Anda di halaman 1dari 39

1

RENCANA PENELITIAN

JUDUL PENELITIAN : POLA PENGGUNAAN OBAT ANESTESI

PADA TINDAKAN OPERASI CAESAR DI

INSTALASI BEDAH DI RUMAH SAKIT

LABUANG BAJI MAKASSAR

NAMA MAHASISWA : UMMUL KHATIMAH ARFAH

NOMOR MAHASISWA : 13.201.584

PEMBIMBING PERTAMA : AGUST DWI DJAYANTI,S.Si, M.Kes.,Apt

PEMBIMBING KEDUA : SURIANI,S.Farm.,M.Kes.,Apt

BAB I

PENDAHULUAN

Operasi caesar adalah proses ketika bayi dilahirkan melalui

operasi, dimana dokter bedah mengeluarkan bayi melalui sebuah insisi

(irisan) pendek diperut (umumnya dibawah garis bikini) menembus dinding

rahim. Operasi ini dilakukan dengan anestetik, yang dapat berupa

anestetik spinal, epidural atau kadang-kadang anestetik umum (bius total).

Ada berbagai alasan mengapa kelahiran dengan operasi caesar

dilakukan, kadang-kadang keputusan dapat dibuat selama kehamilan

yang disebut operasi caesar elektif dan kadang-kadang keputusan dibuat

saat persalinan yang disebut operasi caesar darurat. (Parker,2010).

Jacob Nufer tercatat sebagai orang yang pertama kali melakukan

operasi caesar pada istrinya. Dewasa ini operasi caesar jauh lebih aman

1
2

dari pada dulu berkat kemajuan dalam antibiotika, transfusi darah,

anestesi dan tehnik operasi yang lebih sempurna. Karena itu saat ini ada

kecenderungan untuk melakukan operasi ini tanpa dasar indikasi yang

cukup kuat. Namun perlu di ingat, bahwa seorang wanita yang telah

mengalami operasi pasti akan menimbulkan cacat dan perut pada rahim

yang dapat membahayakan kehamilan dan persalinan berikutnya,

walaupun bahaya tersebut relatif kecil. (Mochtar,1998)

Sebagian ibu merasa yakin memilih metode caesar (CS) sebagian

dengan susah payah diyakinkan untuk menjalani bedah caesar,

sedangkan sebagian lagi tiba-tiba saja disodorkan gagasan untuk

menjalani bedah caesar tanpa diberi banyak kesempatan membuat pilihan

termaklum (informed choice). Alasan kuat untuk melakukan bedah caesar

adalah mencegah mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi.

Bedah caesar dapat menyelamatkan hidup ibu dan bayi.

Masalahnya, sering kali metode ini tidak diterapkan sebagaimana

mestinya. Pengambilan keputusan terkait hal ini sebagian besar terletak

dalam domain dokter obstetri, diluar wewenang bidan. Kendati demikian

bidan masih memiliki pengaruh dalam mendukung hak ibu untuk memilih

dan mempertanyakan rasional dibalik keputusan yang diambil dari waktu

ke waktu. (Charles,2009)

Menurut jurnal penelitian pada tahun 2014 yaitu World Health

Organization (WHO) mengatakan bahwa caesar dapat digunakan untuk

menyelamatkan 15-30% persalinan normal yang berbahaya. Persentase


3

caesar dibanding persalinan normal di Inggris kurang lebih sekitar 15%.

WHO memperkirakan bahwa angka persalinan dengan caesar sekitar

10% sampai 15% dari semua proses persalinan. Di Indonesia sendiri

operasi caesar cukup besar. Anastesi diperlukan dalam proses operasi

yang bertujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan. Operasi caesar

memiliki dua tipe anastesi umum dan spinal. Efek dari anastesi yang

sering dialami pasien pasca caesar adalah termanipulasinya organ

abdomen sehingga terjadi distensi abdomen dan menurunnya peristaltik

usus. Hal ini mengakibatkan belum munculnya peristaltik usus. Anastesi

selama operasi membuat gerak pencernaan belum sempurna kembali.

Anastesi spinal merupakan teknik anastesi regional yang dihasilkan

dengan menghambat saraf spinal di dalam ruang subaraknoid oleh zat-zat

anestetik lokal. Teknik anastesia spinal banyak digunakan karena

merupakan teknik yang sederhana, efektif, aman terhadap sistem saraf

tidak menyebabkan konsentrasi plasma yang berbahaya, memberikan

tingkat analgesia yang kuat, pasien tetap sadar, relaksasi otot cukup,

perdarahan luka operasi lebih sedikit, risiko aspirasi pasien dengan

lambung penuh lebih kecil dan juga pemulihan fungsi saluran pencernaan

lebih cepat.

Obat anastesi lokal yang ideal mempunyai mula kerja yang

cepat,durasi kerja dan juga tinggi blokade dapat diperkirakan sehingga

dapat disesuaikan dengan lama operasi, tidak neurotoksik, serta


4

pemulihan blokade motorik pasca operasi yang cepat sehingga mobilisasi

dapat lebih cepat dilakukan. (Nainggolan dkk, 2014)

Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini

adalah bagaimanakah pola penggunaan obat anestesi untuk pasien yang

mendapatkan tindakan operasi caesar di instalasi bedah RSUD Labuang

Baji Makassar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan obat

anestesi untuk pasien yang mendapatkan tindakan operasi caesar di

instalasai bedah RSUD Labuang Baji Makassar

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

manajemen dan instalasi farmasi RSUD Labuang Baji Makassar,

sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

dan dapat juga menjadi bahan referensi bagi peneliti lanjutan lainnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Operasi Caesar

1. Pengertian Operasi Caesar

Operasi caesar merupakan prosedur bedah untuk pelahiran

janin dengan insisi melalui abdomen dan uterus. Peningkatan

angka operasi caesar akhir-akhir ini disebabkan adanya masalah

yang menyertai pelahiran per vagina seperti, inkontinensia rektal

dan urine, peningkatan keamanan operasi caesar, besarnya jumlah

ibu tua yang mengandung dan kesiapan penolong terhadap litigasi

untuk pelahiran operatif per vagina merupakan faktor-faktor yang

menyebabkan peningkatan angka operasi caesar. (Liu,2008)

Operasi caesar digolongkan menjadi elektif dan darurat.

operasi caesar elektif berarti ada keputusan terencana selama

kehamilan untuk melahirkan secara caesar sebelum proses

persalinan dimulai. Operasi caesar darurat terjadi ketika timbul

kondisi, biasanya saat proses persalinan yang mengharuskan

operasi caesar sebagai cara terbaik untuk melahirkan.

(Parker,2010)

2. Tehnik Operasi Caesar

Ada dua tipe operasi caesar yaitu.

a. Tipe pertama adalah dilakukan insisi melintang melalui segmen

bawah uteri yang teregang. Sayatan mendatar di bagian atas

5
6

dari kandung kemih sangat umum dilakukan pada masa

sekarang ini. Metode ini meminimalkan risiko terjadinya

pendarahan dan cepat penyembuhannya.

b. Tipe ke dua yaitu caesar klasik dimana dilakukan insisi

transversa melalui miometrium. Jenis ini sudah sangat jarang

dilakukan hari ini karena sangat berisiko terhadap terjadinya

komplikasi.

3. Indikasi Operasi Caesar

Operasi caesar dilakukan pada pasien dengan indikasi sebagai

berikut :

a. Kegagalan proses persalinan

b. Malpresentasi atau malposisi

c. Pendarahan antepartum

d. Penyakit hipertensif pada kehamilan

e. Diabetes melitus

f. Keadaan janin

g. Primigravida tua

h. Kegagalan induksi persalinan

i. Operasi caesar berulang

4. Prosedur Operasi Caesar

a. Persiapan Praoperasi

Prosedur persalinan caesar dilakukan oleh tim dokter

yang beranggotakan spesialis kandungan spesialis anak,

5
spesialis anestesi serta bidan. Dokter akan menjelaskan alasan

perlunya dilakukan caesar. Perlu persetujuan dari pihak

keluarga karena merupakan salah satu prosedur baku

pelaksanaan operasi. Apabila pihak keluarga menyetujui akan

diminta untuk menandatangani surat persetujuan tertulis. Hal ini

penting untuk melindungi profesi kedokteran sekaligus

menghormati hak-hak pasien.

Ibu diminta berpuasa sedikitnya 9 jam sejak sebelum

operasi untuk mengosongkan kandung kemih dan persiapan

tubuh. Lalu ketika waktunya sudah tiba, seperti pada proses

persalinan normal, perawat akan mencukur rambut disekitar

kemaluan dan perut bagian bawah ibu hamil. Selanjutnya

bagian perut yang akan dibedah disterilkan sehingga

diharapkan tidak ada bakteri yang masuk selama operasi.

Daerah perut ibu hamil dan daerah rambut kemaluan dicuci

dengan antiseptik.

b. Pembiusan atau Anestesi

Ibu hamil akan diberi obat bius. Ada dua jenis pembiusan

yaitu melalui rongga tulang belakang dan bius total. Apabila

caesar sudah direncanakan sebelumnya, umunya ibu hamil

memilih bius epidural atau spinal agar tetap sadar dan dapat

melihat bayinya saat baru lahir. Tetapi jika kondisinya darurat,

dokter anestesi akan melakukan bius total karena lebih aman

5
dalam menjalankan proses kelahiran.Pembiusan yang dilakukan

sekarang adalah bius spinal agar hanya bagian tubuh dan perut

ke bawah yang mati rasa, sedangkan ibu tetap terjaga.

c. Pemasangan Alat

Berikutnya alat-alat pendukung seperti infus dan kateter

dipasangkan :

1. Selang kateter dimasukkan untuk menampung aliran urine

2. Selang infus dipasang

3. Diberikan antasid untuk menetralisir asam lambung

4. Alat monitor jantung dan tekanan darah

d. Pembedahan

Dokter akan melakukan sayatan horizontal di perut

bagian bawah dalam keadaan terbius, diikuti dengan

pemotongan pada rahim bagian bawah untuk dapat

mengeluarkan bayi. Proses ini membutuhkan waktu kurang dari

3 menit setelah semua siap, dokter akan melakukan sayatan

sampai mencapai rahim dan kemudian selaput ketuban

dipecahkan. Panjang sayatan kurang lebih 15 cm. Selama

melakukan sayatan, dokter harus mempertimbangkan letak

plasenta agar tidak terjadi pendarahan.

Dokter pada umumnya melakukan sayatan vertikal atau

horizontal pada ibu hamil. Lalu sayatan sekali lagi pada dinding

rahim. Bekas sayatan dapat pulih dalam waktu enam minggu.

5
Bekas jahitan akan hilang sama sekali dan kekuatannya

kembali seperti semula dalam jangka waktu tidak lebih dari 3

tahun.

5. Efek Samping Operasi Caesar

Efek samping yang ditimbulkan operasi caesar antara lain:

a. Sakit di tulang belakang

b. Nyeri di bekas sayatan

c. Mual dan muntah

d. Muncul keloid di bekas jahitan

e. Luka bekas jahitan berpeluang terjadi infeksi

f. Tidak boleh segera hamil

g. Mobilisasi terbatas

h. Kemungkinan sembelit

B. Uraian Tentang Obat Anestesi

1. Definisi dan Sejarah Anestesi

Istilah anestesi dikemukakan pertama kali oleh O.W Holmes

yang artinya tidak ada rasa sakit. Sejak dahulu sudah dikenal

tindakan anestesi yang digunakan untuk mempermudah tindakan

operasi. Anestesi yang dilakukan dahulu oleh orang Mesir

menggunakan narkotik, orang china menggunakan Canabis indica

dan pemukulan kepala dengan tongkat kayu untuk menghilangkan

kesadaran.

Pada Tahun 1776 di temukan gas pertama yaitu N2O,

5
anestesi gas ini kurang efektif sehingga diusahakan mencari zat

lain. Mulai tahun 1795 eter digunakan untuk anestesi inhalasi.

Kemudian ditemukan zat anestesi lain seperti kita kenal sekarang.

(Sulistia dkk, 2010)

2. Stadium Anestesi Umum

Anestesia umum dapat menghambat sistem saraf pusat

secara bertahap, mula-mula fungsi yang kompleks akan dihambat

dan paling akhir dihambat ialah medula oblongata dimana terletak

pusat vasomotor dan pusat pernapasan yang vital.

a. Analgesia

Stadium anelgesia dimulai dari saat pemberian zat anestesi

sampai hilangnya kesadaran. Pada stadium ini penderita masih

dapat mengikuti perintah dan rasa sakit hilang (analgesia). Pada

stadium ini dapat dilakukan pembedahan ringan seperti

mencabut gigi, biopsy kelenjar dan sebagainya.

b. Eksitasi

Stadium ini dimulai dari hilangnya kesadaran sampai

permulaan stadium pembedahan. Pada stadium ini terlihat jelas

adanya eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak,

penderita tertawa, berteriak, menangis, menyanyi, pernapasan

tidak teratur, kadang-kadang apnea dan hiperpnea, tonus otot

rangka meninggi, inkontinesia urine dan alvi, muntah, midriasis,

hipertensi, takikardi.Hal ini terjadi terutama karena adanya

5
hambatan pada pusat hambatan. Pada stadium ini dapat terjadi

kematian, karena itu stadium ini harus cepat dilewati.

c. Pembedahan

Stadium ini dimulai dengan teraturnya pernapasan, sampai

pernapasan spontan hilang. Tanda yang harus dikenal ialah :

1) Pernapasan yang tidak teratur pada stadium eksitasi

menghilang, pernapasan menjadi spontan dan teratur

karena tidak ada pengaruh psikis, sedangkan pengontrolan

kehendak hilang.

2) Refleks kelopak mata dan konjungtiva hilang, bila kelopak

mata atas diangkat dengan perlahan dan dilepaskan tidak

akan menutup lagi, kelopak mata tidak berkedip bila bulu

mata disentuh.

3) Kepala dapat digerakkan ke kanan dan ke kiri dengan

bebas, bila lengan diangkat lalu dilepaskan akan jatuh bebas

tanpa tahanan.

4) Gerakan bola mata yang tidak menurut kehendak

merupakan tanda spesifik untuk permulaan stadium

pembedahan.

d. Paralisis Medula Oblongata

Stadium ini dimulai dengan melemahnya pernapasan

perut, tekanan darah tidak dapat di ukur karena kolaps

pembuluh darah, berhentinya denyut jantung dan dapat di susul

5
kematian. Pada stadium ini kelumpuhan pernapasan tidak dapat

diatasi dengan pernapasan buatan.

3. Pengelompokkan Anestesi

Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

a. Anestesi Umum

1) Pengertian

Anestesi umum adalah obat yang dapat menimbulkan

anestesia atau narkoba (Yunan=tanpa, aisthesia=perasaan)

yakni suatu keadaan depresi umum dengan berbagai pusat

di sistem saraf pusat yang bersifat reversibel, dimana

seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan,sehingga agak

mirip keadaan pingsan.

(Tjay dan Rahardja, 2010)

2) Pembagian Obat Anestesi Umum Menurut Bentuk Fisiknya

Bentuk anestesi umum dibagi menurut bentuk fisiknya

menjadi 3 golongan, yaitu :

a) Anestesi Gas

Pada umumnya anestesi gas berpotensi rendah,

sehingga hanya digunakan untuk induksi dan operasi

ringan. Anestesi gas tidak mudah larut dalam darah

sehingga tekanan parsial dalam darah cepat meninggi.

Batas keamanan antara efek anestesia dan efek letal

cukup besar.

5
Yang termasuk dalam golongan ini antara lain

nitrogen, monoksida dan siklopropan.

b) Anestesi Menguap

Anestesi yang menguap mempunyai 3 sifat dasar

yang sama yaitu berbentuk cair pada suhu kamar,

mempunyai sifat anestesi kuat pada kadar rendah dan

relatif mudah larut dalam lemak darah dan jaringan

Umumnya anestesi yang menguap dibagi menjadi

dua golongan yaitu golongan eter misalnya eter (dietil

eter) dan golongan hidrokarbon halogen misalnya

halotan, metoksifluran, etilklorida, trikloretilen dan

fluroksen

c) Anestesi Parenteral

Pemakaian obat anestesi intravena dilakukan untuk :

1) Induksi anestesia

2) Induksi dan pemeliharaan anestesia bedah singkat

3) Suplementasi hiposis pada anestesia atau analgesia

lokal

4) Sedasi pada beberapa tindakan medis

Anestesi intravena ideal membutuhkan kriteria

yang sulit dicapai hanya oleh satu macam obat yaitu :

1. Cepat menghasilkan efek hypnosis

2. Mempunyai efek analgesik

5
3. Disertai oleh amnesia pasca anestesia

4. Dampak yang tidak baik dihilangkan oleh obat

antagonisnya

5. Cepat eliminasi dari tubuh

6. Tidak atau sedikit mendepresi fungsi respirasi dan

kardiovaskuler

7. Pengaruh farmakokinetik tidak tergantung pada

disfungsi organ.

Yang termasuk dalam golongan ini antara lain,

natrium thiopental, diazepam, droperidol, fentanil, ketamin

dan propofol. Pemilihan sediaan anestesi umum didasarkan

atas beberapa pertimbangan yaitu keadaan penderita, sifat

anestesi umum, jenis operasi yang dilakukan dan peralatan

serta obat yang tersedia.

3) Mekanisme Kerja Obat Anestesi Umum

Kebanyakan anestesi umum tidak dimetabolismekan

dalam tubuh, karena tidak bereaksi secara kimia dengan zat-

zat lain. Oleh karena itu teori yang coba menerangkan

khasiatnya selalu didasarkan atas sifat fisiknya, misalnya

tekanan parsial dalam udara yang di inhalasi, daya difusi

dan kelarutannya dalam air, darah dan lemak, semakin

cepat difusinya ke jaringan lemak dan semakin cepat

tercapainya kadar yang diinginkan dalam SSP.

5
Mekanisme kerjanya berdasarkan perkiraan bahwa

anestetik umum di bawah pegaruh protein SSP dapat

membentuk hidrat dengan air yang bersifat stabil. Hidrat gas

ini mungkin dapat merintangi transmisi rangsangan di sinaps

dan dengan demikian mengakibatkan anestesia.

4) Penggolongan Obat Anestesi Umum

Berdasarkan cara penggunaannya anestesi umum

digolongkan menjadi :

a. Anestesi inhalasi : gas tertawa, halotan, enfluran,

isofluran dan cefofluran.

Obat ini diberikan sebagai uap melalui saluran

napas keuntungannya adalah resepsi yang cepat melalui

paru-paru seperti juga ekskresinya melalui gelembung

paru (alveoli) yang biasanya dalam keadaan utuh.

b. Anestesi intravena : thiopental, diazepam, ketamin dan

propofol

Obat ini dapat juga diberikan dalam sediaan

suppositoria secara rektal, tetapi resorpsinya kurang

teratur, terutama digunakan untuk mendahului induksi.

Anestesi total atau pemeliharaannya juga sebagai

anestesi pada pembedahan singkat.

(Tjay dan Rahardja, 2010)

5) Cara Pemberian Anestesi Umum

5
6

a. Metode tetes terbuka (open drop method)

b. Metode separuh tertutup (semi closed method)

c. Metode tertutup (closed method)

d. Intubasi trakheal (tracheal intubation)

(Mochtar,1998)

6) Keuntungan dan Kerugian Obat Anestesi Umum

Keuntungan Obat Anestesi Umum antara lain :

a. Aliran masuk dan keluar cepat

b. Efek anestesi baik

c. Tidak mengiritasi mukosa saluran napas

d. Anestesi dapat dicapai dengan segera

e. Tahap eksitasi yang tidak nyaman dapat dilewati

f. Segera tercapai tahap toleransi pada anestesia

Kerugian anestesi umum yaitu :

a. Menyebabkan mual dan muntah pada waktu mulai sadar

b. Peningkatan sekresi bronchial

c. Sulit dikendalikan khususnya pada anestesi intravena

d. Kerusakan pembuluh darah dan jaringan karena larutan

injeksi yang bereaksi basa kuat. (Schmitz,2009)

7) Efek samping anestesi umum

a. Menekan pernapasan

b. Menekan sistem kardiovaskuler

c. Merusak hati
7

d. Oliguri (reversibel)

e. Menekan sistem regulasi suhu

8) Anestesi umum yang sering digunakan antara lain:

1) Nitrogen Monoksida (N2O)

Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak

berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan lebih berat dari

pada udara. N2O biasanya tersimpan dalam bentuk

cairan bertekanan tinggi dalam baja, tekanan penguapan

pada suhu kamar ± 50 atmosfir. N2O mempunyai efek

analgesik yang baik, dengan inhalasi 20% N2O dalam

oksigen efeknya seperti efek 15 mg morfin. Kadar

optimum untuk mendapatkan efek analgesik maksimum

± 35%. Setelah penggunaan lama dapat timbul anemia

megaloblaster, akibat oksidasi dari atom kobal dalam

vitamin B12. Dibandingkan dengan anestetika lainnya,

obat ini bekerja jauh lebih kurang depresif terhadap

pernapasan dan sistem kardiovaskuler, disamping tidak

memengaruhi SSP. Pasca bedah timbul mual dan

muntah pada 15% dari pasien.

2) Halotan

Halotan merupakan cairan tidak berwarna,

berbau enak, tidak mudah terbakar dan tidak mudah

meledak meskipun dicampur dengan oksigen. Halotan


8

bereaksi dengan perak, tembaga, baja, magnesium,

aluminium, brom, karet dan plastik. Karet larut dalam

halotan, sedangkan nikel, titanium dan polietilen tidak,

sehingga pemberian obat ini harus dengan alat khusus

yang disebut fluotec. Efek analgesik halotan lemah tetapi

relaksasi otot yang ditimbulkannya baik. Dengan kadar

yang aman waktu 10 menit untuk induksi sehingga

mempercepat digunakan kadar tinggi (3-4 volume %).

Kadar minimal untuk anestesi adalah 0,76% volume.

3) Isofluran

Isofluran merupakan eter berhalogen yang tidak

mudah terbakar. Secara kimiawi mirip dengan enfluran,

tetapi secara farmakologi berbeda. Isofluran berbau

tajam sehingga membatasi kadar obat dalam udara yang

dihisap oleh penderita karena penderita menahan nafas

dan batuk. Setelah pemberian medikasi preanestetik

stadium induksi dapat dilalui dengan lancar dan sedikit

eksitasi bila diberikan bersama N2O dan O2. isofluran

merelaksasi otot lebih baik dan meningkatkan efek

pelumpuh otot depolarisasi maupun non depolarisasi

lebih dari yang ditimbulkan oleh enfluran. Dengan

demikian dosis isofluran maupun pelumpuh ototnya

dapat dikurangi, selain itu meningkatnyaaliran darah ke


9

otot rangka dapat mempercepat eliminasi pelumpuh otot.

Efek sampingnya berupa hipotensi, aritmia menggigil,

konstriksi bronchi dan meningkatnya jumlah leukosit.

Pasca bedah dapat timbul mual, muntah dan keadaan

tegang pada lebih kurang 10% pasien.

Tekanan darah turun cepat dengan makin

dalamnya anestesia, tetapi berbeda dengan efek enfluran

curah jantung dipertahankan oleh isofluran. Hipotensi

lebih disebabkan oleh vasodilatasi di otot. Pembuluh

koroner juga berdilatasi dan aliran koroner dipertahankan

walaupun konsumsi O2 berkurang. Dengan kerjanya yang

demikian isofluran dipandang lebih aman untuk pasien

penyakit jantung dari pada halotan atau enfluran.

4) Propofol

Merupakan derivat fenol yang banyak digunakan

sebagai anestesia intravena dan lebih dikenal dengan

nama dagang Diprivan. Pertama kali digunakan dalam

praktek anestesi pada tahun 1977 sebagai obat induksi.

Propofol digunakan untuk induksi dan

pemeliharaan dalam anestesia umum, pada pasien

dewasa dan pasien anak–anak usia lebih dari 3 tahun.

Obat ini dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna

putih susu bersifat isotonik dengan kepekatan 1 % .


10

Propofol secara kimia tak ada hubungannya

dengan anestetik intravena lain. Zat ini berupa minyak

pada suhu kamar dan disediakan sebagai emulsi 1%.

Efek pemberian anestesi umum intravena propofol (2

mg/kg) menginduksi secara cepat seperti tiopental. Rasa

nyeri kadang terjadi ditempat suntikan, tetapi jarang

disertai dengan thrombosis. Propofol menurunkan

tekanan arteri sistemik kira-kira 80% tetapi efek ini lebih

disebabkan karena vasodilatasi perifer daripada

penurunan curah jantung. Tekanan sistemik kembali

normal dengan intubasi trakea. Propofol tidak merusak

fungsi hati dan ginjal. Aliran darah ke otak, metabolisme

otak, dan tekanan intracranial akan menurun. Biasanya

terdapat kejang. Kelebihan propofol ialah bekerja lebih

cepat dari pada tiopental, konfusi pasca bedah minimal

dan kurang menyebabkan mual-muntah pasca bedah.

5) Ketamin

Ketamin ialah larutan yang tidak berwarna, stabil

pada suhu kamar dan relatif aman (batas keamanan

lebar). Ketamin mempunyai sifat analgesik, anestetik dan

kataleptik dengan kerja singkat.

Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil

sikloheksilamin, merupakan “rapid acting non barbiturate


11

general anesthesia”. Ketalar sebagai nama dagang yang

pertama kali diperkenalkan oleh Domino dan Carson

tahun 1965 yang digunakan sebagai anestesi umum.

Anestesia dengan ketamin diawali dengan

terjadinya disosiasi mental pada 15 detik pertama,

kadang sampai halusinasi. Keadaan ini dikenal sebagai

anestesia disosiatif. Disosiasi ini sering disertai keadaan

kataleptik berupa dilatasi pupil, salivasi, lakrimasi,

gerakan-gerakan tungkai spontan, peningkatan tonus

otot, kesadaran segera pulih setelah 10-15 menit,

anelgesia bertahan sampai 40 menit, sedangkan

amnesia berlangsung sampai 1-2 jam pada masa

pemulihan, dapat terjadi emergence phenomenon yang

merupakan kelainan psikis. (Sulistia,2010)

b. Anestesi Lokal

1) Pengertian dan sejarah anestesi lokal

Anestesi lokal adalah obat yang pada penggunaan

lokal dapat merintangi secara reversibel penerusan impuls

saraf ke SSP dan dengan demikian menghilangkan dan

mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas dan dingin.

Anestesi lokal pertama adalah kokain yaitu suatu

alkaloid yang diperoleh dari daun Erythroxylon coca,

semacam tumbuhan alang-alang di pegunungan Andes


12

(peru). Alkaloid ini pertama kali digunakan sebagai

penghilang rasa nyeri pada pengobatan mata, kemudian

kedokteran gigi. Pada tahun 1892 dikembangkan pembuatan

anestesi lokal pertama secara sintetis dan yang pertama

adalah prokain dan benzokain pada tahun 1905 yang di

susul oleh banyak derivat lain seperti tetrakain dan

chincokain. Kemudian muncul anestesi modern seperti

Lidokain (1947). Mepivacain (1957), prilokain (1963) dan

bupivacain (1967). (Tjay dan Rahardja, 2010).

2) Anestesi lokal ideal

Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk suatu jenis

obat yang digunakan sebagai anestetikum lokal. Antara lain :

a. Tidak merangsang jaringan

b. Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap

susunan saraf

c. Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat

pada selaput lendir

d. Mulai kerjanya sesingkat mungkin, tetapi bertahan cukup

lama

e. Dapat larut dalam air dan menghasilkan larutan yang

stabil juga terhadap pemanasan (sterilisasi)

3) Mekanisme kerja anestesi lokal


13

Analgesik regional dengan anestesi lokal dapat

menghilangkan nyeri akut sampai kronis. Anastesi dapat

diberikan melalui injeksi (misal pada tulang, di epidural atau

ruang intratekal, sepanjang akar saraf) atau secara topical

(Sukandar, 2009).

Anestetika lokal mengakibatkan kehilangan rasa

dengan jalan beberapa cara. Misalnya dengan jalan

menghindarkan untuk sementara pembentukan transmisi

impuls melalui sel saraf dan ujungnya.

Pusat mekanisme kerjanya terletak di membran sel.

Seperti juga alkohol dan barbital, anestetika lokal

menghambat penerusan impuls dengan jalan menurunkan

permeabilitas membran sel saraf untuk ion-natrium,yang

perlu bagi fungsi saraf yang layak. Hal ini disebabkan

adanya persaingan dengan ion kalsium yang berada

berdekatan dengan saluran-saluran natrium di membran

neuron. Pada waktu bersamaan, akibat turunnya laju

depolarisasi, ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik

lambat laun meningkat, sehingga akhirnya terjadi kehilangan

rasa setempat secara reversibel.

4) Penggolongan Anestetika lokal

Anestetika lokal dapat digolongkan secara kimiawi dalam

beberapa kelompok :
14

a. Senyawa Ester : Kokain dan ester PABA (Benzokain,

Prokain, Oksibuprokain, Tetrakain)

b. Senyawa amida : lidokain dan prilokain, mepivakain, bupi

vakain dan chincokain

c. Lainnya : fenol, benzil alkohol dan etil klorida

Semua obat tersebut diatas adalah sintetis kecuali kokain

yang alamiah.

5) Keuntungan dan kerugian anestesi lokal

Keuntungan anestesi lokal :

a. Alat minim dan tehnik relatif sederhana sehingga biaya

relatif murah

b. Relatif aman untuk pasien yang tidak puasa (operasi

emergency, lambung penuh) karena penderita sadar

sehingga resiko aspirasi berkurang

c. Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi

d. Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi

e. Perawatan post operasi lebih ringan/murah

f. Kehilangan darah sedikit

g. Respon autonomik dan endoktrin sedikit/menurun

Kerugian anestesi lokal :

a. Tidak semua penderita mau

b. Membutuhkan kerja sama penderita

c. Sulit diterapkan pada anak-anak


15

d. Tidak semua ahli bedah menyukai anestesi regional

e. Pasien lebih suka dalam keadaan tidak sadar

f. Tidak praktis jika diperlukan beberapa suntikan

g. Ketakutan bahwa efek obat menghilang ketika

pembedahan belum selesai

h. Efek samping sangat berat hingga kematian.

6) Efek samping anestesi lokal

Efek sampingnya adalah akibat dari efek depresi

terhadap SSP dan efek kardio-de-presifnya (menekan fungsi

jantung) dengan gejala penghambatan pernapasan dan

sirkulasi darah. Anestetika lokal dapat pula mengakibatkan

reaksi hipersensitifitasi yang sering kali berupa exantema,

urticaria dan bronchospasme alergis sampai adakalanya

shock anafilaktis yang dapat mematikan. Yang terkenal

dalam hal ini adalah zat-zat kelompok ester prokain dan

tetrakain yang karena itu tidak digunakan lagi dalam sediaan

lokal. Reaksi hipersensitasi tersebut diakibatkan oleh PABA

(para-amino-benzoic acid), yang terbentuk melalui hidrolisa.

PABA ini dapat meniadakan efek antibakteri dari

sulfonamida, yang berdasarkan antagonisme persaingan

dengan PABA. Oleh karena itu terapi dengan sulfa tidak

boleh dikombinasi dengan penggunaan ester-ester tersebut.

(Tjay dan Rahardja,2010).


16

7) Anestesi lokal yang sering digunakan

1. Kokain

Kokain atau benzoil metil ekgonin di dapat dari

daun Erythroxylon coca dan spesies Erythroxylon lain

yang tumbuh di Peru dan Bolivia, dimana selama

berabad-abad lamanya daun tersebut dikunyah oleh

penduduk asli untuk menambah daya tahan terhadap

kelelahan. Ekgonin adalah suatu amino alkohol yang

bersifat basa, sangat mirip dengan tropin, amino alkohol

dalam atropin. Kokain merupakan ester asam benzoat

dengan metil ekgonin.

Efek kokain paling penting yaitu menghambat

hantaran saraf, bila dikenakan secara lokal. Efek

sistemiknya yang paling mencolok yaitu rangsangan

SSP.

2. Prokain

Prokain disintesis dan diperkenalkan tahun 1905

dengan nama dagang novokain. Obat ini merupakan obat

terpilih untuk anestetik lokal suntikan, namun

kegunaannya kemudian terdesak oleh obat anestetik lain,

lidokain yang ternyata lebih kuat dan lebih aman

dibanding dengan prokain. Sebagai anestetik lokal,

prokain pernah digunakan untuk anestesia infiltrasi,


17

anestesia blok saraf, anestesia spinal, anestesia epidural

dan anestesia kaudal. Namun, karena potensinya

rendah, mula kerja lambat serta masa kerjanya pendek.

Maka penggunaannya sekarang ini hanya terbatas untuk

anestesia infiltrasi dan kadang-kadang untuk anestesia

blok saraf. Didalam tubuh prokain akan di hidrolisis

menjadi PABA yang dapat menghambat kerja

sulfonamid.

Efek sampingnya yang serius adalah

hipersensitasi yang kadang-kadang pada dosis rendah

sudah dapat mengakibakan kolaps dan kematian. Efek

samping yang harus dipertimbangkan pula adalah reaksi

alergi terhadap sediaan kombinasi prokain-penisilin.

Berlainan dengan kokain zat ini tidak mengakibatkan

adiksi. Dosis anestesia infiltrasi 0,25-0,5%, blokade saraf

1-2%.

3. Bupivakain

Struktur mirip dengan lidokain, kecuali gugus yang

mengandung amin adalah butil piperidin. Merupakan

anestetik lokal yang mempunyai masa kerja panjang,

dengan efek blokade terhadap sensorik lebih besar dari

pada motorik. Karena efek ini, bupivakain lebih populer


18

digunakan untuk memperpanjang anelgesia selama

persalinan dan masa pasca pembedahan

Suatu penelitian menunjukkan bahwa bupivakain

dapat mengurangi dosis penggunaan morfin dalam

mengontrol nyeri pada pasca pembedahan caesar, pada

dosis efekif yang sebanding, bupivakain lebih

kardiotoksik dari pada lidokain. Lidokain dan bupivakain,

keduanya menghambat saluran Na+ jantung (cardiac Na+

channels) selama sistolik. Namun bupivakain terdisosiasi

jauh lebih lambat dari pada lidokain selama diastol,

sehingga ada fraksi yang cukup besar tetap terhambat

pada akhir diastolik. Manifestasi klinik berupa aritmia

ventrikular yang berat dan depresi miokard, keadaan ini

dapat terjadi karena pemberian bupivakain dosis besar.

Toksisitas jantung yang disebabkan oleh bupivakain sulit

diatasi dan bertambah berat dengan adanya asidosis,

hiperkarbia, dan hipoksemia. Ropivakain juga merupakan

anestetik lokal yang mempunyai masa kerja panjang,

dengan toksisitas terhadap jantung lebih rendah dari

pada bupivakain pada dosis efektif yang sebanding.

Namun, sedikit kurang kuat dalam menimbulkan

anestesia dibandingkan bupikavakain. Larutan

bupivakain hidroklorida tersedia dalam konsentrasi


19

0,26% untuk anestesia infiltrasi dan 0,5% untuk suntikkan

paravertebral. Tanpa spinefrin, dosis maksimum untuk

anestesia infiltrasi adalah sekitar 2 mg/kgBB.

Indikasi bupivakain digunakan untuk anestesi lokal

termasuk infiltrasi block saraf,epidural dan anestesi

intratekal. Bupivakain sering diberikan melalui injeksi

epidural sebelum melakukan arthroplasty panggul total.

Juga sering di injeksikan ke luka pembedahan untuk

mengurangi nyeri hingga 20 jam setelah operasi.

Terkadang bupivakain dikombinasikan dengan

epinephrine untuk memperlama durasi dengan fentanil

untuk anelgesia epidural atau glukosa.

4. Lidokain

Lidokain (xilokain) adalah anestetik lokal kuat yang

digunakan secara luas dengan pemberian topikal dan

suntikan. Anestesia terjadi lebih cepat, lebih lama, dan

lebih ekstensif dari pada yang di timbulkan oleh prokain

pada konsentrasi yang sebanding. Lidokain merupakan

aminoetilamid dan merupakan prototip dan anestetik loka

l golongan amida. Larutan lidokain 0,5% digunakan untuk

anestesia infiltrasi, sedangkan larutan 1,0-2% untuk

anestesia blok dan topikal. Anestetik ini efektif bila

digunakan tanpa yang konstriktor, tetapi kecepatan


20

absorbsi dan toksisitasnya bertambah dan masa kerjanya

lebih pendek. Lidokain merupakan obat terpilih bagi

mereka yang hipersensitif terhadap anestetik lokal

golongan ester, lidokain dapat menimbulkan kantuk.

Sediaan berupa larutan 0,5-5% dengan atau tanpa

epinefrin (1:50.000 sampai 1:200.000)

Efek samping lidokain biasanya berkaitan dengan

efeknya terhadap SSP, misalnya mengantuk, pusing,

parestesia, kedutan otot, gangguan mental, koma dan

bangkitan. Mungkin sekali metabolit lidokain yaitu mono

etilglisin xilidid dan glisin xilidid ikut berperan dalam

timbulnya efek samping ini, lidokain dosis berlebihan

dapat menyebabkan kematian akibat fibrilasi ventrikel

atau oleh henti jantung. (Sulistia,2010).

C. Gambaran Umum RSUD Labuang Baji Makassar

1. Tinjauan umum

Nama RSU : RSUD Labuang Baji Makassar

No.kode RSU : 90132

Alamat/telp/fax : Dr,Ratulangi No.81

Jumlah tempat tidur : 305

Luas lahan/tanah : 14.404

Luas bangunan : 22.738,1

Lokasi : Makassar
21

2. Tinjauan umum instalasi farmasi

RSUD Labuang Baji Makassar didirikan pada tahun 1938

oleh Zending Gereja Genoformaf Surabaya, Malang dan Semarang

sebagai rumah sakit Zending. RSUD Labuang Baji diresmikan pada

tanggal 12 Juni1938. Pada masa perang dunia ke II, rumah sakit ini

digunakan oleh pemerintah Kota praja Makassar untuk

menampung penderita korbanperang. Pada tahun 1946-1948,

RSUD Labuang Baji mendapat bantuan dari pemerintah Negara

Indonesia Timur (NIT) dengan merehabilitasi gedung-gedung yang

hancur akibat perang.

Kapasitas tempat tidur yang tersedia pada saat diresmikan

adalah 25 tempat tidur. Pada tahun 1949- 1951, Zending

mendirikan bangunan permanen, sehingga kapasitas tempat tidur

menjadi 170 tempat tidur pada tahun 1952-1955, oleh pemerintah

daerah Kota praja Makassar diberikan tambahan beberapa

bangunan ruangan, sehingga kapasitas tempat tidur bertambah

menjadi 190 TT.

Sejak saat itulah (1955) RSUD Labuang Baji dibiayai oleh

pemerintah daerah tingkat I Sulawesi Selatan.Pada tahun 1960,

oleh Zending RSUD Labuang Baji diserahkan kepada pemerintah

daerah tingkat I Sulawesi Selatan dan dikelola olehDinas

Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan akreditasi rumah

sakit tipe C. Terhitung mulai tanggal 16 januari 1996, melalui


22

Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan No. 2 Tahun 1996,

kelas rumah sakit ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas B

Instalasi farmasi RSUD Labuang Baji Makassar, sesuai

dengan keputusan Menkes No.610/Menkes/SK/XI/1981, tentang

organisasi dan tata kerja perbekalan kesehatan di bidang farmasi

Kabupaten antara lain ditetapkan mengenai tugas dan fungsi

gedung instalasi farmasi. Instalasi farmasi Rumah Sakit mempunyai

tugas melaksanakan pengelolaan, penyimpanan, pendistribusian

perbekalan farmasi dan alat kesehatan.

Fungsi kefarmasian di rumah sakit merupakan keterpaduan

berbagai fungsi organisasi produksi, fungsi organisasi

pengembangan dan fungsi organisasi pelayanan/jasa yang saling

mendukung dan tidak terpisah satu sama lain.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan bentuk permasalahan dan bentuk data yang

diteliti, maka penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat

deskriptif

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Rencana penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni 2017 di

RSUD Labuang Baji Makassar

C. Populasi dan Sampel penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua resep pasien

operasi caesar di Apotek RSUD Labuang Baji Makassar.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah resep pasien operasi

caesar yang menggunakan obat anestesi selama 3 bulan terakhir

yaitu januari, februari dan maret di instalasi bedah RSUD Labuang

Baji Makassar.

D. Pengumpulan Data

Data jumlah pasien operasi caesar diambil dari bagian rekam

medik, data kemudian dimasukkan dengan melihat lembar resep obat

anestesi yang masuk di apotek.

E. Tehnik Pengolahan Data

23
Data yang diperoleh diolah dengan tehnik statistik deskriptif

yaitu rata-rata persentase kemudian hasilnya dibuat dalam bentuk

tabulasi dan narasi.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dengan menggunakan lembar observasi

kemudian ditabulasi dengan menghitung persentase setiap item. Data

akan disajikan dalam bentuk tabel serta dengan penjelasan-penjelasan

yang diperlukan dan ditarik kesimpulan

G. Definisi Operasional

Variabel-variabel dalam penelitian ini secara operasional

didefinisikan sebagai berikut :

1. Pasien operasi caesar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

semua pasien kandungan yang dilakukan tindakan pembedahan

untuk mengeluarkan janin.

2. Anestesi merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan

rasa nyeri yang dapat menyebabkan hilangnya kesadaran total

atau bagian yang lebih luas pada tubuh atau hilangnya rasa pada

daerah tertentu yang di inginkan pada sebagian kecil daerah tubuh.

3. Instalasi bedah sentral adalah salah satu bagian dari sistem

pelayanan kesehatan di rumah sakit, sangat vital dalam hal

memberikan tindakan pembedahan baik untuk kasus-kasus bedah

terencana maupun untuk kasus-kasus bedah darurat/segera.

4. Pola penggunaan meliputi jenis obat, rute/cara pemberian obat,

24
dosis penggunaan obat, frekuensi penggunaan dan jenis

penggunaan obat.

25
26
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Renggonowati dan Machmudah, 2014, Artikel penelitian. Pengaruh


mobilisasi dini terhadap peristaltik usus pasca operasi dengan
anestesi spinal di RSUD Tugurejo Semarang.
Catharine Parker-Littler, 2010, Konsultasi Kebidanan, Penerbit Erlangga.
Jakarta
Hunter D. Nainggolan, 2014,Artikel penelitian. Perbandingan anestesi
spinal menggunakan hiperbarik13,5 mg dengan Isobarik 13,5 mg
tehadap mula dan lama kerja blokade sensorik
http://listrumahsakit.com/profil-rsu-labuang-baji/
http://mantrinews.blogspot.co.id/2012/02/prosedur-operasi-caesar-yang-
aman.html. diakses tanggal 17 April 2017
Liu David T.Y, 2008,‟Manual Persalinan“, edisi III, Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta
Prof.Dr. Rustam Mochtar, MPH, Sinopsis Obstetri, Penerbit Buku
Kedokteran. EGC
Schmitz, Gery, dkk, 2009, Farmakologi dan toksikologi, Edisi III, Penerbit
Buku Kedokteran, Jakarta
Siregar C.J.P, 2006, farmasi Klinik Teori dan Penerapan, Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta

Sukandar Elin Yulinah, Prof.Dr., Apt., dkk, 2009, ISO Farmakoterapi, PT.
ISFI Penerbitan, Jakarta.
Sulistia, Gan Gunawan, 2010, farmakologi dan Terapi, Edisi V, Bagian
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI, Jakarta

Tjay T.H., dan Rahardja K., 2010, “Obat – Obat Penting”, Edisi Ke VI
cetakan ketiga, Elex Media Komputindo, Jakarta

Vicky Chapman dan Cathy Charles, 2009, Persalinan dan Kelahiran


Asuhan Kebidanan, Penerbit Buku Kedokteran. EGC

27
SKEMA KERJA

Surat Melaksanakan Penelitian

Fakultas Farmasi UIT

RSUD Labuang Baji Makassar

Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Dan Rekam Medik

Pengumpulan data

Pengolahan Data

Analisa Data

Hasil & Pembahasan

Kesimpulan & Saran

Gambar 1. Skema Kerja Pola Penggunaan Obat Anestesi Pada Tindakan


Operasi Caesar di Instalasi Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

28
29

Anda mungkin juga menyukai