Anda di halaman 1dari 60

I.

JUDUL BISNIS

Analisis Usaha Stick Ubi Jalar.

II. GAMBARAN BISNIS

A. Deskripsi Produk

Stick ubi jalar merupakan produk olahan ubi jalar yang


dikombinasikan dengan bahan-bahan berupa tepung terigu, tepung tapioka,
gula, margarin, garam, dan telur yang kemudian dibuat menyerupai stick.
Stick ubi jalar dibuat tanpa penambahan zat aditif seperti pewarna, pemanis,
pengawet ataupun penyedap, sehingga aman untuk dikonsumsi.
Pembuatan stick ubi jalar dapat divariasikan sesuai dengan beberapa
jenis ubi jalar, diantaranya stick ubi jalar putih, stick ubi jalar orange, atau
stick ubi jalar ungu. Ubi jalar mengandung beta karoten sebagai provitamin
A, antosianin dan fenol sebagai antioksidan, serat pangan, dan indeks
glikemiknya yang relatif rendah, sehingga aman dikonsumsi oleh penderita
diabetes (Ginting, Yulifianti, dan Jusuf, 2014).
Merek dagang dan kemasan merupakan dua hal yang berperan penting
dalam pemasaran produk. Merek dagang tidak hanya berfungsi sebagai nama
atau hiasan produk semata. Bagi konsumen merek dagang dapat menjadi
jaminan mutu produk. Bagi pengusaha merek dagang sebagai alat penunjang
kegiatan promosi, mempertahankan pasar, mengurangi pengaruh persaingan
harga, dan membantu kelancaran produk baru memasuki pasar. Selanjutnya
kemasan juga tidak hanya sebagai wadah atau pembugkus saja. Kemasan
dapat membantu pengusaha dalam promosi produk (Sutojo, 2008).
Rencana merek dagang stick ubi jalar, yaitu “SUJUTA” (Stick Ubi
Jalar Unggulan Terdepan Annisa). Realisasi label berbeda dengan
perencanaan, dimana merek dagang “SUJUTA” tidak dicantumkan.
Selanjutnya, pada saat melakukan inovasi kemasan, merek dagang
“SUJUTA” kembali dicantumkan pada label dan diubah menjadi “SUJUTA
MINANG” (Stick Ubi Jalar UniT dApur Mahasiswa mINANGkabau). Hal

1
ini dilakukan sebagaimana pendapat Sunyoto (2014), dimana pemberian
merek dagang mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi identitas. Merek dapat memberikan informasi produk dan
perusahaan pembuat produk. Pada merek dicantumkan nama perusahaan,
nama dagang, komposisi produk, aturan pakai, efek samping, hal-hal yang
perlu dihindari, dan lain sebagainya.
2. Fungsi kualitas. Merek dapat menunjukkan kualitas produk. Jika merek
sudah terkenal dan mapan, maka produk tersebut diakui baik kualitasnya
oleh konsumen. Konsumen tidak akan melakukan pembelian ulang, jika
kualitas produknya tidak baik. Sebaliknya, konsumen akan mencari dan
melakukan pembelian secara berulang untuk produk yang diakui
berkualitas baik.
3. Fungsi loyalitas. Identitas produk yang jelas dan kualitas produk yang
baik, serta konsumen yang selalu mencari dan membeli berulang kali,
berarti perusahaan telah sukses menciptakan pelanggan. Untuk itu pihak
perusahaan harus menjaga pelanggan-pelanggan tersebut agar tetap loyal
terhadap produknya.
4. Fungsi citra/image. Pihak perusahaan wajib menjaga citra produk melalui
merek.
Kemasan stick ubi jalar dibuat dalam berbagai ukuran, yaitu 16 g, 90
g, 200 g, dan lainnya sesuai dengan permintaan konsumen. Adapun saat ini,
kemasan stick ubi jalar telah diinovasi menjadi kemasan tabung dengan berat
isi 150 g. Kemasan 16 g dijual dengan harga Rp1.000, kemasan 90 g dijual
dengan harga Rp5.000, kemasan 200 g dijual dengan harga Rp10.000, dan
kemasan tabung dijual dengan harga Rp25.000. Kemasan inovasi dapat
membantu program pemasaran, dimana kemasan yang menarik akan
diberikan apresiasi positif oleh konsumen, walaupun belum tentu membeli
produk tersebut. Namun paling tidak kemasan produk yang menarik telah
diterima oleh konsumen.

2
Gambar 1. Rencana desain label kemasan stick ubi jalar Gambar 3. Stick ubi jalar dalam beberapa ukuran kemasan

Gambar 2. Realisasi desain label kemasan stick ubi jalar Gambar 4. Desain label kemasan inovasi stick ubi jalar

3
Gambar 5. Realisasi kemasan inovasi stick ubi jalar

B. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat di dunia


sejak tahun 1968. Sampai saat ini jumlah produksi ubi jalar cukup tinggi,
namun pemanfaatannya belum optimal sehingga citranya seringkali dianggap
rendah (Pusparani dan Yuwono, 2014). Walaupun citranya dianggap rendah,
ubi jalar berpotensi untuk dikembangkan di masa mendatang. Hal tersebut
berdasarkan pada pertimbangan bahwa ubi jalar (1) merupakan sumber
karbohidrat keempat setelah padi, jagung, dan ubi kayu, (2) mempunyai
potensi produktivitas yang tinggi, (3) memiliki potensi diversifikasi produk
yang cukup beragam, (4) memiliki kandungan zat gizi yang beragam, dan (5)
memiliki potensi permintaan pasar baik lokal, regional, maupun ekspor yang
terus meningkat (Adrianus, 2012).
Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi penghasil ubi
jalar yang menempati urutan kelima diantara sepuluh provinsi penghasil ubi
jalar utama di Indonesia. Meskipun berada pada urutan kelima, Sumatera
Barat merupakan provinsi dengan produktivitas ubi jalar tertinggi, yaitu
mencapai 29,68 ton per hektar (Leovita, Asmarantaka, dan Daryanto, 2015).
Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki empat kecamatan penghasil ubi
jalar, yaitu Kecamatan Gunuang Omeh, Kecamatan Akabiluru, Kecamatan
Luak, dan Kecamatan Lareh Sago Halaban. Kecamatan Lareh Sago Halaban
merupakan salah satu kecamatan dengan produksi ubi jalar tertinggi pada

4
tahun 2015, yaitu mencapai 5.946,23 ton dengan luas panen 225 hektar (BPS
Kabupaten Lima Puluh Kota, 2016).
Ubi jalar merupakan salah satu komoditas bahan pangan yang unik
karena memiliki beragam jenis dan beberapa varietas dengan karakteristik
dan keunggulan masing-masing. Ada empat jenis ubi jalar yang sangat
umum dikenal di masyarakat, yaitu ubi jalar putih, ubi jalar kuning, ubi jalar
merah, dan ubi jalar ungu (Rosidah, 2014 ). Informasi mengenai kesesuaian
masing-masing varietas untuk beragam produk pangan dan teknologi
pengolahannya yang sederhana juga telah tersedia, sehingga relatif mudah
diterapkan, baik oleh industri skala kecil/rumah tangga maupun industri skala
besar (Ginting, Utomo, Yulifianti, dan Jusuf, 2011).
Kandungan zat gizi ubi jalar cukup lengkap, bahkan beberapa zat
diantaranya sangat penting bagi tubuh (Rosidah, 2014). Keberadaan beta
karoten sebagai provitamin A, antosianin dan fenol sebagai antioksidan, serat
pangan, dan indeks glikemiknya yang relatif rendah merupakan nilai tambah
ubi jalar sebagai pangan fungsional (Ginting, Yulifianti, dan Jusuf, 2014).
Pengembangan produksi dan pemanfaatan ubi jalar cukup prospektif
karena sejalan dengan program percepatan diversifikasi pangan dan
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pangan sehat serta pengembangan
agroindustri berbasis sumber daya lokal (Ginting, dkk., 2011). Untuk
mendukung program tersebut, telah dikembangkan beragam produk olahan
ubi jalar dari umbi segar, pasta, tepung maupun pati menjadi keripik, jajanan
basah, selai, saos, cake, kue kering, rerotian, mie, jus, dan stick (Ginting,
dkk., 2014).
Pembuatan stick ubi jalar dapat divariasikan sesuai dengan beberapa
jenis ubi jalar seperti ubi jalar putih, ubi jalar orange, dan ubi jalar ungu.
Stick ubi jalar yang diproduksi merupakan produk homemade. Pada
umumnya produk homemade memiliki citra yang baik dalam anggapan
konsumen, yaitu konsumen yang sadar akan nilai gizi atau manfaat suatu
produk. Stick ubi jalar yang diproduksi merupakan produk yang aman
dikonsumsi, karena dibuat tanpa penambahan bahan aditif seperti pewarna,
pemanis, pengawet, ataupun penyedap.

5
Pemasaran stick ubi jalar di Kacamatan Harau, khususnya Politeknik
Pertanian Negeri Payakumbuh cukup prospektif karena pesaing pasar yang
relatif sedikit. Di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh belum ditemukan
produk yang sama dengan stick ubi jalar yang akan dipasarkan, namun ada
beberapa produk yang serupa tapi berbeda juga dari segi rasa, bentuk,
komposisi bahan, dan lainnya.

C. Tujuan, Visi, dan Misi Usaha Stick Ubi Jalar

1. Tujuan
Tujuan dari usaha stick ubi jalar adalah:
a. Mengembangkan jiwa kewirausahaan.
b. Menerapkan teknis pelaksanaan produksi stick ubi jalar.
c. Menganalisis kelayakan finansial usaha stick ubi jalar.
2. Visi
Visi dari usaha stick ubi jalar adalah “Menjadi salah satu
perusahaan stick ubi jalar Lima Puluh Kota yang unggul dan berdaya saing
di Indonesia pada tahun 2025”.
3. Misi
Misi dari usaha stick ubi jalar adalah:
a. Mengelola usaha pertanian ubi jalar di Kabupaten Lima Puluh Kota.
b. Mengembangkan potensi sumber daya manusia yang ada di Kabupaten
Lima Puluh Kota.
c. Mendirikan banyak outlet pusat oleh-oleh stick ubi jalar di Kabupaten
Lima Puluh Kota.
d. Manggunakan sarana dan prasarana produksi yang memadai.
e. Menghasilkan produk stick ubi jalar lebih menarik dan berkualitas.
f. Meningkatkan skala produksi stick ubi jalar setiap tahun.
g. Melakukan pemasaran offline dan online dengan strategi yang tepat.
h. Bermitra dengan perusahaan yang telah maju.

6
D. Identifikasi SWOT

Identifikasi SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats)


adalah suatu metoda penyusunan strategi perusahaan atau organisasi yang
bersifat satu unit bisnis tunggal. Ruang lingkup bisnis tunggal tersebut dapat
berupa domestik maupun multinasional. SWOT dapat membantu dalam
mengidentifikasi faktor-faktor luar (O dan T) dan faktor didalam perusahaan
(S dan W). Kata-kata tersebut dipakai dalam usaha penyusunan suatu
rencana matang untuk mencapai tujuan, baik untuk jangka pendek maupun
jangka panjang (Hardiyansyah, Ikhwana, dan Kurniawan, 2015). Identifikasi
SWOT usaha stick ubi jalar dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Identifikasi SWOT (strengths, weakness, opportunities, threats)


usaha stick ubi jalar
Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weakness)
1. Komposisi bahan yang digunakan 1. Sulit menemukan tenaga
dapat mengatasi minyak berlebih kerja terampil.
dan rasa manis yang sesuai dengan 2. Stick ubi jalar mempunyai
selera konsumen. tekstur yang mudah patah.
2. Karakteristik bahan (ubi jalar) yang 3. Lokasi produksi jauh dari
digunakan kaya akan manfaat. keramaian.
3. Produk tanpa tambahan bahan aditif. 4. Produk tidak tahan lama.
4. Stick ubi jalar tersedia dalam 5. Belum ada izin P-IRT
berbagai ukuran kemasan. (Pangan-Industri Rumah
5. Keahlian teknis membuat stick ubi Tangga) dan label halal.
jalar. 6. Belum melakukan penjualan
6. Pemasaran delivery order. secara online.
Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats)
1. Pesaing pasar dilokasi produksi 1. Kenaikan harga BBM.
yang relatif sedikit. 2. Harga ubi jalar yang
2. Tersedia banyak toko sanjai di berfluktuasi.
kecamatan Harau yang berada di 3. Pesaing yang sudah
jalan lintas Sumbar Riau yang bisa menjalankan usaha dengan
dijadikan mitra pemasaran. menggunakan mesin.
3. Banyak diminati anak-anak dan 4. Harga pesaing lebih murah.
dewasa. 5. Pesaing sudah memiliki izin
4. Akses pada bahan baku mudah. P-IRT dan label halal.
5. Kegiatan unit bisnis mahasiswa dan 6. Pesaing telah menjangkau
Kompetisi Bisnis Mahasiswa pasar lebih luas.
Indonesia (KBMI) 2017 yang
menguntungan.
6. Pedagang ubi jalar bersedia bekerja
sama.

7
Berdasarkan Tabel 1 identifikasi SWOT terhadap bisnis stick ubi jalar,
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kekuatan
a. Komposisi bahan yang digunakan dapat mengatasi minyak berlebih dan rasa
manis yang sesuai dengan selera konsumen. Hal ini menjadi salah satu
alasan konsumen bertahan dengan produk yang ditawarkan.
b. Karakteristik bahan (ubi jalar) yang digunakan kaya akan manfaat. Ubi jalar
mengandung beta karoten sebagai provitamin A, antosianin dan fenol
sebagai antioksidan, serat pangan, dan indeks glikemiknya yang relatif
rendah merupakan nilai tambah ubi jalar sebagai pangan fungsional
(Ginting, Yulifianti, dan Jusuf, 2014).
c. Produk tanpa tambahan bahan aditif. Stick ubi jalar dibuat tanpa
penambahan bahan aditif seperti pewarna, pemanis, pengawet, ataupun
penyedap, sehingga aman untuk dikonsumsi.
d. Stick ubi jalar tersedia dalam berbagai ukuran kemasan. Kemasan stick ubi
jalar dibuat dalam berbagai ukuran, yaitu 16 g, 90 g, 200 g dan lainnya
sesuai dengan permintaan konsumen.
e. Keahlian teknis membuat stick ubi jalar. Keterampilan membuat stick ubi
jalar sangat mempengaruhi hasil produksi dan biaya produksi, sehingga
keahlian teknis membuat stick ubi jalar ini menjadi sangat urgent.
f. Pemasaran delivery order. Jaminan bahwa konsumen tetap setia pada
produk atau merek produk tertentu adalah bahwa mereka yakin dapat
membeli produk itu dengan mudah setiap saat membutuhkannya (Sutojo,
2008). Pemasaran delivery order merupakan salah satu sistem untuk
memudahkan konsumen dalam membeli produk.
2. Kelemahan
a. Sulit menemukan tenaga kerja terampil. Akibatnya, stick ubi jalar masih
diproduksi dalam jumlah yang sangat terbatas. Jika dipaksakan akan
meningkatkan biaya produksi dan beresiko terhadap kualitas produk yang
dihasilkan.

8
b. Stick ubi jalar mempunyai tekstur yang mudah patah. Masalah ini sering
ditemui dalam distribusi pemasaran dimana stick yang patah akan
mempengaruhi penampilan produk.
c. Lokasi produksi jauh dari keramaian. Akibatnya, stick ubi jalar tidak dapat
dipasarkan secara langsung ditempat produksi dan menambah resiko
distribusi produk.
d. Produk tidak tahan lama. Akibatnya, stick ubi jalar yang dipasarkan secara
tidak langsung akan beresiko penarikan produk jika tidak terjual dalam
waktu yang pendek, karena daya tahan stick ubi jalar hanya ±1,5 bulan saja.
e. Belum ada izin P-IRT (Pangan-Industri Rumah Tangga) dan label halal.
Akibatnya, pengembangan usaha stick ubi jalar masih terhambat dalam hal
menjangkau pasar modern.
f. Belum melakukan penjualan online. Penyebaran informasi di media sosial
belum menciptakan transaksi jual beli online, karena pelanggan stick ubi
jalar pada umumnya adalah masyarakat Politeknik Pertanian Negeri
Payakumbuh dan sekitarnya. Untuk itu, pemasaran yang sering dilakukan
hanya sistem delivery order.
3. Peluang
a. Pesaing pasar dilokasi produksi yang relatif sedikit. Di Politeknik Pertanian
Negeri Payakumbuh belum ditemukan produk yang sama dengan stick ubi
jalar yang dipasarkan, namun ada beberapa produk yang serupa, tapi
berbeda juga dari segi rasa, bentuk, komposisi bahan, dan lainnya.
b. Tersedia banyak toko sanjai di kecamatan Harau yang berada di jalan lintas
Sumbar Riau yang bisa dijadikan mitra pemasaran. Dengan demikian,
peluang pemasaran stick ubi jalar masih luas.
c. Banyak diminati anak-anak dan dewasa. Produk yang dipasarkan
merupakan produk yang tidak asing lagi dikalangan masyarakat. Produk ini
merupakan salah satu cemilan yang disukai dan diminati dikalangan anak-
anak dan dewasa.
d. Akses pada bahan baku mudah. Bahan baku dapat diperoleh dari pasar
tradisional yang ada di Kecamatan Harau (pasar Sarilamak), Kota
Payakumbuh (pasar Ibuah) dan kedai harian sekitar Tanjung Pati.

9
e. Kegiatan unit bisnis mahasiswa dan Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia
(KBMI) 2017 yang menguntungan. Kegiatan unit bisnis mahasiswa yang
diadakan oleh program studi Manajemen Produksi Pertanian memberikan
peluang pelatihan bagi usaha stick ubi jalar. Begitu juga dengan kegiatan
KBMI yang membantu permodalan usaha stick ubi jalar.
f. Pedagang ubi jalar bersedia bekerja sama. Dengan demikian, ketersediaan
bahan baku berupa ubi jalar dapat terjamin.
4. Ancaman
a. Kenaikan harga BBM. Harga BBM sering kali mempengaruhi harga barang
di pasaran, sehingga perusahaan harus mampu mengambil tindakan yang
tepat agar bisnis stick ubi jalar tetap berjalan sesuai yang diharapkan.
b. Harga ubi jalar yang berfluktuasi. Fluktuasi harga merupakan salah satu
resiko pasar bagi produsen. Produsen sering berharap untuk memperbaiki
efisiensi pemasaran dengan memperoleh harga lebih tinggi, tetapi hal ini
sulit terlaksana. Kurangnya informasi, keputusan yang lemah atau kesulitan
uang tunai memaksa pihak penjual berada pada posisi tawar (bargaining
position) yang rendah di pasar (Firdaus, 2012).
c. Pesaing yang sudah menjalankan usaha dengan menggunakan mesin,
sehingga dapat mencapai target produksi dengan kapasitas yang lebih besar
dan juga dapat menjangkau pasar lebih luas.
d. Harga pesaing lebih murah. Akibatnya, konsumen mempunyai
perbandingan harga yang sensitif terhadap produk yang ditawarkan.
e. Pesaing sudah memiliki izin P-IRT dan label halal. Dengan demikian,
pesaing lebih mudah menguasai pasar dengan sasaran yang lebih tepat.
f. Pesaing telah menjangkau pasar lebih luas. Oleh karena itu, konsumen pada
umumnya telah mengenal produk pesaing.

10
E. Struktur Organisasi

CEO
Annisa

Bagian
Administrasi

Bagian Bagian Bagian


Produksi Bahan Baku Pemasaran

Gambar 6. Struktur organisasi usaha stick ubi jalar


1. Chief Executive Officer (CEO)
CEO pada usaha ini adalah pemegang kendali utama yang
berwenang mengambil keputusan dan menetapkan kebijakan dalam
pelaksanaan produksi stick ubi jalar. Jalannya usaha ini bergantung pada
kemampuan CEO dalam memimpin organisasi.
2. Bagian Administrasi
Bagian administrasi bertugas mencatat dan mendokumentasikan
seluruh aktivitas dalam usaha stick ubi jalar. Kemampuan administrasi
yang baik dapat menjamin kelancaran usaha ini.
3. Bagian Produksi
Bagian produksi bertanggung jawab mengolah bahan baku ubi jalar
menjadi stick ubi jalar yang siap untuk dipasarkan. Bagian ini juga
bertanggung jawab memenuhi target pemasaran dengan kuantitas dan
kualitas yang distandarkan.
4. Bagian Bahan Baku
Persediaan bahan baku ubi jalar dan bahan pelengkap lainnya
dikelola oleh bagian bahan baku. Setiap kali produksi bagian ini harus

11
mampu mengatur persediaan agar tidak terjadi kekurangan bahan,
sehingga proses produksi berjalan sesuai yang diharapkan.
5. Bagian Pemasaran
Stick ubi jalar yang akan dihasilkan selanjutnya dikelola oleh
bagian pemasaran agar produk sampai ke tangan konsumen. Kemampuan
bagian pemasaran dalam menempatkan strategi menarik peluang pasar
sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan usaha stick ubi jalar.

Struktur organisasi diatas merupakan struktur organisasi yang


direncanakan dalam usaha stick ubi jalar. Namun, pada realisasi PUM
kegiatan produksi hanya dilakukan sendiri karena usaha ini masih dalam
skala kecil dengan jumlah produksi yang relatif sedikit sehingga bisa
dikerjakan sendiri. Kegiatan pemasaran dilakukan secara langsung dan
tidak langsung. Pemasaran langsung stick ubi jalar dilakukan dengan cara
personal selling (penjualan tatap muka). Sedangkan pemasaran tidak
langsung dilakukan dengan cara penitipan di beberapa kedai harian,
reseller, toko sanjai, dan minimarket yang berada di Kecamatan Harau.
Kegiatan administrasi juga dilakukan sendiri karena pengeluaran dan
pemasukan masih bisa dikontrol secara pribadi karena jumlah pendapatan
dan biaya masih dalam jumlah kecil.

12
III. ANALISIS PASAR

A. Nilai atau Manfaat Produk

Seorang pengusaha memproduksi suatu produk dan menjualnya


kepada konsumen di pasar. Konsumen akan membeli produk itu kalau
produk tersebut dapat memberikan manfaat kepadanya. Manfaat untuk
konsumen adalah titik terang akan lakunya produk. Produk yang kurang laku
tidak dapat ditolong dengan kebijiaksanaan harga yang kompetitif (Sutojo,
2008).
Manfaat dari produk stick ubi jalar dapat ditinjau dari kandungan
komposisi bahan baku yang salah satunya berupa ubi jalar. Ubi jalar
mengandung karbohidrat Low Glycemix Index (LGI 54), yaitu karbohidrat
yang apabila dikonsumsi tidak akan menaikkan kadar gula darah secara
drastis, sehingga ubi jalar sangat baik dikonsumsi oleh penderita diabetes.
Selain itu serat pangan ubi jalar merupakan polisakarida yang tidak dapat
dicerna dan diserap dalam usus halus, kemudian difermentasi oleh usus besar
yang mana bermanfaat bagi keseimbangan flora usus, bersifat prebiotik dan
meransang pertumbuhan bakteri yang baik bagi usus, sehingga penyerapan
zat gizi menjadi lebih baik (Murtiningsih dan Suyanti, 2011).
Jenis ubi jalar yang paling umum dikenal oleh masyarakat ada empat,
yaitu ubi jalar putih, ubi jalar kuning, ubi jalar orange, dan ubi jalar ungu.
Ubi jalar mengandung beta karoten yang berfungsi sebagai provitamin A di
dalam tubuh manusia. Ubi jalar putih mengandung beta karoten 260 mg/100
g umbi, ubi jalar kuning mengandung beta karoten 2.900 mg/100 g umbi, ubi
jalar orange mengandung beta karoten 9.900 mg/100 g umbi, sedangkan ubi
jalar ungu tidak mengandung beta karoten. Akan tetapi, ubi jalar ungu
mengandung antosianin yang berfungsi sebagai antioksidan yang dapat
mencegah penuaan dini dan penyakit kanker (Murtiningsih dan Suyanti,
2011).
Stick ubi jalar dapat dibuat dari beberapa jenis ubi jalar seperti ubi
jalar putih, ubi jalar kuning, ubi jalar merah atau orange, dan ubi jalar ungu.
Stick ubi jalar yang ditawarkan merupakan produk yang bebas dari bahan

13
aditif seperti pewarna, pemanis, pengawet, ataupun penyedap, sehingga aman
untuk dikonsumsi. Pembuatan stick ubi jalar terfokus pada pemilihan
komposisi bahan yang digunakan sehingga dapat dihasilkan stick yang enak,
renyah, dan bebas minyak berlebih.

B. Nilai Kompetitor

Competitor (pesaing) adalah perusahaan lain yang menjalankan bisnis


yang sama dengan perusahaan yang kita jalankan. Karena bisnis yang
dijalankan sama, maka pesaing merupakan tantangan (sekaligus ancaman)
yang dihadapi perusahaan dalam meraih pelanggan. Kepentingan yang
terjadi di pasar adalah persaingan yang sehat dan tetap menjaga etika, norma
dan peraturan serta tetap menjunjung tinggi hak-hak konsumen (Sudaryono,
2016).
Wirausahawan biasanya akan menghadapi munculnya pesaing-
pesaing baru dalam kegiatan kewirausahaan. Sebagai seorang wirausaha
yang memiliki pengalaman dan berani mengambil resiko, kita harus mencari
cara terbaik untuk mengahadapi persaingan tersebut, antara lain dengan (1)
memberikan inovasi pada produk yang dihasilkan, (2) manjaga kualitas
produk, (3) melakukan efisiensi dalam biaya produksi sehingga bisa menjual
produk dengan harga lebih murah dari perusahaan lain (Echdar, 2013).
Pesaing pasar stick ubi jalar relatif sedikit. Di Kecamatan Harau,
khususnya Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh belum ditemukan
produk yang sama dengan stick ubi jalar yang akan dipasarkan, namun ada
beberapa produk yang serupa tapi berbeda juga dari segi rasa, bentuk,
komposisi bahan, dan lainnya. Salah satu contohnya adalah kue bawang. Kue
bawang yang ditemukan di kantin Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
telah dibuat dengan komposisi ubi jalar ungu.

C. Segmenting, Targeting, Positioning (STP) Produk

Hakikat dari pemasaran strategis modern terdiri atas tiga langkah


pokok, yaitu Segmenting, Targeting, Positioning (STP). Segmenting adalah
mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli yang terpisah-pisah
yang mungkin membutuhkan produk dan/atau bauran pemasaran tersendiri.

14
Targeting adalah tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar untuk
dimasuki/dilayani. Positioning adalah tindakan membangun dan
mengkomunikasikan manfaat pokok yang istimewa dari produk di dalam
pasar (Tjiptono, 2008).
Penetapan segmentasi pasar mengacu pada beberapa hal yang menjadi
dasar, yaitu:
1. Geografis
Membagi segmen pasar secara geografis berarti mengelompokkan
konsumen berdasarkan tempat, lokasi, dan daerah (Sudaryono, 2016).
Pengelompokkan berdasarkan pada daerah dimana penjual dapat
membedakan secara teliti daerah yang bisa memberikan keuntungan.
Pengecer kecil membedakan langganan dari daerahnya sendiri dengan
daerah lainnya. Produsen nasional menggolongkan langganan manurut
daerah penjualan (Mursid, 2010).
2. Demografi
Segmentasi demografi dimaksudkan untuk membedakan berbagai
macam kelompok atas dasar keadaan suatu masyarakat yang berubah.
Membagi segmen pasar secara demografi bararti mengelompokkan
pembeli berdasarkan umur, jenis kelamin, besarnya famili, pendapatan,
jabatan kepala keluarga, pendidikan, siklus penghidupan keluarganya,
pengelompokkan dalam bidang agama, sosial, dan suku (Mursid, 2010).
3. Psikografi
Sudaryono (2016) menyatakan bahwa segmentasi psikografik
membagi pembeli berdasarkan karakteristik kelas sosial, gaya hidup atau
kepribadian. Dalam kelompok demografik, orang yang berbeda dapat
mempunyai ciri psikografik yang berbeda sebagaimana berikut ini:
a. Kelas sosial. Kelas sosial mempunyai pengaruh kuat pada pemilihan
jenis mobil, pakaian, perabot, rumah tangga, properti, dan rumah.
b. Gaya hidup. Minat manusia dalam berbagai barang dipengaruhi oleh
gaya hidup. Atas dasar itu, banyak pemasar atau produsen yang
mensegmentasi pasar berdasarkan gaya hidup konsumennya.

15
c. Kepribadian. Para pemasar menggunakan variabel kepribadian untuk
mensegmentasi pasar, memberikan kepribadian produk mereka yang
berkaitan dengan kepribadian konsumen.
4. Tingkah laku.
Segmentasi tingkah laku mengelompokkan pembeli berdasarkan
pada pengetahuan, sikap, penggunaan, atau reaksi mereka terhadap suatu
produk. Banyak pemasar meyakini bahwa variabel tingkah laku
merupakan langkah permulaan paling baik untuk membentuk segmen
pasar. Segmentasi kesempatan artinya membagi pasar menjadi kelompok
berdasarkan kesempatan ketika pembeli mendapat ide untuk membeli atau
menggunakan barang yang dibeli (Sudaryono, 2016).
Penetapan target marketing dapat dilakukan dengan segmentasi pasar.
Selanjutnya dilakukan pemilihan salah satu atau lebih segmen yang dianggap
paling potensial dan menguntungkan, serta mengembangkan produk dan
program pemasaran yang dirancang khusus untuk segmen-segmen yang
dipilih tersebut (Tjiptono, 2008).
Positioning berkenaan dengan upaya identifikasi, pengembangan, dan
komunikasi keunggulan yang bersifat khas dan unik sedemikian rupa
sehingga produk dan jasa suatu usaha dipersepsikan lebih superior dan khusus
(distinctive) dibanding produk dan jasa para pesaing dalam benak pasar
sasaran. Keberhasilan positioning bergantung pada kemampuan suatu usaha
untuk mendiferensiasikan dirinya secara efektif dibandingkan para
pesaingnya, yaitu dengan jalan menyampaikan atau memberikan nilai
superior kepada pelanggannya (Tjiptono, 2008).

D. Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran (marketing mix) dikenal dengan 4P yaitu Product


(produk), Price (harga), Promotion (promosi), dan Place (tempat/ lokasi
kegitan distribusi). Bauran pemasaran tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Product (produk)
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen
untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi

16
pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang
bersangkutan. Produk yang ditawarkan tersebut meliputi barang fisik,
jasa, orang atau pribadi, tempat, organisasi, dan ide. Jadi, produk bisa
berupa manfaat tangible maupun intangible yang dapat memuaskan
konsumen (Tjiptono, 2008).
2. Price (harga)
Harga bagi sebagian besar masyarakat masih menduduki tempat
teratas sebelum mengambil keputusan pembelian barang atau jasa. Bagi
penjual yang terpenting adalah bagaimana menetapkan harga yang pantas,
terjangkau oleh masyarakat dan tidak merugikan perusahaan (Mursid,
2010).
3. Place (tempat/lokasi kegiatan distribusi)
Pendistribusian produk memerlukan kejelian untuk dapat memilih
tempat strategis yang memiliki peluang besar untuk pemasaran produk.
Penempatan produk secara tepat akan memberikan citra (image) yang baik
di mata konsumen bahwa produk yang dihasilkan sesuai dengan yang
diharapkan (Echdar, 2013).
4. Promotion (promosi)
Kegiatan promosi merupakan hal yang sangat penting dilakukan
oleh suatu usaha. Promosi dilakukan secara rutin, terencana, gencar, baik
berskala lokal maupun internasional. Kegiatan ini perlu diprogramkan
dengan baik agar mencapai sasaran yang diharapkan. Bentuk promosi
yang dilakukan selain media cetak maupun elektronik juga dengan
demo/peragaan dan seminar di daerah target (Echdar, 2013).

17
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Alur Produksi

Pembuatan stick ubi jalar dilakukan di rumah kontrakan dan di


laboratorium Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Stick ubi jalar
diproduksi mulai dari bulan September sampai bulan November tahun 2017.
Adapun rencana proses pembuatan stick ubi jalar dapat dilihat dari bagan
dibawah ini:
Persiapan alat dan bahan
Ubi jalar

Pencucian Bahan kering


(Tepung terigu, Tepung
Pengukusan
tapioka, Tepung gula, Garam)

Pengupasan
Pelelehan margarin Penimbangan
Penghalusan dan pengocokan
Pengadukan
kuning telur
Pendinginan

Pencampuran semua bahan

Perolingan dan pemotongan

Pencetakan bentuk stick

Penggorengan

Penirisan

Penimbangan dan Pengemasan

Pemasaran

Gambar 7. Alur produksi stick ubi jalar

18
Pelaksanaan produksi stick ubi jalar dimulai dari penyiapan alat dan
bahan. Penyiapan alat dilaksanakan hanya 1 kali selama satu periode PUM.
Bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan stick ubi jalar dipersiapkan setiap
kali akan produksi.
Tahapan selanjutnya, yaitu pencucian dan pengukusan ubi jalar.
Sementara ubi jalar dikukus, dilakukan penimbangan bahan kering seperti
tepung terigu, tepung tapioka, tepung gula, dan garam. Semua bahan kering
terlebih dahulu diaduk merata sebelum dicampur dengan bahan basah.
Ubi jalar yang telah dikukus, diambil dan dimasukkan ke dalam
baskom. Kemudian margarin dengan wadah piring dimasukkan ke dalam
panci dan ditutup tanpa perlu menyalakan api kompor. Sementara pelelehan
margarin, ubi jalar dikupas selagi masih panas agar kulitnya mudah dilepas.
Ubi jalar yang telah dikupas, dihaluskan menggunakan sendok dan
didinginkan.
Bahan kering yang telah tercampur secara homogen ditambahkan
bahan-bahan basah seperti mentega, telur, dan ubi jalar. Selanjutnya, seluruh
bahan diaduk secara homogen sampai terbentuk adonan yang kalis.
Adonan yang telah terbentuk, diroling atau dibuat bentuk lembaran
dengan menggunakan amphia. Kemudian lembaran dipotong dan dicetak
menjadi bentuk stick, lalu digoreng sampai sebagian stick berwarna sedikit
kecoklatan. Langkah selanjutnya, yaitu penirisan minyak yang menempel
pada stick.
Stick yang dapat dihasilkan, ditimbang, dan dilakukan pengemasan.
Kemasan stick ubi jalar dibuat dengan ukuran yang berbeda, yaitu kemasan
16 g, kemasan 90 g, dan kemasan 200 g. Stick yang sudah dikemas diberi
label dan kemudian dipasarkan.

B. Analisis Resiko Bisnis

Suatu bisnis tidak terlepas dari resiko yang akan dihadapi sepanjang
saluran pemasaran. Resiko tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1)
resiko fisis, dapat berupa kebakaran, angin, banjir, penyusutan berat, dan
kerusakan, (2) resiko pasar, mencakup kemungkinan penyimpanan/fluktuasi

19
harga, perubahan selera konsumen, atau perubahan sifat dasar persaingan
(Firdaus, 2012).
Resiko yang dapat mempengaruhi jalannya usaha stick ubi jalar dapat
dilihat sebagai berikut:
1. Untuk menghemat biaya produksi dibutuhkan mesin pencetak bentuk stick
yang lebih mendukung.
2. Harga ubi jalar yang berfluktuasi.
3. Banyaknya cemilan lain yang lebih diminati selain stick ubi jalar.
4. Kemasan produk yang masih sederhana.
5. Stick ubi jalar mempunyai daya simpan yang pendek, karena tidak ada
penambahan bahan pengawet buatan.
6. Ketidakpastian alam yang tidak dapat diprediksi akan menghambat
kelancaran produksi ubi jalar bagi petani.
7. Stick ubi jalar memiliki tekstur yang renyah dan mudah patah.
Firdaus (2012), menyatakan bahwa teknik yang dapat digunakan
untuk membantu produsen dan pemasar dalam mengalihkan atau mengurangi
resiko pasar, yaitu sebagai berikut.
1. Diversifikasi (penganekaragaman), yaitu teknik penambahan beberapa lini
bisnis kepada lini bisnis yang sudah ada dengan resiko yang berbeda,
sehingga kemungkinan kerugian dalam satu lini dapat ditutupi oleh
kemungkinan keuntungan dari lini lainnya.
2. Integrasi vertikal. Integrasi vertikal terjadi apabila perusahaan
melaksanakan fungsi lain sebagai tambahan kepada fungsi utamanya
sehingga perusahaan menjadi kurang/tidak tergantung pada perusahaan
lain.
3. Pengadaan kontrak dimuka. Pengadaan kontrak dimuka (fordward
contracting) sebenarnya hanya merupakan proses pembuatan persetujuan
antara pembeli dan penjual guna menetapkan harga untuk beberapa
pengiriman pada masa yang akan datang. Persetujuan ini sepenuhnya
meniadakan resiko fluktuasi harga, baik bagi pembeli maupun penjual.
Dikarenakan produsen telah mengetahui harga yang diperoleh untuk
produknya maka hanya resiko produksi yang perlu diperhatikan.

20
Sedangkan pihak perusahaan akan mendapat jaminan bahwa bahan baku
yang diperlukan akan tersedia secukupnya dengan harga yang telah
diketahui sehingga memungkinkan beroperasi secara lebih efisien.

C. Strategi Pemasaran

1. Segmenting, Targeting, Positioning (STP) Stick Ubi Jalar

Hakikat dari pemasaran strategis modern terdiri atas tiga langkah


pokok, yaitu Segmenting, Targeting, Positioning (STP). Segmenting
adalah mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli yang terpisah-
pisah yang mungkin membutuhkan produk dan/atau bauran pemasaran
tersendiri. Targeting adalah tindakan memilih satu atau lebih segmen
pasar untuk dimasuki/dilayani. Positioning adalah tindakan membangun
dan mengkomunikasikan manfaat pokok yang istimewa dari produk di
dalam pasar (Tjiptono, 2008).
a. Segmenting. Usaha stick ubi jalar membagi pasar berdasarkan
demografi dan tingkah laku konsumen. Segmentasi demografi dilihat
dari pendidikan dan tingkat pendapatan, dimana semakin tinggi
pendidikan konsumen semakin tinggi pula perhatiannya terhadap nilai
gizi ataupun manfaat produk. Keputusan pembelian konsumen sering
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Segmentasi berdasarkan tingkah
laku dilihat dari reaksi mereka terhadap suatu produk. Konsumen yang
telah merasakan manfaat dari stick ubi jalar tentu saja ia akan merasa
membutuhkan produk tersebut.
b. Targeting. Kelompok pelanggan yang ditargetkan dalam pemasaran
stick ubi jalar berpola spesialisasi produk karena perusahaan
memusatkan diri pada pembuatan stick ubi jalar yang dijual kepada
beberapa segmen pasar.
c. Positioning. Manfaat produk dapat ditonjolkan sebagai positioning
sepanjang dianggap penting oleh konsumen (Sunyoto, 2014). Stick ubi
jalar dapat menanamkan citra yang baik kepada konsumen dengan
pilihan komposisi bahan yang sesuai. Persepsi yang melekat di benak

21
konsumen seperti diungkapkan pada komentar bahwa“Stick ubi jalar,
terasa ubinya, terasa sehatnya, enak woi !”.

2. Bauran Pemasaran Stick Ubi Jalar

a. Product (Produk)
Stick ubi jalar yang diproduksi merupakan produk olahan ubi
jalar yang dikombinasikan dengan bahan-bahan berupa tepung terigu,
tepung tapioka, tepung gula, margarin, garam, dan telur yang kemudian
dibuat menyerupai stick. Stick ubi jalar dibuat beragam jenis
disesuaikan dengan beberapa jenis ubi jalar, diantaranya stick ubi jalar
putih, stick ubi jalar orange, dan stick ubi jalar ungu. Stick ubi jalar
ungu merupakan jenis stick yang paling digemari oleh konsumen karena
warnanya yang menarik, sehingga mudah dikenal oleh konsumen. Total
penjualan stick ubi jalar ungu mencapai 95,4%, sedangkan penjualan
stick ubi jalar orange hanya 2,1% dan stick ubi jalar putih 2,5%.
Stick ubi jalar putih dan stick ubi jalar orange perlu diterapkan
suatu inovasi agar kedua jenis stick ini bisa diterima oleh konsumen.
Stick ubi jalar putih dan stick ubi jalar orange dalam kemasan tabung
lebih mudah dipasarkan dibanding kemasan biasa. Untuk pemasaran
lebih luas perlu dilakukan inovasi bentuk. Bentuk stick ubi jalar putih
dan stick ubi jalar orange yang menyerupai kue bawang pada
umumnya, menyulitkan perusahaan dalam menarik minat konsumen.
Inovasi bentuk dapat dilakukan seperti dibuat menjadi sarang balam ubi
jalar, dakak-dakak ubi jalar, sanjai lidi ubi jalar, karak kaliang ubi jalar,
dan lain sebagainya, dengan tujuan memaksimalkan laba dengan
pengolahan komoditi ubi jalar putih dan ubi jalar orange dalam bentuk
produk non-stick.
b. Price (Harga)
Penetapan harga stick ubi jalar yang digunakan adalah metode
cost-plus pricing, yaitu metode penetapan harga dengan menghitung
biaya produk dan menambahkan mark-up keuntungan beberapa persen.
Contoh: biaya pokok (BEP harga) stick ubi jalar adalah Rp34.645, jika

22
ditambah dengan keuntungan 30%, maka harga jual stick ubi jalar
adalah Rp45.000/kg. Harga yang ditetapkan relatif terjangkau oleh
konsumen dan tidak merugikan produsen. Harga yang ditawarkan
sesuai dengan ukuran kemasan yang dibuat, yaitu Rp1.000 untuk
kemasan 16 g, Rp5.000 untuk kemasan 90 g, dan Rp10.000 untuk
kemasan 200 g.
c. Place (Tempat)
Mata rantai saluran distribusi produk, akan tergantung dari ciri
kebijaksanaan distribusi yang dianut perusahaan (Sutojo, 2008). Stick
ubi jalar dipasarkan melalui saluran pemasaran langsung dan tidak
langsung kepada konsumen. Pemasaran stick ubi jalar, yaitu kepada
konsumen yang berada di Kecamatan Harau, khususnya Politeknik
Pertanian Negeri Payakumbuh. Pemasaran langsung stick ubi jalar
dilakukan dengan cara personal selling (penjualan tatap muka).
Sedangkan pemasaran tidak langsung dilakukan dengan cara penitipan
di beberapa kedai harian, reseller, toko sanjai, dan minimarket yang
berada di Kecamatan Harau.

Produsen
40,80% 59.20%

Konsumen Pengecer

Konsumen

Gambar 8. Alur pemasaran produk stick ubi jalar


d. Promotion (Promosi)
Kegiatan promosi dapat dilakukan dengan beberapa cara yang
disebut bauran promosi. Bauran promosi adalah unsur dalam bauran
pemasaran perusahaan yang didayagunakan untuk memberitahukan,
membujuk, dan mengingatkan tentang produk perusahaan (Sunyoto,
2014). Menurut Tjiptono (2008), metode promosi meliputi:
1) Personal selling, yaitu komunikasi langsung (tatap muka) antara
penjual dan calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk

23
kepada calon pelanggan dan membentuk pemahaman pelanggan
terhadap produk sehingga mereka kemudian akan mencoba dan
membelinya.
2) Mass selling, yaitu pedekatan yang menggunakan media komunikasi
untuk menyampaikan informasi kepada khalayak ramai dalam satu
waktu. Mass selling terdiri atas periklanan dan publisitas.
Periklanan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling banyak
digunakan perusahaan dalam mempromosikan produknya. Publisitas
adalah bentuk penyajian dan penyebaran ide, barang, dan jasa secara
non personal, yang mana orang atau organisasi yang diuntungkan
tidak membayar untuk itu.
3) Promosi penjualan, yaitu bentuk persuasi langsung melalui
penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang
pembelian produk dengan segera dan/atau meningkat jumlah barang
yang dibeli pelanggan.
4) Public relations, yaitu upaya komunikasi menyeluruh dari suatu
perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan, dan
sikap berbagai kelompok terhadap perusahan tersebut.
Stick ubi jalar dipromosikan dengan cara personal selling.
Promosi dilakukan melalui jaringan media sosial berupa Facebook
(FB), WhatsApp (WA), Instagram, dan lainnya. Label pada kemasan
juga dapat memberikan informasi produk kepada konsumen.
Tabel 2. Persentase keberhasilan promosi produk stick ubi jalar
FB WA Instragram Personal selling Label
0% 82,71% 0% 16,24% 1,05%
Keterangan: Total penjualan promosi WA = Rp2.357.800
Total penjualan personal selling = Rp463.000
Total penjualan promosi label = Rp30.000
Total penjualan keseluruhan = Rp2.850.800

Tabel 2 menunjukkan bahwa penjualan dengan promosi menggunakan


WA lebih efektif dibandingkan penjualan yang lain. Dari total keseluruhan
penjualan, 82,71% dijual dengan bentuk promosi di WA.

24
D. Laporan Keuangan

1. Biaya Produksi

a. Investasi (Biaya Pembelian Alat)

Biaya pembelian alat yang dibutuhkan untuk produksi stick ubi jalar dapat dilihat pada tabel 3. Pembelian alat dilakukan
sebelum usaha stick ubi jalar dijalankan.

Tabel 3. Biaya pembelian alat untuk pembuatan stick ubi jalar


No. Jenis alat Satuan Jumlah Rencana Realisasi
Harga satuan (Rp) Biaya pembelian (Rp) Harga satuan (Rp) Biaya pembelian (Rp)
1 Kompor gas Rinnai RI-522E buah 1 405.000 405.000 294.000 294.000
2 Tabung gas 3 kg buah 1 168.500 168.500 130.000 130.000
3 Selang gas dan regulator buah 1 - - 79.900 79.900
4 Kuali Walet buah 1 42.600 42.600 37.000 37.000
5 Panci kukus buah 1 42.900 42.900 42.900 42.900
6 Sendok goreng still gagang kayu buah 1 21.000 21.000 5.900 5.900
7 Saringan minyak buah 1 25.000 25.000 19.900 19.900
8 Baskom buah 1 27.500 27.500 12.400 12.400
9 Mangkok buah 1 - - 14.100 14.100
10 Pisau buah 1 4.500 4.500 10.500 10.500
11 Sendok makan stainless steel buah 2.000 2.000 2.600 2.600
12 Timbangan analitik buah 1 - - 198.700 198.700
13 Timbangan dapur buah 1 45.000 45.000 45.000 45.000
14 Amphia buah 1 225.000 225.000 237.000 237.000
15 Sealer buah 1 165.000 165.000 165.000 165.000
Jumlah 1.179.300 1.294.900

25
b. Biaya Penyusutan Alat

Biaya penyusutan alat dihitung untuk menganalisis kelayakan finansial


usaha untuk satu kali periode produksi. Pada tahap perencanaan penyusutan
alat dihitung seperti pada tabel 4.

Tabel 4. Rencana biaya penyusutan alat selama satu periode PUM (4 bulan)
untuk 13 kali produksi.
No. Jenis alat Umur Tarif Biaya Penyusutan
ekonomis (%) pembelian Per Per Per
(th) (Rp) tahun produksi periode
(Rp) (Rp) (Rp)
1 Kompor gas 2 8 25 405.000 33.750 649 8.438
tungku
2 Tabung gas 3 kg 8 25 168.500 14.042 270 3.511
3 Kuali 4 50 42.600 7.100 137 1.775
4 Panci kukus 4 50 42.900 7.150 138 1.787
5 Spatula 4 50 21.000 3.500 67 875
6 Baskom 4 50 27.500 4.583 88 1.146
7 Saringan minyak 4 50 25.000 4.167 80 1.042
8 Timbangan 4 50 45.000 5.833 112 1.458
9 Amphia 4 50 225.000 37.500 721 9.375
11 Pisau 4 50 4.500 4.500 87 1.125
12 Sendok makan 4 50 2.000 2.000 38 500
13 Piring melamin 4 50 12.500 2.083 40 521
14 Sealer 4 50 165.000 27.500 529 6.875
Jumlah 153.708 2.956 38.428
Keterangan: Untuk tahun 2017 dipakai tarif 4/12 x 25% (september-desember), sehingga
penyusutan per tahun adalah tarif x biaya pembelian

Kelompok harta dihitung berdasarkan pada Keputusan Mentri


Keuangan No.138/KMK.03/2002, tanggal 8 April 2002 dan Peraturan Mentri
Keuangan No. 96/PMK.03/2009, tanggal 15 Mei 2009 tentang jenis harta yang
termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan
penyusutan. Kelompok harta yang termasuk dalam kelompok 1, yaitu alat
perlengkapan khusus (tools) bagi industri/ jasa yang bersangkutan (berlaku
untuk semua jenis usaha). Kelompok harta yang termasuk dalam kelompok 2,
yaitu mebel dan peralatan dari logam termasuk meja, bangku, kursi, lemari dan
sejenisnya yang bukan bagian dari bangunan, alat pengatur udara seperti AC,
kipas angin, dan sejenisnya.
Berdasarkan pada Undang-Undang Pajak No. 17 tahun 2000, harta
kelompok 1 dengan masa manfaat 4 tahun, dikenakan tarif penyusutan per

26
tahun 50% dari nilai sisa buku, dan dihitung menggunakan metode saldo
menurun. Harta kelompok 2 dengan masa manfaat 8 tahun, dikenakan tarif
penyusutan per tahun 25% dari nilai sisa buku, dan dihitung menggunakan
metode saldo menurun.
Perhitungan biaya penyusutan alat pada tahap perencanaan tidak
dipakai pada realisasi PUM, karena perhitungan tersebut seharusnya diterapkan
pada perusahaan besar yang menggunakan peralatan produksi dengan biaya
investasi yang besar. Untuk skala produksi yang kecil seperti yang sudah
direalisasikan biaya penyusutan alat dapat dihitung seperti pada tabel 5.
Tabel 5. Biaya penyusutan alat selama satu periode PUM (3 bulan) untuk 13
kali produksi.
No. Jenis alat Biaya Umur Nilai Penyusutan
pembelian Ekonomis Sisa Per Per Per
(Rp) (Tahun) tahun periode produksi
(Rp) (Rp) (Rp)
1 Kompor gas Rinnai 294.000 5 29.400 52.920 13.230 1.018
RI-522E
2 Tabung gas 3 kg 130.000 0 130.000 0 0 0
3 Selang gas dan 79.900 3 3.995 25.302 6.325 487
regulator
4 Kuali Walet 37.000 3 1.850 11.717 2.929 225
5 Panci kukus 42.900 3 2.145 13.585 3.396 261
6 Sendok goreng still 5.900 1 0 5.900 1.475 113
gagang kayu
7 Saringan minyak 19.900 1 0 19.900 4.975 383
8 Baskom 12.400 2 620 5.890 1.473 113
9 Mangkok melamin 14.100 3 705 4.465 1.116 86
10 Pisau 10.500 2 525 4.988 1.247 96
11 Sendok makan 2.600 5 260 468 117 9
stainless steel
12 Timbangan analitik 198.700 3 9.935 62.922 15.730 1.210
13 Timbangan dapur 45.000 3 2.250 14.250 3.563 274
14 Amphia 237.000 3 11.850 75.050 18.763 1.443
15 Sealer 165.000 3 8.250 52.250 13.063 1.005
Jumlah 349.607 87.402 6.723
Keterangan: Umur ekonomis 1 tahun nilai sisa 0%
Umur ekonomis 2-3 tahun nilai sisa 5%
Umur ekonomis >3 tahun nilai sisa 10%

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑎


Penyusutan =
𝑈𝑚𝑢𝑟 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠

Perhitungan biaya penyusutan alat pada realisasi PUM terlihat lebih tinggi
dibandingkan biaya penyusutan alat pada tahap perencanaan. Hal ini disebabkan
oleh adanya beberapa tambahan pembelian alat dan harganya lebih mahal.

27
c. Biaya Kebutuhan Bahan

Biaya kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk satu kali produksi dapat dilihat pada tabel 6. Untuk satu kali periode PUM
dirincikan pada tabel 7.
Tabel 6. Biaya bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan stick ubi jalar dalam satu kali produksi (5 kg)
Nama bahan Satuan Rencana Realisasi
Kebutuhan Harga (Rp) Biaya/ Kebutuhan Harga (Rp) Biaya
produksi (rata-rata) (rata-rata)/
(Rp) Produksi (Rp)
Tepung terigu kg 2 5.000 10.000 2 5.000 10.000
Tepung tapioka kg 1 6.200 6.200 1 5.400 5.400
Ubi jalar kg 2 6.000 12.000 2 5.000 10.000
Telur buah 2 1.500 3.000 4 1.200 4.800
Margarin kg 0,2 12.000 2.400 0,4 12.000 4.800
Garam kg 0,03 8.000 240 0,04 11.800 472
Minyak goreng L 2 12.500 25.000 2 12.170 24.340
Gula pasir kg 0,8 18.000 14.400 0,8 12.000 9.600
Kemasan besar 1 (200 g) lembar - - - * 500 *
Kemasan besar 2 (150 g) lembar - - - * 300 *
Kemasan sedang 1 (90 g) lembar - - - * 160 *
Kemasan sedang 2 (70 g) lembar - - - * 120 *
Kemasan sedang 3 (34 g) lembar - - - * 50 *
Kemasan kecil (16 g) lembar - - - * 40 *
Label lembar - - - * 2.500 *
Gas kg - - - 0,6 6.700 4.020
Jumlah 73.240 84.415
Keterangan: *sesuai dengan permintaan setiap kali produksi.

28
Tabel 7. Biaya bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan stick ubi jalar selama periode PUM (65-74 kg) dalam 13 kali produksi.
Nama bahan Satuan Rencana Realisasi
Kebutuhan/ Harga (Rp) Biaya/periode Kebutuhan/ Harga (Rp) Biaya/periode
periode (Rp) periode (Rp)
Tepung terigu kg 26 5.000 130.000 26 5.000 130.000
Tepung tapioka kg 13 6.200 80.600 13 5.400 70.200
Ubi jalar kg 26 6.000 156.000 26 5.000 130.000
Telur buah 26 1.500 39.000 52 1.200 62.400
Margarin kg 2,6 12.000 31.200 5,2 12.000 62.400
Garam kg 0,39 8.000 3.120 0,52 11.800 6.136
Minyak goreng kg 26 12.500 325.000 26 12.170 316.420
Gula pasir kg 10,4 18.000 187.200 10,4 12.000 124.800
Kemasan besar 1 (500 g) lembar - - - 1 500 500
Kemasan besar 2 (200 g) lembar - - - 132 300 39.600
Kemasan besar 3 (150 g) lembar - - - 52 160 8.320
Kemasan sedang 1 (90 g) lembar - - - 86 120 10.320
Kemasan sedang 2 (70 g) lembar - - - 56 50 2.800
Kemasan kecil (16 g) lembar - - - 781 40 31.240
Label lembar - - - 20 2.500 50.000
Gas kg - - - 7,8 6.700 52.260
Jumlah 952.120 1.097.396
Keterangan: 1 periode PUM = 13 kali produksi

29
Tabel 6 dan tabel 7 menunjukkan bahwa biaya bahan baku pada
perencanaan berbeda dengan biaya yang direalisasikan selama periode PUM. Hal
ini disebabkan karena adanya penyusunan komposisi baru untuk mencapai
kualitas produk yang diinginkan konsumen. Komposisi yang digunakan pada
perencanaan menghasilkan tekstur produk yang agak keras dibandingkan hasil
produk pada penggunaan komposisi yang baru. Selain itu, harga bahan pada
realisasi PUM seperti tepung tapioka, telur, dan minyak goreng lebih rendah dari
harga perencanaan karena dilakukan pembelian bahan di tempat grosiran,
sehingga didapat harga yang lebih murah. Sedangkan harga ubi jalar selama
realisasi PUM dapat bertahan Rp5.000. Selanjutnya, harga garam pada realisasi
PUM lebih tinggi dibandingkan dengan perencanaan karena pada realisasi PUM
digunakan garam yang lebih berkualitas. Untuk menekan biaya produksi
dilakukan juga penggantian penggunaan tepung gula menjadi gula pasir tanpa
merubah kualitas produk.
Biaya bahan pada perencanaan tidak termasuk biaya kemasan dan biaya
gas karena biaya kemasan dan biaya gas dimasukkan ke dalam perhitungan biaya
lain-lain. Perhitungan tersebut didasarkan kepada konsep penyusunan analisis
finansial penelitian sebelumnya.
Formulasi yang dibuat dengan susunan komposisi pada tabel 6 dapat
menghasilkan stick ubi jalar sebanyak 5-5,7 kg, sehingga dalam 13 kali produksi
didapatkan hasil 65-74 kg. Hal ini disebabkan oleh tekstur adonan dan
keterampilan dalam melakukan produksi. Jumlah air yang ditambahkan dalam
adonan tidak distandarkan karena tergantung pada formulasi setelah ditambah
dengan ubi jalar kukus. Ukuran dan jenis ubi jalar dapat mempengaruhi tekstur
ubi jalar setelah dikukus. Ubi jalar yang berukuran besar lebih lembek dibanding
ubi jalar yang berukuran kecil. Ubi jalar orange lebih lembek dibanding ubi jalar
putih dan ubi jalar ungu. Selain itu, adonan dibuat disesuaikan dengan proses
pencetakan bentuk stick, menggunakan mesin atau menggunakan alat manual saja.
Selanjutnya, kesalahan dalam penggorangan yang mengakibatkan overcooking,
kesalahan teknik pencetakan bentuk stick, dan ketidaktelitian dalam proses
pengemasan dapat mengurangi hasil akhir produk yang dapat dipasarkan.

30
d. Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja pembuatan stick ubi jalar dapat dilihat pada tabel 8. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja wanita.
Tabel 8. Biaya tenaga kerja pembuatan stick ubi jalar selama periode PUM (65-74 kg) dalam 13 kali produksi.
Rencana Realisasi
Kegiatan Satuan Upah Waktu Jumlah Biaya/ Biaya/ Kegiatan Waktu Jumlah Biaya/ Biaya/
(Rp) (menit) produksi periode (menit) produksi periode
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Persiapan alat dan bahan HKO 60.000 15 0,025 1.500 19.500 - - - - -
Penimbangan dan pencucian HKO 60.000 10 0,017 1.020 13.260 Pencucian ubi jalar 2 0,003 200 2.600
ubi jalar
Pengukusan, penimbangan HKO 60.000 15 0,025 1.500 19.500 Pengukusan, persiapan alat dan bahan, 40 0,067 4.000 52.000
bahan, dan pengocokan telur penimbangan bahan, pengocokan telur,
dan pencampuran bahan kering
Pengupasan ubi jalar dan HKO 60.000 10 0,017 1.020 13.260 Pengupasan ubi jalar dan pelelehan 10 0,017 1.000 13.000
pelelehan margarin margarine
Pendinginan ubi jalar dan HKO 60.000 10 0,017 1.020 13.260 Penghalusan ubi jalar dan pencampuran 10 0,017 1.000 13.000
pencampuran bahan kering bahan basah
Penghalusan ubi jalar HKO 60.000 15 0,025 1.500 19.500 - - - - -
Pembuatan adonan HKO 60.000 30 0,05 3.000 39.000 Pembuatan adonan 15 0,025 1.500 19.500
Perolingan, pemotongan, HKO 60.000 120 0,2 12.000 156.000 Perolingan, pemotongan, pencetakan, 400 0,667 40.000 520.000
pencetakan, penggorengan, dan penggorengan, dan penirisan
penirisan
Penimbangan dan pengemasan HKO 60.000 60 0,1 6.000 78.000 Penimbangan dan pengemasan 80 0,133 8.000 104.000
Pemasaran HKO 60.000 120 0,2 12.000 156.000 Pemasaran 30 0,050 3.000 39.000
40.560 527.280 58.700 763.100
Keteterangan: 1 HKO = 7 jam, 1 jam = 60 menit, maka 7 x 60 = 420 menit. Perhitungan biaya tenaga kerja adalah jumlah waktu yang dipakai (*menit) dibagi 420 menit kemudian dikali 0,7 (tenaga
kerja wanita= 0,7 HKO). Misalnya persiapan alat dan bahan = 15 menit dibagi 420 menit, kemudian dikali 0,7 maka hasilnya 0,025 HKO.

31
Tabel 8 menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja pada realisasi PUM lebih
tinggi dibandingkan perencanaan. Hal ini disebabkan karena pada perencanaan,
proses pengukusan dihitung setelah air mendidih dan hanya dikukus sampai
tekstur ubi dapat dipecahkan oleh gelas saat menghaluskan ubi jalar, sedangkan
pada realisasi dihitung lama pengukusan dari pertama memanaskan air sampai
tekstur ubi menjadi sangat lunak, sehingga memudahkan penghalusan ubi jalar
menggunakan saringan. Penghalusan ubi jalar menggunakan saringan santan
dilakukan untuk mendapatkan penampakan stick yang lebih baik dengan warna
yang lebih merata. Selain itu, penghalusan ubi jalar seperti ini juga memudahkan
proses pengadonan. Proses Perolingan, pemotongan, pencetakan, penggorengan,
dan penirisan pada realisasi PUM lebih lama dibandingkan perencanaan karena
pada perencanaan proses produksi selalu dilakukan di laboratorium dengan
menggunakan mesin, sehingga pencetakan bentuk stick lebih cepat, sedangkan
pada realisasi PUM proses produksi dilaboratorium hanya dilakukan untuk
pengambilan data saja (5 kali produksi).
Realisasi proses produksi dilakukan dengan menggabungkan beberapa
jenis kegiatan menjadi satu kegiatan. Walaupun telah menghemat pekerjaan,
namun tetap saja belum efektif dan efisien karena memang butuh ketelitian dalam
pelaksanaannya untuk mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan.

32
e. Biaya Lain-lain

Biaya lain-lain yang dibutuhkan untuk produksi stick ubi jalar dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Biaya lain-lain yang dibutuhkan untuk produksi stick ubi jalar selama periode PUM (65-74 kg) dalam 13 kali produksi.
No. Jenis pembiayaan Keterangan Rencana Realisasi
Kebutuhan Harga Biaya/ Biaya/ Kebutuhan Harga Biaya/ Biaya/
per (Rp) produksi periode per (Rp) produksi periode
produksi (Rp) (Rp) produksi (Rp) (Rp)
1 Sewa tempat per bulan 1/30 150.000 5.000 65.000 1/30 150.000 5.000 65.000
2 Sewa labor - - - - - 1/240 1.500.000 6.250 18.750
3 Transportasi liter 1 8.000 8.000 104.000 1/2 6.450 3.225 41.925
4 Kemasan besar (230 g) lembar 13 300 3.900 50.700 - - - -
5 Kemasan sedang (110 g) lembar 9 150 1.350 17.550 - - - -
6 Kemasan kecil (20 g) lembar 51 40 2.040 26.520 - - - -
7 Plastik besar lembar 1 1.000 1.000 13.000 1 1.500 1.500 19.500
8 Kantong plastik lembar 30 100 3.000 39.000 15 100 1.500 19.500
9 Label lembar 1,5 3.000 4.500 58.500 - - - -
10 Gas tabung 0,2 22.000 4.400 57.200 - - - -
11 HVS lembar 2 1.000 2.000 26.000 10 100 1.000 13.000
12 Pulsa - - 7.000 7.000 91.000 - - * 70.000
13 Kemasan Tabung+stiker tabung - - - - 7 13.000 * 91.000
14 Administrasi rangkap 5 20.000 - 100.000 - - - -
Jumlah 42.190 648.470 26.052 338.675
Keterangan: *sesuai kebutuhan setiap kali produksi.

33
Biaya lain-lain pada realisasi PUM lebih rendah dibandingkan biaya
yang direncanakan. Hal ini disebabkan oleh penyusunan analisis finansial
yang direalisasikan pada pelaksanaan PUM tidak termasuk biaya kemasan,
label, gas, dan biaya administrasi karena biaya tersebut terhitung dalam
biaya bahan produksi stick ubi jalar.

d. Rekapitulasi Biaya

Tabel 10. Rekapitulasi biaya pembuatan stick ubi jalar selama periode PUM
(65-74 kg) dalam 13 kali produksi.
No. Jenis Biaya Rencana Realisasi
Biaya/ Biaya/ Biaya/ Biaya/
Produksi Periode Produksi Periode
1 Penyusutan alat 2.956 38.428 6.723 87.402
2 Biaya bahan 73.240 952.120 84.415 1.097.396
3 Biaya tenaga kerja 40.560 527.280 58.700 763.100
4 Biaya lain-lain 42.190 648.470 26.052 338.675
Jumlah 158.946 2.166.298 175.890 2.286.573

Biaya pembuatan stick ubi jalar selama periode PUM sedikit lebih
tinggi dari perencanaan. Hal ini disebabkan oleh adanya inovasi kemasan
dan juga penerapan teknis pelaksanaan yang dapat menghasilkan stick ubi
jalar yang lebih berkualitas.

2. Produksi dan Pendapatan

a. Produksi

Tabel 11. Produksi stick ubi jalar selama periode PUM (65-74 kg) dalam
13 kali produksi.
Rencana Realisasi
No. Produksi Satuan Jumlah Jumlah/ Jumlah/
rata-rata/ Periode Periode
Produksi
1 Stik ubi jalar Kg 5 65 66
Jumlah 65 66

Realisasi produksi stick ubi jalar selama periode PUM hampir sama
dengan yang telah direncanakan. Hal ini disebabkan oleh jumlah bahan
baku yang digunakan sama dengan yang telah direncanakan.

34
b. Pendapatan

Tabel 12. Pendapatan usaha stick ubi jalar selama periode PUM (65-74 kg) dalam 13 kali produksi.
Rencana Realisasi
Jenis Jumlah Harga Pendapatan/ Pendapan/ Jenis Produksi Harga Jumlah Pendapatan Pendapan/
Produksi (Bks) (Rp) Produksi Periode (Rp) (Bks) /Produksi Periode
(rata-rata)
Kemasan 51 1.000 51.000 663.000 Kemasan besar 1a (500 g) pemasaran langsung 23.000 1 * 23.000
20 g
Kemasan besar 1b (250 g) pemasaran langsung 11.250 4 * 45.000
Kemasan 9 5.000 45.000 585.000 Kemasan besar 2 (200 g) pemasaran langsung 10.000 58 * 580.000
110 g
Kemasan besar 2 (200 g) pemasaran tidak langsung 9.000 13 * 117.000
Kemasan besar 2 (200 g) pemasaran tidak langsung 8.000 57 * 456.000
Kemasan 13 10.000 130.000 1.690.000 Kemasan besar 3 (150 g) pemasaran langsung 8.000 18 * 144.000
230 g
Kemasan besar 3 (150 g) pemasaran tidak langsung 8.000 20 * 160.000
Kemasan besar 3 (150 g) pemasaran tidak langsung 7.000 14 * 98.000
Kemasan sedang 1 (90 g) pemasaran langsung 5.000 18 * 90.000
Kemasan sedang 1 (90 g) pemasaran tidak langsung 4.000 68 * 272.000
Kemasan sedang 2 (70 g) pemasaran langsung *1.000 5 * 5.000
Kemasan sedang 2 (70 g) pemasaran tidak langsung 800 51 * 40.800
Kemasan kecil (16 g) pemasaran langsung 1.000 101 * 101.000
Kemasan kecil (16 g) pemasaran tidak langsung 800 680 * 544.000
Kemasan tabung (150 g) pemasaran langsung 25.000 7 * 175.000
Jumlah 226.000 2.938.000 205.831 2.850.800
Keterangan: *sesuai dengan permintaan setiap kali produksi
Total pemasaran langsung = Rp1.163.000 (40,80%)
Total pemasaran tidak langsung = Rp1.687.800 (59,20%)

35
Tabel 12 menunjukkan bahwa dari total produksi sebanyak 66 kg, yang
dapat dikemas untuk dijual hanya sebanyak 60,106 kg. Hal ini terjadi karena
tekstur stick yang mudah patah, sehingga patahan stick yang berukuran kecil
tidak layak dikemas untuk dijual. Produksi stick ubi jalar selama periode PUM
dengan biaya yang sedikit lebih tinggi tidak dapat meningkatkan pendapatan.
Hal ini terjadi karena produksi yang direncanakan hanya dipasarkan secara
langsung, sedangkan pada realisasi PUM pemasaran dilakukan melalui 2
saluran, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Harga jual pemasaran
secara tidak langsung tentu lebih rendah dibandingkan dengan harga jual
pemasaran secara langsung. Total pemasaran langsung sebesar Rp1.163.000
(40,80%) dan total pemasaran tidak langsung sebesar Rp1.687.800 (59,20%).

3. Analisis Biaya dan Pendapatan

Tabel 13. Laporan laba rugi usaha stick ubi jalar selama periode PUM (65-74
kg) dalam 13 kali produksi.
No. Keterangan Rencana Realisasi
Jumlah Total (Rp) Jumlah Total (Rp)
(Rp) (Rp)
A. Pendapatan 2.938.000 2.938.000 2.850.800 2.850.800
B. Biaya
- Penyusutan 38.428 87.402
- Biaya bahan baku 952.120 1.097.396
- Biaya tenaga kerja 527.280 763.100
- Biaya lain-lain 648.470 382.700
C. Total Biaya 2.166.298 2.286.573
D. Laba (A-C) 771.702 564.227
E. R/C 1,36 1,25
F. BEP Produksi (kg) 47,93 52,94
Tabel 13 menunjukkan bahwa pelaksanaan PUM berbeda dengan
perencanaan karena dengan hasil produksi yang sama terjadi peningkatan biaya
tanpa meningkatkan jumlah pendapatan. Biaya produksi meningkat dari
Rp2.166.298 menjadi Rp2.286.573, dengan selisih Rp120.275. Akibatnya,
BEP produksi juga meningkat dari 47,93 kg menjadi 52,94 kg, dengan selisih
5,01 kg. Pendapatan usaha menurun dari Rp2.938.000 menjadi Rp2.850.800,
dengan selisih Rp87.200. Akibatnya, R/C ratio menurun dari 1,36 menjadi
1,25. Penurunan pendapatan juga mengakibatkan penurunan laba dari
Rp771.702 menjadi Rp564.227, dengan selisih Rp207.475.

36
4. Analisis Finansial

1. Keuntungan:
Keuntungan diperoleh dari selisih antara hasil penjualan atau
pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan.
Pendapatan = Rp 2.850.800
Biaya = Rp 2.286.573
Keuntungan = Rp 564.227

2. Revenue/ Cost (R/C) ratio:


Pedapatan
R/C ratio = Biaya
Rp2.850.800
=
Rp2.286.573

= 1,25
R/C ratio yang diperoleh yaitu 1,25 dengan begitu usaha ini layak
untuk dijalankan karena R/C rationya >1. Artinya setiap Rp1 biaya yang
dikeluarkan dapat menghasilkan pendapatan Rp1,25 dan keuntungan Rp0,25
atau 25%.
3. Break Even Point (BEP)
Total Biaya
BEP Produksi =Harga Produk
Rp2.286.573
=Rp 43.194/kg

= 52,94 kg
BEP produksi usaha stick ubi jalar yaitu 52,94 kg. Artinya produksi
stick ubi jalar saat ini sebanyak 66 kg sudah berada di atas titik impas.
Total Biaya
BEP Harga =Jumlah Produk
Rp2.286.573
= 66 kg

= Rp34.645/kg

BEP harga usaha stick ubi jalar yaitu Rp34.645/kg. Artinya harga
stick ubi jalar saat ini Rp43.000/kg sampai Rp45.000/kg sudah berada di
atas titik impas.

37
5. Perencanaan Bisnis dan Pembahasan

Tabel 14. Perencanaan bisnis stick ubi jalar satu minggu produksi.
Pengeluan biaya produksi seminggu = 7 hari x 5 kg = 35 kg
Kemasan 200 g = 10 bks/hari x 7 hari = 70 bks/minggu
Kemasan 90 g = 10 bks/hari x 7 hari = 70 bks/minggu
Kemasan 16 g = 37 bks/hari x 7 hari = 259 bks/minggu
Kemasan Tabung = 10 tbg/hari x 7 hari = 70 bks/minggu

Tepung terigu (2 kg/hari x Rp5.000 x 7 hari) 70.000


Tepung tapioka (1 kg x Rp5.400 x 7 hari) 37.800
Ubi jalar (2 kg x Rp5.000 x 7 hari) 70.000
Telur (4 buah x Rp1.200 x 7 hari) 33.600
Margarin (0,4 kg x Rp12.000 x 7 hari) 33.600
Garam (0,04 kg x Rp11.800 x 7 hari) 3.304
Minyak goreng (2 liter x Rp 12.170 x 7hari) 170.380
Gula pasir (0,8 kg x Rp12.000 x 7 hari) 67.200
Kemasan besar 200 g (10 lembar x Rp300 x 7 hari) 21.000
Kemasan sedang 90 g (10 lembar x Rp120 x 7 hari) 8.400
Kemasan kecil 16 g (37 lembar x Rp40 x 7 hari) 10.360
Kemasan tabung (10 tbg x Rp15.000 x 7 hari) 1.050.000
Label (2 lembar x Rp2.500 x 7 hari) 35.000
Gas (0,6 kg x Rp6.700 x 7 hari) 28.140
Upah karyawan (Rp58.700 x 7 hari) 410.900
Biaya lain-lain (Rp18.475 x 7 hari) 129.325
Total 2.179.009

Harga pokok produksi per kg 62.257


Harga jual per kg 75.000

Penerimaan seminggu (penjualan langsung)


Omzet (35 kg x Rp75.000) 2.625.000
70 bks x Rp10.000 700.000
70 bks x Rp5.000 350.000
259 bks x Rp1.000 259.000
70 tbg x Rp25.000 1.750.000
Total 3.059.000

Penerimaan seminggu (penjualan tidak langsung)


Omzet (35 kg x Rp70.000) 2.450.000
70 bks x Rp8.000 560.000
70 bks x Rp4.000 280.000
259 bks x Rp800 207.200
70 tbg x Rp23.000 1.610.000
Total 2.657.200

Perkiraan keuntungan per minggu (penjualan langsung)


Penerimaan – Pengeluaran
1. Untuk penjualan per kg 445.991
2. Untuk penjualan dalam kemasan 879.991

Perkiraan keuntungan per minggu (penjualan tidak langsung)


Penerimaan – Pengeluaran 270.991
1. Untuk penjualan per kg 478.191
2. Untuk penjualan dalam kemasan

38
Tabel 15. Perencanaan biaya bahan baku yang dibutuhkan untuk pembuatan
stick ubi jalar
Nama bahan Satuan Kebutuhan Harga Biaya/hari Biaya/
(Rp) (Rp) minggu (Rp)
Tepung terigu kg 2 5.000 10.000 70.000
Tepung tapioka kg 1 5.400 5.400 37.800
Ubi jalar kg 2 5.000 10.000 70.000
Telur buah 4 1.200 4.800 33.600
Margarin kg 0,4 12.000 4.800 33.600
Garam kg 0,04 11.800 472 3.304
Minyak goreng kg 2 12.170 24.340 170.380
Gula pasir kg 0,8 12.000 9.600 67.200
Kemasan 200 g lembar 10 300 3.000 21.000
Kemasan 90 g lembar 10 120 1.200 8.400
Kemasan 16 g lembar 37 40 1.480 10.360
Kemasan tabung tabung 10 15.000 150.000 1.050.000
Label lembar 2 2.500 5.000 35.000
Gas kg 0,6 6.700 4.020 28.140
234.112 1.638.784

Tabel 16. Perencanaan biaya tenaga kerja pembuatan stick ubi jalar
No. Kegiatan Satuan Waktu Jumlah Biaya/hari Biaya/
(menit) (Rp) minggu
(Rp)
1 Pencucian ubi jalar HKO 2 0,003 200 1.400
2 Pengukusan, persiapan alat dan HKO 40 0,067 4.000 28.000
bahan, penimbangan bahan,
pengocokan telur, dan
pencampuran bahan kering

3 Pengupasan ubi jalar dan HKO 10 0,017 1.000 7.000


pelelehan margarine

4 Penghalusan ubi jalar dan HKO 10 0,017 1.000 7.000


pencampuran bahan basah

5 Pembuatan adonan HKO 15 0,025 1.500 10.500


6 Perolingan, pemotongan, HKO 400 0,667 40.000 280.000
pencetakan, penggorengan, dan
penirisan

7 Penimbangan dan pengemasan HKO 80 0,133 8.000 56.000


8 Pemasaran HKO 30 0,050 3.000 21.000
Jumlah 58.700 410.900

39
Tabel 17. Perencanaan biaya lain-lain usaha stick ubi jalar
No. Jenis Ket. Kebutuhan Harga (Rp) Biaya/ Biaya/
pembiayaan per produksi hari minggu
(Rp) (Rp)
1 Sewa tempat Per bulan 1/30 150.000 5.000 35.000
2 Sewa labor Per bulan 1/240 1.500.000 6.250 43.750
3 Transportasi liter 1/2 6.450 3.225 22.575
4 Plastik besar lembar 1 1.500 1.500 10.500
5 Kantong plastik lembar 15 100 1.500 10.500
6 HVS lembar 10 100 1.000 7.000
Jumlah 18.475 129.325

Tabel 18. Perencanaan rekapitulasi biaya pembuatan stick ubi jalar


No. Jenis Biaya Biaya/hari Biaya/minggu
1 Biaya bahan 234.112 1.638.784
2 Biaya tenaga kerja 58.700 410.900
3 Biaya lain-lain 18.475 129.325
Jumlah 311.287 2.179.009

Tabel 19. Perencanaan produksi stick ubi jalar

No. Produksi Satuan Jumlah/ hari Jumlah/


minggu
1 Stik ubi jalar Kg 5 35
Jumlah 35

Tabel 20. Perencanaan pendapatan bisnis stick ubi jalar

No. Jenis Produksi Jumlah Harga Pendapatan Pendapan


(Bks) (Rp) /hari /minggu
1 Kemasan 200 g 10 10.000 100.000 700.000
2 Kemasan 90 g 10 5.000 50.000 350.000
3 Kemasan16 g 37 1.000 37.000 259.000
4 Kemasan tabung 10 25.000 250.000 1.750.000
Jumlah 437.000 3.059.000

40
Tabel 21. Proyeksi laporan laba rugi usaha stick ubi jalar
No. Keterangan Jumlah (Rp) Total (Rp)
A. Pendapatan 3.059.000 3.059.000
B. Biaya
- Biaya bahan baku 1.638.784
- Biaya tenaga kerja 410.900
- Biaya lain-lain 129.325
C. Total Biaya 2.179.009
D. Laba (A-C) 879.991
E. R/C 1,4
F. BEP Produksi (kg) 29,05

4. Analisis Finansial

1. Keuntungan:
Keuntungan diperoleh dari selisih antara hasil penjualan atau
pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan.
Pendapatan = Rp 3.059.000
Biaya = Rp 2.179.009
Keuntungan = Rp 879.991
2. Revenue/ Cost (R/C) ratio:
Pedapatan
R/C ratio = Biaya
Rp3.059.000
= Rp2.179.009

= 1,4
R/C ratio yang diperoleh yaitu 1,4 dengan begitu usaha ini layak
untuk dijalankan karena R/C rationya >1. Artinya setiap Rp1 biaya yang
dikeluarkan dapat menghasilkan pendapatan Rp1,4 dan keuntungan Rp0,4
atau 40%.
3. Break Even Point (BEP)
Total Biaya
BEP Produksi = Harga
Rp2.179.009
= Rp 75.000

= 29,05kg
BEP produksi usaha stick ubi jalar yaitu 29,05 kg. Artinya
produksi stick ubi jalar saat ini sebanyak 35 kg sudah berada di atas titik
impas.

41
Total Biaya
BEP Harga =Jumlah Produk
Rp2.179.009
= 35 kg

= Rp62.257/kg
BEP harga usaha stick ubi jalar yaitu Rp62.257/kg. Artinya harga
stick ubi jalar saat ini sebesar Rp75.000/kg sudah berada di atas titik impas.
Perencanaan bisnis dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha
stick ubi jalar di masa yang akan datang. Perencanaan bisnis dibuat dalam
satu minggu proses produksi yang dilakukan setiap harinya mampu
menghasilkan stick ubi jalar sebanyak 35 kg dengan rata-rata per hari
sebanyak 5 kg. Dengan demikian, stick ubi jalar dapat dibuat dalam 70
bungkus kemasan 200 g, 70 bungkus kemasan 90 g, 259 bungkus kemasan
16 g, dan 70 tabung kemasan inovasi.
Perencanaan bisnis stick ubi jalar dibuat dalam penjualan per kg,
yaitu Rp75.000/kg sehingga dengan produksi 35 kg per minggu dalam
pemasaran secara langsung didapat penerimaan sebesar Rp2.625.000 atau
sama dengan Rp10.500.000 per bulan. Berdasarkan penerimaan tersebut
diperoleh keuntungan sebesar Rp445.991 atau sama dengan Rp1.783.964
per bulan. Dalam pemasaran secara tidak langsung didapat penerimaan
sebesar Rp2.450.000 atau sama dengan Rp9.800.000 per bulan.
Berdasarkan penerimaan tersebut diperoleh keuntungan sebesar Rp270.991
atau sama dengan Rp1.083.964 per bulan.
Stick ubi jalar juga direncanakan dengan penjualan dalam kemasan.
Kemasan 200 g dijual dengan harga Rp10.000, kemasan 90 g dijual dengan
harga Rp5.000, kemasan 16 g dijual dengan harga Rp1.000, dan kemasan
tabung dijual dengan harga Rp25.000. Dengan produksi 35 kg per minggu
dalam pemasaran secara langsung didapat penerimaan sebesar Rp3.059.000
atau sama dengan Rp12.236.000 per bulan. Berdasarkan penerimaan
tersebut diperoleh keuntungan sebesar Rp879.991 atau sama dengan
Rp3.519.964 per bulan. Dalam pemasaran secara tidak langsung didapat
penerimaan sebesar Rp2.657.200 atau sama dengan Rp10.628.800 per

42
bulan. Berdasarkan penerimaan tersebut diperoleh keuntungan sebesar
Rp478.191 atau sama dengan Rp1.912.764 per bulan.
Keuntungan penjualan dalam kemasan lebih tinggi dibanding
penjualan per kg. Oleh karena itu, usaha stick ubi jalar layak dijalankan
secara berkelanjutan dengan dijual dalam kemasan. Hal ini dinyatakan
berdasarkan pada analisis finansial dimana dengan produksi 35 kg per
minggu didapat R/C ratio 1,4.

43
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pelaksanaan kegiatan Proyek Usaha Mandiri yang telah


dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Pelaksanaan usaha stick ubi jalar dalam rangka kegiatan Proyek Usaha
Mandiri dapat mengembangkan jiwa kewirausahaan dan kemampuan
manajerial sebagai penerapan ilmu yang telah diperoleh sebelumnya.
2. Teknis pelaksanaan produksi stick ubi jalar terdiri atas (1) persiapan alat
dan bahan, (2) pencucian ubi jalar, (3) pengukusan, penimbangan bahan,
pengocokan telur, dan pencampuran bahan kering, (4) pengupasan ubi
jalar dan pelelehan margarin, (5) penghalusan ubi jalar dan pencampuran
bahan basah, (6) pembuatan adonan, (8) perolingan, pemotongan,
pencetakan, penggorengan, dan penirisan, (9) penimbangan dan
pengemasan, serta (10) pemasaran.
3. Hasil analisis kelayakan usaha stick ubi jalar dengan pendapatan sebesar
Rp2.850.800, didapat keuntungan Rp 564.227, dengan BEP produksi
52,94 kg, BEP harga Rp34.645/kg dan R/C ratio 1,25 yang artinya, usaha
ini layak untuk dijalankan secara berkelanjutan.

B. Saran

Bedasarkan pengalaman usaha stick ubi jalar dalam rangka Proyek


Usaha Mandiri, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki untuk keberlanjutan
usaha ini dimasa mendatang, diantaranya:
1. Melakukan inovasi kemasan dan label yang lebih menarik dan lebih murah
dari segi harga.
2. Melakukan inovasi produk dalam bentuk yang berbeda dan unik yang
dapat memikat minat konsumen dengan rasa yang tetap sama.
3. Melakukan pengurusan izin P-IRT dan label halal.
4. Untuk skala usaha yang lebih besar, jika tidak menemukan tenaga kerja
yang terampil, sebaiknya produksi dilakukan menggunakan mesin.

44
DAFTAR PUSTAKA

Adrianus. 2012. Pertumbuhan dan hasil tiga varietas ubi jalar (Ipomoea batatas
L.) pada tinggi petakan yang berbeda. Jurnal AGRICOLA 2(2). Hal 49-69.
http://ejournal.unmus.ac.id/index.php/agricola/article/view/104. 01 April
2017.
BPS Kabupaten Lima Puluh Kota. 2016. Kabupaten Lima Puluh Kota dalam
Angka. CV Rizky Utama.
Echdar, Saban. 2013. Manajemen entrepreneurship; kiat sukses menjadi
wirausaha. Penerbit ANDI, Yogyakarta. 274 Hal.
Firdaus, Muhammad. 2012. Manajemen agribisnis. PT Bumi Aksara, Jakarta. 222
Hal.
Ginting, E., J. S. Utomo, R. Yulifianti dan M. Jusuf. 2011. Potensi ubi jalar ungu
sebagai pangan fungsional. Iptek Tanaman Pangan 6(1). Hal 116-
138.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=394971&val=642
2&title=Potensi%20Ubijalar%20Ungu%20sebagai%20Pangan%20Fungsi
onal. 01 Maret 2017.
Ginting, E., R. Yulifianti dan M. Jusuf. 2014. Ubi jalar sebagai bahan diversifikasi
pangan lokal. PANGAN 23(2). Hal 194-207.http://www.jurnal
pangan.com/index.php/pangan/article/view/63/57. 01 Maret 2017.
Hardiyansyah, A., A. Ikhwan, dan R. Kurniawan. 2015. Analisis strategi
pemasaran usaha mie basah (studi kasus di PD. LUGINA-Garut). Jurnal
Algoritma Sekolah Tinggi Teknologi Garut 13 (1).
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=382194&val=6209&t
itle=ANALISIS%20STRATEGI%20PEMASARAN%20USAHA%20MIE
%20BASAH%20(Studi%20Kasus%20Di%20PD.%20LUGINA%20-
%20Garut). 10 Januari 2018
Leovita, A., R. W. Asmarantaka, dan H. KS Daryanto. 2015. Analisis pendapatan
dan efisiensi teknis usahatani ubi jalar di Kecamatan Ampek Angkek,
Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Agribisnis Indonesia
3(1). Hal 11-24. http://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jagbi/article/viewFile/
15685/11558. 21 April 2017
Mursid, M. 2010. Manajemen Pemasaran. Bumi Aksara, Jakarta. 136 Hal.
Murtiningsih dan Suyanti. 2011. Membuat tepung umbi dan variasi olahannya.
AgroMedia Pustaka, Jakarta. 132 Hal.
Pusparani, T. dan S. S. Yuwono. 2014. Pengaruh fermentasi alami pada chips ubi
jalar (Ipomoea batatas) terhadap sifat fisik tepung ubi jalar. Jurnal Pangan
dan Agroindustri 2(4). Hal 137-147. http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/arti
cle/viewFile/86/104. 01 April 2017.
Rosidah. 2014. Potensi ubi jalar sebagai bahan baku industri pangan.
TEKNOBUGA 1(1). Hal 44-52. http://download.portalgaruda.org/arti
cle.php?article=445381&val=5687&title=POTENSI%20UBI%20JALAR-

45
%20SEBAGAI%20BAHAN%20BAKU%20INDUSTRI%20PANGAN.01
April 2017.
Sudaryono. 2016 Manajemen pemasaran teori dan implementasi. Penerbit ANDI,
Yogyakarta. 355 Hal.
Sunyoto, Danang. 2014. Studi kelayakan bisnis. CAPS (Center of Academic
Publishing Service), Yogyakarta. 338 Hal.
Sutojo, Siswanto.2008. Peranan penting manajemen pemasaran yang efektif.
Damar Mulia Pustaka, Jakarta. 90 Hal.
Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran. Penerbit ANDI, Yogyakarta. 588 Hal.

46
Lampiran 1. Data hasil penjualan stick ubi jalar
Km 250 g Km 200 g Km 90 g Km 16 g Km 70 g Km 150 g Km 500 g Km 150 g (tabung)
Ungu 4 x 11.250 45.000 3 x 10.000 30.000 1 x 4.000 4.000 6 x 1.000 6.000 5 x 1000 5.000 14 x 8.000 112.000 1 x 23.000 23.000 7x 25.000 175.000
(95,4%) 3 x 9.000 27.000 2 x 5.000 10.000 25 x 800 20.000 40 x 800 32.000 20 x 8.000 160.000
5 x 10.000 50.000 1 x 4.000 4.000 43 x 1.000 43.000 8 x 7.000 56.000
1 x 10.000 10.000 2 x 5.000 10.000 100 x 800 80.000 4 x 8.000 32.000
1 x 10.000 10.000 3 x 4.000 12.000 8 x 800 6.400 6 x 7.000 42.000
7 x 10.000 70.000 6 x 4.000 24.000 10 x 800 8.000
5 x 9.000 45.000 13 x 4.000 52.000 10 x 800 8.000
5 x 8.000 40.000 1 x 5.000 5.000 30 x 800 24.000
1 x 8.000 8.000 10 x 4.000 40.000 14 x 800 11.200
1 x 8.000 8.000 2 x 5.000 10.000 12 x 1.000 12.000
5 x 9.000 45.000 2 x 5.000 10.000 140 x 800 112.000
11 x 8.000 88.000 12 x 4.000 48.000 225 x 800 180.000
13 x 10.000 130.000 5 x 4.000 20.000 10 x 1.000 10.000
6 x 10.000 60.000 8 x 4.000 32.000 50 x 800 40.000
5 x 8.000 40.000 4 x 5.000 20.000 20 x 1.000 20.000
12 x 8.000 96.000 6 x 4.000 24.000
17 x 10.000 170.000 3 x 5.000 15.000
20 x 8.000 160.000
3 x 10.000 30.000
Orange 2 x 10.000 20.000 2 x 4.000 8.000 5 x 1.000 5.000 6 x 800 4.800
(2,1%) 1 x 8.000 8.000 6 x 800 4.800
2 x 800 1.600
10 x 800 8.000
Putih 1 x 8.000 8.000 2 x 5.000 10.000 2 x 1.000 2.000 5 x 800 4.000
(2,5%) 1 x 4.000 4.000 3 x 1.000 3.000
38 x 800 30.400
5 x 800 4.000
2 x 800 1.600
5 x 800 4.000
Total 4 bks 45.000 128 bks 1.153.000 86 bks 362.000 781 bks 645.000 56 bks 45.800 52 bks 402.000 1 bks 23.000 10 bks 175.000

47
Lampiran 2. Data hasil organoleptik stick ubi jalar
No. Nama Status Stick Ubi Jalar
Ungu Orange Putih
1 Responden Dosen 
2 Responden Dosen 
3 Responden Dosen 
4 Responden Dosen  
5 Responden Dosen  
6 Responden Dosen 
7 Responden Dosen 
8 Responden Mahasiswa 
9 Responden Mahasiswa  
10 Responden Mahasiswa 
11 Responden Mahasiswa 
12 Responden Mahasiswa 
13 Responden Mahasiswa 
14 Responden Mahasiswa 
15 Responden Mahasiswa 
16 Responden Mahasiswa 
17 Responden Mahasiswa 
18 Responden Mahasiswa 
19 Responden Siswa 
20 Responden Siswa 

48
Lampiran 3. Layout proses produksi stick ubi jalar selama periode PUM

B2
A E
B1

C3

B1 C C4
D D2 C1

D1 C2
B1

A = Kamar istirahat
B1 = Pintu masuk
B2 = Pintu keluar
C = Dapur
C1 = Tempat penyimpanan peralatan produksi
C2 = Tempat penyimpanan bahan produksi
C3 = Tempat memasak (pengukusan, penggorengan, pelelehan margarin)
C4 = Tempat pencucian
D = Ruangan depan
D1 = Tempat pengemasan dan penyimpanan hasil produksi
D2 = Tempat membuat adonan, pembentukan adonan menjadi stick
E = Toilet

49
Lampiran 4. Jadwal kegiatan usaha stick ubi jalar selama periode PUM
N Bulan Agt Sep Okt Nov Des
o Kuliah Minggu
0 2 4 5 6 7 9 10 12 15 16 17
m ke-
o Tanggal 18 28 11 12 13 15 16 22 24 26 29 6 16 18 20 23 27 9 30 8 11
r Kegiatan
1 Persiapan
- Konsultasi
Pembimbing
2 Pelaksanaan
- Pembelian
alat
- Pembelian
bahan
- Produksi
stick
- Pemasaran
3 Supervisi dosen
pembimbing
akademik atau
penanggung-
jawab PUM
4 Pembuatan
Laporan

50
Lampiran 5. Dokumentasi pembuatan stick ubi jalar

a. Pengadaan ubi jalar


a.

b. Pencucian ubi jalar


a.
a
c. Pengukusan ubi jalar

d. Persiapan alat dan bahan

e. Pengocokan telur f. Pencampuran bahan kering

51
g. Pelelehan margarin h. Pengupasan ubi jalar

i. Penghalusan ubi jalar j. Pencampuran bahan basah

k. Pembuatan adonan l. Pembentukan lembaran dan


pemotongan

m. Pencetakan n. Penggorengan

52
o. Penirisan p. Pengemasan sementara

q. Pengemasan untuk dipasarkan

Lampiran 6. Dokumentasi pemasaran stick ubi jalar

a. stick ubi jalar ungu dibeli oleh b. stick ubi jalar ungu, orange, dan putih
narasumber seminar dibeli oleh narasumber seminar
kewirausahaan motivasi

53
c. penitipan stick ubi jalar di toko d. penitipan stick ubi jalar di minimarket
“Sanjai Sederhana” Sarilamak

e. penitipan stick ubi jalar di kedai f. penjualan di stand


harian

54
Lampiran 7. Dokumentasi promosi di media sosial.

55
56
Lampiran 8. Dokumentasi keberhasilan promosi di media sosial.

57
58
Lampiran 9. Validasi dan Proofreader
No. Nama Tanggal Tanda Tangan
1 Nur Suci Amelia
NBP. 1411311021
2 Siti Suleho Batubara
NBP. 1411311020

59
60

Anda mungkin juga menyukai