Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
METODA “BRINE SHRIMPS” DAN PENENTUAN LC50

DISUSUN OLEH

KELOMPOK / SHIFT : 1 / IA
HARI / JAM : JUMAT / 13.00-15.30
ANGGOTA KELOMPOK : PITRIA SUNATA (1504075)
FIFI YULIAGUS (1504081)
MONICA ANDU LIBAR (1504133)
DOSEN PEMBIMBING : MIMI ARIA, M.Farm, Apt
Dr. IFAMILY, S.Si, M.Kes, Apt
NESSA, S.farm, M.Biomed, Apt
ASISTEN DOSEN : - TARI ELVITA - PUTRI SAIMI NURAS
- HERA APRIA - M. FAJRI AULIA
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2017
PERCOBAAN KE 7
METODA “BRINE SHRIMPS” DAN PENENTUAN LC50

1. TUJUAN
1.1 Memahami prinsip kerja metoda Brine Shrimps
1.2 Menentukan LC50 sampel

2. TEORI DASAR
Toksisitas adalah efek berbahaya dari suatu bahan obat pada organ target. Uji
toksisitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan zat yang akan di uji. Adapun
sumber zat toksik dapat berasal dari bahan alam maupun sintesis.
Toksisitas diukur dengan mengamati kematian pada hewan coba. Kematian
hewan coba dianggap sebagai respon dengan menggunakan kematian sebagai
jawaban toksik adalah titik awal untuk mempelajari toksisitas.
Uji toksisitas merupakan uji hayati yang berguna untuk menentukan tingkat
toksisitas dari suatu zat atau bahan pencemar dan digunakan juga untuk pemantauan
rutin suatu limbah. Suatu senyawa kimia dikatakan bersifat “racun akut” jika
senyawa tersebut dapat menimbulkan efek racun dalam jangka waktu singkat. Suatu
senyawa kimia disebut bersifat “racun kronis” jika senyawa tersebut dapat
menimbulkan efek racun dalam jangka waktu panjang (karena kontak yang berulang-
ulang walaupun dalam jumlah yang sedikit).
Ada tiga cara utama bagi senyawa kimia untuk dapat memasuki tubuh, yaitu :
Melalui paru-paru (pernafasan), Mulut, dan Kulit. Melalui ketiga rute tersebut,
senyawa yang bersifat racun dapat masuk ke aliran darah, dan kemudian terbawa ke
jaringan tubuh lainnya. Yang menjadi perhatian utama dalam toksisitas adalah
kuantitas/dosis senyawa tersebut. Sebagian besar senyawa yang berada dalam bentuk
murninya memiliki sifat racun (toksik). Sebagai contohnya adalah senyawa oksigen
yang berada pada tekanan parsial 2 atm adalah bersifat toksik. Konsentrasi oksigen
yang terlalu tinggi dapat merusak sel.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menguji bahan –bahan yang
bersifat toksik adalah metode brine shrimps. Uji ini dapat digunakan sebagai
petunjuk aktifitas senyawa sitotoksik, antiparasit dan insektisida.
Uji toksisitas menggunakan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) ini pertama
kali dilakukan oleh Meyer et al (1982). Mereka mengujikannya pada larva udang
Artemia salina Leach sebagai hewan percobaan. Pengujian dengan larva udang ini
merupakan skrining awal untuk senyawa-senyawa yang diduga berkhasiat sebagai
antikanker. Hasil uji toksisitas dengan metoda BSLT dapat diketahui dari jumlah
kematian larva udang Artemia salina Leach karena pengaruh ekstrak atau senyawa
tertentu dari dosis yang telah ditentukan. Metoda BSLT mempunyai kemampuan
dalam mendeteksi 14 diantara 24 ekstrak etanol spesies Euphorbiaceae yang aktif
terhadap uji 9-PS (sel leukimia in vitro pada tikus) pada penelitian Meyer (1982), dan
kemampuannya mendeteksi 5 diantara 6 senyawa yang aktif terhadap uji sel
karsinoma nasofaring, serta banyak penelitian yang lain yang membuktikan bahwa
BSLT dapat memberikan korelasi yang baik terhadap uji tersebut. Selain itu, BSLT
memiliki beberapa keuntungan, antara lain pelaksanaannya sederhana, waktu relatif
cepat, tidak memerlukan peralatan khusus, menggunakan sedikit sampel, serta tidak
memerlukan serum hewan seperti pada metoda sitotoksik lainnya.

Larva Artemia salina Leach


Artemia salina Leach adalah udang-udangan tingkat rendah yang hidup sebagai
zooplankton, dan menghuni perairan yang berkadar garam tinggi. Apabila kadar
garam kurang dari 6% telur Artemia salina Leach akan tenggelam sehingga telur
tidak bisa menetas. Sedangkan apabila kadar garam lebih dari 25% telur akan tetap
berada dalam kondisi tersuspensi, sehingga dapat menetas dengan normal`
Klasifikasi Artemia salina Leach sebagai berikut:
Filum :Arthropoda
Kelas : Crustacea
Subklas :Branchipoda
Ordo : Anostraca
Famili : Artemiidae
Genus : Artemia
Spesies : Artemia salina Leach
Brine shrimp merupakan nama lain dari Artemia, yaitu suatu kelompok
udang-udangan dari phylum Arthopoda. Artemia ini hidup di danau-danau garam
(berair asin) yang ada diseluruh dunia. Kista Artemia akan tenggelam dan tidak
menetas jika kadar garam tempat hidupnya kurang dari 6%, dan akan menetas jika
kadar garam lebih dari 25%.Kista dari Artemia ini dapat hidup bertahun-tahun,
bahkan ada yang hidup sampai lebih dari 10.000 tahun. Kista Artemia akan menetas
menjadi embrio setelah 15-20 jam pada suhu 25°C, kemudian dalam waktu beberapa
jam embrio ini akan berubah menjadi naupli (larva tingkat pertama) yang sudah dapat
berenang bebas. Naupli yang berwarna kecoklatan inilah yang dijadikan pengamatan
pada uji Brine Shrimp LethalityTest (BSLT).
Untuk mengukur tingkat toksisitas suatu senyawa dapat digunakan beberapa
pengukuran, yaitu LC50 (Lethal Concentration 50%), LD50 (Lethal Dose 50%) dan
ED50 (Effective Dose 50%). LC50 (Lethal Concentration 50%) adalah konsentrasi
yang dapat menyebabkan kematian 50% hewan percobaan selama waktu tertentu.
LD50 (Lethal Dose 50%) adalah dosis yang dibutuhkan untuk membunuh 50%
organisme uji. ED50 (Effective Dose 50%) adalah dosis 50% organisme uji
memperlihatkan efek aktivits yang nyata. Pada metode BSLT, pengukuran tingkat
suatu senyawa digunakan LC50. Suatu tanaman atau hasil isolasi dianggap
menunjukkan aktivitas toksisitas bila mempunyai nilai LC50 kecil dari 1000 ppm,
sedangkan untuk senyawa murni dianggap menunjukkan aktivitas toksisitas bila
mempunyai nilai LC50 kecil dari 200 ppm.
Ada 3 macam metoda untuk menentukan nilai LC50 yaitu:
1. Metoda kurva
Metoda ini dikembangkan oleh Miller dan Trainter menggunakan kertas log
probit yang didesain bagi perhitungan dosis / respon. Garis vertikal menyatakan nilai
probit dan presentase respon, dimana nilai probit pada sisi kiri sama dengan nilai 3
sampai 7. Sedangkan garis horizontal menyatakan dosis / konsentrasi yang
digunakan. Plot garis lururs. Dari kurva baku dapat diturunkan nilai LC50. Tabel nilai
probit dapat dilihat pada table probit.
Tabel 1. Nilai probit sesuai dengan besarnya persentase kematian

% 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

0 …. 2,674 2,946 3,119 3,249 3,555 3,445 3,524 3,595 3,659

10 3,718 3,773 3,825 3,874 3,920 3,964 4,006 4,046 4,085 4,122

20 4,158 4,194 4,228 4,261 4,294 4,326 4,357 4,387 4,417 4,447

30 4,476 4,504 4,532 4,560 4,597 4,615 4,642 4,668 4,695 4,721

40 4,747 4,773 4,798 4,824 4,849 4,900 4,925 4,950 4,950 4,975

50 5,000 5,050 5,05 5,075 5,100 5,126 5,151 5,202 5,202 5,227

60 5,253 5,279 5,305 5,332 5,358 5,385 5,413 5,468 5,468 5,496

70 5,524 5,553 5,583 5,613 5,643 5,674 5,706 5,772 5,772 5,806

80 5,842 5,878 5,915 5,954 5,994 6,036 6,080 6,175 6,175 6,227

90 6,282 6,341 6,405 6,476 6,476 6,645 6,751 6,881 7,054 7,326

100 9,768 - - - - - - - - -

2. Metode Farmakope Indonesia


Pada metoda ini, LC50 dapat dihitung secara matematis dengan menggunakan
rumus sebagai berikut (Farmakope Indonesia IV, 1995):

M = a – b ( pi – 0,5 )
,
dimana :
M =Log LD50 atau LC50
a = Log dosis atau konsentrasi terendah yang masih dapat menyebabkan
kematian100% pada hewan percobaan.
b = Beda log dosis atau konsentrasi yang berurutan
pi =Jumlah hewan yang mati dibagi dengan jumlah hewan seluruhnya
yang menerima dosis atau konsentrasi

Persyaratan menggunakan metode Farmakope indonesia


1) Menggunakan seri dosis atau konsentrasi dengan pengenceran berkelipatan
tetap.
2) Jumlah hewan dalam tiap kelompok harus sama
3) Dosis atau konsentrasi diatur sedemikian rupa sehingga memberikan efek
dari 0% sampai 100% dan perhitungan dibatasi pada kelompok percobaan
yang memberikan efek 0% sampai 100%

3. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
1. Beker glass 500 mL
2. Gelas ukur 100 mL
3. Pipet volume 10 mL
4. Wadah 200 mL
5. Pompa hisap
3.2 bahan
1. Aquadest
2. Fenol
3.3 sampel
1. Anak ikan lele 10 ekor / wadah dengan 3 x pengulangan
4. PROSEDUR KERJA
1. Siapkan alat dan bahan
2. Buat larutan induk fenol sebesar 10.000 ppm, dengan cara pipet fenol
sebanyak 5 mL add kan dengan aquadest sampai 500 mL.
3. Encerkan larutan induk fenol menjadi 100 ppm, dengan cara pipet 5 mL dari
larutan induk 1000 ppm kemudian add kan dengan aquadest sampai 500 mL.
4. Buat larutan dengan konsentrasi 0,016 ppm, 0,08 ppm, 0,4 ppm, 2 ppm, dan
10 ppm dari larutan induk 100 ppm kemudian masukkan ke wadah 200 mL,
lakukan 3 kali pengulangan kepada masing-masing konsentrasi yang dibuat.
5. Masukkan kepada masing-masing wadah pembiakan tersebut sebanyak 10
ekor anak ikan lele
6. Buat sampel kontrol dengan memasukan anak ikan lele ke wadah pembiakan
yang hanya berisi air tanpa diberikan fenol.
7. Amati selama 24 jam, hitung banyak hewan yang mati.
8. Tentukan nilai LC50
5. HASIL
Tabel 2. Hitung nilai LC50 dari data di bawah ini dengan metoda analisis probit
Jumlah Jumlah Jumlah
Konsentrasi Log Pengulang- Nilai
No hewan per hewan hewan %kematian
(ppm) konsentrasi an probit
kelompok yang hidup yang mati
1 10 10 0
1 0,016 -1,7959 2 10 10 0 6,67 % 3,498
3 10 8 2
1 10 9 1
2 0,08 -1,0969 2 10 9 1 13,33 % 3,889
3 10 8 2
1 10 7 3
3 0,4 -0,3979 2 10 6 4 36.67 % 4,659
3 10 6 4
1 10 5 5
4 2 0,301 2 10 6 4 46.67 % 4,942
3 10 5 5
1 10 3 7
5 10 1 2 10 2 8 76,67 % 5,750
3 10 2 8

PERHITUNGAN
1. Pembuatan larutan induk dan pembuatan larutan dengan konsentrasi 10 ppm, 2
ppm, 0,4 ppm, 0,08 ppm, 0,016 ppm.
- Pembuatan larutan induk 10.000 ppm
10.000 ppm = 10.000 µg/mL
= 5.000.000 µg/500mL
= 5 g/500 mL
= 5 mL/500 mL
- Pengenceran larutan induk 10.000 ppm menjadi 100 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 10.000 ppm = 500 mL x 100 ppm
500 𝑚𝐿 𝑥 100 𝑝𝑝𝑚
V1 =
10.000 𝑝𝑝𝑚
V1 = 5 mL
- Pembuatan larutan konsentrasi 10 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 150 mL x 10 ppm
150 𝑚𝐿 𝑥 10 𝑝𝑝𝑚
V1 =
100 𝑝𝑝𝑚
V1 = 15 mL
- Pembuatan larutan konsentrasi 2 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 150 mL x 2 ppm
150 𝑚𝐿 𝑥 2 𝑝𝑝𝑚
V1 =
100 𝑝𝑝𝑚
V1 = 3 mL
- Pembuatan larutan konsentrasi 0,4 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 150 mL x 0,4 ppm
150 𝑚𝐿 𝑥 0,4 𝑝𝑝𝑚
V1 =
100 𝑝𝑝𝑚
V1 = 0,6 mL
- Pembuatan larutan konsentrasi 0,08 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 150 mL x 0,08 ppm
150 𝑚𝐿 𝑥 0,08 𝑝𝑝𝑚
V1 =
100 𝑝𝑝𝑚
V1 = 0,12 mL
- Pembuatan larutan konsentrasi 0,016 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 150 mL x 0,016 ppm
150 𝑚𝐿 𝑥 0,016 𝑝𝑝𝑚
V1 =
100 𝑝𝑝𝑚
V1 = 0,024 mL

2. PENENTUAN LC50 dengan metoda probit


Menentuka nilai probit
1) Nilai probit 6,67% = nilai probit 6 + (nilai probit 7-nilai probit 6) (6,67-6)
= 3,445 + (3,524 - 3,445) (6,67 – 6)
= 3,445 + 0,079 . 0,67
= 3,498
2) Nilai probit 13,33% =nilai probit13+(nilai probit 14-nilai probit 13)(13,33-13)
= 3,874 + (3,920 – 3,874) (13,33-13)
= 3,874 + 0,046 x 0,33
= 3,889
3) Nilai probit 36,67% =nilai probit36+(nilai probit 37-nilai probit 36)(36,67-36)
= 4,642 + (4,668 – 4,642) (36,67 – 36)
= 4,642 + 0,026 x 0,67
= 4,659
4) Nilai probit 46,67% =nilai probit46+(nilai probit 47-nilai probit 46)(46,67-46)
= 4,925 + (4,950 – 4,925) (0,67)
= 4,925 + 0,025 x 0,67
= 4,942
5) Nilai probit 76,67%= nilai probit76+(nilai probit 77-nilai probit 76)(76,67-76)
= 5,706 + (5,772 – 5,706) (0,67)
= 5,706 + 0,066 x 0,67
= 5,750
Tabel 3. Persamaan regresi linear
X ( log konsentrasi) Y (nilai probit)

-1,7959 3,498
-1,0969 3,889
-0,3979 4,659
0,301 4,942
1 5,750

persamaan regresi y = a + bx
y = 4,8640 + 0,7950 x
a = 4,8640
b = 0,7950
r = 0,990
y-a
x = --------
b

5,000 – 4,8640
x = -------------------
0,7850

x = 0,1733

LC50 = antilog x
= antilog 0,1733
= 1,49 ppm
Jadi konsentrasi fenol yang dapat menyebabkan kematian sebanyak 50 % adalah
1,49 ppm.
Tabel 4. Hitung nilai LC50 dari data di bawah ini dengan metoda Farmakope Indonesia

Jumlah Jumlah Pi (jumlah


Jumlah
Konsentrasi hewaan hewan mati hewan mati :
No Log dosis hewan per
sediaan (ppm) hidup per per jumlah hewan
kelompok
kelompok kelompok per kelompok)
1 100 0 10 0 10 1
-1
2 10 -1 10 0 10 1
3 10-2 -2 10 3 7 0,7
-3
4 10 -3 10 5 5 0,5
5 10-4 -4 10 6 4 0,4
-5
6 10 -5 10 10 0 0
∑ pi 3,6

PERHITUNGAN

M = a - b ( ∑pi – 0,5)
= -1 -1(3,6 – 0,5)
= -1 – 3,6 + 0,5
= - 4,1
LC50 = Antilog M
= antilog – 4,1
= 7,9433 x 10-5
6. PEMBAHASAN
Salah satu metode yang digunakan untuk menguji senyawa yang memiliki
bioaktivitas sebagai antikanker dari senyawa yang diisolasi adalah Brine shrimp
lethality test (BSLT), dimana tujuan dari penggunaan metode ini adalah sebagai
uji pendahuluan yang dapat mendukung penemuan senyawa-senyawa antikanker.
Senyawa yang diduga memiliki aktivitas anti kanker, harus diujikan terlebih
dahulu pada hewan percobaan. Penelitian ini menerapkan metode Brine
ShrimpLethality Test (BST) dengan menggunakan larva udang Artemia salina
leach sebagai hewan uji. Metode ini merupakan salah satu metode yang banyak
digunakan untuk pencarian senyawa anti kanker baru yang berasal dari tanaman.
Prinsip kerja dari metode brine shrimps lettal toksisitas (BSLT) adalah
yaitu dengan memasukan sejumlah hewan percobaan ke dalam media pembiakan
pada konsentrasi tertentu yang berisi senyawa yang diduga bersifat toksik,
kemudian diamati berapa jumlah hewan percobaan yang mati selama 24 jam.
Pada praktikum kali ini senyawa yang ingin diketahui efek letalnya adalah
senyawa fenol dan larva yang digunakan bukan larva udang melainkan anak ikan
lele, hal ini karena larva udang Artemia salina Leach sulit untuk didapatkan,
selain itu ukurannya juga sangat kecil, untuk menggantikannya dapat digunakan
larva ikan, atau bibit ikan yang memiliki ukuran yang sama besar. Setelah
dilakukan metode BSLT lalu dihitung nilai LC50 (konsentrasi zat yang
menyebabkan kematian sebanyak 50 %). Penentuan nilai LC50 yang digunakan
pada praktikum kali ini adalah dengan cara kurva dan cara Farmakope Indonesia.
Dari hasil yang didapatkan dengan metode kurva konsentrasi fenol yang dapat
menyebabkan kematian sebanyak 50 % (LC50) adalah 1,49 ppm. Sedangkan
dengan metode Farmakope Indonesia nilai LC50 yang didapatkan adalah 7,9433
x 10-5.
Dari percobaan ini kita dapat mengetahui berapa konsentrasi fenol yang
bisa digunakan untuk dijadikan sebagai obat antikanker atau obat-obat yang
dapat membunuh perkembangan sel-sel yang tidak diinginkan.
7. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Metoda brine shrimps adalah metode yang dapat digunakan untuk
menguji senyawa toksisitas suatu senyawa, biasanya senyawa anti
kanker.
2. Senyawa yang akan di uji tosisitasnya dalam praktikum ini adalah fenol.
3. Hewan percobaan yang digunakan adalah larva ikan yang memiliki
ukuran yang sama, menggantika larva udang salina leach.
4. Dari hasil yang didapatkan dengan metode kurva konsentrasi fenol yang
dapat menyebabkan kematian sebanyak 50 % (LC50) adalah 1,49 ppm.
Sedangkan dengan metode Farmakope Indonesia nilai LC50 yang
didapatkan adalah 7,9433 x 10-5.

7.2 Saran
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik sebaiknya digunakan hewan
percobaan larva udang salina leach, sebab prinsip metode brine shrimps
adalah dengan menggunkan larva udang salina leach.
DAFTAR PUSTAKA

Agust, Karina dkk. 2014. Uji Toksisitas dari Kulit Batang Aglaia glabarta dengan
Metode Brine Shrimps Lethality Test (BSLT): Bandung. Jurnal Ilmiah
Sains. Vol. 8, No 2. ISSN 1979-8911

Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI. 2007.


Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Badan Penerbit FKUI: Jakarta

Frengky, roslizawaty, Desi Pertiwi. 2014. Uji toksisitas ekstrak Etanol sarang Semut
Lokal Aceh (Mymercodia sp.) dengan Metode BSLT terhadap Larva
Udang Artemia Salina Leach: Aceh. Jurnal Medika Veterinaria. Vol. 8,
No 1. ISSN: 0853-1943

Laboratorium Farmakologi STIFI Perintis Padang. 2009. Penuntun Praktikum


Farmakologi (Untuk Lingkungan Sendiri). STIFI YP: Padang

Sumihe, Gerry dkk. 2014. Analisis Fitokima dan Penentuan Nilai LC50 Ekstrak
Metanol Daun Liwas: Manado. Jurnal Ilmiah Sains. Vol. 14, No 2

Anda mungkin juga menyukai