi. Toksin yang dihasilkan kuman
Staphylococcus aureus (staphilotoksin, staphylococcal enterotoxin dan exfoliatin)
memungkinkan organisme ini menyelinap pada jaringan dan tinggal dalam waktu yang lama
pada daerah infeksi, menimbulkan infeksi kulit minor, seperti jerawat, impetigo,
cellulitsfollicitus, kulit mengelupas, hingga penyakit mematikan seperti pneumonia,
meningitis,osteomyelitis, endocarditis dan toxic shock syndrome (Bowersox, 2007). Hasil
penelitian, didapatkan hasil bahwa perasan lengkuas (Alpina galangal L.) pada konsentrasi
90% memiliki potensi maksimal dalam menghambat pertumbuhan kuman Staphylococcus
aureus ATCC 25923 dengan diameter zona hambat sebesar 16 mm. (Ekawati ER, et al 2017)

DAFTAR PUSTAKA
Auliani A, Fitmawati , Sofiyanti N. 2014. Studi Etnobotani Famili Zingiberaceae Dalam
Kehidupan Masyarakat Lokal Di Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. JOM
FMIP. 1(2)

Bowersox, J. 2007. Experimental Staph Vaccine Broadly Protective in Animal Studies. NIH

Depkes RI. 1978. Materia Medika Indonesia Jilid II. Depkes RI: Jakarta

Ekawati ER, Handriyanto P. 2017. Uji Variasi Dosis Perasan Lengkuas (Alpinia Galanga)
Terhadap Pertumbuhan Kuman Staphylococcus Aureus. Jural Sains Health. 1(1)

Evrizal R, Setyaningrum E, Ardian, Wibawa A, Aprilani D. 2013. Keragaman Tumbuhan dan


Ramuan Etnomedisin Lampung Timur. Prosiding Semirata FMIPA Universitas
Lampung.

Khoeirunnisa U. 2015. Studi farmakognosi Rimpang dan Uji Aktivitas Antimikroba Minyak
Atsiri Lengkuas (Alpinia galanga L). Skripsi. Universitas Airlangga: Surabaya

Mohd, M.S., Chin, C.B., Chen, L.L., and Sim, N.L. 2003. Antioxidant And Antimicrobial
Activities of Rhizome Extract from Malaysian Species of Alpinia galanga And
Alpinia officinarum. Journal of Pharmaceutical Biology. 41(5) : 302- 307

Oonmetta-aree, J., Suzuki, T., Gasaluck, P., and Eumkeb, G. 2006. Food Science and
Technology. 39 (10) : 1214-1220.

Rao, K., Bhuvaneswari, Narasu, L.M., and Giri, A. 2010. Antibacterial Activity of Alpina
galangal (L) Willd Crude Extracts. Appl. Biochem Biotechnol. 162 : 871-884.

Vuddhakul, V., Bhoopong, P., Hayeebilan, F., and Subhadhirasakul, S. 2007. Food
Microbiology. 24 (4) : 413-418.

Anda mungkin juga menyukai