Anda di halaman 1dari 15

Nama : tiara nirmala putri

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Kelas/Prodi :Karyawan Semester 1/ manajemen Pendidikan Islam

I.Dinasti-Dinasti Kecil di Bagian Timur Baghdad

Latar Belakang Tumbuhnya dinasti-dinasti yang memisahkan diri dari kekuasaan


perintah pusat di Baghdad, tidak terlepas dari persaingan kekuasaan antara bani
Hasyim dan Bani Umayah dan muncul Bani Ali, yang merupakan dari Bani
Hasyim. Perpecahan dan tersebarnya kekuasaan tersebut, satu hal yang dipandang
sebagai suatu hal suatu kemunduran dan perpecahan, namun di segi lain, dipandang
cenderung bagi kemungkinan persaingan di antara dinasti-dinasti. Seperti persaingan
antara Bagdad yang Abbasiyah dengan Cordova yang dijadikan tempat Umawiyah II
dalam memajukan Ilmu Pengetahuan.

A. Dinasti Thahiriyah (205 H-259 H/820 M-872 M)

Sejarah Pembentukan Kerajaan ini didirikan oleh Thahir bin al-Husain (205
H/821 M), seorang keturunan budak Persia yang kemudian diangkat menjadi jenderal
perang pada masa pemerintahan khalifah al-Ma'mun. Dia berhasil memimpin
balatentara untuk melawan Al-Amin secara gemilang, sehingga kemenangan dan
kemahirannya dalam pemberian gelar Zu al-Yaminain dan diangkat menjadi pemimpin
wilayanh timur Baghdad yang berpusat di Khurasan serta diberi wewenang untuk
menentukan sendiri penerus setelahnya. Thahir ibn Husyain lahir di Musanj dekat
Marw dan dia berasal dari keturunan wali Abbasiyah di Marw dan Harrah

Khurasan Persia bernama Mash'ab ibn Zuraiq. hubungan baik antara pihak


dinasti Abbasiyah dengan keluarga Thahir sebenarnya sudah terjalin sejak
lama. Karenanya cukup beralasan bila pemerintah Baghdad memberikan kepercayaan
kepada generasi keluarga Mash'ab ibn Zuraiq untuk melanjutkat estafet kepemimpinan
lokal. Tujuanya tentu saja politis yakni menjaga keutuhan kekuasaan islam Abbasiyah di
wilayah timur kota Baghdad dan sekaligus sebagai pelindung dari berbagai
kemungkinan serangan negara tetangga di Timur. Hal itu muncul ketika masa
pemerintahan Abbasiyah terjadi kedua pewaris tahta kekhalifahan antara Muhammad
Al Amin yang memerintah tahun 194-198H/808-813M anak dari Harun Al Rasyid dari
istri yang keturunan Arab yang bernama Zubaidah sebagaipemegang kekuasaan di
Baghdad dengan Abdullah Al-Makmun anak dari Harun Al-Rasyid dari Istrinya yang
berketurunan Persia sebagai pemegang kekuasaan di wilayah sebelah Timur
Baghdad. Dalam perang itu Thahir yang terkenal sebagai ahli bermata satu berada
dipihak Al-Makmun. Ia diutus oleh Al-Makmun memimpin sebanyak empat puluh ribu
personel pasukan menghadapi pasukan dari pihak Al-Amin yang dipimpin oleh Ali bin
Isa yang berkekuatan Lima puluh ribu personel. Pada peperangan ini pasukan Thahir
mendapat kemenangan tepatnya di Rey kota dekat Teheran pada tahun 811M. Thahir
juga dapat mengalahkan pasukan Al-Amin yang dikirim berikutnya dibawah
kepemimpinan Ar-Rahman Al-Jabal. Melihat peluang yang baik ini Thahir mengarahkan
pasukannya ke Baghdad, dengan bantuan Harsamah dan Zubair yakni dua Panglima
yang dikirim oleh Al Makmun, akhirnya Thahir dapat menaklukkan Baghdad setelah
dua bulan dalam pengepungan pasukannya. Al-Amin sendiri dibunuh oleh salah seorang
pasukan Thahir.

B. Dinasti Saffariyah (254 H-289 H/867 M-903 M)

Sejarah Pembentukan Saffariyah, yang dimulai di Sijistan dan berkuasa di


Persia, didirikan oleh Yakub bin al Laits al shaffar. Al saffar. Seorang pengrajin tembaga
dan perampok. perilakunya yang sopan dan efesien sebagai seorang kepala gerombolan
perampok telah menarik perhatian gubernur Sijistan, yang kelak memeberinya 5
kepercayaan menjadi pemimpin tentara pada zaman Salih bin Nasr. Al Saffar akhirnya
berakhir dan berhasil menguasai wilayah hampir ke Persia dan kawasan pinggiran
India, bahkan berhasil menumpaskan dinasti Thohiriyah. Namun pemerintah pusat
tidak mengakui kedudukannya, sehingga Ya'kub mengancam kekuasaan Baghdad yang
berada di bawah Khalifah alMu'tamid, tetapi gagal di dair al-aqul dan meninggal di
jundai shabur. Pengganti Ya'kub adalah saudaranya, Amr yang memerintah di Sistan
hingga tahun 558 H.

C. Dinasti Samaniyah (261 H-389 H/874 M-999 M)

Sejarah Pembentukan Samaniyah adalah dinasti persi yang didasarkan pada


keterunan Samankhudat (pemimpin daerah saman disekitar Balkh, Afganistan
utara). Pendiri dinasti ini adalah Nashr bin Ahmad pada tahun 261 H, beliau diangkat
oleh raja sebagai Gubernur Transoxania dan diangkat menjadi pemimpin yang berkuasa
atas Transoxania oleh Khalifah al-Mu'tamid. Pada tahun yang sama Nasr melantik
saudaranya Isma'il menjadi wakilnya di Bukhoro. Ismail telah berjaya menghadapi
tantangan dari kaum khawarizm pimpinan Husain bin Tahir al-Ta'I dan kaum Saffariyah
pimpinan Ya'kub. Hal tersebut membuat kedudukan Dinasti Samaniyahsemakin solid.

II. Dinasti-Dinasti Kecil di BagianBarat Baghdad

Latar Belakang Dinasti-dinasti kecil di sini yang dimaksud adalah semua


wilayah yang biasanya disepakati oleh seorang wali atau amir (gubernur) di atas
penunjukkan pemerintah pusat Baghdad. hubungan keduanya secara struktural bersifat
vertikal konsultatif. Wilayah pemerintahannya seperti pemerintah pusat. Wilayah
tersebut sedikit demi sedikit memperoleh otonomi penuh atau sengaja melepaskan diri
dari pemerintahan pusat (disintegrasi) sehingga oleh para sejarawan disebut dinasti-
dinasti kecil. Oleh karena itu, dinasti-dinasti baru tersebut secara geografis terletak di
daerah Bagdad pemerintahan pusat ( Bagdad ), maka sebagian sejarah menyebutnya
dinasti-dinasti kecil di Barat dan Timur Bagdad. Dalam makalah saya sebagai penulis
menggunakan Klasifikasi pertama, yaitu dinasti-dinasti dibagi menjadi dua kelompok
besar; yaitu Barat Bagdad. Kelompok Barat meliputi dinasti-dinasti Idrisiyah (789-926
M), dinasti Aghlabiyah (800-909 M), dinasti Thuluniyah (868-905M), Dinasti
Fathimiyah (909-1171 M), dinasti Hamdaniyah (972-1152) M, Dinasti Ayyubiyyah Di
Mesir (1137 – 1193 M).

A. Dinasti Idrisiyah (172H/789 M-314H/926 M)

Dinasti ini didirikan oleh salah seorang Penganut syi'ah, yaitu Idris bin
Abdulloh pada tahun 172 H./789 M. Dinasti ini merupakan Dinasti Syi'ah pertama yang
tercatat dalam sejarah berusaha memasukkan Syi'ah ke daerah Maroko dalam bentuk
yang sangat halus. Muhammad bin Idris merupakan salah seorang keturunan Nabi
Muhammad SAW., yaitu cucu dari Hasan, putra Ali bin Abi Thalib. Dengan demikian, dia
memiliki hubungan dengan garis imam-imam Syi'ah. Dia juga ikut ambil bagian dalam
perlawanan keturunan Ali di Hijaz terhadap Abbasiyah pada tahun 169/786, dan
dipaksa pergi ke Mesir, kemudian ke Afrika Utara, di mana prestise keturunan Ali
membuat para tokoh Barbar Zenata di Maroko Utara menerimanya sebagai pemimpin
mereka. Berkat dukungan yang sangat kuat dari Kubu Barbar inilah, Dinasti Idrisiyah
lahir dan namanya dinisbatkan dengan mengambil alih Fez sebagai pusat
pemerintahan. Paling tidak, ada dua alasan mengapa Dinasti Idrisiyah muncul dan
menjadi dinasti yang kokoh dan kuat, yaitu karena adanya dukungan yang sangat kuat
dari bangsa Barbar, dan letak geografis yang paling jauh dari pusat pemerintahan
Abbasiyah yang berada di Baghdad sehingga sulit untuk ditaklukannya. Pada masa
Kekhalifahan Bani Abbasiyah yang dipimpin oleh Harun Ar-Rasyid, (menggantikan
AlHadi), Harun Ar-Rasyid merasa posisinya terancam dengan hadirnya Dinasti Idrisiyah
tersebut, maka Harun Ar-Rasyid merencanakan mengirimkan pasukan untuk
memeranginya dengan tujuan memeranginya. Namun, faktor geografis yang berjauhan,
menyebabkan batalnya pengiriman pasukan. Harun Ar-Rasyid memakai alternatif
lain. Yaitu dengan mengirim seorang mata-mata bernama Sulaiman bin Jarir yang
menyatakan pura Daulah Abbasiyah sehinggan Sulaiman mampu membunuh idris
dengan meracuninya. Taktik ini disarankan oleh Yahya Barmaki Harun Ar-Rasyid. 

B. Diansti Aghlabiyah (800-900 M)

Dinasti Aghlabiyah adalah salah satu Dinasti Islam di Afrika Utara yang
berkuasa selama kurang lebih 100 tahun (800-900 M). Di luar wilayah yang Mulia
Ifriqiyah (Afrika Kecil, terutama Tunisia), sempalan dari “Afrika” Latin, Harun al-Rasyid
pada 800 M. telah mengangkat Ibrahim bin al-Aghlab sebagai gubernur. Ibrahim bin al-
Aghlab (800-811 M.) memerintah sebagai penguasa yang berdiri, dan
menyeimbangkannya sendiri, tak mengelola Khalifah Abbasiyah yang mengelola di luar
perbatasan Mesir. Aghlabiyah merasa puas dengan gelar Amir, tetapi tidak merasa perlu
mencatumkan nama Khalifah di mata uang mereka, meskipun sebagai bukti kekuasaan
spiritualnya. Dari ibukotanya, Qayruwan, sampai ke Qartago, mereka menguasai
Mediterania tengah selama abad-abad kejayaan mereka. Nama Dinasti Aghlabiyah ini
diambil dari nama ayah, Amir yang pertama, yaitu Ibrahim bin al-Aghlab. Beliau adalah
pejabat Khurasan dalam militer Abasiyah. Ibrahim bin al-Aghlab, seorang yang dikenal
mahir di bidang administrasi. Dengan kemampuan ilmu administrasinya, Ibrahim bin
al-Aghlab mampu mengatur pemerintahan dengan baik. Dinasti Aghlabiyah merupakan
tonggak penting dalam sejarah peradaban Islam atau konflik berkepanjangan antara
Asia dan Eropa, di bawah pimpinan Ziyadatullah I. Pada tahun 800 M, Ibrahim I
diangkat sebagai Gubernur (Amir) di Tunisia oleh Khalifah Harun ar-Rasyid. Karena ia
sangat pandai menjaga hubungan dengan Khalifah Abasiyah seperti membayar pajak
tahunan yang besar, maka Ibrahim I diberi kekuasaan oleh Khalifah, termasuk hak-hak
otonomi yang besar seperti kebijakan, menentukan penggantinya tanpa campur tangan
dari penguasa Abbasiyah. Hal ini dikarenakan jarak yang cukup jauh antara Afrika Utara
dengan Bagdad. Sehingga Aghlabiyah tidak terusik oleh pemerintahan
Abbasiyah. Menurut Ali Mufrodi, Dinasti Aghlabiyah berdiri di Aljazair dan Sicilia pada
tahun 184-296/800909 M. Dinasti ini didirikan oleh Ibrahim bin al-Aghlab yang diberi
otonomi wilayah yang sekarang disebut Tunisia oleh Khalifah Harun ar-Rasyid. Selain
itu.

C. Dinasti Thuluniyah (254 H/868 M-292 H/905 M) 

Budak dari asia tengah yang dikirim oleh panglima Thahir bin Al-Husain ke
Bagdad untuk dipersembahkan kepada khalifah Al-Makmun dan diangkat menjadi
kepala pegawai di Istana. Ahmad Ibn Thulun ini dikenal sebagai sosok yang dikenal
kegagahan dan keberaniannya, dia juga seorang yang dermawan, Hafidz, ahli di bidang,
syariat, dan militer. Pada mulanya, Ahmad Ibnu Thulun berkencan ke Mesir sebagai
wakil Gubernur Abbasiyah di sanaa, lalu menjadi gubernur yang wilayah kekuasaanya
sampai ke Palestina dan suriah.Pada masa khalifah Al Mu'taz (862-866 M) ,beliau di
tunjuk sebagai wali di Mesir dan Libya atas bantuan ayah tirinya yang bergabung
dengan panglima Turki di belahan Barat.Masa ini adalah disintegrasi dan distabilitas
politik pemerintahan Abbasiyah . Situasi ini manfaatkan oleh Ahmad Bin Thulan dengan
memproklamasikan inden Dinastipedensi wilayahnya dan membentuk
Thuluhiyah.Meskipun demikian,Thuluhiyah masih tetap loyalitasnya pada Bagdad
melalui penyebutan nama Khalifah dalam khotbah Jumat dan penulisan nama khalifah
pada mata uang,serta pembayaran pajak sejumlah 300.000 dinar. Di bawah
kepemimpinan Thulun.

D. Dinasti Iksidiyah( 935- 965 M )

Dinasti ini didirikan oleh Muhammad Ibn Tughi yang diberi gelar al-
Ikhsidi (pangeran) pada tahun 935 M. Muhammad Ibn Tughi adalah perwira Turki yang
diangkat menjadi seorang gubernur di Mesir oleh Abbasiyah pada saat Ar Radi atas
jasanya mempertahankan dan memulihkan keadaaan wilayah Nil dari serangan
Fatimiyah yang berpusat di Afrika Utara Strategi pertama yang ia lakukan adalah
memperkokoh angkatan perang dan mengajukan permohonan perluasan wilayah
kekuasaan dengan syarat dia tetap tunduk dan setia pada Baghdad. Akhirnya,
permohonan tersebut dikabulkan. Dia diberi wewenang wilayah Syam, disamping
semakin memperoleh kepercayaan, baik dari masyarakat maupun khalifah karena
keberhasilannya dalam mengembangkan perekonomian rakyat dan mengatasi gerakan
Fatimiyah Sewaktu Iksidi wafat, kedua putranya belum dewasa. Oleh karena itu,
kekuasaan dilimpahkan kepada gurunya, Kafur al Ikhsidi. Kafur memproklamirkan diri
sebagai wali.

E. Dinasti Hamdaniyah (972-1152 M)

Dinasti ini didirikan oleh Hamdan Ibn Hamdun, seorang Amir dari suku
Taghlib. Putranya AlHusain adalah panglima pemerintahan Abbasiyah dan Abu Al-Haija
Abdullah diangkat menjadi Gubernur Maosul oleh Khalifah Al-Muktafi pada tahun 905
M. Pada masa hidupnya, Abu Hamdan Ibn Hamdun pernah ditangkap oleh Khalifah
Abbasiyah karena beraliansi dengan kaum Khawarij untuk kekuatan kekuatan Bani
Abbas. Akan tetapi, atas jasa, Husain Ibn Hamdun diampuni oleh Khalifah
Abbasiyah. Wilayah kekuasaan dinasti ini terbagi dua bagian, yaitu wilayah kekuasaan
di Mousul dan wilayah kekuasaan di Halb. Wilayah kekuasaan di Halb, terkenal sebagai
pelindung kesusatraan Arab dan ilmu pengetahuan. Pada masa itu pula, muncul tokoh-
tokoh cendikiawan besar, seperti Abi AlFath dan Usman bin Jinny yang menggeluti
bidang nahwu, Abu Thayyib Al-Mutanabbi, Abu Firas Husain Ibn Nashr ad-Daulah, Abi
a'la Al-Ma'arif dan Syaif ad-Daulah sendiri yang mendalami ilmu sastra, serta lahir pula
filosof besar, yaitu Al-Farabi. Setelah meninggalnya Haija, tahta kerajaan beralih pada
seorang karyawan, Hasan Ibn Abu Haija yang diberi gelar oleh khalifah sebagai Nas ad-
Daulah dan ali Ibn Abu Haija yang bergelar Syaif ad-Daulah. Syaif ad-Daulah inilah yang
berhasil menguasai daerah Halb dan Hism dari kekuasaan Bani Ikhsidiyah yang
kemudian menjadi pendiri Dinasti Hamdaniyah di Halb. B. Hasan Ibn Abu Haija yang
diberi gelar oleh khalifah sebagai Nashir ad-Daulah dan ali Ibn Abu Haija yang bergelar
Syaif ad-Daulah. Syaif ad-Daulah inilah yang berhasil menguasai daerah Halb dan Hism
dari kekuasaan Bani Ikhsidiyah yang kemudian menjadi pendiri Dinasti Hamdaniyah di
Halb. B. Hasan Ibn Abu Haija yang diberi gelar oleh khalifah sebagai Nashir ad-Daulah
dan ali Ibn Abu Haija yang bergelar Syaif ad-Daulah. Syaif ad-Daulah inilah yang berhasil
menguasai daerah Halb dan Hism dari kekuasaan Bani Ikhsidiyah yang kemudian
menjadi pendiri Dinasti Hamdaniyah di Halb.

III. Perang Salib dan Akibatnya

Perang Salib adalah perang yang terjadi antara Kristen dan Islam selama lebih
dari 2 abad. Perang ini melibatkan orang-orang Kristen Eropa yang berhadapan dengan
orang Turki Seljuk dan orang-orang Arab. Pada artikel ini akan dibahas mengenai
penyebab Perang Salib dan dampaknya. 
 Sebab Terjadinya
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab Perang Salib. Penyebab Perang
Salib diantaranya adalah:

1. Pengambilalihan Spanyol yang dikuasai oleh Dinasti Ummayah


2. Usaha Paus Urbanus II untuk mempersatukan gereja
3.  Isu larang peziarah Kristen untuk mengunjungi Yerusalem
4. Fitnah yang dihembuskan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab
5. Kepentingan politik dari Kaisar Bizantium
6. Keikusertaan rakyat jelata dalam Perang Salib
7. Posisi para pedagang Eropa yang mulai terancam

 Periodesasi Perang Salib


Perang Salib merupakan salah satu perang paling dikenal sepanjang sejarah.
Perang ini tak hanya ditujukan untuk memperebutkan kota suci, Yerusalem, namun
secara tersirat dianggap sebagai perang suci antara dua agama besar, yaitu Islam dan
Kristen. Berikut 8 periode perang salib dalam catatan sejarah dan penjelasannya.

1. Perang Salib Pertama (1095-1101)


2. Perang Salib Kedua (1145-1150)
3. Perang Salib Ketiga (1188—1192)
4. Perang Salib Keempat (1202-1204)
5. Perang Salib Kelima (1217)
6. Perang Salib Keenam (1228-1239)
7. Perang Salib Ketujuh (1249-1254)
8. Perang Salib Kedelapan (1270)

 Akibat Perang Salib


Perang yang berlangsung dari abad ke-11 hingga abad ke-13 ini menjadi
peristiwa penting selama Abad pertengahan di Eropa dan Timur Tengah. Pasalnya,
kampanye militer ini membawa konsekuensi tidak hanya di negara-negara yang terlibat
perang,tetapi juga bagi dunia.
Berikut ini, akibat dari Perang salib,pada beberapa bidang
1. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
2. Bidang Ekonoi
3. Bidang Militer
4. Komunitas Yahudi

IV. Invasi Mongol dan Akibatnya

Penyerbuan bangsa mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan, cucu Jengis Khan
di kota Baghdad, selain motivasi invasi dan penaklukan wilayah, penyerbuan ini adalah
puncak dari sengketa yang telah dimulai sejak tahun 1218 M. Invasi bangsa
Mongol secara garis besar didorong oleh dua faktor: politik dan ekonomi.
 Silsilah Bangsa Mongol
Fakta sejarah mengungkapkan bahwa pelopor bangsa Mongol ialah Yesugay,
ayah dari Chinggis Khan. Setelah Yesugay meninggal. Chinggis Khan memimpin bangsa
Mongol“. Nama jelas Chinggis adalah Temujin yang lahir pada tahun 1154 M. dan
memproklamasikan sebagai Khan (raja). Pada tahun 1219, bangsa Mongol menaklukkan
Cina seluruh bangsa Tartar. Sejak itu, umat Islam diatur oleh beberapa dinasti baru.
Dalam tulisan Ali Mufrodi dijelaskan bahwa asal-mula bangsa Mongol adalah dari
masyarakat hutan yang mendiami Siberia dan Mongol Luar di sekitar danau Baikal . 

Invasi Mongol ke wilayah Islam terjadi karena adanya peristiwa Utrar pada
tahun 1218, yaitu ketika Gubernur Khwarazm membunuh para utusan Chinggis yang
disertai pula oleh para saudagar muslim. Peristiwa tersebut menyebabkan Mongol
menyerbu wilayah Islam dan dapat menaklukkan Transoxania yang merupakan wilayah
Khwarazm tahun 1219-1220, padahal sebelumnya mereka justru hidup berdampingan
secara damai satu sama lain. Toluy, salah seorang anak Chinggis, diutus ke Khurasan,
sementara anaknya yang lain, yakni Jochi dan Chaghatay bergerak untuk merebut
wilayah sungai Sir Darya Bawah dan Khwarazm. Wilayah kekuasaan Jengiz Khan yang
luas tersebut dibagi untuk empat Orang putranya sebelum ia meninggal dunia pada
tahun 624/ 1227.

Pertama ialah Jochi, anaknya yang sulung mendapat wilayah Siberia bagian barat dan
stepa Qipchaq yang membentang hingga ke Rusia Selatan, di dalamnya terdapat
Khwarazm. Namun, ia meninggal dunia sebelum ayahnya wafat, dan wilayah
warisannya itu diberikan kepada anak Jochi yang bernama Batu dan Orda. 

Kedua adalah Chaghatay, mendapat wilayah yang membentang ke timur, sejak


Transoxania hingga Turkistan Timur atau Turkistan Cina. 

Ketiga bernama Ogedey, adalah putra Jengis Khan yang terpilih oleh Dewan Pemimpin
Mongol untuk menggantikan ayahnya sebagai Khan Agung yang mempunyai wilayah di
Pamirs dan T'ien Syan. Akan tetapi, dua generasi ke-khan-an tertinggi jatuh ke tangan
keturunan Toluy. 

Keempat ialah Toluy, si bungsu mendapat bagian wilayah Mongolia sendiri. Anak-


anaknya, yakni Mongke dan Qubilay menggantikan Ogedey sebagai Khan Agung.
Mongke bertahan di Mongolia yang beribukota di Qaraqarum, sedangkan Qubilay Khan
menaklukkan Cina dan berkuasa di sana yang dikenal sebagai Dinasti Yuan yang
memerintah hingga abad keempat belas, yang kemudian digantikan oleh Dinasti Ming. 

 Invasi Bangsa Mongol Sampai Baghdad jatuh


Invasi mongol terjadi pada waktu masa pemerintahan Iltutmish pada tahun
1221 M. Orang-orang Mongol muncul untuk pertama kalinya di tepi Sungai Indus di
bawah pemimpin mereka yang terkenal, Jengis Khan. Kisah jatuhnya ibukota Abbasiyah
pada tahun 1258, yang didirikan oleh khalifah kedua, Al-Mansur terjadi setelah
diblokade kota “Seribu Satu Malam", dinding-dinding Baghdad yang kuat diserang oleh
pasukan Hulako Khan pada bulan Januari 1258. 
Dalam tulisan Philip K. Hitti, dijelaskan bahwa pada tahun 1253, Hulagu, cucu Jengis
Khan, bergerak dari Mongol memimpin pasukan berkekuatan besar untuk membasmi
kelompok pembunuh (hasyasyin) dan menyerang kekhalifahan Abbasiyah, Inilah
gelombang serangan kedua yang dilakukan bangsa Mongol. Mereka menyapu bersih
semua yang mereka lalui dan yang menghadang perjalanan mereka; menyerbu semua
kerajaan kecil yang berusaha tumbuh di atas puing-puing imperium Syah. 

Khawarizm Hulagu mengundang Khalifah Al-Musta'shim (1242-1258) untuk


bekerja sama menghancurkan kelompok Hasyasyin Ismailiyah. Am tetapi, undangan itu
tidak mendapat jawaban. Pada 1256, sejumlah besar benteng Hasyasyin, termasuk “puri
induk“ di Alamut, telah direbut tanpa sedikit pun kesulitan, dan kekuatan kelompok
yang ketakutan hancur-lebur. 
 Batas Kekuasaan Mongol
Wilayah kultur Arab menjadi jajahan Mongol setelah Baghdad ditaklukkan oleh
Hulagu Khan pada tahun 1258. Ia membentuk kerajaan II Khaniyah yang berpusat di
Tabris dan Maragha. la dipercaya oleh saudaranya, Mongke Khan untuk mengembalikan
wilayah-wilayah Mongol di Asia Barat yang telah lepas dari kekuasaan Mongol setelah
sepeninggalnya Chinggis, Ia berangkat disertai pasukan yang besar untuk menunaikan
tugas itu pada tahun 1253 dari Mongolia. Atas kepercayaan saudaranya tersebut,
Hulagu dapat menguasai wilayah yang luas, seperti Persia, Irak, Caucasus, dan Asia
Kecil. 

Sebelum menundukkan Baghdad, ia telah menguasai pusat gerakan Syi‘ah


Ismailiyah di Persia Utara, pada tahun 1256 yang telah bersekutu dengan Mamluk,
penguasa Muslim yang berpusat di Mesir. Hubungan Dinasti II Khaniyah lama-kelamaan
renggang dengan saudarasaudaranya yang berada di timur, terutama setelah
meninggalnya Qubilay Khan pada tahun 1294, Bahkan, mereka yang menguasai barat
sampai Baghdad karena tekanan kultur Persia yang Islam, berbondong-bondong
memeluk agama Islam, seperti Gazan Khan dan keturunannya. Penguasa II Khaniyah
terakhir ialah Abu Sa'id. Dari sini. dapat dilihat bahwa kultur Islam yang ada di kawasan
budaya Arab, seperti Irak dan Siria, serta sebagian Persia sebelah barat, walaupun
secara politis dapat ditaklukkan oleh Mongol, akhirnya Mongol sendiri terserap ke
dalam budaya Islam. 

Dapatlah disimpulkan bahwa akar budaya Islam di kawasan budaya Arab


diperintah bukan hanya dinasti yang berbangsa Arab saja, tetapi siapa yang kuat akan
memerintah wilayah tersebut. Dinasti-dinasti silih berganti menguasai wilayah itu dan
yang langgeng ialah kekuasaan dari bangsa Arab sendiri, baik pada masa klasik maupun
masa modern ini.

 Akibat Serangan Mongol Terhadap Islam


Kehancuran jelas di mana-mana akibat serangan Mongol sejak Wilayah timur
hingga ke barat. Kehancuran kota-kota dengan bangunan yang indah-indah dan
perpustakaan-perpustakaan yang mengoleksi banyak buku memperburuk situasi umat
Islam, Pembunuhan terhadap umat Islam terjadi, bukan hanya pada masa Hulagu yang
membunuh Khalifah Abbasiyah dan keluarganya, tetapi pembunuhan dilakukan juga
terhadap umat Islam yang tidak berdosa, seperti yang dilakukan oleh Argun, Khan
keempat pada Dinasti II Khaniyah terhadap Takudar sebagai Khan ketiga yang dihukum
bunuh karena masuk Islam. Yang lebih fatal lagi ialah hancurnya Baghdad sebagai pusat
Dinasti Abbasiyah yang di dalamya terdapat berbagai tempat belajar dengan fasilitas
perpustakaan, hilang lenyap dibakar oleh Hulagu. Suatu kerugian besar bagi khazanah
ilmu pengetahuan yang dampaknya masih dirasakan hingga kini.
Ada pula dampak positif dengan berktmsanya Dinasti Mongol ini setelah para
pemimpinnya memeluk agam Islam. Mengapa mereka dapat menerima dan masuk ke
agama Islam? Antara lain disebabkan mereka berasimilasi dan bergaul dengan
masyarakat muslim dalam jangka waktu yang panjang, seperti yang dilakukan oleh
Gazan Khan (1295-1304) yang menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaannya,
walaupun ia pada mulanya beragama Budha. Rupanya, ia telah mempelajari ajaran
agama-agama sebelum menetapkan keIslamannya, dan yang lebih mendorongnya
masuk Islam ialah pengaruh seorang menterinya, Rasyiduddin yang terpelajar dan ahli
sejarah yang terkemuka yang selalu berdialog dengannya, dan Nawruz, seorang
gubernurnya untuk beberapa provinsi Siria. Ia menyuruh kaum Kristen dan Yahudi
untuk membayar jizyah dan memerintahkan mencetak uang yang bercirikan Islam,
melarang riba”, dan menyuruh para pemimpinnya menggunakan sorban. Ia gemar pada
seni dan ilmu pengetahuan, menguasai beberapa bahasa, seperti Mongol, Arab, Persia,
Cina, Tibet, dan Latin.

V.Islam di Asia Tenggara

Islam di Asia Tenggara awalnya menyebar dari wilayah Indonesia, khususnya di


daerah Perlak, Aceh sejak abad ketujuh Masehi, Setelah mengalami
perkembangan, Islam menyebar ke wilayah Asia Tenggara lainnya khususnya
ke semenanjung malaya.  Islam di Asia Tenggara menyebar ke wilayah
Indonesia,Singapura,Malaysa,Kerajaan Pattanni di Thailand selatan dan Brunei
Darussalam Sebelum kemunculan Islam di Asia Tenggara,Penduduk di Asia Tenggara
menganut animisme atau meyakini agama Hindu,atau agama Budha,Islamisasi di Asia
Tenggara didukung oleh keberadaan para pedagang dan ulama yang berasal dari Jazirah
Arab,Persia raya dan Gujarat  di wilayah Malaysia pada abad ke-9 Masehi. Penyebaran
Islam di Asia Tenggara oleh para pedagang dan ulama berlangsung secara damai tanpa
ada tindakan pemaksaaan,kekerasan,intimidasi maupun perang.

 Islam di Indonesia Sebelum Kemerdekaan


Islam tersebar di Indonesia melalui pedagang yang berdagang ke Indonesia, di
mana masyarakat Indonesia sebelum Islam mayoritas memeluk agama Hindu. Islam
tersebar di Indonesia pada abad pertama Hijriyah atau abad ketujuh sampai ke delapan
Masehi.Daerah yang pertama pertama di kunjungi oleh penyebar Islam adalah sebagai
berikut:
• Pesisir utara pulau Sumatera, yaitu di peureulak Aceh Timur, kemudian meluas
sampai bisa mendirikan kerajaan Islam pertama di Samudera Pasai, Aceh Utara.

• Pesisir utara pulau Jawa kemudian meluas sampai ke Maluku yang selama beberapa
abad menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu kerajaan Maja Pahit Dalam sejarah
perkembangan Islam di Indonesia kita tak lepas dari para wali-wali kita yang di sebut
dengan wali sembilan (wali songo) yang dengan ketulusan mereka dan pengorbanan
mereka sehinnga Islam dapat tersebar di Indonesia wali songo tersebut adalah:
1. Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan
Islam di Jawa Timur.
2. Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah
Ampel Surabaya.
3. Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum
Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
4. Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin,
menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
5. Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri
(Gresik)
6. Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di
daerah Kudus.
7. Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan
ajaran Islam di daerah Demak.
8. Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid
menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
9. Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa
Barat (Cirebon)

 Islam di Indonesia Pasca Kemerdekaan


Berikut adalah perkembangan islam di Indonesia Pasca Kemerdekaan
1. Agama Islam lebih cepat berkembang
2. Agam Islam lebih banyak di percayai
3. Beribadah menjadi lebih mudah,karena sudah banyak masjid
4. Islam menjadi agama mayoritas bagi penduduk Indonesia

 Malaka
Melihat dari sejarahnya, Malaka merupakan gerbang utama masuknya Islam ke
Asia Tenggara. Dari Semenanjung Malaka, Islam bersentuhan dengan bangsa Melayu
yang kemudian menyebar ke seluruh kawasan Asia Tenggara. Dalam versi lain
disebutkan, Islam lebih dahulu dikenal di Samudra Pasai, Aceh, sebelum sampai ke
Malaka. Keberadaan Islam di Samudra Pasai merupakan dampak perkembangan
penyebaran Islam dari Kerajaan Perlak. Bermula dari Kerajaan Perlak, penyebaran
Islam mengalami perkembangan pesat, termasuk di Malaka. Selain keuntungan
ekonomi, mengenal Islam juga merupakan salah satu dampak positif dari ramainya
hubungan dagang dengan para saudagar mancanegara. Menurut hikayat Sejarah Melayu
dan catatan orang Cina pada 1409, orang Malaka telah memeluk agama Islam.

 Sarawak
Menelusuri sejarah Kesultanan Brunei Darussalam patut dirujuk karena
Sarawak merupakan bagian dari wilayah de facto Kesultanan Brunei sebelum abad 19.
yang datang berdagang di pelabuhan-pelabuhan seperti di Santubong. Fakta ini tidak
membantah pendapat di atas karena pada saat yang sama pelabuhan-pelabuhan yang
menjadi fokus pedagang Islam berada di bawah kekuasaan Kesultanan Brunei. Jelas
bahwa pada abad ke-15 M, Islam telah berakar di Sarawak. Hal ini dibuktikan dengan
wilayah kekuasaan Kesultanan Brunei dibawah kekuasaan Sultan Muhammad Awang
Alak Betatar yang meliputi negara bagian seperti Kalaka, Saribas, Samarahan, Sarawak
dan Mukah. Semua wilayah ini adalah bagian dari Negara Bagian Sarawak saat
ini. Melalui fakta-fakta di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Islam mulai memantapkan
dirinya di Sarawak secara resmi pada abad ke-15 M, yang mirip dengan era
pemerintahan Sultan Muhammad yang merupakan sultan Muslim pertama di
Brunei. Kesimpulan ini tidak menutup kemungkinan kedatangannya pada awal abad ke-
15 Masehi. 

 Thailand dan Birma (Myanmar)


Para ahli sejarah mengngkapkan bahwa ada beberapa teori tentang awal
masuknya islam ke Thailand,salah satu teori menyebut bahwa islam masuk ke Thailand
pada abad ke-10,melalui pedagang Arab,teori lain menyebut bahwa islam masuk ke
Thailand di bawa oleh kerajaan samudera pasai di aceh.
Agama Islam pertama kali tiba di Myanmar pada tahun 1055. Para saudagar
Arab yang beragama Islam ini mendarat di delta Sungai Ayeyarwady, Semenanjung
Tanintharyi, dan Daerah Rakhin.

 Singapura
Pedagang Muslim di Singapura menyebarkan Islam di Singapura sejak abad ke-
15 Masehi. Pedagang Muslim yang tinggal menetap di Singapura mengadakan hubungan
perkawinan dengan penduduk setempat sehingga komunitas Muslim terbentuk secara
perlahan. Para pedagang Muslim yang menetap kemudian juga menjadi guru agama dan
imam.

 Brunei
Agama Islam di Brunei Darussalam diperkirakan mulai diperkenalkan sekitar
tahun 977 melalui jalur timur Asia Tenggara oleh para pedagang dari negeri Tiongkok.
Sekitar 500 tahun kemudian, agama Islam barulah menjadi agama resmi negara
di Brunei Darussalam semenjak pemerintahannya dipimpin oleh Raja Awang Alak
Betatar.

 Perkembangan Islam di Asia Tenggara


Islam di Asia Tenggara awalnya menyebar dari wilayah Indonesia, khususnya di
daerah Perlak, Aceh sejak abad ke-7 Masehi,Islamisasi di Asia Tenggara didukung oleh
keberadaan para pedagang dan ulama yang berasal dari Jazirah Arab, Persia Raya dan
Gujarat di wilayah Malaysia pada abad ke-9 Masehi.

VI.Kekuasaan Islam Periode Tengah

Setelah pada periode klasik dunia islam sebagai pusat peradaban dunia,


pada periode pertengahan dunia Islam ( 1258 M - 1800 M ) sering digambarkan sebagai
potret dinamika dunia Islam yang berada dalam kondisi kemunduran, baik secara
politis, agama, sosial, maupun budaya.

 Kerajaan Mamluk Mesir


Dinasti Mamluk merupakan sebuah kerajaan Islam yang memerintah di Mesir
pada saat dunia Islam tengah mengalami desentralisasi dan disintegrasi politik.
Kekuasaan Mamluk di Mesir dimulai ketika terjadi perpecahan kekuasaan di kalangan
anggota keluarga Salahuddin al-Ayyubi, pendiri Dinasti Ayubiyah, penguasa Mesir kala
itu. Ketika Turansyah, yang merupakan keturunan terakhir dari Dinasti Ayubiyah, naik
takhta menggantikan ayahnya, al-Malik as-Salih, golongan Mamluk merasa terancam
karena Turansyah lebih dekat kepada tentara asal Kurdi daripada mereka. Pada 1250
M, Mamluk di bawah pimpinan Aybak dan Baybars berhasil membunuh Turansyah .

 Kerajaan Utsmani
Kerajaan Utsani berawal dari keturunan suku kabilah di Turkmenistan pada
abad ke-12,yag merupakan pengembara dari Kurdistan ke Anatolia,pengembara itu
dipimpin oleh raja Ertughul dan anaknya, Usman I,yang pindah untuk menghindari
serangan dari Mongol di bawah Jenghis Khan.

 Kerajaan Syafawi
Kondisi kerajaan Safawi yang memprihatinkan itu baru bisa diatasi setelah raja
Safawi kelima, Abbas I naik tahta (1588-1628 M). Langkah- langkah yang ditempuh oleh
Abbas I dalam rangka memulihkan kerajaan Safawi adalah:
1. Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash dengan cara membentuk
pasukan baru yang berasal dari budak-budak dan tawanan perang bangsa
Georgia, Armenia dan Sircassia.
2. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan jalan
menyerahkan wilayah Azerbaijan, Georgia, dan disamping itu Abbas berjanji
tidak akan menghina tiga Khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar dan
Usman) dalam khutbah-khutbah Jum’at. Sebagai jaminan atas syarat itu, Abbas
menyerahkan saudara sepupunya Haidar Mirza sebagai sandera di Istambul.

 Kesultanan Delhi
Kesultanan Delhi merujuk pada pemerintahan berdinasti dari Turki dan Afghan
yang berpusat di Delhi, termasuk dinasti Mamluk, dinasti Khilji, dinasti Tughlaq, dinasti
Sayyid dan dinasti Lodi. Pada tahun 1526, Kesultanan Delhi dilebur dengan kemunculan
Kesultanan Mughal.

 Kerajaan Mughal
Meski bukan kerajaan Islam pertama di India, Kerajaan ini memberikan
pengaruh yang besar terhadap perkembangan Islam di tanah Hindu tersebut,
Kesultanan Mughal atau kerajaan Mogul di India dididrikan Oleh Zahiruddin Babur,
cucu Timur Lenk, yang berasal dari keturunan Genghis Khan dari Mongol, Sementara
Khalifah yang membawa Daulah Mughal ke puncak kejayaan adalah Jalaludin Akbar,
yang memerintah antara 1556-1605 M

VII. Negara Islam Pada Periode Moderen


Masa pembaharuan (modern) bagi dunia Islam adalah masa yang dimulai dan
tahun 1800 M sampai sekarang. Masa pembaharuan ditandai dengan adanya kesadaran
umat Islam terhadap kelemahan dirinya dan adanya dorongan untuk memperoleh
kemajuan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pada masa pembaharuan ini, telah muncul tokoh tokoh pembaharu dan
pemikir Islam di berbagai negara Islam. Pada awal masa pembaharuan, kondisi dunia
Islam, secara politis berada dibawah penetrasi kolonialisme. Baru pada pertengahan
abad ke-20 M, dunia Islam bangkit memerdekakan negaranya dan penjajahan bangsa
Barat (Eropa),
Di antara negara-negara Islam atau negara-negara berpenduduk mayoritas
umat Islam, yang memerdekakan dirinya dari penjajahan, seperti : Indonesia,
memperoleh kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, Pakistan pada tanggal 15
Agustus 1947, Mesir secara formal memperoleh kemerdekaan dari Inggris tahun 1922
M, Namun, bangsa Mesir baru merasa benar-benar merdeka pada tanggal 23 Juli 1952,
yakni setelah Jamal Abdul Nasir menjadi penguasa, karena dapat menggulingkan Raja
Faruq yang dalam masa pemerintahannya pengaruh Inggris sangat besar. Irak merdeka
secara formal dari penjajah Inggris tahun 1932 M, tetapi sebenarnya baru benar-benar
merdeka tahun 1958 M. Syria dan Libanon, merdeka dari penjajah Prancis tahun 1946
M, Beberapa negara di Afrika merdeka dari penjajah Prancis, seperti Lybia tahun 1951
M, Sudan dan Maroko tahun 1956 M, dan Aijazair tahun 1962 M, Di Asia Tenggara,
negara-negara yang berpenduduk mayoritas Islam, yang merdeka dari penjajah Inggris
adalah Malaysia tahun 1957 M dan Brunei Darussalam tahun 1984 M, Di Asia Tengah,
negara-negara yang merdeka dari Uni Soviet tahun 1992 M adalah Uzbekistan,
Kirghistan, Kazakhtan, Tajikistan, dan Azerbaijan sedangkan Bosnia merdeka dari
penjajah Yogoslavia juga tahun 1992 M.
Setelah negara-negara yang berpenduduk mayoritas umat Islam tersebut
memperoleh kemerdekaan, maka umat Islam bersama-sama dengan pemerintah
negaranya melakukan usaha-usaha pembangunan dalam berbagai bidang, demi
terwujudnya masyarakat bangsa yang adil dan makmur di bawah naungan rida Allah
SWT.

 Turki
Islam adalah agama terbesar di Turki sejak zaman Kesultanan Utsmaniyah
menguasai Turki pada tahun 1400-an pemeluk Islam di Turki semakin banyak. Kini
sekitar 99,8% penduduk Turki adalah Muslim, Kebanyakan Muslim di Turki adalah
Sunni dengan 70-80%, sisanya adalah Alawiyyin dan Syiah dengan 20-30%.[1][2] Ada
juga pengikut Dua Belas Imam dengan 3%.

 Mesir
Islam masuk ke Mesir pada abad 7 ketika Khalifah Umar bin Khatab
memerintahka Amr bin As membawa pasukan tentara Islam untuk mendudukinya.
Setelah menduduki Mesir, Amr bin As menjadi amir (gubernur) di sana (632-660) dan
menjadikan Fustat (dekat Kairo) sebagai pusat pemerintahan.

 Asia Barat
Khalifah Abu Bakar mempersiapkan dakwah untuk menyebarkan agama islam
di wilayah Asia Barat, sungguhpun kondisi Jazirah Arab sebagai pusat pemerintahan
Islam (pusat gerakan dakwah) tepatnya di Madinah dalam kkeadaan masih kacau
antara lain akibat dari pengakuan Nabi Palsu di kalangan Umat Islam dan Perang
Riddah ( Melawan Kemudharatan).

Proses dakwah Islam atau penyebaran Islam di Asia Barat lebih menggunakan
pendekatan politik, sehingga Khalifah Abu Bakar yang sekaligus berperan sebagai da’I
melakukan dakwah dengan cara ekspansi yakni melakukan perluasan wilayah
kekuasaan sekaligus perluasan dakwah dengan sasaran di Asia Barat. Dalam proses
dakwah dengan menggunakan pendekatan ekspansi (futuhat), pemerintahan Abu Bakar
berhasil menaklukan daerah-daerah di Kawasan Asia Barat seperti Syiria, Persia, Afrika
Utara, Mesir dan Bizantium.

 Iran
Pada tahun 1935 nama Persia digantikan oleh Iran, dan kemudian pada
Revolusi 1979, Iran menjadi negara Republik Islam Iran (al-Jumhuria al-Islamia
Iran). Ayatullah Khomeini sebagai pemimpin revolusioner dan tokoh Syi'ah berhasil
memimpin Negara Iran untuk melebur antara konsepsi modern dan al-Imam
(Imamiyah). Tulisan ini akan memaparkan eksistensi Islam dalam sejarah Iran sebelum
dan sesudah Revolusi Iran 1979. Perkembangan Islam di Iran lebih banyak terkait
dengan Syi'ah yang mendominasi dalam kependudukan, politik, tatanan sosial, dan lain
sebagainya. Penduduk Iran (tahun 2000) berjumlah 159.051.000 jiwa, yang terdiri dari
93% Syiah, 5% Sunni, dan 2% lainnya. Artinya jumlah penduduk Syi'ah yang secara
yuridis Iran sebagai Negara Islam Syi'ah.

 Anak Benua India


 Islam di India menyebar di negaranegara bagian Uttar Pradesh, Bengali Barat,
Bihar, Kerala, Assam, Andra Pradesh, Maharashtra, Tamil Nadu, Gujarat, Karnataka, dan
Madya Pradesh,Kebanyakan Muslim India adalah petani. Di Uttar Pradesh dan Madya
Pradesh, mereka umumnya menjadi perajin dan pekerja. Di banyak kota negara bagian
Uttar Pradesh, kaum Muslim memegang jalur perdagangan kain tenun. Profesi
pedagang juga menjadi tradisi bagi Muslim yang tinggal di Gujarat dan Maharashtra.

 Eropa
Masuknya Islam ke benua Eropa dimulai dari penaklukan kawasan
semennanjung Iberia di awal abad ke delapan, kawasan Iberia ini terdiri dari Andalusia
(Spanyol), Portugal, Andora, Gibraltar, dan sedikit daeran Prancis, Penaklukan kawasan
Iberia ini dilakukan di masa Dinasti Umayyah. Wilayah kecil di Eropa ini sempat
mencicipi masa keemasan Islam

 Amerika
Islam di Benua Amerika masuk dari para imigran budak yang di kirim ke
Amerika dengan beberapa gelombang, Islam di perkirakan masuk ke Benua Amerika
jauh sebelum Columbus menemukan Benua ini pada 21 Oktober 1492, para migran
muslim memberikan pengaruh secara langsung dan tidak langsung bagi kehidapan
Amerika Serikat, Meski AS adalah negara yang menganut demokrasi liberal dan sekuler,
namun disana memberikan kebebasan beragama bagi rakyat.

Anda mungkin juga menyukai