PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Wilayah kekuasaan Abbbasiyah pada periode pertama hingga masa keruntuhan sangat
luas, meliputi berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syria, Persia, Turki
dan India. Penyebab mengapa banyak daerah yang memerdekakan diri adalah terjadinya
Dalam peradapan umat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah satu bukti sejarah
peradapan Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintahan umat Islam
yang memperoleh masa kejayaan yang gemilang. Pada masa ini banyak kesuksesan yang
diperoleh Bani Abbasiyah, baik itu dibidang ekonomi, politil, dan ilmu pengetahuan.
Hal ini perlu diketahui sebagai acuan semangat bagi generasi ummat Islam bahwa
peradapan ummat Islam itu pernah memperoleh masa keemasan yang melampaui
Islam itu diakui oleh seluru dunia, maka akan memotivasi sekaligus menjadi ilmu
pengetahuan tentang sejarah peradapan umat Islam bahkan untuk mengulangi masa
keemasan tersebut.
diri dari pemerintahan. Setelah memerdekakan diri dari kekuasaan Abbasiyah, kebanyak
dari mereka membangun dan menjadikan wilayah tersebut menjadi dinasti-dinasti kecil
yang berdiri secara independen dan berusaha untuk meluaskan wilayah kekuasaan dengan
1
penuh, seperti dinasti Idrisiyah, kedua seorang yang ditunjuk oleh khalifah dan
kedudukannya semakin bertambah kuat, seperti dinasti Thahiriyah dan lain sebagainya.
2. Rumusan Masalah
1. Dinasti apa saja yang berdiri di bagian timur Bagdad dan bagaimana sejarahnya ?
2. Dinasti apa saja yang berdiri di bagian barat Bagdad dan bagaimana sejarahnya ?
3. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui sejarah Dinasti-dinasti yang berdiri di bagian timur Bagdad.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dianasti ini didirikan oleh thahir ibn Husain (150-207 H.)1, seorang yang berasal dari
Persia1, terlahir di desa musanj dekat marw. Ia diangkat sebagai panglima tentara pada
masa pemerintahan pada masa khalifah Al-Makmun dalam menumbangkan khalifah Al-
Amin dan memadamkan pemberontakan kaum Alwiyin di khurasan. Pada mulanya, Al-
mesir pada tahun 205 H., kemudian dipercaya pula untuk mengendalikan wilayah timur.
Thahir ibn Husain yang memerintah pada tahun 205-207 H., menjadikan kota marw
sebagai tempat kedudukan gubenur2. Setelah ia wafat jabatan gubenur dilimpahkan oleh
khalifah kepada anaknya, yaitu Thalhah Ibn Thahir yang memerintah selama 6 tahun, yaitu
sejak 207-213 H.
Thahih dan merupakan pemegang jabatan gubenur khurasan terlama (213-248). Selama
baik dan setia kepada pemerintahan Abbasiyah di bagdad. Bahkan daerah Mesir pun pada
tahun 210 H. yang pada waktu itu sempat menimbulkan gejolak. Karena hubungan dekat
dan kepercayaan yang diberikan Al-Ma’mun cukup besar, wilayah kekuasaan Abdullah
3
Pada tahun 213 H., wilayah kekuasaan Abdullah Ibn Thahir dikurangi dan Al-
Makmun menyerahkan Suriah, Mesir, dan Jazirah kepada saudaranya sendiri, Yaitu Ishak
Hal ini dilakukan Al-Makmun setelah ia menguji kesetiaan Abdullah Ibn Thahir, yang
diketahui ternyata cenderung memihak kepad keturunan Ali Ibn Abi Thalib5.sesudah
Ia merupakan gubenur terakhir dari keluarga Thahiri. Kemudian, daerah Khurasan diambil
alih oleh keluarga safari melalui perjuangn bersenjata. Keluarga safari merupakan saingan
khalifah Abbasiyah dan saling membantu dalam menjalankan kakuasaan Abbasiyah. Jhal
ini terbukti ketika Al-Mu’tashim harus memerangi pemberontakan Al-Maziyar Ibn Qarun
dari Tabarristan. Abdullah Ibn Thahir turun tangan menyelesaikan dan menghancurkan Al-
Maziyah.7
kepada keluarga Saffari yang mulai mengerogoti dan mulai melancarkan gerakan untuk
menguasai Khurasan.8
gerakan Saffari yang terus mendesak kekuasaan thabbari dari arah selatan, pada tahun 259
4
Para ahli sejarah mengakui bahwa pada zaman Thahiri, dinasi ini telah memberikan
sumbangan dalm memajukan ekonomi, kebudayaan dan ilmu pengetahuan islam. Kota
Naisabur berhasil bangkit menjadi salah satu pusat perkembangan ilmu dan kebudayaan di
timur. Pada masa itu, Negeri Khurasan dalam kadaan makmur dalam pertumbuhan
ekonomi yang baik(9) sehingga dapat mendukung kegiatan ilmu dan kebudayaan pada
seterusnya.2
Kemudian, dinasti thahiri dapat diandalkan oleh Khalifah Abbasiyah untuk menjaga
ketenteraman dan kemajuan dunia islam. Mereka berhasil menguasai dan mengamankan
wilayah sampai ke Turki yang para sultannya telah menyatakan kesetiaan dan ketaatan
Dengan demikian, meskipun kekuasaan Thahiri dapat direbut oleh Keluarga Saffari,
Philip K. Hitti mengatakan bahawa Dinasti Saffariah didirikan oleh Ya’kub Ibn Al-
Laits. Dinasti ini lebih singkat jika dibandingkan dengan dinasti Thahiriyah. Dinasti ini
hanya bertahan 21 tahun. Ia berasal dari perajin tembaga dan semenjak kecil bekerjs di
perusahaan tuanya. Keluarga ini berasal dari sijistan.12 Selain dalam bidang ini ia juga
yang cukup luas dan megah(14) Ya’kub mendapat simpati dari pemerintah sijistan pada
waktu itu karena dinilai memiliki kesopanan dan keberanian. Oleh karena itu ya’kub di
6 Muhammad Ali Haidir. Ad-Dawailiyah Al-Masyriq. Al-Qahirah: Alam Al-Kutub, 1972, hlm. 17
7 Al-Thabari,op. cit. hlm. 336. Lihat pula Mahmud & Syarif, op. cit. hlm. 456
8 HAsan Ahmad Mahmud & Ahmad Ibrahim Syarif, op. cit. hlm 456
9 Ibnu Al-Atsir, op. cit. hlm. 457
5
tunjuk untuk memimpin pasukan untuk memerangi pembangkang daulah Abbasiyah di
bagian timur khususnya di Sijistan. Ketika Ya’kub menjadi panglima perang, ia berhasil
Selanjutnya, menguasai kota Harat dan Busang. Setelah berhasil mengusir tentara
Ya’kub juga menaklukkan sisa-sisa kekuasaan yang pernah dikuasai oleh Thahiriyah
yang masih setia di Khurusan sehingga kekuasaan semakin luas dan mantap.16
buta. Hal ini sebenarnya sudah diperingatkan oleh khalifah di Bagdad pada waktu itu,
namun ia tidak memperdulikan lagi apa yang dilarang oleh pemerintah pusat. Ia
menentangnya dan melanjutkan gerakannya sampai Persia, Irak, Ahwaz. Karena faktor
Saffariah juga dikenal sebagai dinasti yang di pimpin oleh rakyat jelata dan prilaku
mereka seperti bandit yang menjadi elemen-elemen mereka juaga tokoh-tokoh radikal.
Kerasnya sikap Ya’kub dan penentangnnya yang keras terghadap intruksi khalifah,
serta ditunjukkannya kekuasaan yang baru dan didududki oleh Ya’kup dengan bala tentara
yang cukup kuat, menunjukkan khalifah Abbas di bagdad sudah menunjukkan kelemahan.
Dengan kelemahannya ini Bagdad yang waktu itu dipimpin oleh Al-Mu’tamad telah
diberikan Khalifah pada waktu itu adalah Khurasan. Tibrasan, jurjan dan Ar-Ra.17
6
Ya’kub menjadi pemimpin dinasti kurang lebih 11 tahun. Setelah ia meninggal pada
tahun 878, kepemimpinannya diserahkan kepada saudara-saudara nya Amr Ibn A-Laits.
Sikap amr ini tidak keras, seperti saudaranya, Ya’kub bahkan sebelum diangkat ia
intinya akan mengikuti semua petunjuk yang diberikan oleh Bagdad pada daerahnya.
Sekalipun demikian, tidak ada keterangan yang menyebutkan bahwa surat itu
dimaksudkan sebagai tujuan politik agar Bagdad mendukungnya. Fakta yang ada adalah
Amr akan menaati seluruh Bagdad. Kenyataan ini didukung oleh fakta bahwa setelah ia
menggantikan kakaknya, hubungan Bagdad dengan Saffariah semakin baik. Namun, ada
analisis yang menyebutkan, Bagdad melunak terhadap Amr dengan tujuan lebih
demikian, kekuasaan Amr ini dielimenasi sehingga, luas wilayahnya tidak seluas seperti
yang dikuasai oleh Ya’kub. Diantara wilayah yang dicabut khalifah adalah daerah
Pada saat khalifah Bagdad dipegang oleh Al-Mu’tadid, Bagdad tetap mengakui
kekuasaan Amr, sekalipun mendapat perlawanan dari kalangan istana. Pembesar istana
menahan Amr, kemudian memberikan kekuasaan cucunya, Thahir Ibn Muhammad Ibn
Amr, kekusaan diberikan kepada saudaranya Al-Laits, tetapi khalifah ini berhadapan
dengan As-Sabakri, yaitu pembantu Amr Ibn Al-Laits. Pada saat inilah terjadi perebutan
7
3. Dinasti Samaniyah (875-1004)
Berdirinya dinasti ini bermula dari pengangkatan empat orang cucu saman oleh
Khalifah Al-Ma’mun menjadi gubenur di daerah Samarkand, Pirghana, Shash, dan Harat
19)
yang ada dibawah pemerintahan Thahiriah pada waktu itu. Akan tetapi ternyata, selain
mempunyai hasrat untuk menguasai wilayah yang diberikan khalifah kepada mereka,
keempat cucu tersebut mendapat simpati warga Persia, iran. Awalnya simpati mereka
Sijistan, Karman, Jurjan, Ar-Ray, dan Tabanistan, ditambah lagi daerah Transoxiana,
Berdirinya dinasti Samaniyah ini dorong pula oleh kecenderungan masyarakat Iran
pada waktu itu yang ingin memerdekakan diri terlepas dari Bagdad. Oleh karena itu,
tegaknya Dinasti Samaniyah ini bisa jadi merupakan manisfestasi dari hasrat masyarakat
Iran pada waktu itu. Adapun pelopor yang pertama kali mempromosikan Dinasti
Ahmad (874 M.), cucu tertua dari keturunan Samaniyah, Bangsawan Balk
Dinasti Samaniyah ini berhasil menjalin hubungan dengan baik, sehingga berbagai
kemajuan pada dinasti ini cukup mambanggakan, baik dari bidang ilmu pengetahuan,
filsafat, juga politik. Pelopor yang yang sangat berpengaruh dalam filsafat dan ilmu
pengetahuan pada dinsti ini, yaitu Ibn Sina, yang pada waktu itu pernah menjadi menteri.
hidup dan perekonomian masyarakat. Hal ini diakibatkan adanya hubungan yang baik
antara kepala-kepala daerah dan pemerintah pusat, yaitu Dinasti Bani Abbas.
19 Browkelmann. History of the Islamic People.London: Rotletge And Kegan Paul, 1980, hlm. 165
20 Philip K. Hitti, Ibid., hlm. 462
21 Ibid.
8
Setelah mencapai puncak kegemilangannya bagi bangsa persi (Iran), semanagt fanatik
kesukuan pun cukup tinggi pad dinsti ini. Oleh karena itru banyak imigran Turki yang
menduduki posisi di pemerintahan, dengan serta merta, para imigran Turki tersebut
dicopot karena faktor kesukuan. Akibat ulahnya ini, Dinasti samaniyah mengalami
tumbuh dinasti baru, yaitu Dinasti Al-Ghaznawi yang terletak di India dan Turki22
Dinasti Samaniyah juga terlah berhasil menciptakan kota Bukhara sebagai kota
budaya dan kota ilmu pengetahuan yang terkenal di seluruh dunia, karena selain Ibn Sina,
muncul juga para pujangga dan ilmuawan yang terkenal, seperti Al-Firdausi, Ummar
mampu menandingi kota kota-kota lainnya di dunia islam pada waktu itu. Kota, selain
berpungsi sebagai kota ilmu pengetahuan dan budaya, juga telah menjadi kota
4. Dinasti Gazhnawi
Abd Malik Ibnu Nuh (Khalifah dari dinasti Samani) mengangkat Alptigin untuk
pengawal komandan pengawal kerajaan; dan akhirnya diangkat menjadi gubenur (amir)
Khurasan. Alptigin hanya setia kepada Abd al-Malik Ibn Nuh. Ketika Malik Ibn Nuh
wafat, ia tidak mentaati khalifah dinasti Samani yang baru, yaitu Manshur Ibn Nuh
(pengganti Abd Al-Malik Ibn Nuh). Pada tahun 963 M, Alptigin wafat dan digantikan
oleh putranya, Ishak. Akan tetapi kekuasaannya kemudian direbut oleh Balk Ktigin; dan
Balk Ktigin digantiakn oleh Firri; Firri kemudian diserang oleh Subuktigin dan ia
9
berhasik menguasai Gazna pada tahun 977 M. subuk tigin dianggap sebagai pendiri
dinasti Gaznawi yang sebenarnya. Akan tetapi, Subuktigin masih tunduk kepada Dinasti
a. perluasan wilayah
(india),dan Kabul (afganistan). Pada tahun 997, Subuktigin Wafat. Ia digantikan oleh
Mahmud. Mahmud mulai memakai gelar sultan (sebelum bergelar amir) dan
menyatakan diri tunduk kepada khalifah Abbasiyah (Al-Qadir Billah). Antara tahun
dengan menaklukan Lahore, Multan, dan sebagian daerah Sind; setelah itu, ia pun
menaklukan Gujarat (1025 M.), Khawarizmi, Georgia, dan Rayy (1026 M). akhirnya,
sebagian Transoxiana, Sijistan, tepi sungai Gangga, dan Punjab (sekarang Pakistan).
Pada zaman kejayaan al-Gaznawi, muncul sejumlah ulama’ yang memiliki karya
10
Mahmud al-Gaznawi merupakan khalifah terbaik Dinasti Gaznawi. Pada tahun 1030
Salah satu wilayah samaniyah, sebelah selatan oxus, perlahan-lahan di caplok oleh
Dinasti Ghaznawi, yang berkuasa di bawah pimpinan salah satu budak Turki.
persaingan dengan Iran untuk mencapai kekuasaan dalam islam. Meski dengan demikian,
kekuasaan Ghaznawi sama sekali tidak berbeda dengan kekuasaan Samaniyyah atau
Saffariyah. Ghazawi tidak ditopang dengan angkatan bersenjata, maka semuanya segara
memisahkan diri dan muncullah dinasti-dinasti muslim independen, di utara dan barat
11
B. Dinasti-dinasti Kecil di Barat Bagdad
Setelah Ali bin Abi Thalib terbunuh, keturunan Ali terus berjuang untuk memperoleh
kekuasaan. Diantaranya adalah pemberontakan yang dilakukan oleh Imam Husen Ibn Ali
di Madinah pada jaman Dinasti Umayah. Dalam perang tersebut (pemberontakan), husen
terbunuh di Karbala dan salah seorang keluarganya Idris Ibn Abd Allah melarikan diri ke
Mesir kemudian pindah ke Maroko. Di Maroko ia bergabung dengan Ishaq Ibn Abd al-
Hamid (kepala suku Awaraba). Kemudian Idris Ibn Abd Allah di bai’at oleh suku
yang terpisah dari dunia Islam. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa Khalifah Harun
Sulaiman bin Jarir untuk menjadi mata-mata dan berpura-pura menentang daulah
Abbasiyah.
Bersamaan dengan hal itu, khalifah Harun Ar-Rasyid juga menyerahkan kawasan
Tunisia kepada Ibrahim bin Aghlab dengan segala hak-hak otonomnya dengan tujuan
untuk menahan bila Idrisiyah melakukan ekspansi ke negri Mesir dan Syam. Sebagai
ganti setianya, Ibrahim bin Aghlab menyerahkan pajak tahunan sebesar 40.000 dinar ke
Bagdad. Karena letak geografis antara wilayah Afrika Utara dan pusat pemerintahan di
Bagdad sangat jauh, daerah tersebut tidak mendapatkan kontrol yang efektif dari
pemerintahan pusat. Akhirnya dengan daerah Tunisia dan Aljajair sebagai wilayah
288
kekuasaannya, berdirilah Dinasti Aghlabiyah (800-909 M.) Dinasti ini didirikan oleh
salah satu seorang penganut Syi’ah yaitu Idris bin Abdullah pada tahun 172 H./789 M.
12
Dinasti ini merupakan dinasti Syi’ah pertama yang tercatat dalam sejarah berusaha
Muhammad bin Idris merupakan salah seorang keturunan Nabi Muhammad SAW,
yaitu cucu dari Hasan, putra Ali bin Abi Thalib. Dengan demikian, dia mempunyai
hubungan dengan garis imam-imam Syi’ah. Dia juga ikut ambil bagian dalam perlawanan
keturunan Ali di Hizaj terhadap Abbasiyah pada tahun 169/786 dan terpaksa pergi ke
Mesir, kemudian ke Afrika Utara, dimana prestise keturunan Ali membuat para tokoh
dukungan yang sangat kuat dari suku Barbar inilah, dinasti Idrisiyah lahir dan namanya
Paling tidak, ada dua alasan mengapa dinasti Idrisiyah muncul dan menjadi dinasti
yang kokoh dan kuat, yaitu karena ada dukungan yang sangat kuat dari barbar, dan letak
geografis yang sangat jauh dari pusat pemerintahan Abbasiyah yang berada di Bagdad
menyebabkan batalnya pegiriman pasukan. Harun Ar-Rayid memakai alternatif yang lain,
yaitu dengan mengirim seorang mata-mata bernama Sulaiman bin Jarir yang berpura-pura
meracuninya. Taktik ini disarankan oleh Yahya Barmaki kepada Khalifah Harun Ar-
Rayid.309
13
Terbunuhnya Idris tidak berarti kekuasaan Dinasti Idrisiyah menjadi tumbang karena
bangsa Barbar telah bersepakat untuk mengingkarkan kerajaan mereka sebagai kerajaan
yang merdeka dan independen. Dikabarkan pula bahwa Idris meninggalkan seorang
hamba yang sedang mengandung anaknya. Dan ketika seorang hamba tersebut
melahirkan, kaum Barbar memberikan nama bayi tersebut dengan nama Idris dan
bapaknya. Dan Idris inilah yang melanjutkan jejak bapaknya (Idris bin Abdullah) dan
Idris I dan putranya Idris II telah berhasil mempersatukan suku-suku Barbar, imigran-
imigran yang berasal dari Spanyol dan Tripolitania dibawah satu kekuasaan satu politik,
mampu membangun kota Fez sebagai kota pusat perdagangan, kota suci, tempat tinggal
Shorfa (orang-orang terhormat keturunan Nabi dari Hasan dan Husain bin Ali bin Abi
Thalib), dan pada tahun 1959 dikita ini, telah didirikan sebuah masjid Fatimah dan
Pada masa kekuasaan Muhammad bin Idris (826-836 M), dinasti Idrisiyah telah
lainnya. Setelah ia memerintah selama masa yang cukup tenang, putranya yang bernama
Pada masa Ali bin Muhammad (836-849 M.), terjadi konflik antar keluarga dengan
kasus yang klasik, yaitu terjadi penggulingan kekuasaan yang pada akhirnya kekuasaan
Ali pindah ketangan saudaranya sendiri, yaitu yahya bin Muhammad. 3210
Pada masa Yahya bin Muahammad, kota Fez banyak dikunjungi oleh imigran
Andalusia dan daerah Afrika lainnya. Kota ini berkembang begitu pesat, baik dari segi
14
pertumbuhan penduduk maupun pembangunan bangunan megah. Diantara gedung yang
dibangun pada masa itu ialah masjid Quirawan dan masjid Andalusia. Menurut versi lain
bahwa kota itu didirikan pula sebuah masjid yang diberi nama masjid Fatimah yang
merupakan benih dari masjid Qairawan yang terkenal pada tahun 859 M. Tepat pada
tahun 863M., Yahaya bin Muhammad meninggal dan kekuasaannya berpindah ketangan
wilayah kekuasaan. Keluarga Umar bin Idris I tetap memerintah wilayahnya, sedangkan
Daud mendapat wilayah yang lebih luas kearah timur kota Fez. Keluarga Kasim
menerima sebaagian dari sebuah barat kota Fez bersama-sama dengan pemerintah
wilayah suku Luwata dan Kutama. Husain (paman Yahya II), menerima sebagian wilayah
pemerintahannya, Yahya juga pernah terlibat perbuatan yang tidak bermoral terhadap
kaum wanita. Sebagai akibatnya, ia harus melarikan diri karena diusir oleh penduduk Fez
dan mencari perlindungan di Andalusia sampai akhir hayatnya pada tahun 866 M. 34
Dalam suasana yang mengecewakan rakyat, seorang penduduk Fez yang bernama
Abdurrahman bin Abi Sahl Al-Judami mencoba menarik keuntungan dengan jalan
mengambil alih kekuasaan. Namun, istri Yahya (anak perempuan dari saudara
sepupunya), Ali bin Umar berhasil menguasai wilayah Kawariyyir (Qairawan) dan
Pada masa Yahya III, pemerintahan yang semeraut diterbitkan kembali sehingga
menjadi tentram dan aman. Namun, setelah Yahya III memerintah dalam waktu yang
33 Ibid.,
34 W. Montgomery Watt. Kejayaan Islam Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis,terj. Hartono Hadikusumo, (Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya, 1990), hlm. 109.
35 Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam, hlm . 160.
15
cukup lama, ia terpaksa harus menyerahkan kekuasaan kepada teman kerabatnya yang
kerabat-kerabat yang lainnaya, dan sejak itu Dinasti Idrisiyah terlibat dalam persaingan
antara dua kekuatan besar, yaitu Bani Umayah dari Spanyol dan Dinasti Bani Fatimiah
dari Mesir dalam memperebutkan supremasi dari Afika Utara. Sebagaimana diketahui
bahwa dinasti kedua tersebut mempunyai aliran berbeda, yang satu beraliran sunni dan
yang satu beraliran Syi’ah. Kedua aliran tersebut, secara hati-hati menghindari bentrokan,
sehingga Fez dan wilayah-wilayah Idrisiyah pada waktu itu menjadi daerah pertikaian
mereka. 36
Setelah masa Yahya IV, saat kota Fez dan wilayah-wilayah Idrisiyah menjadi
pertikaian, seorang cucu Idris II, yang bernama Al-Hajjam berhasil menguasai Fez dan
peminpin setempat sehingga kekuasaannya hilang dan hidupnya berakhir pada tahun 926
M., sedangkan anak dan saudaranya mengundurkan diri ke daerah sebelah utara (suku
Barbar Gumara). Di sana, keluarga Idris dari kelompok Bani Muhammad mendirikan
benteng di atas bukit yang diberi nama Hajar An-Nashr. Di benteng tersebut, mereka
bertahan sampai lima puluh tahun sambil mengamat-amati kubu pertahanan Daulah
36 Tentang para penguasa Aghlabiyah lainnya, lihat Lane-poole, h. 37,Zambaur, hlm. 67-68.
37 Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 161.
16
2. Dinasti Aghlabiyah (184 H-296 H / 800 M-908 M).
Qairawan, Tunisia. Nama dinasti ini dinisbatkan dari nama Ibrahim ibn al-Aghlab,
seorang Khurasan yang menjadi perwira dalam barisan tentara Abbasiyah pada masa
pemerintahan khalifah Harun al-Rasyid.38 Pada masa pemerintahan khalifah Harun al-
Rasyid tersebut di daerah bagian barat Afrika Utara muncul dua kekuatan yang
yang dicapai itulah, Ibrahim mengusulkan kepada khalifah agar wilayah Ifriqiyah tersebut
dihadiahkan kepadanya dan keturunannya secara permanen. Usulan Ibrahim itu kemudian
disetujui khalifah dan secara resmi ia diangkat sebagai gubernur di Tunis pada tahun 800
M serta diberi hak otonomi secara luas, dan sebagai imbalannya dia harus membayar
Abbasiyah.Setelah satu tahun menjadi amir, khalifah kemudian memberikan hak otonomi
penuh kepada Ibrahim untuk mengatur wilayahnya dan menentukan kebijakan politiknya,
38 Ibid.,
39 W. Montgomery Watt. Kejayaan Islam Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis,terj. Hartono Hadikusumo, (Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya, 1990), hlm. 109.
40 Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam., hlm. 160.
17
Dengan demikian Ibrahim ibnu al-Aghlab membina wilayah ini dengan keturunannya,
18
Sosok Ibrahim I adalah sosok panglima militer Abbasiyah yang gagah perkasa.
Penguasa Dinasti Aghlabiyah ini mulai dari Ibrahim I dan para penggantinya mampu
Hamdis (805 M), Zaid ibn Sahal (822M), Mansur ibn Nashir Tanbizi (823 M), dan lain-
Dinasti Aghlab merupakan dinasti yang dibangun atas kekuatan yang mampu memelihara
Salah satu kemajuan Dinasti Aghlabiyah yang terkenal adalah kemajuan dan
tengah dan pantai-pantai Eropa. Dinasti yang semula hanya memilki wilayah
berdekatan dengan Tunisia, kota-kota Pantai Italia dan kota Roma serta Pantai
Yugoslavia. Kesuksesan yang diraih dinasti ini dalam menaklukkan berbagai wilayah
19
Di samping itu juga yang tidak kalah pentingnya adalah semangat jihadnya untuk
menunjuk seorang faqih mazhab Maliki yang juga penyusun kitab Asadiyat, sebagai
melawan orang-orang kafir. Semangat pasukan Islam dalam jihad ini sangatlah tinggi
Aghlabiyah mampu membangun beberapa kota menjadi kota yang megah, di antaranya
adalah kota Tunisia dan Sisilia, selain itu guna mengimbangi masjid-masjid di timur
dibangun 10.000 benteng pertahanan di Afrika Utara dengan konstruksi dan arsitektur
yang megah pula.Kota Sisilia yang dikuasai Dinasti Aghlabiyah ini merupakan wilayah
transformasi ilmu dan kebudayaan Arab dan Islam ke wilayah Eropa lewat jalur tengah.
Dinasti Aghlabiyah juga mengalami kemajuan di bidang ilmu pengetahuan. Hal ini
dibuktikan dengan keberadaan kota Qairawan, sebagai pusat penting bagi perkembangan
mazhab Maliki yang menggantikan kota Madinah. Di kota ini pula lahir sejumlah
intelektual Islam terkemuka mazhab Maliki, di antaranya adalah Sahnun pengarang kitab
Mudawwanat, Yusuf ibnu Yahya, Abu Zakaria al-Kinani dan Isa ibnu Muslim. Karya-
karya mereka tentang mazhab Maliki tersimpan dengan baik di masjid Qairawan.
Meskipun dinasti ini bukan termasuk dinasti yang besar, akan tetapi kemajuan di bidang
ilmu pengetahuan dan agama serta kontribusinya terhadap peradaban Islam tampak nyata.
20
Kemajuan di bidang Perekonomian
beberapa sektor, yaitu sektor pertanian, perdagangan, dan industri.Dinasti ini membangun
alat pertanian, pengolahan emas, perak, dan lain-lain.Kemajuan ekonomi ini menjadikan
makmur.
Setelah Bani Aghlabiyah berkuasa selama satu setengah abad, badai kehancuran
mulai mengancam, lambat laun dinasti ini mengalami tangga penurunan tepatnya pada
abad ke-IX.Kemunduran ini terjadi di bidang politik, yang disebabkan oleh gencarnya
propaganda orang-orang Syi’ah yang dimotori Abu Abdullah al-Syi’i atas perintah
kelompok Syi’ah dari sekte Ismailiah ini kemudian mampu menggulingkan Dinasti
Aghlabiyah pada tahun 909 M, yang pada saat itu diperintah oleh Ziadatullah II, dan
sekaligus menandai berdirinya dinasti baru dan terkenal bernama Dinasti Fathimiah.
43
Badri Yatim, Sejarah Kebudayaan Islam., hlm. 434., lihat pula Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 164
21
3. Dinasti Thuluniyah di Mesir (254 H-292 H / 868 M-967 M)
Sejarah Pembentukan
Awal berdirinya dinasti ini tidak bisa dilepaskan dari seorang tawanan perang Turki
saat terjadi penggulingan kekuasaan yang dilakukan oleh al-Mu’tazz, Bayakbek memilih
berhasil, ternyata al-Mu’tazz memberikan jabatan penting bagi mereka yang telah
berjasa dalam penggulingan tersebut. Bayakbek adalah salah satu orang yang berjasa,
sehingga ia menerima jabatan penting tersebut yakni menjadi gubernur Mesir. Oleh
Bayakbek jabatan itu tidak dipegangnya tetapi diberikan kepada anaknya Ibnu Thulun,
Karena itu ia kemudian tidak hanya menjadikan Mesir sebagai suatu wilayah yang
merdeka, akan tetapi juga berkuasa atas wilayah Syam. Ia lalu membangun armada laut
tangguh yang berpangkalan di Akka (Acre) sebagai upaya pengontrolan dan pengawasan
wilayah-wilayah kekuasaannya.
Dinasti Thulun mencatat berbagai prestasi, antara lain sebagai berikut:44 Mendirikan
bangunan-bangunan megah, seperti rumah sakit Fustat, masjid Ibnu Thulun, dan istana
43 IbnTaghri-Birdi, al-Nujum Al-Zahirah Fi Mulk Mishr Wa Al-Qahirah (Jilid. II; Leiden: 1855) hlm. 1, Taufik Abdullah,
Ensiklopedi Dunia Islam (Jilid. II; Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve, T.t) hlm. 108
44 Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 276
22
khalifah yang kemudian dijadikan sebagai peninggalan sejarah Islam yang sangat
bernilai.
kebudayaan Islam yang dikunjungi para ilmuwan dari seluruh pelosok dunia Islam.
Dinasti Thulun adalah sebuah dinasti Islam yang masa pemerintahannya paling cepat
pamannya yaitu Mudhar ibnu Ahmad ibnu Thulun.Hal inilah yang memicu gencarnya
perlawanan antara pihaknya dengan para fuqaha dan qadhi yang pada akhirnya ke-amir-
an Jaisy dibatalkan. Lalu diangkatlah Abu Musa Harun sebagai amir yang baru dalam
usia 14 tahun.
Tampaknya dengan usia yang relatif belia ini menyebabkan Harun kurang cakap
dalam mengendalikan suasana yang semakin kacau itu. Sementara itu di Syam sendiri,
pemberontakan yang dilakukan oleh Qaramithah juga tidak berhasil dipadamkan. Segera
setelah Harun kalah, kepemimpinannya diambil alih ke tangan khalifah Syaiban bin
45 Ibid.,
23
4. Dinasti Ikhsidiyah (323 H- 357 H / 934 M-967 M)
Sejarah Pembentukan
Tidak berselang lama setelah berakhirnya Dinasti Thuluniyah, muncul lagi dinasti
baru di Mesir yang masih keturunan Fraghanahdengan nama Dinasti Ikhsidiyah yang
berpusat di Fustat.46 Dinasti ini lahir diawali dengan pengangkatan seorang gubernur
yang memiliki kekuasaan dan hak otonom penuh yang kemudian dikelola bersama
Pendiri dinasti ini adalah seorang militer Turki yang telah lama mengabdi kepada
Unujur dan Ali.Kedua pengganti al-Ikhsyid ini masih anak-anak, sehingga pemerintahan
dinasti ini diserahkan kepada Abu al-Misk Kafur.Di masa pemerintahan Kafur inilah
Dinasti Ikhsidiyah mencapai kegemilangan. Salah satu kehebatan Kafur adalah ia dapat
Bukan hanya itu saja, serangan dari Dinasti Hamdaniyah di Suriah Utara juga dapat
24
dipadamkan.Kegemilangan Dinasti Ikhsidiyah lebih tampak pada kekuatan
Kafur juga membangun istana yang terkenal dengan sebutan Bustan al-Kafur di
Raudah.49Dan pada saat kekuasaan dinasti ini pula muncul beberapa intelektual Muslim
ternama antara lain Abu Ishak al-Marwazi, Hasan ibnu Rasyid al-Misri, Muhammad
menghabiskan uang negara dengan boros dan berlebihan demi kesenangan orang-orang
ekor domba, limaratus unggas, seribu burung dara dan seratus guci gula-gula.Ketika
diungkapkan secara puitis kepada Kafur bahwa gempa bumi yang sering terjadi pada
masa itu adalah disebabkan tarian hura-hura yang dilakukan bangsa Mesir, orang
Abisinia yang yang berbangga hati menghadiahkan uang seribu Dinar kepada penyair
kontribusi apapun bagi kehidupan seni dan sastra di Mesir maupun Suriah.Selain itu,
tidak ada karya-karya publik yang lahir dari tangan mereka. Refresentasi terakhir dinasti
25
ini adalah seorang anak lelaki berusia sebelas tahun, Abu Al-Fawaris Ahmad, pada
masanya propaganda Syi’ah Fathimiyah dilakukan secara gencar oleh Jauhar al-Saqily
sehingga pada tahun 969 kehilangan kekuasaan atas negerinya dan menyerah kepada
jendral tenar dari dinasti Fatimiyah, Jawhar.50Sehingga pada akhirnya dinasti ini resmi
Sejarah Pembentukan
Ke wilayah utara, Ikhsidiyah Mesir memiliki pesaing kuat yaitu dinasti Hamdaniyah
yang Syiah.Dinasti itu didirikan pertama kali di Mesopotamia utara dengan Mosul
sebagai ibu kotanya (929-991), mereka merupakan keturunan Hamdan Ibnu Hamdun
dari suku Taghlib.51 Gerakan keluarga Hamdani ini sebenarnya sudah ada pada masa
khalifah al-Mu’tadhid, yang waktu itu tampil dengan aksi menentang khalifah
ibnu Hamdan menangkap tokoh khawarij Harun al-Syari. Ketika bani Abbasiyah
keluarga ini banyak memperoleh penghargaan dari khalifah, diantaranya adalah Abu al-
Haija’ Abdullah ibnu Hamdan dijadikan gubernur Mousul (Irak) pada tahun 292 H,
sedangkan Sa’id pada tahun 312 H juga diangkat menjadi gubernur Nahawand.
Kemudian dua putera dari Abu al-Haija’ menjadi penguasa Dinasti Hamdaniyah.
Kedua putranya tersebut adalah Muhammad al-Hasan ibnu Abdullah yang bergelar
50 K. Hitti, Philip. History of Arabs (terj). Jakarta: (Serambi Ilmu Semesta. 2006). hlm.57.
51 Taufik Abdullah, Ensiklopedi Dunia Islam (Jilid. II; Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve, T.t) h. 120lihatAt-Thabari,
jilid.III, hlm. 2141.
26
Nashir al-Daulat dan Abu al-Mahasin ibnu Abdullah yang bergelar Saif al-Daulat.Nashir
(Suriah), dan ia dikenal sebagai pendiri Dinasti Hamdaniyah di wilayah Aleppo. Hal ini
berarti, Dinasti Hamdaniyah memiliki perbedaan dengan dinasti kecil yang lain, kalau
dinasti kecil lain hanya berpusat pada satu tempat, tetapi pemerintahan Dinasti
Hamdaniyah berpusat pada dua tempat, yaitu cabang Mousul dan cabang Aleppo.
terlihat kedinastian Aleppo lebih mendominasi, lebih kuat, dan tidak bergantung kepada
Mousul.
Prestasi gemilang yang telah diukir oleh Dinasti Hamdaniyah lebih tampak pada
wilayah politiknya.Dinasti ini mampu memainkan peran penting sebagai pagar betis
untuk mempertahankan kekuasaan Dinasti Abbasiyah yang ketika itu berada pada tahap
cukup besar terhadap dunia intelektual. Hal ini terbukti di masa dinasti ini muncul
Firas.Meskipun dinasti ini bukanlah dinasti yang besar, tetapi pencapaiannya jelas
nampak.
27
Kemunduran dan Kehancuran
secara berturut-turut dipegang oleh Sa’d Daulat Sa’d, Ali II, Syarif II. Berbeda dengan
Saif al-Daulat, para penggantinya ini kurang memiliki kecakapan dalam memimpin,
terutama dalam mengimbangi kekuatan-kekuatan asing yang besar waktu itu yaitu Bani
perhatian dan sokongannya yang besar dalam bidang pendidikan dan dalam skala yang
musuh-musuh Islam dari kalangan Kristen setelah sekian lama tidak dilakukan oleh para
Hamdaniyah dimulai pada tahun 947 mulai mengadakan serangan reguler setiap tahun
ke Asia Kecil, hingga saat kematiannya dua puluh tahun kemudian, tidak satu tahunpun
kepemimpinan cemerlang Nicephorus Phocas dan Jhon Tzimisces, yang keduanya kelak
merebut Aleppo, kecuali benteng pertahanannya. Di kota itu ia membunuh tak kurang
dari sepuluh ribu pemuda, membinasakan seluruh tawanan dan menghancurkan istana
Sayf Al-Dawlah. Pada awal masa kekuasaan Kaisar itu, dua belas ribu orang Banu Habib
28
pemukimannya karena beban pajak yang terlalu tinggi, lantas memeluk agama Kristen
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
daerah kekuasaan daulah ini. Kerena pemerintahan khalifah yang lemah banyak muncul
Dinsti-dinasti kecil yang lahir dan memisahkan diri dari kekuasaan Baghdad pada
masa khalifah Abbasiyah, dapat dibagi dua bagian yaitu barat dan timur. Adapun dinasti-
dinasti dibagian timur diantaranya adalah: Dinasti Tahiriyah, Dinasti saffariyah, Dinasti
Idrisiyah.
30
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar, Istianah. Sejarah Peradaban Islam.Malang: UIN Malang Press, 2008
Abdullah,Taufik, Ensiklopedi Dunia IslamJilid. II; Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van
Hoeve, T.t
Hitti, Philip. History of Arabs (terj). Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. 2006
Yatim, Badri. Sejarah Kebudayaan Islam II. Jakarta: Ditjen Binbaga Islam, 1996.
Mubarak Jaih, Sejarah Peradaban Islam, bandung; CV. Pustaka Islamika, 2008.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2007.
31