Anda di halaman 1dari 13

Sejarawan Yunani, Herodutus, dalam buku Herodutus jilid I halaman 191 menulis tentang

kecerdikan dan kecerdasan Cyrus:

“Cyrus mengalihkan arus sungai dengan menggunakan suatu terusan yang masuk ke dalam
suatu telaga (danau) yang terletak di muka rawa-rawa. Dia membuat saluran purba itu
dapat diarungi (dilalui) dengan mengeringkan sungai tersebut. Orang-orang Persia masuk
ke dalam kota Babilonia melalui jalan ini. Seandainya orang-orang Babilonia menyadari
lebih dulu dan atau mengetahui rencana (strategi) yang dibuat Cyrus itu, niscaya mereka
tidak akan membiarkan orang-orang Persia memasuki kota mereka. Sebab hanya dengan
menutup semua pintu gerbang kecil yang menuju ke sungai dan naik ke atas tembok
(dinding/benteng) yang membujur sepanjang sungai saja niscaya mereka akan dapat
dengan mudah menangkap dan menumpas para penyerbu itu seperti dengan sebuah jala
saja. Akan tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, orang-orang Persia menyergap para
prajurit dan para pengawal Babilonia dengan tiba-tiba dan serentak.”

Cyrus II of Persia (600 BC atau 576-530 SM) alias Zulkarnain umumnya dikenal sebagai
Cyrus The Great (Koresh dalam bahasa Ibrani), adalah pendiri Kekaisaran Persia dan
Dinasti Achaemenid. Para sejarawan menyatakan bahwa dia adalah Raja Zulqarnain yang
tercantum dalam al-Qur’an. Karirnya dimulai sebagai pejabat rendahan di wilayah bagian
barat daya Iran, lalu mendapat banyak kemenangan lewat pertempuran dan menyatukan
tiga kerajaan besar terdahulu yaitu Median (Medea), Lydian (Lidya) dan Neo-Babilonia.

Di bawah pemerintahannya, kekaisaran Persia menguasai berbagai kerajaan kuno


sebelumnya yang terbentang mulai dari Timur Dekat, diperluas hingga akhirnya
menaklukkan sebagian besar Asia Barat Daya dan sebagian besar Asia Tengah, sebagian
dari Eropa dan Kaukasus. Kekaisaran ini diperluas ke Turki, Israel, Georgia dan Arabia. Di
arah barat, ke Kazakhstan, Kirgistan, Sungai Indus (Pakistan) dan Oman di timur. Dari laut
Mediterania dan Hellespont di barat sampai Sungai Indus di timur.

Zulkarnain atau Cyrus Agung menciptakan kekaisaran terbesar di dunia pada masanya dan
ratusan tahun sesudahnya. Ia menghormati adat istiadat dan agama dari wilayah yang dia
taklukan. Para sejarahwan menyebutkan bahwa dalam sejarah dunia, kerajaan Persia yang
didirikan oleh Cyrus atau Zulkarnain ini merupakan model yang sangat sukses untuk sistem
administrasi terpusat serta pemerintahan yang bekerja dengan partisipasi rakyatnya. Tak
hanya itu saja, Zulkarnain atau Cyrus Agung juga diakui prestasinya dalam kepeloporannya
sebagai pencetus dan pendiri Hak Asasi Manusia, politik, dan strategi militer, ribuan tahun
sebelum Eropa menemukan khazanah Zulkarnain dan lalu menjadikannya sebagai bahan
utama kajian mereka.

Dengan demikian, pengaruh Zulkarnain pada peradaban Timur dan Barat merupakan
warisan humanisme dan peradaban yang besar, selain tentu saja, berpengaruh luas di
dunia kuno, bahkan Athena maupun China kuno banyak mengadopsi aspek-aspek
budayanya dalam pertukaran budaya mereka.
SEJUMLAH WILAYAH TAKLUKAN
Median Empire (Madyan) (Zona Perang: Revolusi Persia, Pertempuran Hyrba,
Pertempuran Perbatasan Persia, dan Pertempuran Pasargadae)
Meskipun ayahnya meninggal pada 551 SM, Cyrus Agung telah berhasil naik takhta di 559
SM, namun, Cyrus belum menjadi penguasa independen. Seperti pendahulunya, Cyrus
harus mengakui penguasa kolonialnya yaitu Median. Di sini, menurut sejarahwan
Herodotus, Cyrus bersama Harpagus yang adalah sahabat sekaligus penasihatnya,
menggerakkan rakyat Persia untuk memberontak melawan tuan-tuan feodal mereka, orang
Median. Ada kemungkinan bahwa baik Harpagus maupun Cyrus memberontak karena
ketidakpuasan mereka dengan kebijakan Astyages, raja Median yang lalim.

Awal pemberontakan itu terjadi di musim panas 553 SM, Harpagus dan Cyrus, memimpin
tentara melawan orang Madai hingga penaklukan Ecbatana pada tahun 549 SM, yang secara
efektif meruntuhkan Kekaisaran Median.

Setelah Zulkarnain atau Cyrus Agung menerima mahkota Median pada tahun 546 SM, ia
secara resmi diberi gelar “Raja Persia” sebagai pengganti Astyages. Semua pengikut
Astyages (termasuk banyak kerabat Cyrus) sekarang di bawah komandonya. Pamannya
Arsames, yang sebelumnya menjadi raja negara-kota Madai Parsa juga harus menyerahkan
tahtanya. Pengalihan kekuasaan ini tampaknya terjadi secara damai, dan Arsames masih
tetap menjadi gubernur.

LYDIAN EMPIRE DAN ASIA MINOR (Zona Perang: Pertempuran Pteria, Pertempuran
Thymbra, dan Pengepungan dari Sardis (547 SM)
Tanggal yang tepat dari penaklukan Lydian tidak diketahui, tetapi terjadi antara
penggulingan kerajaan Median (550 SM) dan penaklukkan Babilonia (539 SM). Lydian
pertama kali menyerang kota-kota Kekaisaran Persia yang waktu itu baru memulihkan diri
pasca peperangan Median, melalui Pteria di Kapadokia. Raja Croesus dari Lydian
mengepung dan merebut berbagai kota lalu memperbudak penduduknya. Sementara itu,
Persia mengundang warga Ionia yang merupakan bagian dari kerajaan Lydia untuk
memberontak terhadap penguasa mereka. Tawaran itu ditolak, akhirnya Cyrus-Zulkarnain
menggerakkan tentaranya menuju Lydian. Pertempuran Pteria secara efektif menemui
jalan buntu, dengan kedua belah pihak menderita kerugian berat. Namun Croesus berhasil
dipukul mundur ke Sardis.

Sementara di Sardis, Croesus mengirim permintaan pada para sekutunya untuk


mengirimkan bantuan kepada Lydia. Sayangnya, menjelang akhir musim dingin, sebelum
bisa menyatukan sekutu, Cyrus Agung atau Zulkarnain ini mendobrak ke wilayahnya dan
Croesus terkepung di ibukotanya, Sardis. Sesaat sebelum Pertempuran akhir di Thymbra
antara dua penguasa, Harpagus sang penasihat menyarankan Cyrus Agung untuk
memposisikan unta-unta Arab di garis depan pasukannya. Kuda-kuda Lydian yang tidak
tahan dengan bau unta-unta itu akan sangat takut. Strategi ini ternyata efektif hingga
kavaleri Lydia tercerai-berai dan mengalami kekalahan telak di tangan pasukan Zulkarnain
(Cyrus Agung). Cyrus menangkap Croesus dan menduduki ibukota Sardis. Kerajaan Lydia
takluk di 546 SM.
Sebelum kembali ke ibukota, seorang Lydian bernama Pactyas dipercayakan oleh Cyrus
Agung untuk mengirim harta rampasan perang ke Persia. Namun, segera setelah
keberangkatan Cyrus, Pactyas menyewa tentara bayaran dan menyebabkan
pemberontakan di Sardis terhadap Gubernur Persia-Lydia yang bernama Tabalus. Cyrus
kemudian mengirim Mazares, salah seorang komandan, untuk memadamkan
pemberontakan dengan perintah menangkap Pactyas hidup-hidup. Setibanya Mazares di
Sardis, Pactyas melarikan diri ke Ionia, tempat ia menyewa tentara bayaran. Komandan
Mazares lalu mengerahkan pasukannya ke negara Yunani dan menaklukkan kota-kota
Magnesia dan Priene. Akhir hidup Pactyas tidak diketahui, tapi ia kemungkinan tertangkap
Cyrus dan dihukum mati.

Mazares melanjutkan penaklukan Asia Minor tapi meninggal karena penyebab yang tidak
diketahui selama pengerahan pasukan di Ionia. Cyrus mengirim Harpagus, untuk
menyelesaikan penaklukan Mazares di Asia Kecil. Harpagus menaklukkan Lycia, Sisilia dan
Phoenicia, menggunakan strategi “Building Earthworks” untuk mengepung dan menembus
benteng kota, sebuah metode perang yang masa itu tidak diketahui oleh orang Yunani. Ia
mengakhiri penaklukan pada 542 SM dan kembali ke Persia.

NEO-BABILONIA EMPIRE (Zona Perang: Pertempuran Opis)


Tahun 540 SM, Cyrus menaklukkan Elam (Susiana) dan ibukotanya, Susa. Konflik dimulai
pada musim dingin 540 SM, awal Oktober. Cyrus sang Zulkarnain berjuang dalam
pertempuran di Opis, kota strategis di dekat sungai Tigris, sebelah utara Babilon. Tentara
Babel itu ditaklukkan pada 10 Oktober. Berikutnya Kota Sippar takluk tanpa pertempuran.
Ini kemungkinan adalah berkat negosiasi Cyrus dengan para jenderal Babel untuk
mendapatkan kompromi demi menghindari konfrontasi bersenjata. Nabonidus, Raja
Babilon yang tinggal di kota Sippar pada waktu itu segera melarikan diri ke ibukota Babel,
yang tidak dikunjunginya selama bertahun-tahun.

Dua hari kemudian, pada 7 Oktober (kalender Gregorian), Gubaru, salah seorang jenderal
Babilon yang memihak Cyrus mengerahkan pasukan masuk ke ibukota Babel, lagi-lagi tanpa
ada perlawanan dari tentara Babel. Herodutus menjelaskan bahwa Persia, memanfaatkan
kanal yang dibangun oleh Nitokris, Ratu Babilon sebelumnya untuk melindungi Babel
terhadap serangan Median, dialihkan ke sungai Efrat sehingga air turun “setinggi paha
pria”. Hal ini memungkinkan pasukan invasi untuk berbaris langsung melalui sungai,
menembus benteng kota Babel di malam hari.

Pada tanggal 29 Oktober, Cyrus sendiri masuk kota Babel dan menahan Nabonidus.
Sebelum invasi Cyrus ke Babel, Kekaisaran Babilonia telah menaklukkan banyak kerajaan.
Setelah mengambil alih Babel, Cyrus Agung menyatakan dirinya “Raja Babilon, Raja
Sumeria dan Akkad, Raja dari empat penjuru dunia”. Pada akhir pemerintahan Cyrus,
Kekaisaran Persia Dinasti Achaemenid membentang dari Asia Kecil di barat ke daerah barat
laut India di timur. Sebuah masa paling gemilang dalam sejarah Bangsa Persia, masa
sebuah bangsa di bawah pemimpin agung: penakluk, ahli strategi, humanis, seorang raja
yang berpaham monotheis, yang dalam al Qur’an disebut Zulkarnain.
SIAPAKAH CYRUS ZULKARNAIN?
Sampai saat ini mungkin sebagian besar dari kita masih belum secara pasti mengetahui
siapa Zulkarnain itu. Disebutkan bahwa Zulkarnain di dalam Surah Al-Kahfi adalah Raja
Koresh (Kurush) atau juga dikenal dengan Cyrus II Raja Persia, hal tersebut berdasar pada
alasan-alasan berikut ini:

[1] Kata Zulkarnain yang berbentuk kiasan “mempunyai dua kekuasaan atau kerajaan”
atau “dua tanduk” artinya seorang penguasa atau raja yang memiliki atau terbentuk dari 2
kerajaan. Dalam sejarah kita mengetahui bahwa Kerajaan Koresh (Persia) dibentuk dengan
menyatukan 2 kerajaan sebelumnya yaitu kerajaan Media dan Anshan pada tahun 549 SM.

[2] Dalam Kitab Daniel pada Perjanjian Lama disebutkan perumpamaan “Domba”
bertanduk 2 yang menanduk ke barat dan timur. Nabi Daniel dengan jelas menyebutkan itu
adalah raja Persia yang terbentuk dari Media dan Anshan.

“Vision” dari Nabi Daniel tentang biri-biri jantan bertanduk dua, yang sebelah tanduknya
lebih tinggi yang datang belakangan, mengisyaratkan tanduk yang lebih rendah yaitu Media
dan tanduk yang lebih tinggi yaitu Parsi (Persia) yang belakangan menjadi Imperium Parsi
(Persia). Dalam sejarah tokoh yang mendirikan Kerajaan Media dan Parsi yang kemudian
menjadi Imperium Parsi tersebut adalah Cyrus the Great (600 – 529) SM, mendirikan
Imprium Parsi (550) SM, dan memerintah (550 – 529) SM. Jadi “Vision” dari Nabi Daniel itu
mengisyaratkan bahwa Dzulqarnain adalah Cyrus the Great

[3] Zulkarnain adalah orang beriman pada Allah, tidak mungkin menyembah Dewa-dewa
seperti halnya Alexander (Iskandar), menurut buku yang pernah kami baca memang Koresh
adalah seorang raja Muslim yang mengikuti agama Tauhid (Monotheis) yang dibawa oleh
seorang nabi Persia Zaratushtra yang sekarang agamanya menyimpang disebut dengan
Zoroaster.

Cyrus the Great penganut yang taat dari ajaran Monotheis Zarathustra. Di sekolah-sekolah
diajarkan bahwa agama Zarathustra menyembah Dua Tuhan, yaitu Tuhan Terang Ahura
Mazda (Ormuzd) dan Tuhan Gelap, Angra Manyu (Ahriman). Namun dewasa ini ada aliran
agama Zarathustra di Amerika yang bersemboyan: “Kembali ke Gatha”, mereka ini
berkeyakinan Zarathustra tidak mengajarkan dua Tuhan, melainkan Zarathustra
mengajarkan Satu Tuhan, yaitu Ahura Mazda menciptakan Angra Manyu, seperti Allah
menciptakan Iblis (Lucifer) dalam agama Yahudi, Nashrani dan Islam. Ini mengisyaratkan
bahwa Cyrus the Great bukanlah penyembah berhala atau dewa-dewa, melainkan
beragama Tauhid (Monotheis), sehingga itulah sebabnya maka pada (538) SM Bani Israil
semuanya dikembalikan ke Yerusalem oleh Cyrus the Great. Gatha telah dibakar habis
tatkala Alexander menduduki Persepolis, sehingga Gatha hanya berupa rekaman ingatan
dari para pendeta agama Zarathustra. Alexander memperoleh gelar dari para pendeta
agama Zarathustra, yaitu “yang terkutuk”.
Alexander dari Macedonia adalah orang yang mengakhiri pemerintahan Dinasti Persia
Monotheis – Kerajaan Persia yang ada di masa lahirnya Islam adalah peninggalan dari
pecahan kerajaan Alexander (Seleucid) yang mengadopsi kepercayaan Politheisme Yunani
kuno. Berkaitan dengan kisah Ya`juj dan Ma`juj (Gog and Magog), Zulqarnain disebutkan
menyerbu ke barat tempat matahari terbenam. Dalam sejarah diketahui memang raja
Koresh menyerbu ke barat tepatnya kerajaan Lydia di Turki paling barat sekarang di mana
sang raja (Croesus) diampuni dan tidak dibunuhnya! Ini terjadi pada tahun 547-546 SM.
Kemudian disebutkan menyerbu ke timur yaitu tempat matahari terbit. Dalam sejarah
dengan mudah diketahui bahwa yang dimaksud adalah bangsa India! Yang memang ia
taklukkan pada 546-545 SM.

Kemudian disebutkan ke wilayah di antara gunung-gunung di mana terdapat bangsa


pengacau Ya`juj dan Ma`juj. Dalam sejarah yang kami ketahui memang raja Koresh
menyerbu wilayah Armenia di kaki pegunungan Kaukasus pada 537 SM (setelah penaklukan
Babilonia pada 539 SM). Kita mengetahui bahwa ia membangun tembok dari campuran besi
dan tembaga yang diperkirakan berada dekat kota Derbent sekarang, ternyata bahwa
Alexander tidak pernah menguasai pegunungan Kaukasus!!

Encyclopedia Columbia edisi ke-6, mencatat bahwa Derbent ditemukan pada tahun 438
oleh bangsa Persia sebagai pertahanan yang strategis di Pintu Besi. Benteng tersebut
masih ada clan diberi nama Tembok Kaukasia (Caucasian Wall) juga disebut Tembok
Alexander. Dibangun oleh bangsa Persia (yang menemukannya) pada abad ke-6, untuk
menahan serangan pendatang-pendatang dari daerah Utara.

[4] Kita juga mengetahui bahwa Koresh dengan baik hati mempersilahkan bangsa Yahudi
kembali ke tanah Palestina setelah terusir oleh bangsa Babel Khaldea sejak 586 SM, bahwa
jarang sekali ada raja sebaik ini dalam sejarah. Hal ini menunjukkan tingkat keimanannya.

Cyrus II inilah yg membebaskan orang-orang Yahudi yang diasingkan di Babilonia sejak


invasi Nebuchadnezar dan mengembalikan orang-orang Yahudi ke Yerusalem untuk
membangun Bait Suci (Bet El Makdesh) yang kedua kalinya. Pada masa pemerintahan Cyrus
II inilah terjadi gelombang pertama kepulangan orangorang Yahudi dari Babilonia. Cyrus II
terkenal karena pemerintahannya yang adil terhadap semua bangsa taklukannya.

Cyrus II meneruskan tradisi sejak raja-raja Babilonia yaitu membiarkan wilayah-wilayah


taklukannya diperintah oleh orang lokal dan di lain pihak mereka merekrut orang-orang
pilihan dari setiap wilayah taklukannya untuk menjadi pajabat di Istana Raja. Cyrus II juga
dikenal dgn gelar ”Cyrus The Great“

[5] Kembali pada kronologis penaklukannya dalam surah Al-Kahfi dalam al-Qur’an,
disebutkan ke barat, timur dan ke pegunungan, dimana hal ini telah dilakukan Koresh. Hal
ini tidak mungkin dilakukan oleh Alexander yang asalnya dari barat!
[6] Alexander sesungguhnya tidak sehebat itu, bukankah karena yang berkuasa di dunia
saat ini adalah orang-orang Eropa (barat) yang dengan subyektif menetapkan orang Eropa
sebagai yang paling hebat. Sebenarnya yang berhak disebut the Great adalah raja Koresh
karena ia dengan susah payah menaklukkan wilayah luas dari Turki (bahkan penerusnya
Darius I sampai ke Eropa) di barat sampai ke India di timur. Alexander tinggal menerima
enaknya saja dengan mengalahkan satu raja Persia (Darius III) pada 330 SM maka ia
menguasai semua provinsi milik Persia!!! (wilayah Mesir telah ditaklukkan Persia tahun 525
SM, Baylon (‘Iraq) pada 539 SM!!)

[7] Seperti diketahui fokus lokasi para nabi adalah sekitar timur tengah. Adalah logis
menetapkan Zulqarnain sebagai orang Persia yang dekat jazirah Arab daripada negeri
Makedonia-nya Alexander di Eropa!!

[8] Bisa jadi kata-kata Arab suku Quraisy diambil dari nama raja Persia Koresh yang
memang “the Great”, ”Agung”, “Magnus” dalam arti sebenarnya yang dekat dengan
wilayah Arab. Bukankah nama aslinya Fihr bergelar “Quraisy”. Sebagai penganut
monotheisme, tidak ada lambang/patung atau gambaran berhala/dewa-dewa dalam
makamnya yang polos dan sederhana –untuk ukuran seorang raja besar dalam sejarah.

HZY

Kisah Koresh yang Agung (Cyrus The Great)


Airlangga

7 tahun yang lalu


Iklan

Ada kisah yang menarik dalam Alkitab, yang tidak sengaja ditemukan pada saat-saat
iseng. Dari sejak kecil, kita mengetahui bahwa Allah mengurapi orang-orang yang
diutusnya, baik itu hamba maupun penguasa. Dan utusan-utusan Allah tersebut memiliki
misinya masing-masing, baik utusan itu sebagai nabi atau panglima perang atau raja.
Dalam suatu perikop Alkitab yang tidak sengaja saya temukan saat iseng membuka
Alkitab, terdapat judul “Allah Memakai Koresh sebagai Alat-Nya” dalam Yesaya 45:1-
8. Dan cerita pun berlanjut makin seru. Entah mengapa saya tertarik membaca perikop
tersebut dan mulai memasuki ranah keingintahuan saya yang paling dalam. Melalui rasa
keingintahuan itu, saya pun mulai membuka-buka internet melalui handphone yang saya
miliki. Cara yang paling sederhana untuk orang-orang seperti saya yang masih awam
dalam pengetahuan adalah melalui Google (bukan untuk promosi) atau mesin pencari
lainnya. Saat memasukkan kata Koresh ke dalam google, maka muncul tautan yang
mengarah ke situs Wikipedia. Koresh adalah sebuah nama Ibrani yang merujuk pada
nama Cyrus (umumnya ditujukan kepada Cyrus The Great). Koresh juga bisa berarti
matahari dalam bahasa Persia Kuno. Kemudian ada juga penggunaan Koresh lainnya
yang muncul di situ tapi saya abaikan karena saya lebih tertarik dengan Cyrus The
Great.

Nah, menurut salah satu mentor tidak langsung saya bahwa kita harus melihat Alkitab
terlebih dahulu sebagai sumber, baru kepada sejarah secara keseluruhan. Dan itu
sebenarnya hal yang sulit jika kita tidak tersadarkan akan kejadian-kejadian sejarah yang
telah terjadi karena apa yang tertulis dalam Yesaya 45:1-8, yang bukanlah sebuah narasi
melainkan bagai puisi yang berisi teka-teki akan nubuatan tentang Koresh. Dan teka-teki
bisa terjawab dalam sejarah Koresh itu sendiri. Saya sebagai penulis awam hanya
mencoba memuaskan keingintahuan saya dalam bentuk tulisan sebelum itu hilang dan
tidak berbekas. Mari kita melihat kisah Koresh atau Cyrus II The Great dalam Alkitab
melalui sejarah.

Saya hanya memiliki 1 sumber sejarah yang telah dirangkum dalam 1 bab dalam 1 buku
berjudul Sejarah Dunia Kuno yang ditulis oleh Susan Wise Bauer. Serta Alkitab yang
menjadi sumber pertama dalam memancing keingintahuan saya. Koresh lahir pada saat
Nebukadnezar berkuasa di Babel. Kakek Koresh adalah seorang raja bernama Astyages
dan Cyrus I (Koresh I). Raja Astyages adalah raja orang Midia sedang raja Koresh I
adalah raja orang Persia. Menurut kisah sebelumnya, Raja Astyages berkuasa atas Persia
sehingga Koresh I di sini hanyalah sebagai vassal atau raja yang takluk berada dalam
sebuah kekuasaan. Koresh I meninggal dan tahta pun diberikan kepada putranya
Kambises yang nantinya akan menjadi ayah dari Koresh II. Sedang raja Astyages
menikah dengan seorang wanita keturunan Lydia bernama Aryenis dan melahirkan
seorang putri bernama Mandane, yang nantinya akan menjadi ibu dari Koresh II. Dari
sinilah raja Koresh II atau Cyrus The Great akan digelari raja orang Media dan Persia.

Nubuatan Allah bahwa Koresh II akan menjadi penguasa telah muncul dalam mimpi raja
Astyages, dan muncul dua kali dalam mimpi Astyages. Mimpi pertama terjadi ketika
Koresh belum lahir. Menurut Herodotus, mimpi Astyages adalah dia buang air kecil
begitu banyak sehingga tidak hanya memenuhi kota, tetapi membanjiri seluruh Asia.
Menurut orang-orang bijak yang dimintai pendapat oleh Astyages meramalkan bahwa
seorang anak dari Mandane akan menjadi dewasa dan mengambil alih kerajaan. Ada
sebuah fakta bagi Astyages bahwa dia tidak memiliki seorang putra sehingga cucunya
ketika dewasa kelak akan menjadi pewarisnya. Hanya saja, Astyages rupanya tidak rela
melihat mahkota kerajaan lewat begitu saja dari kakek kepada cucunya.

Astyages kemudian memilihkan suami untuk Mandane dengan begitu hati-hati.


Wajarlah, karena anak satu-satunya dan perempuan lagi. Astyages tidak memilih salah
satu dari bangsawan Midia yang ada di Ekbatana (ibukota Midia). Pilihan jatuh kepada
raja Kambises, raja orang Persia taklukan Astyages. Jadi dia mengirimkan Mandane ke
Anshan, ibukota orang Persia, untuk menikahi Kambises. Kambises telah bersumpah
setia kepada Midia dan bukanlah seorang yang ambisius.

Mandane hamil dan Astyages bermimpi untuk kedua kalinya. Mimpi kedua Astyages
tentang pohon anggur tumbuh dari putrinya dan melingkari sekitar wilayahnya. Orang-
orang bijaksananya memberitahukan bahwa putra Mandane tidak hanya akan
meneruskan tahtanya, tetapi akan menggantikannya memerintah. Astyages rupanya
orang yang paranoid akan kehilangan kekuasaan, jadi dia memutuskan untuk membunuh
putra Kambises dan Mandane. Mandane pun diundang ke Ekbatana, dan tinggal dalam
kemewahan istana sambil menunggu kelahiran bayinya. Kambises hanya bisa rela
menerima undangan tersebut dan Mandane tidak dapat menolaknya.
Mandane melahirkan seorang putra, dan diberi nama Koresh atau Cyrus dalam bahasa
Persia Kuno mengikuti nama ayah dari suaminya. Astyages yang ingin membunuhnya
tetapi juga ingin menghindari rasa bersalah karena membunuh cucunya menyuruh
sepupu yang juga perwira utamanya bernama Harpagus untuk melenyapkan Koresh.
Harpagus sendiri ternyata tidak ingin berbuat sesuatu yang bisa membahayakan
nyawanya suatu saat nanti. Harpagus menyerahkan bayi Koresh kepada seorang
penggembala Astyages untuk dibunuh. Tangan Tuhan bekerja pada saat tersebut. Ketika
si penggembala menerima bayi Koresh, dia tidak membunuhnya tetapi memberikan
kepada isterinya yang mungkin sementara berduka atas bayinya yang mati saat
melahirkan. Koresh tumbuh di gubug si penggembala. Dan mungkin ini sedikit
menyiratkan bahwa Tuhan mengangkat Koresh sebagai gembala-Nya pada Yesaya
44:28. Jadi menurut perkiraan, Koresh pasti melewatkan 10 tahun hidupnya di
lingkungan tempat tinggalnya sebagai seorang penggembala kecil yang mengikuti ke
mana ayah tirinya pergi.

Menurut Susan, cerita dari Herodotus ini merupakan pengulangan suatu resiko biasa
yang juga memperlihatkan penunjukan seorang raja secara ketuhanan. Seorang bayi,
secara ajaib dipelihara, tumbuh menjadi seorang pemimpin besar, berkat pemeliharaan
Tuhan yang jelas terpampang sejak awal kehidupannya.

Koresh ditemukan oleh kakeknya, Astyages, pada saat dia berumur 10 tahun di sebuah
lapangan umum di mana dia sedang memimpin anak-anak laki-laki lain dari desa itu.
Tidak disebutkan bagaimana cara Astyages mengetahui bahwa anak tersebut adalah bayi
putrinya yang ingin dibunuhnya. Astyages mengirimkan Koresh kembali kepada
orangtuanya di Anshan sebagai jalan terbaik. Astyages kemudian menghukum Harpagus
atas kejadian tidak matinya Koresh dengan membunuh anak sepupunya tersebut. Anak
Harpagus sendiri dibunuh dan dipanggang untuk menjadi sajian utama pada saat
Harpagus diundang menghadiri pesta di istana. Harpagus adalah seorang yang bisa
menguasai diri dan mulai merencanakan balas dendam dalam jangka panjang.

Koresh tumbuh dewasa di Anshan, di lingkungan ayahnya di Persia. Astyages pun


sedang berjaga-jaga jangan sampai ada kekuatan militer di Persia ataupun dari Harpagus
yang ingin menyerangnya suatu saat nanti. Jadi Astyages menempatkan penjaga di
sepanjang jalan dari Anshan ke Ekbatana.

Pada tahun 559 SM, raja Kambises I meninggal dan Koresh muda menjadi penguasa
atas Persia. Koresh belum melupakan kejahatan kakeknya, Astyages terhadap dirinya
(melalui cerita-cerita Mandane, ibunya). Orang-orang di Persia telah berada di belakang
Koresh jika dia memilih untuk memberontak melawan dominasi Midia. Koresh perlahan
mulai meyakinkan suku bangsa lain untuk melawan Midia dengan slogan “Bebaskan
dirimu dari perbudakan…setidaknya kamu sederajat dengan bangsa Midia dalam
segalanya, termasuk peperangan!” Di dalam lingkungan istana Astyages sendiri,
Harpagus mulai merencanakan balas dendam atas kelakuan sepupunya terhadap
anaknya. Menurut Herodotus, Harpagus sudah menemui satu per satu orang penting
Midia dan meyakinkan betapa pentingnya Koresh sebagai pemimpin dan membawa
pemerintahan Astyages kepada akhir.

Ketika semua siap, Koresh dan bangsa Persia mulai bergerak menuju Ekbatana.
Pengawas yang ditempatkan Astyages menaikkan tanda bahaya. Raja Midia tua itu
tampaknya merasa takut sehingga orang-orang bijaksana yang menafsirkan mimpinya
dulu dihukum mati di luar Ekbatana. Harpagus ditunjuk oleh Astyages untuk memimpin
pasukan Midia melawan Koresh, yang kemudian berpindah pihak. Astyages kemudian
kalah dan dijadikan tahanan. Sebuah kejadian yang luar biasa menurut saya adalah
ketika Koresh lebih memilih menawan kakeknya ketimbang membunuhnya. Membunuh
lawan yang kalah sebenarnya adalah hal yang lazim pada masa itu. Astyages kemudian
meninggal dalam tahanan yang nyaman menurut ukuran pada masa itu.

Koresh pun telah menjadi raja atas orang Midia dan Persia. Dia belum berniat
menaklukkan Babilonia pada saat itu, yang menurut Koresh sendiri bahwa waktunya
belum tepat. Sesudah kematian Astyages, Koresh langsung membubarkan perjanjian
damai antara bangsa Lydia dan Midia. Koresh kemudian mulai bergerak ke arah
kediaman kakek-pamannya Croesus (ingat, nenek dari Koresh adalah seorang Lydia).
Peperangan tak terhindarkan di sungai Halys dan berakhir imbang. Croesus mundur dan
bermaksud meminta bantuan Babilonia. Koresh tidak memberinya kesempatan kepada
Croesus dan terus menakan ke pertahanan Lydia sehingga terpojok di depan Sardis
sendiri. Dalam 14 hari, Sardis jatuh dan Croesus ditahan.

Koresh adalah seorang dermawan yang suatu saat akan memberikan keuntungan
baginya. Salah seorang penulis bernama Xenophon bercerita dalam tulisannya tentang
Koresh. Koresh mengombinasikan pengekangan, keadilan, kepandaian, dan kebaikan
jiwa membantunya mendirikan sebuah kekaisaran yang paling besar di dunia. Dia
dipatuhi rakyatnya secara sukarela padahal dia menguasai banyak kota, banyak rakyat,
dan banyak bangsa. Bahkan oleh rakyat yang jaraknya beberapa bulan dari Koresh
sukarela mematuhi perintahnya. Menurut Susan, dari semua keadilan dan kebajikan jiwa
Koresh, dia melebihi segala raja terutama dalam menciptakan teror. “Dia dapat
menyampaikan rasa takut kepada dirinya kepada banyak orang di dunia sehingga dia
mengintimidasi semuanya” kata Xenophon.

Melalui kedermawanannya, Koresh meyakinkan rakyat di dalam kekaisarannya dengan


menjadi Mata dan Telinga Raja alias mata-mata kekaisaran. Sehingga menciptakan,
seolah-olah, hadirnya raja di dalam suatu wilayah. Bangsa Midia, Lydia, dan provinsi-
provinsi di Asyur Utara (yang ditaklukkan oleh kakeknya) adalah bagian dari kekuasaan
Koresh. Kemudian raja memberi tugas kepada Harpagus untuk menaklukkan kota-kota
Ionia sepanjang pantai, dan dia sendiri pulang untuk melakukan operasi militer kembali
di sebelah timur Midia. Tapi, Babilonia adalah kekuatan yang paling berkuasa saat itu.
Selain Babilonia ada kerajaan orang-orang Scythia dan Mesir. Jadi, pada masa itu ada 4
kekuatan besar di wilayah Mesopotamia dan sekitarnya yaitu: Persia (dan Midia),
Babilonia (Nebukadnezar telah mati), Mesir, dan bangsa Scythia.

Koresh pada tahun 540 melihat kesempatan untuk menyerang Babilonia mulai
mengirimkan pasukan penyerang untuk mengadakan perang-perang kecil dengan orang
Babilonia sepanjang perbatasan sebelah timur. Penyerangan tersebut rupanya menjadi
serius sehingga raja Babel saat itu, Nabonidus kembali ke Babel dari persiapan
perjalanan militernya ke utara.

Ketika Nabonidus tiba, Koresh sedang merencanakan serangan langsung ke Babilonia.


Dan pertarungan tak terelakkan di Opis, setelah pasukan Babel menyeberangi sungai
Tigris. Orang Babilonia kalah dan dipukul mundur ke kota. Karena merasa tidak cukup
mampu untuk memenangi pertempuran melawan Persia saat itu, mereka membarikade
diri di dalam kota. Persediaan makanan di dalam kota Babel, menurut Xenophon, cukup
untuk hidup selama 20 tahun. Koresh sadar bahwa butuh waktu yang sangat panjang
untuk membuat orang-orang Babilonia kelaparan.
Koresh membuat strategi lain dengan memanfaatkan alam yang berada di wilayah
Babilon. Menurut Xenophon, sungai Tigris yang mengalir di tengah-tengah Babilonia
lebih dalam daripada ketinggian 2 orang. Kota juga tidak akan mudah dibuat banjir
karena penguatan Nebukadnezar. Koresh mempunyai strategi lain, dia menggali parit-
parit sepanjang sungai Tigris, di hulu sungai dari kota, dan sepanjang suatu malam dia
dan orang-orangnya membuka parit tersebut secara bersamaan. Mengalihkan arus
utamanya jauh ke berbagai arah sehingga ketinggian sungai Tigris yang mengalir di
tengah kota menurun segera. Hal tersebut memungkinkan pasukan Persia untuk bergerak
melalui lumpur di dasar sungai, di bawah tembok-tembok kota. Unit penyerang inti
memanjat keluar dari dasar sungai di dalam kota pada malam hari. Dan menurut kitab
Daniel, saat itu Belsyazar (dia dan Nabonidus adalah wali bersama Babel) sedang
berpesta di dalam istana dengan ratusan bangsawan dan sudah sama sekali tidak
menyadari bahwa pasukan Persia sudah datang menyerang. Nabodinus yang masih
hidup berada di tempat lain di dalam kota, dia ditangkap dan dijadikan tahanan sedang
Belsyazar dibunuh. Gerbang-gerbang dibuka dari dalam dan orang-orang Persia masuk
ke dalam Babel. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 539 SM.

Beralih ke sumber Alkitab. Pada Yesaya 41:1-7, Tuhan akan membangkitkan seorang
pembebas bagi bangsa Israel yang ditawan di Babilonia berasal dari timur (ayat 2) dan
itu ditujukan kepada Koresh. Koresh pula orang yang mengatakan tentang pendirian
kembali Bait Suci dan melalui perantaraan Ezra dan Nehemia Bait Suci itu berdiri. Hal
itu telah ditetapkan oleh Tuhan dalam Yesaya 44:28 bahwa melalui perkataan Koresh-
lah Yerusalem akan dibangun kembali, dan Bait Suci Salomo akan berdiri untuk kedua
kalinya. Dalam Yesaya 45:1-8, penggenapan nubuatan atas Koresh terjadi ketika dia
berkuasa. Koresh juga sama sekali tidak mengenal Tuhan yang menggerakkannya. Di
dalam perikop tersebut sangatlah jelas terpampang dalam sejarah Koresh atau Cyrus II
The Great. Dengan tuntunan Tuhan, dia mengalahkan semua musuh-musuhnya dan
menjadi pembebas bagi bangsa Israel dari penawanan. Dan melalui mulut Koresh (Ezra
1:2-4 dan 2 Tawarikh 36:23) maka nubuatan dalam Yesaya 45:6-7 terpenuhi. Kata
Koresh dalam Ezra maupun 2 Tawarikh demikian “Beginilah perintah Koresh, raja
Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Allah semesta
langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang
terletak di Yehuda. Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya, Tuhan, Allahnya,
menyertainya, dan biarlah ia berangkat pulang!”. Perkataan Koresh tersebut disebarkan
secara lisan dan tulisan ke seluruh negeri Persia dan jajahannya. Dan ingat, bahwa
Koresh dipatuhi rakyatnya dengan sukarela dan setiap kata-katanya didengar oleh
rakyatnya. Yesaya 45:5-6 terpenuhi melalui perkataan Koresh tersebut, bahwa “supaya
orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di
luar Aku. Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain, yang menjadikan terang dan
menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang;
Akulah Tuhan yang membuat semuanya ini”.

Koresh membangun sebuah ibukota baru bernama Pasargadae. Dalam kekaisarannya,


orang-orang yang dikalahkan berhasil untuk meneruskan kehidupannya sehari-hari tanpa
banyak gangguan. Hal yang baru dalam kekaisaran Koresh terletak pada kemampuannya
untuk menganggapnya, bukan sebagai bangsa Persia di mana rakyatnya harus berbuat
lebih bersifat Persia, tetapi lebih sebagai jaringan bangsa di bawah peraturan Persia.
Berbeda dengan orang-orang Assiria, dia tidak berusaha menghancurkan kesetiaan atau
identitas bangsa (bangsa Assiria adalah bangsa yang menawan orang-orang Israel Utara
dan menghancurkan identitas mereka). Sebaliknya Koresh melihat dirinya sebagai
pendamping yang penuh kebajikan untuk identitas tersebut (Susan Wise Bauer).

Kisah Koresh hanyalah satu dari sekian banyak kisah sejarah di dalam misi penyataan
Allah kepada dunia ini. Kejayaan Koresh adalah bukti betapa Allah hadir dalam dunia,
walaupun Koresh tidak mengenal Allah tersebut (berulang kali ditegaskan dalam Yesaya
45:1-8 “sekalipun engkau tidak mengenal Aku”). Dari awal kisah lahirnya Koresh, Allah
telah turut serta. Dan bahwa dia harus hidup dan berada dalam gubug gembala selama
10 tahun, Allah terus menyertainya dalam menjalankan misi penyataan Allah di dalam
dunia. Dan Allah menepati janjinya terhadap Koresh sehingga dia begitu berkuasa dan
jaya pada masanya.
Iklan

Kategori: What I See

Tinggalkan sebuah Komentar

HZY

Blog di WordPress.com.
Kembali ke atas
Iklan
Dalam artikel MISTERI NUBUATAN ALKITAB (1) kita telah pelajari mimpi populer dari Nebukadnezar
dalam Daniel 2. Nabi Daniel yang masih sangat muda telah menjelaskan apakah mimpi misterius itu
kepada raja Nebukadnezar. Namun rasa ingin tahu raja belum seluruhnya terjawab karena belumlah
diceritakan oleh Daniel apa makna dari mimpi itu. Dengan tetap sabar dan menunjukkan rasa hormat,
berkatalah Daniel kepada Nebukadnezar, “Tuankulah kepala yang dari emas itu.”
Babel, kerajaan besar yang dipimpin oleh Nebukadnear adalah kerajaan yang dilambangkan oleh emas
dalam mimpi itu. Mereka adalah kerajaan emas di era emas pula yang berkuasa dari 605-539 SM, dan
sejarah membuktikan kebenarannya. Hampir seluruh bangunan mereka dilapisi dengan emas, dan ada
lebih dari 200 kuil kubah emas di dalam tembok kerajaan itu. Tidak hanya itu, mereka memiliki persediaan
bahan makanan yang tidak akan habis dimakan dalam kurun waktu 20 tahun. Dan yang membuat mereka
berpikir sangat yakin dan percaya diri bahwa kerajaan mereka akan bertahan selamanya adalah tembok
pertahanan mereka yang menjulang setinggi 100 meter dan lebar 30 meter. Dengan semua fakta ini
pantaslah Nebukadnezar begitu percaya diri bahwa kerajaan yang dipimpinnya akan berkuasa selamanya.
Ditemukan sebuah tablet yang berisi sebuah kalimat pernyataan Nebukadnezar, “Kiranya Babel bertahan
selamanya.”

Pertanyaannya adalah: “Benarkah Babel bertahan selamanya?” Kekuasaan Babel adalah berdasarkan yang
Alkitab nubuatkan, maka untuk menjawab pertanyaan itu pun mari kita cari jawabannya pula dari Alkitab.
Dalam ayat 39 Daniel memberitahukan kepada Nebukadnezar bahwa “akan muncul suatu kerajaan lain,
yang kurang besar dari kerajaan tuanku.” Sederhananya bahwa kerajaan Babel tidak akan bertahan
selamanya dan itu terbukti benar seperti yang Alkitab nubuatkan.

Setiap logam dalam patung itu melambangkan setiap kerajaan yang silih berganti menguasai dunia. Emas
melambangkan Babel. Lalu perak pada dada dan lengan yang menunjuk kepada kerajaan yang menguasai
dunia setelah Babel, melambangkan kerajaan apakah itu? Sejarah mencatat bahwa kerajaan yang
menguasai dunia setelah mengalahkan Babel adalah Media-Persia.

Bagaimanakah Media-Persia mengalahkan Babel yang memiliki tembok pertahanan yang menjulang tinggi
dan tebal itu? Namun yang pasti sekitar 150 tahun sebelum Media-Persia mengalahkan Babel pada tahun
539 SM, melalui nabi Yesaya Tuhan sudah menubuatkannya lengkap dengan siapa yang akan memimpin
penaklukan itu dan cara menaklukkannya. “Inilah firman-Ku kepada orang yang Kuurapi, kepada
Koresh yang tangan kanannya Kupegang supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa dan
melucuti raja-raja, membukakan baginya dua pintu, supaya pintu-pintu gerbang tidak
ditutup.” (Yesaya 45: 1, KJV).
Bagaimanakah nubuatan Yesaya ini tergenapi? Tepat pada tanggal 13 Oktober 539 SM, di bawah
pimpinan Koresh, Media-Persia mengepung Babel. Namun Babel begitu percaya diri dengan kekuatan
tembok pertahanan mereka. Di malam pengepungan itu mereka mengadakan pesta besar dan banyak dari
tentara mereka yang mabuk. Di saat bersamaan tentara Media-Persia menghentikan aliran sungai Efrat
yang mengalir tepat melintasi kerajaan Babel menjadi beberapa saluran supaya mereka dapat menyusup
masuk ke dalam area Babel melalui saluran sungai yang telah kering; meski pun masih ada dua dinding
pada kedua sisi sungai itu lengkap dengan gerbangnya. Namun dalam keadaan mabuk, tentara Babel
membiarkan gerbang yang ada di dinding sungai itu dalam keadaan terbuka. Sehingga selama malam itu
tentara Media-Persia berjalan berbaris di aliran sungai yang telah mengering tepat di bawah dinding, lalu
melewati pintu gerbang yang terbuka itu dan menaklukkan kota Babel, tepat seperti yang telah nabi
Yesaya nubuatkan. Demikianlah Media-Persia mengalahkan Babel dan menguasai dunia dari 539-331 SM.

Catatan prestasi luar biasa ini dicatat dalam batu Silinder Koresh. Hari ini bukti itu berada di sebuah
museum di London, Inggris. Ini adalah bukti bahwa nubuatan Alkitab itu benar. Melalui Alkitab, Tuhan
meramalkan kejatuhan Babel dan kemenangan Media-Persia jauh sebelum itu terjadi. Dan tentu saja, Dia
tahu masa depan dan kita bisa mempercayai Dia
14:22 "Aku akan bangkit
p melawan mereka," demikianlah firman

TUHAN semesta alam, "Aku akan melenyapkan nama


q Babel dan

sisanya, anak cucu dan anak cicitnya,


r " demikianlah firman

TUHAN. 14:23 "Aku akan membuat Babel menjadi milik landak


s dan
menjadi air rawa-rawa, dan kota itu akan Kusapu bersih dan

Kupunahkan,
t " demikianlah firman TUHAN semesta alam

Anda mungkin juga menyukai