Sejarah Pembentukan Kerajaan ini didirikan oleh Thahir bin al-Husain (205
H/821 M), seorang keturunan budak Persia yang kemudian diangkat menjadi jenderal
perang pada masa pemerintahan khalifah al-Ma'mun. Dia berhasil memimpin
balatentara untuk melawan Al-Amin secara gemilang, sehingga kemenangan dan
kemahirannya dalam pemberian gelar Zu al-Yaminain dan diangkat menjadi pemimpin
wilayanh timur Baghdad yang berpusat di Khurasan serta diberi wewenang untuk
menentukan sendiri penerus setelahnya. Thahir ibn Husyain lahir di Musanj dekat
Marw dan dia berasal dari keturunan wali Abbasiyah di Marw dan Harrah
Dinasti ini didirikan oleh salah seorang Penganut syi'ah, yaitu Idris bin
Abdulloh pada tahun 172 H./789 M. Dinasti ini merupakan Dinasti Syi'ah pertama yang
tercatat dalam sejarah berusaha memasukkan Syi'ah ke daerah Maroko dalam bentuk
yang sangat halus. Muhammad bin Idris merupakan salah seorang keturunan Nabi
Muhammad SAW., yaitu cucu dari Hasan, putra Ali bin Abi Thalib. Dengan demikian, dia
memiliki hubungan dengan garis imam-imam Syi'ah. Dia juga ikut ambil bagian dalam
perlawanan keturunan Ali di Hijaz terhadap Abbasiyah pada tahun 169/786, dan
dipaksa pergi ke Mesir, kemudian ke Afrika Utara, di mana prestise keturunan Ali
membuat para tokoh Barbar Zenata di Maroko Utara menerimanya sebagai pemimpin
mereka. Berkat dukungan yang sangat kuat dari Kubu Barbar inilah, Dinasti Idrisiyah
lahir dan namanya dinisbatkan dengan mengambil alih Fez sebagai pusat
pemerintahan. Paling tidak, ada dua alasan mengapa Dinasti Idrisiyah muncul dan
menjadi dinasti yang kokoh dan kuat, yaitu karena adanya dukungan yang sangat kuat
dari bangsa Barbar, dan letak geografis yang paling jauh dari pusat pemerintahan
Abbasiyah yang berada di Baghdad sehingga sulit untuk ditaklukannya. Pada masa
Kekhalifahan Bani Abbasiyah yang dipimpin oleh Harun Ar-Rasyid, (menggantikan
AlHadi), Harun Ar-Rasyid merasa posisinya terancam dengan hadirnya Dinasti Idrisiyah
tersebut, maka Harun Ar-Rasyid merencanakan mengirimkan pasukan untuk
memeranginya dengan tujuan memeranginya. Namun, faktor geografis yang berjauhan,
menyebabkan batalnya pengiriman pasukan. Harun Ar-Rasyid memakai alternatif
lain. Yaitu dengan mengirim seorang mata-mata bernama Sulaiman bin Jarir yang
menyatakan pura Daulah Abbasiyah sehinggan Sulaiman mampu membunuh idris
dengan meracuninya. Taktik ini disarankan oleh Yahya Barmaki Harun Ar-Rasyid.
Dinasti Aghlabiyah adalah salah satu Dinasti Islam di Afrika Utara yang
berkuasa selama kurang lebih 100 tahun (800-900 M). Di luar wilayah yang Mulia
Ifriqiyah (Afrika Kecil, terutama Tunisia), sempalan dari “Afrika” Latin, Harun al-Rasyid
pada 800 M. telah mengangkat Ibrahim bin al-Aghlab sebagai gubernur. Ibrahim bin al-
Aghlab (800-811 M.) memerintah sebagai penguasa yang berdiri, dan
menyeimbangkannya sendiri, tak mengelola Khalifah Abbasiyah yang mengelola di luar
perbatasan Mesir. Aghlabiyah merasa puas dengan gelar Amir, tetapi tidak merasa perlu
mencatumkan nama Khalifah di mata uang mereka, meskipun sebagai bukti kekuasaan
spiritualnya. Dari ibukotanya, Qayruwan, sampai ke Qartago, mereka menguasai
Mediterania tengah selama abad-abad kejayaan mereka. Nama Dinasti Aghlabiyah ini
diambil dari nama ayah, Amir yang pertama, yaitu Ibrahim bin al-Aghlab. Beliau adalah
pejabat Khurasan dalam militer Abasiyah. Ibrahim bin al-Aghlab, seorang yang dikenal
mahir di bidang administrasi. Dengan kemampuan ilmu administrasinya, Ibrahim bin
al-Aghlab mampu mengatur pemerintahan dengan baik. Dinasti Aghlabiyah merupakan
tonggak penting dalam sejarah peradaban Islam atau konflik berkepanjangan antara
Asia dan Eropa, di bawah pimpinan Ziyadatullah I. Pada tahun 800 M, Ibrahim I
diangkat sebagai Gubernur (Amir) di Tunisia oleh Khalifah Harun ar-Rasyid. Karena ia
sangat pandai menjaga hubungan dengan Khalifah Abasiyah seperti membayar pajak
tahunan yang besar, maka Ibrahim I diberi kekuasaan oleh Khalifah, termasuk hak-hak
otonomi yang besar seperti kebijakan, menentukan penggantinya tanpa campur tangan
dari penguasa Abbasiyah. Hal ini dikarenakan jarak yang cukup jauh antara Afrika Utara
dengan Bagdad. Sehingga Aghlabiyah tidak terusik oleh pemerintahan
Abbasiyah. Menurut Ali Mufrodi, Dinasti Aghlabiyah berdiri di Aljazair dan Sicilia pada
tahun 184-296/800909 M. Dinasti ini didirikan oleh Ibrahim bin al-Aghlab yang diberi
otonomi wilayah yang sekarang disebut Tunisia oleh Khalifah Harun ar-Rasyid. Selain
itu.
Budak dari asia tengah yang dikirim oleh panglima Thahir bin Al-Husain ke
Bagdad untuk dipersembahkan kepada khalifah Al-Makmun dan diangkat menjadi
kepala pegawai di Istana. Ahmad Ibn Thulun ini dikenal sebagai sosok yang dikenal
kegagahan dan keberaniannya, dia juga seorang yang dermawan, Hafidz, ahli di bidang,
syariat, dan militer. Pada mulanya, Ahmad Ibnu Thulun berkencan ke Mesir sebagai
wakil Gubernur Abbasiyah di sanaa, lalu menjadi gubernur yang wilayah kekuasaanya
sampai ke Palestina dan suriah.Pada masa khalifah Al Mu'taz (862-866 M) ,beliau di
tunjuk sebagai wali di Mesir dan Libya atas bantuan ayah tirinya yang bergabung
dengan panglima Turki di belahan Barat.Masa ini adalah disintegrasi dan distabilitas
politik pemerintahan Abbasiyah . Situasi ini manfaatkan oleh Ahmad Bin Thulan dengan
memproklamasikan inden Dinastipedensi wilayahnya dan membentuk
Thuluhiyah.Meskipun demikian,Thuluhiyah masih tetap loyalitasnya pada Bagdad
melalui penyebutan nama Khalifah dalam khotbah Jumat dan penulisan nama khalifah
pada mata uang,serta pembayaran pajak sejumlah 300.000 dinar. Di bawah
kepemimpinan Thulun.
Dinasti ini didirikan oleh Muhammad Ibn Tughi yang diberi gelar al-
Ikhsidi (pangeran) pada tahun 935 M. Muhammad Ibn Tughi adalah perwira Turki yang
diangkat menjadi seorang gubernur di Mesir oleh Abbasiyah pada saat Ar Radi atas
jasanya mempertahankan dan memulihkan keadaaan wilayah Nil dari serangan
Fatimiyah yang berpusat di Afrika Utara Strategi pertama yang ia lakukan adalah
memperkokoh angkatan perang dan mengajukan permohonan perluasan wilayah
kekuasaan dengan syarat dia tetap tunduk dan setia pada Baghdad. Akhirnya,
permohonan tersebut dikabulkan. Dia diberi wewenang wilayah Syam, disamping
semakin memperoleh kepercayaan, baik dari masyarakat maupun khalifah karena
keberhasilannya dalam mengembangkan perekonomian rakyat dan mengatasi gerakan
Fatimiyah Sewaktu Iksidi wafat, kedua putranya belum dewasa. Oleh karena itu,
kekuasaan dilimpahkan kepada gurunya, Kafur al Ikhsidi. Kafur memproklamirkan diri
sebagai wali.
Dinasti ini didirikan oleh Hamdan Ibn Hamdun, seorang Amir dari suku
Taghlib. Putranya AlHusain adalah panglima pemerintahan Abbasiyah dan Abu Al-Haija
Abdullah diangkat menjadi Gubernur Maosul oleh Khalifah Al-Muktafi pada tahun 905
M. Pada masa hidupnya, Abu Hamdan Ibn Hamdun pernah ditangkap oleh Khalifah
Abbasiyah karena beraliansi dengan kaum Khawarij untuk kekuatan kekuatan Bani
Abbas. Akan tetapi, atas jasa, Husain Ibn Hamdun diampuni oleh Khalifah
Abbasiyah. Wilayah kekuasaan dinasti ini terbagi dua bagian, yaitu wilayah kekuasaan
di Mousul dan wilayah kekuasaan di Halb. Wilayah kekuasaan di Halb, terkenal sebagai
pelindung kesusatraan Arab dan ilmu pengetahuan. Pada masa itu pula, muncul tokoh-
tokoh cendikiawan besar, seperti Abi AlFath dan Usman bin Jinny yang menggeluti
bidang nahwu, Abu Thayyib Al-Mutanabbi, Abu Firas Husain Ibn Nashr ad-Daulah, Abi
a'la Al-Ma'arif dan Syaif ad-Daulah sendiri yang mendalami ilmu sastra, serta lahir pula
filosof besar, yaitu Al-Farabi. Setelah meninggalnya Haija, tahta kerajaan beralih pada
seorang karyawan, Hasan Ibn Abu Haija yang diberi gelar oleh khalifah sebagai Nas ad-
Daulah dan ali Ibn Abu Haija yang bergelar Syaif ad-Daulah. Syaif ad-Daulah inilah yang
berhasil menguasai daerah Halb dan Hism dari kekuasaan Bani Ikhsidiyah yang
kemudian menjadi pendiri Dinasti Hamdaniyah di Halb. B. Hasan Ibn Abu Haija yang
diberi gelar oleh khalifah sebagai Nashir ad-Daulah dan ali Ibn Abu Haija yang bergelar
Syaif ad-Daulah. Syaif ad-Daulah inilah yang berhasil menguasai daerah Halb dan Hism
dari kekuasaan Bani Ikhsidiyah yang kemudian menjadi pendiri Dinasti Hamdaniyah di
Halb. B. Hasan Ibn Abu Haija yang diberi gelar oleh khalifah sebagai Nashir ad-Daulah
dan ali Ibn Abu Haija yang bergelar Syaif ad-Daulah. Syaif ad-Daulah inilah yang berhasil
menguasai daerah Halb dan Hism dari kekuasaan Bani Ikhsidiyah yang kemudian
menjadi pendiri Dinasti Hamdaniyah di Halb.
Perang Salib adalah perang yang terjadi antara Kristen dan Islam selama lebih
dari 2 abad. Perang ini melibatkan orang-orang Kristen Eropa yang berhadapan dengan
orang Turki Seljuk dan orang-orang Arab. Pada artikel ini akan dibahas mengenai
penyebab Perang Salib dan dampaknya.
Sebab Terjadinya
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab Perang Salib. Penyebab Perang
Salib diantaranya adalah:
Penyerbuan bangsa mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan, cucu Jengis Khan
di kota Baghdad, selain motivasi invasi dan penaklukan wilayah, penyerbuan ini adalah
puncak dari sengketa yang telah dimulai sejak tahun 1218 M. Invasi bangsa
Mongol secara garis besar didorong oleh dua faktor: politik dan ekonomi.
Silsilah Bangsa Mongol
Fakta sejarah mengungkapkan bahwa pelopor bangsa Mongol ialah Yesugay,
ayah dari Chinggis Khan. Setelah Yesugay meninggal. Chinggis Khan memimpin bangsa
Mongol“. Nama jelas Chinggis adalah Temujin yang lahir pada tahun 1154 M. dan
memproklamasikan sebagai Khan (raja). Pada tahun 1219, bangsa Mongol menaklukkan
Cina seluruh bangsa Tartar. Sejak itu, umat Islam diatur oleh beberapa dinasti baru.
Dalam tulisan Ali Mufrodi dijelaskan bahwa asal-mula bangsa Mongol adalah dari
masyarakat hutan yang mendiami Siberia dan Mongol Luar di sekitar danau Baikal .
Invasi Mongol ke wilayah Islam terjadi karena adanya peristiwa Utrar pada
tahun 1218, yaitu ketika Gubernur Khwarazm membunuh para utusan Chinggis yang
disertai pula oleh para saudagar muslim. Peristiwa tersebut menyebabkan Mongol
menyerbu wilayah Islam dan dapat menaklukkan Transoxania yang merupakan wilayah
Khwarazm tahun 1219-1220, padahal sebelumnya mereka justru hidup berdampingan
secara damai satu sama lain. Toluy, salah seorang anak Chinggis, diutus ke Khurasan,
sementara anaknya yang lain, yakni Jochi dan Chaghatay bergerak untuk merebut
wilayah sungai Sir Darya Bawah dan Khwarazm. Wilayah kekuasaan Jengiz Khan yang
luas tersebut dibagi untuk empat Orang putranya sebelum ia meninggal dunia pada
tahun 624/ 1227.
Pertama ialah Jochi, anaknya yang sulung mendapat wilayah Siberia bagian barat dan
stepa Qipchaq yang membentang hingga ke Rusia Selatan, di dalamnya terdapat
Khwarazm. Namun, ia meninggal dunia sebelum ayahnya wafat, dan wilayah
warisannya itu diberikan kepada anak Jochi yang bernama Batu dan Orda.
Ketiga bernama Ogedey, adalah putra Jengis Khan yang terpilih oleh Dewan Pemimpin
Mongol untuk menggantikan ayahnya sebagai Khan Agung yang mempunyai wilayah di
Pamirs dan T'ien Syan. Akan tetapi, dua generasi ke-khan-an tertinggi jatuh ke tangan
keturunan Toluy.
• Pesisir utara pulau Jawa kemudian meluas sampai ke Maluku yang selama beberapa
abad menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu kerajaan Maja Pahit Dalam sejarah
perkembangan Islam di Indonesia kita tak lepas dari para wali-wali kita yang di sebut
dengan wali sembilan (wali songo) yang dengan ketulusan mereka dan pengorbanan
mereka sehinnga Islam dapat tersebar di Indonesia wali songo tersebut adalah:
1. Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan
Islam di Jawa Timur.
2. Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah
Ampel Surabaya.
3. Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum
Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
4. Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin,
menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
5. Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri
(Gresik)
6. Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di
daerah Kudus.
7. Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan
ajaran Islam di daerah Demak.
8. Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid
menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
9. Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa
Barat (Cirebon)
Malaka
Melihat dari sejarahnya, Malaka merupakan gerbang utama masuknya Islam ke
Asia Tenggara. Dari Semenanjung Malaka, Islam bersentuhan dengan bangsa Melayu
yang kemudian menyebar ke seluruh kawasan Asia Tenggara. Dalam versi lain
disebutkan, Islam lebih dahulu dikenal di Samudra Pasai, Aceh, sebelum sampai ke
Malaka. Keberadaan Islam di Samudra Pasai merupakan dampak perkembangan
penyebaran Islam dari Kerajaan Perlak. Bermula dari Kerajaan Perlak, penyebaran
Islam mengalami perkembangan pesat, termasuk di Malaka. Selain keuntungan
ekonomi, mengenal Islam juga merupakan salah satu dampak positif dari ramainya
hubungan dagang dengan para saudagar mancanegara. Menurut hikayat Sejarah Melayu
dan catatan orang Cina pada 1409, orang Malaka telah memeluk agama Islam.
Sarawak
Menelusuri sejarah Kesultanan Brunei Darussalam patut dirujuk karena
Sarawak merupakan bagian dari wilayah de facto Kesultanan Brunei sebelum abad 19.
yang datang berdagang di pelabuhan-pelabuhan seperti di Santubong. Fakta ini tidak
membantah pendapat di atas karena pada saat yang sama pelabuhan-pelabuhan yang
menjadi fokus pedagang Islam berada di bawah kekuasaan Kesultanan Brunei. Jelas
bahwa pada abad ke-15 M, Islam telah berakar di Sarawak. Hal ini dibuktikan dengan
wilayah kekuasaan Kesultanan Brunei dibawah kekuasaan Sultan Muhammad Awang
Alak Betatar yang meliputi negara bagian seperti Kalaka, Saribas, Samarahan, Sarawak
dan Mukah. Semua wilayah ini adalah bagian dari Negara Bagian Sarawak saat
ini. Melalui fakta-fakta di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Islam mulai memantapkan
dirinya di Sarawak secara resmi pada abad ke-15 M, yang mirip dengan era
pemerintahan Sultan Muhammad yang merupakan sultan Muslim pertama di
Brunei. Kesimpulan ini tidak menutup kemungkinan kedatangannya pada awal abad ke-
15 Masehi.
Singapura
Pedagang Muslim di Singapura menyebarkan Islam di Singapura sejak abad ke-
15 Masehi. Pedagang Muslim yang tinggal menetap di Singapura mengadakan hubungan
perkawinan dengan penduduk setempat sehingga komunitas Muslim terbentuk secara
perlahan. Para pedagang Muslim yang menetap kemudian juga menjadi guru agama dan
imam.
Brunei
Agama Islam di Brunei Darussalam diperkirakan mulai diperkenalkan sekitar
tahun 977 melalui jalur timur Asia Tenggara oleh para pedagang dari negeri Tiongkok.
Sekitar 500 tahun kemudian, agama Islam barulah menjadi agama resmi negara
di Brunei Darussalam semenjak pemerintahannya dipimpin oleh Raja Awang Alak
Betatar.
Kerajaan Utsmani
Kerajaan Utsani berawal dari keturunan suku kabilah di Turkmenistan pada
abad ke-12,yag merupakan pengembara dari Kurdistan ke Anatolia,pengembara itu
dipimpin oleh raja Ertughul dan anaknya, Usman I,yang pindah untuk menghindari
serangan dari Mongol di bawah Jenghis Khan.
Kerajaan Syafawi
Kondisi kerajaan Safawi yang memprihatinkan itu baru bisa diatasi setelah raja
Safawi kelima, Abbas I naik tahta (1588-1628 M). Langkah- langkah yang ditempuh oleh
Abbas I dalam rangka memulihkan kerajaan Safawi adalah:
1. Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash dengan cara membentuk
pasukan baru yang berasal dari budak-budak dan tawanan perang bangsa
Georgia, Armenia dan Sircassia.
2. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan jalan
menyerahkan wilayah Azerbaijan, Georgia, dan disamping itu Abbas berjanji
tidak akan menghina tiga Khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar dan
Usman) dalam khutbah-khutbah Jum’at. Sebagai jaminan atas syarat itu, Abbas
menyerahkan saudara sepupunya Haidar Mirza sebagai sandera di Istambul.
Kesultanan Delhi
Kesultanan Delhi merujuk pada pemerintahan berdinasti dari Turki dan Afghan
yang berpusat di Delhi, termasuk dinasti Mamluk, dinasti Khilji, dinasti Tughlaq, dinasti
Sayyid dan dinasti Lodi. Pada tahun 1526, Kesultanan Delhi dilebur dengan kemunculan
Kesultanan Mughal.
Kerajaan Mughal
Meski bukan kerajaan Islam pertama di India, Kerajaan ini memberikan
pengaruh yang besar terhadap perkembangan Islam di tanah Hindu tersebut,
Kesultanan Mughal atau kerajaan Mogul di India dididrikan Oleh Zahiruddin Babur,
cucu Timur Lenk, yang berasal dari keturunan Genghis Khan dari Mongol, Sementara
Khalifah yang membawa Daulah Mughal ke puncak kejayaan adalah Jalaludin Akbar,
yang memerintah antara 1556-1605 M
Turki
Islam adalah agama terbesar di Turki sejak zaman Kesultanan Utsmaniyah
menguasai Turki pada tahun 1400-an pemeluk Islam di Turki semakin banyak. Kini
sekitar 99,8% penduduk Turki adalah Muslim, Kebanyakan Muslim di Turki adalah
Sunni dengan 70-80%, sisanya adalah Alawiyyin dan Syiah dengan 20-30%.[1][2] Ada
juga pengikut Dua Belas Imam dengan 3%.
Mesir
Islam masuk ke Mesir pada abad 7 ketika Khalifah Umar bin Khatab
memerintahka Amr bin As membawa pasukan tentara Islam untuk mendudukinya.
Setelah menduduki Mesir, Amr bin As menjadi amir (gubernur) di sana (632-660) dan
menjadikan Fustat (dekat Kairo) sebagai pusat pemerintahan.
Asia Barat
Khalifah Abu Bakar mempersiapkan dakwah untuk menyebarkan agama islam
di wilayah Asia Barat, sungguhpun kondisi Jazirah Arab sebagai pusat pemerintahan
Islam (pusat gerakan dakwah) tepatnya di Madinah dalam kkeadaan masih kacau
antara lain akibat dari pengakuan Nabi Palsu di kalangan Umat Islam dan Perang
Riddah ( Melawan Kemudharatan).
Proses dakwah Islam atau penyebaran Islam di Asia Barat lebih menggunakan
pendekatan politik, sehingga Khalifah Abu Bakar yang sekaligus berperan sebagai da’I
melakukan dakwah dengan cara ekspansi yakni melakukan perluasan wilayah
kekuasaan sekaligus perluasan dakwah dengan sasaran di Asia Barat. Dalam proses
dakwah dengan menggunakan pendekatan ekspansi (futuhat), pemerintahan Abu Bakar
berhasil menaklukan daerah-daerah di Kawasan Asia Barat seperti Syiria, Persia, Afrika
Utara, Mesir dan Bizantium.
Iran
Pada tahun 1935 nama Persia digantikan oleh Iran, dan kemudian pada
Revolusi 1979, Iran menjadi negara Republik Islam Iran (al-Jumhuria al-Islamia
Iran). Ayatullah Khomeini sebagai pemimpin revolusioner dan tokoh Syi'ah berhasil
memimpin Negara Iran untuk melebur antara konsepsi modern dan al-Imam
(Imamiyah). Tulisan ini akan memaparkan eksistensi Islam dalam sejarah Iran sebelum
dan sesudah Revolusi Iran 1979. Perkembangan Islam di Iran lebih banyak terkait
dengan Syi'ah yang mendominasi dalam kependudukan, politik, tatanan sosial, dan lain
sebagainya. Penduduk Iran (tahun 2000) berjumlah 159.051.000 jiwa, yang terdiri dari
93% Syiah, 5% Sunni, dan 2% lainnya. Artinya jumlah penduduk Syi'ah yang secara
yuridis Iran sebagai Negara Islam Syi'ah.
Eropa
Masuknya Islam ke benua Eropa dimulai dari penaklukan kawasan
semennanjung Iberia di awal abad ke delapan, kawasan Iberia ini terdiri dari Andalusia
(Spanyol), Portugal, Andora, Gibraltar, dan sedikit daeran Prancis, Penaklukan kawasan
Iberia ini dilakukan di masa Dinasti Umayyah. Wilayah kecil di Eropa ini sempat
mencicipi masa keemasan Islam
Amerika
Islam di Benua Amerika masuk dari para imigran budak yang di kirim ke
Amerika dengan beberapa gelombang, Islam di perkirakan masuk ke Benua Amerika
jauh sebelum Columbus menemukan Benua ini pada 21 Oktober 1492, para migran
muslim memberikan pengaruh secara langsung dan tidak langsung bagi kehidapan
Amerika Serikat, Meski AS adalah negara yang menganut demokrasi liberal dan sekuler,
namun disana memberikan kebebasan beragama bagi rakyat.