Kata Pengantar
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
Sistem Peradilan di Inggris ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan
juga tak lupa penulis berterima kasih pada Bapak Artaji, SH, MH selaku Dosen mata kuliah
Perbandingan Hukum Acara yang telah memberikan tugas ini.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan dan juga khazanah ilmu kita mengenai sistem peradilan Inggis. Penulis
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
Penyusun
II. Daftar Isi
Contents
I. Kata Pengantar ...................................................................................................................................... 1
II. Daftar Isi ................................................................................................................................................ 2
III. Pembahasan ...................................................................................................................................... 3
A. Komponen Lembaga dalam Sistem Peradilan Inggris: ...................................................................... 3
1. Kepolisian ...................................................................................................................................... 3
2. Solicitor ......................................................................................................................................... 3
3. Barristers ....................................................................................................................................... 5
4. Pengadilan (Courts) ....................................................................................................................... 6
5. Juri (Jury) ..................................................................................................................................... 10
B. Komponen Proses dalam Sistem Peradilan Pidana Inggris ............................................................. 12
IV. Kesimpulan ............................................................................................................................................ 13
A. Komponen Lembaga dalam sistem peradilan di Indonesia ................................................................ 13
B. Komponen Proses dalam sistem peradilan pidana di Indonesia .................................................... 14
Daftar Pustaka
III.Pembahasan
1. Kepolisian
Pada kepolisian Inggris, wewenangnya tidak hanya melakukan penyidikan saja,
akan tetapi dibeikan pula wewenang untuk melakukan penuntutan.
Sebagai Negara yang tidak mempunyai badan penuntut, peranan polisi menjadi
sangat penting. Bahkan dalam hal-hal tertentu yang menyangkut kasus yang serius, Polisi
harus melaporkannya kepada seorang pejabat yang dinamakan “The Director of Publict
Prosecution” (DPP).
Dalam hal ini maka pejabat tersebut bertindak sebagai penuntut dan perkaranya
disebut “DPP V Jones”. Sedangkan terhadap perkara ringan, maka seorang Polisi langsung
sebagai penuntut, perkaranya biasa disebut nama Polisi V nama pelaku, misalnya Hart V
Jones ( Versus : dibaca ”and” ). Apabila perkara diperiksa secara “on indictment” (atas dasar
surut tuduhan), maka perkaranya disebut R V Jones (dibaca” Regina and Jones).
2. Solicitor
2.1 Pengertian
Solicitor merupakan profesi hukum atau sering disebut sebagai pengacara. Istilah
Solicitor ini tidak dikenal di luar Inggris dan negara-negara persemakmuran
(Commonwealth). Hal ini menjadikan istilah Lawyer (advokat) tidak mempunyai arti dalam
praktek peradilan Inggris.
1
Dikutip dari laman http://alsalcunhas.org/mengenal-sistem-peradilan-pidana-di-beberapa-negara-belanda-
inggris-amerika-indonesia/ diakses pada tanggal 3 Oktober 2015
Pada abad ke 19 mereka (Attorney’s, Solicitors, dan Proctors) terhimpun dalam The
Law Society, dan anggota society ini disebut “Solicitors”. Dewasa ini The Law Society, ini
bertanggungjawab atas latihan, tingkah laku dan disiplin dari para solicitors. Di seluruh
Inggris jumlah solicitor hampir 30.000 orang, dan sekitar 90 % termasuk law society, dan
10 % masuk dalam “British Legal Association” suatu pressure group yang dibentuk pada
tahun 1964. Wewenang dari The Law Society tersebut didasarkan pada Solicitors Act 1974.
2. Sertifikat Praktek.
Atas permohonan tertulis kepada Law Society, seorang solicitor yang diterima
mendapat sertifikat untuk bisa berpraktek. Sertifikat ini setiap tahun diperbaharui.
2.4 Tugas
3. Barristers
Sama seperti istilah Solicitor, Barrister ini tidak dikenal di luar Inggris dan negara-
negara persemakmuran (Commonwealth). Peran Barristers tidak hanya didepan
persidangan, melainkan banyak berperan diluar persidangan, menyusun argument dan
pembelaan serta menuliskan saran-saran untuk Sollicitors.
Silks tidak menyiapkan dokumen dan mereka maju di pengadilan dengan didampingi oleh
seorang junior. Junior yang dudah bekerja 10 tahun boleh mengajukan permohonan
kepada Lord Chancellor untuk menjadi Silk.
Barrister yang menjalankan praktek harus menjadi anggota Chamber dan menjadikan
praktek ini pekerjaan utamanya.
Pekerjaan Barrister ialah mewakili kliennya di pengadilan (Advocacy), menyusun
pembelaan (drafting pleadings) dan dokumen –dokumen lain, serta memberi nasehat
tentang hukum.
4. Pengadilan (Courts)
HOUSE OF LORD
CROWN COURT
MAGISTRATES COURT
Dalam sistem peradilan sistem hukum Common Law, dikenal dua cara untuk mengadili
yakni:2
Pengadilan Magistrates Court dalam perkara pidana merupakan pengadilan yang paling
penting, pengadilan ini disebut juga Police Court. Pengadilan ini jumlahnya sekitar 1050
2
Olliver Wendell Holmes, The Common Law, (United Kingdom: LLC, 1982), pg. 79
buah yang tersebar di seluruh negeri Inggris, dan terdiri dari hakim-hakim awam (Lay
Juctices) atau Justice of the Peace atau Lay Magistrates.
Para hakim yang terdapat pada pengadilan ini tidak mempunyai pendidikan hukum.
Jumlahnya sekitar 20.000 orang, dan mereka adalah warga masyarakat setempat yang
diusulkan kepada Lord Chancellor oleh panitia setempat. Atas pertimbangan Lord
Chancellor, maka Ratu (Crown) mengangkat mereka untuk daerah tertentu. Para hakim
awam ini bersidang sedikit-dikitnya berdua dan sebanyak-banyaknya berlima, dan dalam
mejanlankan tugasnya mereka tidak dibayar. Walaupun tidak dibayar Lord Chancellor
dapat memecat mereka apabila diketahui berkelakuan buruk.
3
F. Finlason, The Common Law Procedure Acts, (US: Harvard School Library, 1954), pg. 78-82
4.2 Crown Court
Hakim-hakimnya ialah : High Court Judges dan Crown Court Judges (disebut Circuit Judges
dan Recorder ).
Catatan: Crown Court, High Court dan Court of Appeal merupakan suprame Court of Judicature.
Suprame ini bukan pengadilan tertinggi di Inggris
Peradilan dalam Common Law System tidak dikenal perbedaan antara kejahatan dan
pelanggaraan sebagaimana dikenal pada Civil Law System. Sebagai konsekwensinya maka
pada sistem peradilan hukum Common Law hanya dikenal klasifikasi tindak pidana.4
4
Theo Huijbers, Filsafat Hukum, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1995), hlm. 49
Berdasarkan Criminal Law Act 1967, Tindak pidana diklasifikasikan kepada:
1. Indictable Offences, kejahatan berat yang diadili dengan sistem juri melalui
pengadilan Crown Court. Bandingnya dapat dilakukan ke Court of Appeal
(Criminal Division). Contohnya pembunuhan dengan pemerkosaan.
2. Summary Offences, kejahatan kurang berat (minor crimes) yang hanya dapat
diadili tanpa Juri didalam pengadilan Magistrate Court.5 Bandingnya dapat
dilakukan di Queen’s Bench Division.
3. Arristable Offences, kejahatan yang diancam maksimal 5 (lima) tahun, dan
pelakunya baru pertama kali melakukan tindak pidana. Kejahatan jenis ini boleh
menggunakan sistem juri atau tidak (offences triable either way).
Tujuannya agar mereka yang melakukan tindak pidana tersebut tidak diperlakukan
tidak adil karena harus ditahan dan menunggu untuk diadili terlalu lama.
5
Dikutip dari http://www.attorneygeneral.jus.gov.uk/english/justice-ont/family_law.asp diakses pada tanggal 3
Oktober 2015
5. Juri (Jury)
System Juri merupakan ciri khas dari Common Law yaitu orang-orang sipil yang
mendapatkan tugas dari Negara untuk berperan sebagai juri dalam sidang perkara. Juri
ditunjuk oleh Negara secara acak dan seharusnya adalah orang-orang yang kedudukannya
sangat netral dengan asumsi juri adalah orang awam yang tidak mengetahui sama sekali
latar belakang perkara yang disidangkan. Kedua pihak dalam perkara kemudian diberi
kesempatan untuk mewawancara dan menentukan juri pilihannya. Seseorang tidak boleh
menolak untuk menjadi juri kecuali untuk alasan-alasan tertentu seperti adanya conflict
interest atau mengenal terdakwa baik secara langsung maupun tidak langsung
Tim juri terdiri dari 12 orang awam, yang harus mendaftar, kemudian mengikuti tes
psikologi. Lalu setelah lulus tes psikologi, akan dipilih 14 orang (2 orang cadangan) untuk
“diwawancarai” oleh Pengacara, Jaksa dan Hakim. Umumnya wawancara mengacu kepada
latar belakang juri, hubungan juri dengan terdakwa atau pendapat mereka tentang kasus
tersebut. Bisa juga hanya sekedar perasaan tidak suka Pengacara atau Jaksa secara
personal terhadap juri tersebut, mulai dari wajahnya, rasnya, senyumnya, atau hal-hal lain
yang personal (disebut sebagai “based on cause”). Baik Pengacara, Jaksa dan Hakim punya
hak untuk mengatakan tidak setuju dengan juri tersebut. Tapi khusus untuk Pengacara dan
Jaksa, tentunya harus cerdik dalam hal mengeluarkan anggota juri, karena mereka harus
berstrategi, kira-kira juri mana yang pro pada mereka. Bila Pengacara tidak setuju dengan
salah satu juri, maka Jaksa tidak punya hak untuk memanggil juri itu kembali. Begitu pula
sebaliknya. Pekerjaan jadi Juri sebenarnya tidak terlalu menguntungkan. Para Juri hanya
dibayar £32.47 per 4jam6, dengan jam kerja tidak jelas, tergantung dengan lama tidaknya
sidang, ditambah lagi rapat-rapat internal berhubungan dengan sidang. Tentu dapat
dibayangkan, kualitas personal dari para Juri ini seperti apa. Hal tersebut pula yang
menjadi salah satu isu hukum di UK, kualitas para Juri. Rata-rata orang tidak mau jadi juri,
6
Dikutip dari https://www.gov.uk/jury-service/what-you-can-claim diakses pada tanggal 3 Oktober 2015
karena bayarannya kecil dan hanya duduk seharian di kursi. Dalam mengambil keputusan,
keduabelas juri tersebut harus bersama-sama (suara mutlak atau tak boleh berpecah
suara) mengatakan “guilty” atau “not guilty.” Tidak terdapat voting di dalam system Juri.
Hanya untuk Indictable offences. Kritikan terhadap sistem jury ini adalah:
· bias (gender)
Trivia
Salah satu ciri dari susunan kekuasaan pengadilan di Inggris adalah tidak adanya badan
Penuntut Umum (Openbare Ministerie/Kejaksaan). Hal ini dikarenakan lembaga kejaksaan
berasal dari tata hukum Perancis.
Walaupun di Inggris tidak ada semacam badan penuntut umum (lembaga kejaksaan),
namun tidak berarti disemua negara yang menganut sistem hukum Common Law tidak ada
badan semacam itu. Sebagai contoh di Skotlandia, Canada, dan sebagian negara bagian
Amerika terdapat badan semacam itu.
Penangkapan,
Keputusan untuk melakukan penuntutan,
Penuntutan (by charge atau by summons, dan
Jaminan.
IV. Kesimpulan
Berbeda dengan sistem peradilan Inggris yang terdiri dari Kepolisisian, Solictior,
Barristers, Pengadilan, dan Juri. Pada kepolisian Inggris, wewenangnya tidak hanya
melakukan penyidikan saja, akan tetapi dibeikan pula wewenang untuk melakukan
penuntutan. Mengenai Sollictior dan Barristers merupakan profesi hukum atau sering
disebut sebagai pengacara. Perbedaannya ialah, peran Barristers tidak hanya didepan
persidangan, melainkan banyak berperan diluar persidangan, menyusun argument dan
pembelaan serta menuliskan saran-saran untuk Sollicitors. Selain itu, Barristers tidak
diperkenankan untuk bekerja bersama-sama(partnership) kecuali dengan pengacara
Asing, tidak seperti Sollicitors. Kemudian mengenai Jury yang saat ini banyak digunakan
diperadilan pidana dipengadilan kerajaan, walaupun mereka mungkin dipergunakan dalam
pengadilan coroner dan jarang sekali dipergunakan dalam pengadiln perdata/sipil.
7
Sunaryo, Seputar Hukum Pidana, (Jakarta: Visi Media, 2002), hlm. 39
B. Komponen Proses dalam sistem peradilan pidana di Indonesia
Olliver Wendell Holmes, The Common Law, (United Kingdom: LLC, 1982)
F. Finlason, The Common Law Procedure Acts, (US: Harvard School Library, 1954)
http://www.attorneygeneral.jus.gov.uk/english/justice-ont/family_law.asp
https://www.gov.uk/jury-service/what-you-can-claim
http://alsalcunhas.org/mengenal-sistem-peradilan-pidana-di-beberapa-negara-belanda-inggris-
amerika-indonesia/