Anda di halaman 1dari 33

Laporan Mandiri BBDM Modul 7.

3
Skenario Dasar 1A 1B

Disusun Oleh :
Winni Setiawati
22010216140004

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2019
Lembar Pengesahan

Laporan : Belajar Bertolak Dari Masalah


Modul : 7.3
Skenario : 1A, 1B
Kelompok :1
Judul Skenario : Skenario dasar 1A dan 1B
Tutor : drg. Isniya Nosartika MDSc., Sp. Perio.
Anggota Kelompok :
1. Natasya Widistana Putri 22010216140001
2. Fadiah Annisa Safirah 22010216140002
3. Betari Ratih Aristyaputri 22010216140003
4. Winni Setiawati 22010216140004
5. Alfi Dian Uly Noor 22010216140005
6. Yasmin Ghaisani 22010216140006
7. Hanny Tiara A. Sinaga 22010216140007
8. Vivi Indah Fatmasari 22010216140008
9. Atilla Yulaicha A. Siregar 22010216140009
10. Kiki Melinda Butarbutar 22010216140010

Tanggal Pengesahan Tanda Tangan Tutor/ Dosen yang


Mengesahkan

2
Table of Contents

Skenario Dasar 1A .................................................................................................................... 4


Istilah sulit .................................................................................................................................. 4
Rumusan masalah ...................................................................................................................... 4
Hipotesis .................................................................................................................................... 5
Peta konsep ................................................................................................................................ 5
Sasaran belajar ........................................................................................................................... 6
Belajar mandiri........................................................................................................................... 6
Kasus Dasar 1 B ....................................................................................................................... 17
Terminologi.............................................................................................................................. 17
Rumusan masalah .................................................................................................................... 17
Hipotesis .................................................................................................................................. 18
Sasaran belajar ......................................................................................................................... 18
Belajar mandiri......................................................................................................................... 19
Referensi .................................................................................................................................. 33

3
BBDM MODUL 7.3

Skenario Dasar 1A
Seorang pasien anak 6 tahun, datang dengan ibunya, dengan keluhan gigi depan bawah
tumbuh gigi baru di sebelah dalam. Pada pemeriksaan EO: tidak ditemukan asimetri muka,
IO: ditemukan insisivus decidui satu kanan luksasi derajat 2, decidui satu kiri tidak luksasi.
Insisivus permanen 1 kanan dan kiri, erupsi di sisi lingual. Ibu pasien khawatir gigi anaknya
nanti tumbuh jelek tidak beraturan.

Lakukan tatalaksana kasus tersebut


Istilah sulit
1. luksasi : pergerakan gigi ke arah labial, palatal maupun lateral yang dapat menyebabkan
kerusakan soket alveolar gigi tersebut. dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat
kegoyangannya yaitu (0) tidak ada/goyang fisiologis sedikit. (1) goyang kurang dari 1 mm
horizontal facial-lingual. (2) lebih dari 1 mm horizontal facial-lingual. (3) parah semua arah,
horizontal dan vertikal.

Rumusan masalah
1. Apa saja masalah yang ditimbulkan?
2. Bagaimana prioritas masalahnya?
3. Bagaimana diagnosis sementara dan pembandingnya?
4. Bagaimana rencana perawatannya?

4
Hipotesis
1. a. luksasi gigi 81 derajat 2
persistensi 81 dan 71
maloklusi gigi 41 dan 31
diasumsikan keluhan Diastema sentral 51 dan 61
2. (1) luksasi gigi 81 derajat 2
(2) persistensi 71
(3) maloklusi gigi 41 dan 31
(4) diastema sentral
3. luksasi derajat 2 gigi 81 et causa resorbsi fisiologis
prolonged retention et causa malposisi benih gigi
linguoversi gigi 41 dan 31 et causa persistensi
4. a. ekstraksi gigi 71 dan 81
b. observasi gigi 31 dan 41 sampai pertumbuhan mahkota sempurna
c. perawatan ortho lepasan bila 31 dan 41 tetap mengalami malposisi
d. edukasi terkait diastema sentral.
Peta konsep

Pathogenesis

penulisan
Pemeriksaan
rekam SOP
medis
Prolong
retensi,
malposisi gigi
pada pasien
anak
Diagnosis
sementara
Tatalaksana dan diagnosis
banding

Rencana
perawatan

5
Sasaran belajar
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan diagnosis kasus sesuai ICD 10 dan
pathogenesis
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan penulisan pada CM dan rekam
medik (S-O-A-P)
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tatalaksana definitive (alat, prosedur
pre-durante-post op, medikamen, prognosis)

Belajar mandiri
1. Apa saja pemeriksaan subjektif, objektif penunjang yang dilakukan?
a) Subjektif
 Identitas:
i. Nama anak
ii. Usia : 6 tahun
iii. Jenis kelamin
iv. Jumlah saudara
v. Alamat
vi. Pekerjaan orang tua
 Kekooperatifan pasien
 Riwayat penyakit sekarang: gigi permanen depan bawah tumbuh di
sebelah dalam dan ibu pasien khawatir giginya akan tumbuh tidak
beraturan.
 Riwayat penyakit terdahulu dan riwayat gigi: tidak ada, belum pernah
mengunjungi dokter gigi sebelumnya.
 Riwayat penyakit keluarga: tidak diketahui, ibu pasien peduli dengan
pasien
b) Objektif
 Pemeriksaan keadaan umum dan tanda vital
i. Tekanan darah: 100/60 mmHg
ii. Nadi : 80x/mnt
iii. Laju napas : 22x/mnt
iv. Suhu tubuh : 36o
 Ekstraoral: Asimetri wajah (-)
 Intraoral:

6
i. 81 luksasi derajat 2 (kegoyangan gigi horizontal mesiodistal
bukolingual) mobilitas (+)
ii. 81 labioversi
iii. 71 tidak luksasi  mobilitas (-)
iv. 31 dan 41 linguoversi dan partially erupted
c) Penunjang: radiografi periapical pada gigi anterior rahang bawah untuk
melihat tingkat resorpsi fisiologis dari akar gigi 81 dan 71.
Apa diagnosis sementara, diagnosis banding?
a) Diagnosis sementara:
 Luksasi derajat 2 gigi 81 et causa resorpsi fisiologis
 Persistensi gigi 81 dan 71 et causa malposisi benih gigi permanen
(K00.6 retained (persistent) primary tooth)
 Linguoversi gigi 41 dan 31 et causa persistensi gigi decidui
Kode ICD 10 M26.3:3 horizontal displacement of fully erupted tooth
or teeth
b) Diagnosis banding: gigi supernumerary
2. Patogenesis
Gangguan tumbuh kembang geligi tetap dan lengkung rahang (mal oklusi). Bisa
dipengarui beberapa factor seperti nutrisi, arah tumbuh benih gigi dewasa yang tidak
searah dengan arah tumbuh gigi susu, ketidakcukupan ruang untuk tubuhnya gigi
permanen.
Penyebab tidak langsung:
a) Faktor genetic
b) Faktor kongenital
c) Gangguan keseimbangan kelenjar endokrin
Penyebab langsung:
a) Trauma dalam janin atau semasa pembentukkan benih gigi permanen sehingga
terjadi perubahan posisi gigi permanen
b) Ankylosis gigi decidui karena rampan karies yang menyebabkan infeksi ke
periapical gigi decidui yang dapat memengaruhi pertubuhan gigi permanen
dan ankilosis gigi decidui sebagai mekanisme peradangan.
c) Gigi decidui supernumerary
d) Bad habit makan-makanan manis yang menyebabkan gigi decidui karies.

7
3. Apa prosedur perawatan (instrumen, bahan, obat)?
a) Instrumen
 Dental unit lengkap
 Diagnostic set
 Spet 3 cc

 Tang ekstraksi gigi decidui


 Spet/ citoject
 Ekskavator
 Cotton roll
b) Bahan
 Kapas
 Povidone iodine
c) Obat
 Chlor ethyl: lebih dapat ditoleransi anak-anak, memberikan sensasi
dingin.
 Lidocaine 2% onset 3-5 menit durasi 1 jam pada jaringan lunak. Dosis
toksik lidokain tanpa vasokonstriktor 3-4 mg/kgBB dengan
vasokonstriktor 7mg/kgBB. Dosis maksimum absolut 500 mg.
 Topikal anesthetics lignocaine hydrochloride 5% memiliki onset 3-4
menit. Cara melakukan anestesi topical dengan mengeringkan mukosa
yang akan dianestesi (setelah asepsis) lalu oleskan area yang akan
disuntik kurang lebih selama 15 detik atau bisa lebih lama dari itu
tergantung dari pabrik dan usahakn anestesi local tetap di mukosa
minimal 2 menit agar obat bekerja efektif.
 Paracetamol

8
Dosis
Berat Badan Anak Usia Anak
Miligram (mg) Mililiter (ml)

3 – 5 kg 0-3 bulan 40 1,25

5 – 8 kg 4-11 bulan 80 2,5

8 – 11 kg 12-23 bulan 120 3,75

11 – 16 kg 2-3 tahun 160 5

16 – 22 kg 4-5 tahun 240 7,5

22 – 27 kg 6-8 tahun 320 10

27 – 32 kg 9-10 tahun 400 12,5

33 – 43 kg 11-12 tahun 480 15

43 kg ke atas 13 tahun ke atas 640 20


Dosis paracetamol anak di atas adalah berdasarkan sediaan obat dalam bentuk sirup, dengan
takaran 160 mg per 5 ml sirup. Sehari 4 kali minum pro renata.
d) Prosedur
 Pre op: informed consent, premedikasi bila pasien anak memiliki factor
risiko sistemik
 Kondisikan pasien agar tidak cemas sehingga kooperatif
 Sterilisasi daerah kerja. Asespsis menggunakan kapas yang diberikan
povidone iodine ke area yang akan diberikan anestesi local. Gerakan
pemberian povidone iodine ke area tindakan memutar satu arah yang
semakin lama semakin menjauhi pusat lingkaran.
 Dalam persiapan anestesi lakukan premedikasi ½ sampai 1 jam
sebelum ke dokter gigi dengan menggunakan Phenobarbital sesuai
dosis. Sterilisasi pada tangan operator dan mukosa sekitar dearah
jarum suntik. Alat yang digunakan jarum tajam, disposable atau siap
pakai, dan ukuran harus sesuai (pada anak-anak < dewasa). Obat
anestesi yang dipakai:

- Topikal dengan chlor ethyl berupa pasta atau spray untuk gigi 81
yang telah luksasi akibat resorpsi fisiologis. Cara melakukan
anestesi topical:

9
a) Membran mukosa dikeringkan untuk mencegah larutnya bahan
anastesi topikal.
b) Bahan anastesi topikal dioleskan melebihi area yang akan disuntik ±
15 detik (tergantung petunjuk pabrik) kurang dari waktu tersebut,
obat tidak efektif.
c) Anastesi topikal harus dipertahankan pada membran mukosa
minimal 2 menit, agar obat bekerja efektif. Salah satu kesalahan
yang dibuat pada pemakaian anastesi topikal adalah kegagalan
operator untuk memberikan waktu yang cukup bagi bahan anastesi
topikal untuk menghasilkan efek yang maksimum.

- Anestesi lokal : ester dengan prokain, non ester dengan lidokain


atau prilokain, dan ditambah vasokonstriktor. Cara melakukan
injeksi anestesi local:

a) Informed consent diberikan kepada orang tua.


b) Penjelasan anastesi lokal tergantung usia pasien anak, teknik
penanganan tingkah laku anak yang dapat dilakukan, misalnya TSD
(tell, show, do) modelling
c) Instrumen yang akan dipakai, sebaiknya jangan terlihat oleh anak.
Jangan mengisi jarum suntik di depan pasien, dapat menyebabkan rasa
takut dan cemas.
d) Sebaiknya dikatakan kepada anak yang sebenarnya bahwa akan
ditusuk dengan jarum (disuntik) dan terasa sakit sedikit, tidak boleh
dibohongi. Instrumen dapat diperlihatkan pada anak (kiri).
Penyuntikan dilakukanmenggunakan kaca agar anak dapat melihat
prosedur penyuntikan (kanan) Selama penyuntikan, asisten
memegang tangan anak, agar anak tidak bergerak
e) Rasa sakit ketika penyuntikan sedapat mungkin dihindarkan dengan
cara sebagai berikut:

o Memakai jarum yang kecil dan tajam

o Pada daerah masuknya jarum dapat dilakukan anastesi topikal


lebih dahulu. Misalnya dengan 5 % xylocaine (lidocaine oitmen)

10
o Jaringan lunak yang bergerak dapat ditegangkan sebelum
penusukan jarum

o Deposit anastetikum perlahan, deposit yang cepat cenderung


menambah rasa sakit. Jika lebih dari satu gigi maksila yang akan
dianastesi, operator dapat menyuntikkan anastesi awal, kemudian
merubah arah jarum menjadi posisi yang lebih horizontal,
bertahap memajukan jarum dan mendeposit anastetikum.

o Penekanan dengan jari beberapa detik pada daerah injeksi dapat


membantu pengurangan rasa sakit.

o Jaringan diregangkan jika longgar dan di masase jika padat (pada


palatal). Gunanya untuk membantu menghasilkan derajat anastesi
yang maksimum dan mengurangi rasa sakit ketika jarum
ditusukan.

f) Aspirasi dilakukan untuk mencegah masuknya anastetikum dalam


pembuluh darah, juga mencegah reaksi toksis, alergi dan hipersensitifitas.
g) Waktu untuk menentukan anastesi berjalan ± 5 menit dan dijelaskan
sebelumnya kepada anak bahwa nantinya akan terasa gejala parastesi
seperti mati rasa, bengkak, kebas, kesemutan atau gatal. Dijelaskan agar
anak tidak takut, tidak kaget, tidak bingung atau merasa aneh. Pencabutan
sebaiknya dilakukan setelah 5 menit. Jika tanda parastesi tidak terjadi,
anastesi kemungkinan gagal sehingga harus diulang kembali.
h) Vasokontristor sebaiknya digunakan dengan konsentrasi kecil, misalnya
xylocaine 2 % dan epinephrine 1 : 100.000.

11
 Anestesi topikal seperti chlor etil disemprot secara indirek ke kapas baru
gigi dicabut atau lokal sesuai indikasi (topical seperti lidokain topikal
kemudian disuntik secara infiltrasi diantara kedua gigi persistensi bila
diperlukan) Ekstraksi. Inervasi n. alveolaris inferior. Lokasi injeksi
infiltrasi di labial gigi 71 mukobukal fold sepanjang apeks gigi 71.
Ada 2 jenis anestesi yang dapat dilakukan untuk pencabutan gigi
sulung :
- Anestesi umum : gas NO biasanya untuk anak-anak
kebutuhan khusus
- Anestesi lokal : pada anak ukuran rahang lebih kecil dan
foramen mandibula lebih ke bawah daripada dataran oklusal.
 Gigit tampon 30 menit, area post ektraksi tidak boleh disentuh, tidak
boleh makan panas
 Observasi terhadap susunan geligi tetap (3 bulan).
 Prognosis: baik bila gigi sulung tercabut dengan baik. Lama perawatan
1 kali kunjungan

tindak lanjut

12
Preventif, bila tampak gejala maloklusi menetap, lanjutkan dengan merujuk
perawatan interseptif ortodontik dengan alat ortodontik lepasan atau
myofungsional.
Rekam Medik Kedokteran Gigi
Nama dokter : drg. Winni Setiawati
Alamat Praktik: Jalan jalanan
Telepon : 08123456789
No File: 1
Data pasien
1. Nama : Dedeq
2. Tempat/tgl lahir : Jakarta, 03 Oktober 2013
3. NIK :-
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Suku/ras : Jawa
6. Pekerjaan : Siswa SD
7. Alamat rumah : Jalan perumahan
8. Telepon rumah : 5432198
9. Alamat kantor :-
10. Telepon seluler :-
Data medik yang perlu diperhatikan
1. Golongan Darah :A
2. Tekanan Darah : 110 / 75 Hypertensi / Hypotensi / Normal
3. Penyakit Jantung : Tidak Ada / Ada
4. Diabetes : Tidak Ada / Ada
5. Haemopilia : Tidak Ada / Ada
6. Hepatitis : Tidak Ada / Ada
7. Gastring : Tidak Ada / Ada
8. Penyakit lainnya : Tidak Ada / Ada
9. Alergi terhadap obat-obatan : Tidak Ada / Ada
.......................................................................................................................
10. Alergi terhadap makanan: Tidak Ada / Ada

Tangga Pencatatan Data: 25 November 2019 Tanda tangan:

13
Formulir Pemeriksaan Odontogram
Nama lengkap: Dedeq Iuchu Jenis Kelamin : P
NIK/No KTP : - TTL : Jakarta, 03 Oktober 2013
11 [51] Sou, dia “interdental 51 dan 61” Sou, dia “interdental 51 dan 61” [61] 21
12 [52] sou Sou [62] 22
13 [53] Sou Sou [63] 23
14 [54] Sou Sou [64] 24
15 [55] sou sou [65] 25
16 26
17 27
18 28

PRE PRE

48 38
47 37
46 36
45 [85] sou Sou [75] 35
44 [84] Sou Sou [74] 34
43 [83] Sou Sou [73] 33
42 [82] Sou, dia “ interdental 81 dan 82” sou [72] 32
41 [81] 81 luksasi derajat 2, dia “ 71 persistensi [71] 31
interdental 81 dan 82” 31 pre, linguoversi

14
41 pre, linguoversi
Occlusi : Normal Bite / Cross Bite / Steep Bite
Torus Palatinus : Tidak Ada / Kecil / Sedang / Besar / Multiple
Torus Mandibularis : Tidak ada / sisi kiri / sisi kanan / kedua sisi
Palatum : Dalam / Sedang / Rendah
Diastema : Tidak Ada/ Ada: interdental 51 dan 61, interdental 81 dan 82
Gigi Anomali : Tidak Ada / Ada:
Lain-lain : Persistensi gigi 81 dan 71. Linguoversi gigi 41 dan 31
D : 0 M :0. F :0
Jumlah photo yang diambil : 1 digital, intraoral
Jumlah rontgen photo yang diambil 1 (Dental/PA/OPG/Ceph)*

Diperiksa oleh Tanggal Pemeriksaan Tanda tangan pemeriksa

drg. Winni Setiawati 25 November 2019

15
Tabel Perawatan
Tanggal Gigi Keluhan/Diagnosa ICD 10 Perawatan Paraf Ket.
25/11/2019 81, 71 S: Ibu pasien khawatir K00.6 P: Exo
41, 31 gigi permanennya gigi 71
tumbuh di dalam dan dan 81
menjadi berantakan. dengan
Tidak sakit, gigi 81 infiltrasi
goyang, tidak ada lidokain
bengkak. Tidak ada Pro ortho
riwayat sistemik atau gigi 41
alergi. dan 31
O:
EO : simetris
IO : 81 mobilitas (+)
derajat 2, 71 mobilitas
(-), 41 dan 31
linguoversi dan partial
erupted
A: Luksasi derajat 2
gigi 81 et causa
resorpsi fisiologis
Persistensi gigi 81 dan
71 et causa malposisi
benih gigi permanen
Linguoversi gigi 41
dan 31 et causa
persistensi gigi decidui

16
Kasus Dasar 1 B
Seorang pasien datang wanita 35 tahun datang dengan keluhan gusi bengkak dan mudah
berdarah. Keluhan sudah dirasakan sejak 2 bulan ini. Pasien telah mencoba menggunakan pasta
gigi tertentu dan obat kumur untuk menghilangkan karang gigi namun tidak ada hasilnya. Saat
ini gigi depan bawah dirasakan goyang, sehingga mengganggu makan. Riwayat penyakit berat:
hipertensi, DM, disangkal. Pasien juga mengeluhkan bau mulutnya yang terasa mengganggu
pergaulannya.

Pemeriksaan EO: tidak nampak asimetri muka, Limfonodi sub mental tidak teraba
Pemeriksaan IO: Sebagian besar dalam batas normal, kecuali seperti pada gambar gusi di area
depan bawah labial dan lingual. Gigi 3.1 dan 4.1. luksasi derajat 2, probing sulkus didapat
kedalaman sulkus 4 mm.
Lakukan tatalaksana untuk kasus di atas

Terminologi
1. Karang gigi: Deposit plak yang sudah terklasifikasi

Rumusan masalah
1. Apa saja masalah yang ditimbulkan?
2. Bagaimana prioritas masalahnya?

17
3. Bagaimana diagnosis sementara dan pembandingnya?
4. Bagaimana rencana perawatannya?

Hipotesis
1. Kalkulus subgingiva, diasumsikan resorbsi alveolar (butuh pemeriksaan penunjang),
gusi bengkak, resesi gingiva, OH buruk, pasien makan terganggu, malposisi gigi, bau
mulut, stain gigi, kedalaman sulkus 4mm, gusi mudah berdarah, gigi 45 karies oklusal
2. - Kalkulus subgingiva,
- Keadaan radang lokal dan gusi berdarah
- Luksasi derajat 2,
- Perbaikan OH
- Penanganan karies gigi 45
- Perbaikan resorpsi tulang alveolar
- Penanganan resesi
3. - Halitosis dan periodontitis et causa kalkulus
- Gingival enlargement 33-43 et causa kalkulus (diasumsikan enlargement karena pada
skenario pasien telah mengeluhkan keadaan gusi bengkak selama 2 bulan)
4. Fase emergency (initial phase) : SRP, plak kontrol, edukasi menghilangkan kebiasaan
merokok, edukasi terkait kondisi, splinting
Fase Evaluasi : dilihat apakah kedalaman poket lebih dari sama dengan 4 mm dengan
bleeding on probing?
Jika iya, lakukan terapi korektif : periodontal surgery (perbsikan gingival enlargement
dan resorbsi alveolar), antibiotik, endo terapi gigi 45 lanjutkan dengan evaluasi
dan maintenance.
jika tidak, lakukan monitoring, reevaluasi status periodontal, monitoring plak kontrol,
reedukasi.

Sasaran belajar
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan diagnosis kasus sesuai ICD 10 dan
pathogenesis
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan penulisan pada CM dan rekam
medik (S-O-A-P)

18
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tatalaksana definitive ( alat,
prosedur pre-durante-post op, medikamen, prognosis)

Belajar mandiri
1. Pemeriksaan subjektif, objektif, penunjang
a) Subjektif
 Identitas
i. Nama : Ibu Obasan
ii. Usia : 35 tahun
iii. Jenis kelamin : Perempuan
iv. Perkerjaan : Ibu rumah tangga
v. Alamat : Jalan perumahan
 Keluhan utama: gusi bengkak dan mudah berdarah selama 2 bulan tidak
menghilang. Pasien terganggu saat makan, bau mulut dan gigi
bergoyang
 Riwayat gigi dan mulut: pasien berusaha menggunakan pasta gigi
tertentu dan obat kumur untuk menghilangkan karang gigi namun tidak
ada hasilnya.
 Riwayat penyakit terdahulu: hipertensi (-) dan DM (-)
 Riwayat keluarga: tidak diketahui
b) Objektif
 Ekstraoral: asimetri wajah (-), nnll subental (-)
 Intraoral :
i. Pembesaran gingiva, warna kemerahan, mudah berdarah, resesi
gingiva pada gingiva anterior mandibula (resesi miller 3).
ii. Crowding gigi anterior rahang bawah
iii. OH buruk , kalkulus supragingival
iv. Gigi 41 dan 31 luksasi derajat 2 dengan poket sedalam 4 mm,
kalkulus subgingiva
v. Gigi 45 karies oklusal
c) Penunjang: ronsen panoramic untuk mengamati status bone loss dan keadaan
patologi periradikular dan periapical lainnya.

19
Pathogenesis
Periodontitis

invasi bakteri plak gigi dan


produknya melalui Migrasi sel epitel ke arah Sulcus gingiva semakin
junctional epithelium dan apikal dalam
sulcular epithelium

Poket periodontal
lanjutan reaksi
terbentuk -->
peradangan--> terangsang
Terangsang peradangan memudahkan akumulasi
proliferasi sel JE dan
plak dan lingkungan
serabut gingiva berkurang
anaerob

Lingkungan disenangi
stagnasi vaskuler sehingga
bakteri, menimbulkan
terjadi retensi cairan. Juga
pembesaran gingiva dan kerusakan periodontal
muncul jaringan fibrosis
terbentuk poket gingiva yang lanjut, bone loss,
sebagai tanda radang
resesi gingiva hingga gigi
kronis
tanggal

Diagnosis sementara, diagnosis pembanding


a) Localized moderate chronic periodontitis anterior rahang bawah et causa
calculus supragingival dan subgingiva
Localized karena jaringan yang mengalami kelainan <30% dan moderate karena
terdapat poket 4 mm dan ada kemungkinan poket tersebut merupakan
kombinasi pseudopocket dan suprabony atau infrabony pocket yang
menunjukkan loss of attachment 3-4 mm yang termasuk moderate periodontitis.
ICD 10: K05.30 Chronic periodontitis
b) Karies dentin gigi 45 et causa OH buruk dan plak.
ICD 10: K02
Diagnosis pembanding: periodontitis manisfestasi penyakit sistemik, gingival
enlargement karena radang kronik

20
2. CM dan rekam medik
Rekam Medik Kedokteran Gigi
Nama dokter : drg. Winni Setiawati
Alamat Praktik :Jalan jalanan
Telepon : 08123456789
No File: 2
Data pasien
3. Nama : Ibu Obasan
4. Tempat/tgl lahir : Tokyo, 07 Juli 1984
5. NIK : 3202080704840015
6. Jenis kelamin : Perempuan
7. Suku/ras : Asiatik mongoloid
8. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
9. Alamat rumah : Jalan perumahan
10. Telepon rumah : 5567890
11. Alamat kantor :-
12. Telepon seluler : 088199177166
Data medik yang perlu diperhatikan
1. Golongan Darah :A
2. Tekanan Darah : 120 / 80 Hypertensi / Hypotensi / Normal
3. Penyakit Jantung : Tidak Ada / Ada
4. Diabetes : Tidak Ada / Ada
5. Haemopilia : Tidak Ada / Ada
6. Hepatitis : Tidak Ada / Ada
7. Gastring : Tidak Ada / Ada
8. Penyakit lainnya : Tidak Ada / Ada
9. Alergi terhadap obat-obatan : Tidak Ada / Ada
.......................................................................................................................
10. Alergi terhadap makanan : Tidak Ada / Ada

Tangga Pencatatan Data :26 November 2019 Tanda Tangan :

21
Formulir Pemeriksaan Odontogram
Nama lengkap: Obasan Nipowati Jenis Kelamin : P
NIK/No KTP : 3202080704840015 TTL : Tokyo, 04 Juli 1984
11 [51] Sou, Sou, [61] 21
12 [52] sou Sou [62] 22
13 [53] Sou Sou [63] 23
14 [54] Sou Sou [64] 24
15 [55] sou sou [65] 25
16 Sou sou 26
17 Sou Sou 27
18 sou Sou 28

48 sou Sou 38
47 Sou Sou 37
46 Sou sou 36
45 [85] O-Car Sou [75] 35
44 [84] Sou Sou [74] 34
43 [83] Att, “staining, calculus” Att “ staining calculus” [73] 33
42 [82] kalkulus, staining Kalkulus, staining [72] 32

22
41 [81] Luksasi derajat 2, kalkulus, Luksasi derajat 2, kalkulus, [71] 31
distolabiotorsiversi, staining, distolabiotorsiversi, staining,
Occlusi : Normal Bite / Cross Bite / Steep Bite
Torus Palatinus : Tidak Ada / Kecil / Sedang / Besar / Multiple
Torus Mandibularis : Tidak ada / sisi kiri / sisi kanan / kedua sisi
Palatum : Dalam / Sedang / Rendah
Diastema : Tidak Ada/ Ada:
Gigi Anomali : Tidak Ada / Ada:
Lain-lain :-
D : 1 M :0. F :0
Jumlah photo yang diambil : 1 digital, intraoral
Jumlah rontgen photo yang diambil 1 (Dental/PA/OPG/Ceph)*

Diperiksa oleh Tanggal Pemeriksaan Tanda tangan pemeriksa

drg. Winni Setiawati 26 November 2019

23
Tabel Perawatan
Tanggal Gigi Keluhan/Diagnosa ICD 10 Perawatan Paraf Ket.
26/11/2019 43, S: gusi bengkak dan K05.31 P:
42, mudah berdarah K02 DHE dan control
41, selama 2 bulan. plak
31, Pasien sulit makan SRP
32, dan sosialisasi, bau kuretase
33 mulut dan gigi Fibre splinting
bergoyang. Pasien Pro Restorasi
45 menggunakan pasta Komposit gigi 45
gigi dan obat kumur Pro bone graft dan
untuk menghilangkan perawatan root
kalkulus tapi tidak coverage
berhasil. Tidak sakit,
gigi 81 goyang. Tidak
ada riwayat sistemik
atau alergi.
O:
EO: asimetri wajah (-
), nnll subental (-)
IO: Pembesaran
gingiva, warna
kemerahan, bleeding,
resesi gingiva pada
gingiva anterior
mandibula.
Crowding gigi
anterior rahang bawah
OH buruk , kalkulus
supragingival
Gigi 41 dan 31 luksasi
derajat 2 probing

24
depth 4 mm, kalkulus
subgingiva
Gigi 45 karies oklusal

A:
Localized moderate
chronic periodontitis
anterior rahang bawah
et causa calculus
supragingival dan
subgingiva
Karies dentin gigi 45
et causa OH buruk
dan plak

3.Tatalaksana

Terapi Inisial
 Perlu dilakukan eliminasi atau kontrol faktor risiko yang mempengaruhi
periodontitis kronis. Pertimbangkan untuk berkerja sama dengan dokter disiplin
ilmu lain.
 Instruksi dan evaluasi control plak pasien serta DHE.

25
 SRP untuk membersihkan gigi dan akar dari kalkulus dan plak sebagai sumber
infeksi.
i. Persiapan alat dan bahan : alat scaling manual, instrumen pembersih dan
pemoles
ii. Scaling supragingiva
Blade diadaptasikan dengan sudut kurang dari 90o. cutting edge
menghadap kalkulus, digerakkan pendek dan kuat dari apical ke koronal
dengan arah vertical.

iii. Scaling sub gingiva & root planing


Blade diinsersikan pada dasar poket. Cutting edge pada dasar poket
membentuk sudut 45o-90o dan dilakukan penekanan kearah lateral gigi.
Gerakan root planning lebih halus dari gerakan menghilangkan kalkulus
iv. Pemolesan gigi, lakukan occlusal adjustment
 Agen anti mikroba dapat diberikan sebagai tambahan terutama pada pasien yang
memiliki factor risiko tertentu seperti diabetes, penyakit jantung.
 Pemasangan splint fiber komposit
o Memperhatikan hokum ante. Gigi yang dijadikan pegangan pada
prosedur splinting harus memiliki Panjang akar dua kali Panjang
mahkotanya. 1 gigi yang goyang minimal harus dipegangi dua gigi
sehat. Untuk gigi kaninus yang luksasi harus mengikutsertakan gigi
posterior juga.
o Persiapan alat dan bahan: 1 set alat diagnostik, gunting, fiber, etsa,
bonding, flowable composite, light curing.
o Pasien duduk di dental chair.
o Operator mengatur posisi kerja dibelah kanan pasien.
o Gigi yang akan displinting dibersihkan.

26
o Fiber yang akan digunakan diukur sepanjang gigi yang akan displinting.
o Letakkan fiber diatas glass plate.
o Daerah kerja dietsa dengan asam fosforik 30%, diamkan selama 30 detik,
dan bilas dengan air. Keringkan daerah kerja kemudian isolasi dengan
cotton roll.
o Aplikasikan bonding dibagian palatal gigi yang akan displint dan disinar
selama 10 detik.
o Fiber diatas glass plate juga dibasahi dengan bonding.
o Aplikasikan selapis tipis flowable composite dibagian palatal gigi
letakkan fiber diatasnya, kemudian ditekan-tekan sampai fiber benar-
benar melekat.
o Lakukan penyinaran selama 20 detik.
o Kelebihan bahan splint dapat dikurangi dengan bur diamond preparasi
tetapi tetap harus dihaluskan dan daerah yang terbuka harus ditutup
kembali dengan komposit.

o Finishing dan polishing hasil splint fiber komposit

o Oklusal adjustment

27
 Faktor local atau factor predisposisi yang menyebabkan periodontitis kronis
harus dieliminasi, yaitu (rujuk ke spesialis jika diindikasi):
i. Tambalan overhanging
ii. Komponen gigi tiruan yang mengiritasi periodontal
iii. karies servikal dan interproksimal
iv. Trumatic occlusion yang membutuhkan coronaplasty atau Odontoplasti
v. Mobilitas gigi derajat ringan
vi. Perbaikan kontak interdental yang menyebabkan terselipnya atau
impaksi makanan
 Terapi kuretase gingiva karena poket sudah sedalam 4 mm.

28
a) Reevaluasi:
i. Inisal therapy harus optimal
ii. Cek probing depth, attachment loss,
iii. inflamasi gingiva, akumulasi plak.
iv. OHI paling tidak 80%
v. Tidak ada bleeding (BOP - )
vi. Pertimbangkan penyakit sistemik
vii. Radiotherapi dan anti-koagulan
viii. Premedikasi tentatif
ix. Luas area dibatasi
b) Anaestesi lokal dgn cytoject
c) Masukkan kuret // aksisi gigi sampai dasar poket, sisi tajam pada epitel sulkuler
d) Lakukan pengerokan (kuret) bbrp kali
e) Irigasi
f) Tekan daerah operasi 3-5 menit
g) Suturing tergantung besar luka
h) Aplikasi periodontal dressing
i) Kontrol 1 minggu
j) Penyembuhan pasca kuretase:
i. Perbaikan epitel sulkus 2 - 7 hari
ii. Perbaikan epitel cekat 5 hari
iii. Pengkerutan gingival margin 7 hari
iv. Penyembuhan sempurna 2 minggu
 Periodontal pack

29
i. Kedua pasta ditempatkan di atas paper pad dengan panjang yang sama.
ii. Pasta tersebut kemudian dicampurkan dengan wooden tongue depressor
selama 2-3 menit, sampai tidak lengket lagi
iii. Pasta ditempatkan di dalam paper cup pada temperatur ruang dengan
menggunakan jari yang sudah dilubrikasi, digulung menjadi bentuk
silinder lalu ditempatkan pada area luka bedah.
iv. Pack di tempatkan dan ditekankan dari posterior ke arah anterior.
v. Pack bagian lingual disatukan dengan yang bagian fasial dengan
menyatukan bagian pack pada bagian distal molar terakhir.
vi. Dengan tekanan pack pada permukaan fasial dan lingual disatukan
secara interproksimal.
• Pada area edentulous dilanjutkan meliputi permukaan tsb
• Periodontal pack jangan mengganggu oklusi
• Kelebihan pack harus diambil. Tepinya tidak boleh kasar
 Perawatan faktor risiko yang masih ada, kebiasaan merokok dan control
diabetes, gangguan metabolic, kelainan darah, defisiensi nutrisi, obat, stress.
 Evaluasi hasil terapi inisial dilakukan terhadap adanya pengurangan inflamasi
dan perbaikan jaringan. Reevaluasi periodontal dinilai berdasarkan temuan
klinis yang relevan dengan keadaan pasien.
 Karena alasan kondisi sistemik, perawatan untuk mengendalikan penyakit dapat
ditunda berdasarkan keinginan pasien atau pertimbangan dokter gigi.
 Jika hasil terapi inisial menunjukkan keberhasilan perawatan pada jaringan
periodontal, selanjutnya dijadwalkan terapi pemeliharaan.
 Jika hasil terapi inisial gagal, selanjutnya dijadwalkan terapi perawatan bedah
periodontal seperti ENAP.
i. Persiapan pasien prabedah (mengevaluasi ulang periodontal pasien, OH)
ii. Medikamen prabedah (NSAID asam mefenamat, chlorhexidine 0,12%)
iii. Pasien diminta berhenti merokok 3-4 minggu
iv. Informed consent
 Instruksi post op:
i. Kontrol 1 minggu kemudian, jaga OH, kalau splint lepas segera kembali
untuk diperbaiki.

30
ii. Pack digunakan selama 1 minggu dan beri tahu pasien kalua keberadaan
periodontal pack membutuhkan penyesuaian.
Terapi Pemeliharaan
a) pemeliharaan periodontal terhadap hasil pemeriksaan sebelumnya, pasien dapat
dikembalikan ke terapi periodontal aktif lagi bila terjadi kekambuhan.

Prognosis
a) Baik, karena kondisi tulang alveolar masih memadai, faktor etiologi dapat
dihilangkan, bila pasien kooperatif,tidak disertai penyakit/ kondisi sistemik dan
pasien tidak merokok.
b) Sedang, bila kondisi tulang alveolar kurang memadai, beberapa gigi goyang, terjadi
kelainan furkasi derajat satu, tetapi kemungkinan dapat dipertahankan bila pasien
kooperatif, tidak disertai kondisi/penyakit sistemik dan pasien tidak merokok.
c) Buruk, bila kehilangan tulang berat, gigi goyang, kelainan furkasi sampai dengan
derajat dua, kooperasi pasien meragukan, kondisi sistemik sulit dikendalikandan
pasien perokok berat.
Instrumen
a) Diagnostic set, plastis filling instrument
b) Dental unit lengkap
c) Periodontal probe

31
d) Ultrasonic scaler/ gracey currete

strokes vertical atau oblique


e) Hoe scaler untuk root planning
f) Alat poles: rubber cups, bristle brush, dental tape
g) Light cure
h) Alat bedah periodontal bila perlu tindakan bedah: scalpel, spet, raspatorium,
periosteal elevator, surgical chisel, files, curette.
i) Gunting tajam
j) Tip applicator
k) Light cure
l) Plastis filling instrument
Bahan
a) Bahan komposit untuk splinting: flowable composite
b) Etsa, bonding
c) pita fiber
d) Bahan tambal Komposit
e) Articulating paper

32
Medikamen
a) 500 mg amoxicillin atau amoxiclav
b) Chlorhexidine glucuronate 0,12% penggunaan dibatasi sampai 1 minggu saja
karena dipertimbangkan efek samping Chlorhexidine seperti diskolorasi gigi,
lidah tidak bisa mencecap.
c) NSAID: asam mefenamat 250 mg sehari 3 kali pro renata, ibuprofen 200-400
mg 3 kali sehari pro renata

Referensi
 Azodo CC et al. Management of Tooth Mobility in The Periodontology Clinic: An
Overview and Experience Frome a Tertiary Health Care Setting. Afr J Med Health.
2016. 15(1): 50-57.
 Shaip Krasniqi and Armond Daci (May 24th 2017). Analgesics Use in Dentistry, Pain
Relief - From Analgesics to Alternative Therapies, Cecilia Maldonado, IntechOpen.
 Caranza, Newman et al. Clinical Periodontology 12 th edition. 2015. Saunders
 Koch, Goran and Poulsen, Sven, 2009. Pediatric Dentistry: A Clinical Approach. United
Kingdom: Wiley-Blackwell A John Wiley& Sons Ltd.
 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.02.02/Menkes/62/2015
Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Gigi

33

Anda mungkin juga menyukai