Anda di halaman 1dari 7

RISET INFORMATIF

A. Analisis Situasi

Membahas masalah pergaulan memang menjadi topik yang menarik dan sensitif, karena
bagaimanapun masalah pergaulan tentu menjadi hak pribadi masing-masing dalam
membuat keputusan untuk menentukan teman, lingkungan, dan pilihan hidup. Hal tersebut
dikatakan menarik karena pergaulan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan,
dimana yang setiap saatnya berinteraksi kepada sesama makhluk sosial. Selanjutnya, ketika
seorang perempuan atau laki-laki yang telah menginjak usia dewasa sangatlah rawan dalam
menentukan pergaulan di dalam kehidupannya masing-masing.

Dalam contoh, marak di zaman sekarang pergaulan yang bebas yang menghasilkan sesuatu
yang tidak diinginkan, seperti hamil diluar nikah. Pacaran, bukan hal yang lazim lagi
dikaalangan remaja saat ini. Mulai dari berbagai jenjang pendidikan mereka. Mulai dari
anak-anak kuliah sampai SMP. Mulai dari tingkatan remaja awal sampai remaja akhir, rata-
rata mereka sudah mempunyai “pacar”. Macam-macam pula remaja mengekspresikan rasa
cintanya pada sang”pacar”, dengan berbagai cara. Mulai dari yang biasa sampai yang tidak
bisa diterima secara moral karena prbuatan mereka telah melanggar ketentuan norma yang
ada. Salah satu cara yang merupakan cara yang paling tidak diterima dikalangan
masyarakat adalah seks bebas.

Seks bebas merupakan cara mengekspresikan cinta yang paling melanggar norma-norma
masyarakat. Seks bebas juga merupakan suatu hal yang “anehnya” mulai dianggap hal yang
biasa juga bagi beberapa remaja di Indonesia. Mengapa? Hal ini tidak terlpas dari media-
media massa/elektronik, westernisasi (kebarat-baratan) ataupun salah pergaulan. Mereka
yang kurang pendidikan agamanya atau mereka yang kurang terdidik moralnya dan lebih
sering melihat atau menonton acara-acara yang dianggap menjadi dasar dari perbuatannya,
seperti sinetron atau film, tentu saja hal ini akan membentuk perilaku remaja yang
cenderung tersesat dalam pergaulannya atau lebih bisa lebih buruk lagi.

1
Pendidikan seks di kalangan remaja tampaknya belum terlihat realisasinya, terbuktidengan
banyaknya kasus tentang kehamilan di luar nikah atau penyakit menular seperti HIV/AIDS
dan sebagainya. Memang tidak semua remaja harus diberi pengarahan tentang hal ini
karena mereka seharusnya sudah dapat berpikir secara matang tentang nilai-nilai atau
norma-norma yang berlaku di masyarakat. Namun, sebagaimana yang kita ketahui
bersama, bahwa remaja cenderug labil dalam emosi dan pengetahuan serta pengalaman
yang dimiliki mereka masih belum bisa membuat remaja itu menentukan tindakannya
secara benar. Hal inilah yang menyebabkan sesk bebas dikalangan remaja semakin
memburuk. Tentu masih banyak penyebab-penyebab remaja cenderung melakukan
seksbebas.

B. Analisis Organisasi

Dalam kampanye ini yang bertemakan “Say No To Free Sex” terdapat analysis SWOT
berikut:
 Streghts:
1. Kampanye ini diharapkan dapat mengajak pemuda-pemudi untuk
menentang atau menghindari peprgaulan bebas.
2. Mengurangi angka korban pelecehan seksual.
3. Membentuk generasi baru yang bertanggung jawab dan memiliki
peprsiapan menghadapi masa depan.
4. Mengurangi tingkat kekerasan yang disebabkan bullying.

 Weaknesses:
1. Kelemahan padakampanye ini karena hanya bersifat digital dilakukan dan
menimbulkan berbagai persepsi negative beberapa pihak.
2. Kurangnya cara mengedukasi yang detail jika hanya melalui digital.
3. Terbatas dalam menentukan target dan sasaran publiknya.

2
 Opportunities:
1. Karena saat ini sedang maraknya pergaulan bebas, tetntu ini menjadi
kampanye yang menarik untuk dibahas dan dipelajari bersama tentang
manfaat dan dampak apa yang didapat dari pergaulan.
2. Trend pergaulan yang terjadi saat ini menjadi anggapan publik, sehingga
kampanye ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan untuk para
generasi muda.
3. Melalui sosial media kampanye ini tidak akan terikat oleh ruang dan waktu,
sehingga akan mudah dalam memantau dan mengeluarkan kampanye ini.

 Threats:
1. Pandangan persepsi publik yang berbeda serta menjadi hak setiap individu
dalam menjalankan kehidupannya dan memilih akan pergaulannya di
kehidupannya.
2. Ditakutkan akan terjadi persepsi publik yang memandangs ebelah mata
tentang pergaulan. Pergaulan yang seharusnya menjadi peluang untuk
memperluas relasi, akan tetapi dipandang buruk akibat semakin tingginya
angka perilaku menyimpang yang terjadi kepada pemuda-pemudi bangsa.

C. Analisa Publik

 Geografis:
Pada kakmpanye ini, kami ingin melaksanakannya di daerah tertentu. Dimana suatu
daerah tersebut merupakan tempat yang tingkat pergaulan bebas atau free sex
sudah menjadi hal lumrah yang dilakukannya. Namun, karena kampanye ini
bersifat digital tentu saja informasi yang akan disampaikan di dalam kampanye ini
akan bersifat anonym karena media sosial tidak terbatas pada ruang dan waktu.

3
 Demografis:
Pada kampanye ini diperuntukan untuk generasi muda-mudi yang menginjak usia
remaja 10-20 tahun. Dimana pada saat ini media sosial sudah dimiliki oleh semua
kalangan tanpa terbatas umur.

 Psikografis:
Pada usia 10-20 tahun adalah usia dimana ego yang bergejolak di dalam diri mereka
sangat tinggi dan untuk memfokuskan mencari jati diri masih perlu bimbingan ektra
agar dijauhkan dari tindakan atau perilaku menyimpang.

 Keterlibatan:
Pada kampanye ini yang melibatkan berbagai pihakpendukung seperti:
1. Orang tua, merupakan peranan paling penting dalam memperhatikan setiap
perkembangan anak. Orang tua harus aktif dalam memfokuskan anak untuk
memperoleh pendidikan. Orang tua harus merasa tertarik dengan aktifitas
anak dan membimbingnya untuk melakukan kegiatan yang positif yang
tetap dalam pengawasan.
2. Guru di sekolah, para guru harus aktif dalam mengedukasi muridnya
untuk mementingkan masa depan dan impiannya. Dan memberikan
informasi tentang sebab dan akibat apabila seorang anak tersebut
terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
3. Generasi muda, kampanye ini ditunjukkan untuk para generasi muda agar
tertarik dan aktif dalam menyebarkan kampanye ini. Sehingga, di Indonesia
dapat mengurangi angkat catatan kriminal yang semakin memarak.

4
D. Target Campaign

Stakeholder didalam Campaign “Say No to Free Sex”

 Generasi Muda usia 10-20 tahun


 Wanita dan Pria dewasa 21-31 tahun
 Orang Tua
 Para Guru
 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
 Komisi Perlindungan Anak Indonesia
 Lembaga Perlindnungan Anak Indonesi
 Komnas HAM
 Kementrian Sosial
STRATEGI
RI DAN TAKTIK
 Asosiasi PPSW (Pusat Pengembangan Sumber daya Wanita)

a. Tujuan Campaign

1) Mengajak generasi muda untuk dapat membenahi diri agar tidak


terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
2) Mengurangi angka kriminalitas yang ada di Indonesia.
3) Mengurangi dan mencegah perilaku menyimpang atau melanggar
norma-norma agama.
4) Membangun generasi muda yang dapat focus dengan berbagai
impiannya dan mewujudkan cita-cita yang diinginkannya, namun
tidak melupakan kewajibannya sebagai abdi Negara.
5) Membentuk generasi muda yang bertanggung jawab kepada setiap
pilihan hidupnya, dimana pilihan tersebut menjadi penentunya I
kehidupan masa depan.

5
b. Strategi Aksi dan Respon

Strategi Aksi dan Respon

o Memberikan informasi mengenai dampak buruk pergaulan


bebas, karena akan menimbulkan banyak efek negatif
o Mengajak para target audiens untuk dapat memberikan
suaranya dan opini mengenai campaign ini
o Memunculkan fakta dan data peristiwa valid terkait efek dari
pergaulan bebas yang sangat merugikan diri sendiri dan orang
lain

c. Mengembangkan Strategi Pesan

Segmentasi Khalayak Sasaran:


1) Generasi muda/remaja 10-20 tahun
2) Perempuan dan laki-laki 21-31 tahun

d. Slogan Campaign
“Say No to Free Sex”

e. Tagline Campaign
“Say No to Free Sex” #NoFreeSexTillMariage

f. Format Campaign
1) Foto 2) Teks

6
g. Bahasa yang digunakan:
- Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris & Bahasa Arab

h. Logo Campaign

Anda mungkin juga menyukai