Anda di halaman 1dari 8

Zahra Muthmainnah

NIM 1215010220

Semester/Kelas : 2/E

TUGAS SEJARAH PERADABAN ISLAM 1

Dinasti – dinastiyanglahirdarikesukuandan melepaskan diridari kekuasaan Baghdadpada


masaKhilafahAbbasiyah

1. Yang berbangsa Persia


 Thahiriyyah di Khurasan, (205-259 H/820-872 M)
Dinasti ini didirikan oleh Thahir Ibn Husein (150 - 207 H). Seseorang yang berasal dari Persia,
terlahir di desa munhaj dekat marm . Ia diangkat sebagai panglima tentara pada masa
pemerintahan Khilafah Al Ma’mun. Ia telah banyak berjasa membantu Al Makmun dalam
menumbangkan Khalifah Al Amin dan memadamkan pemberontakan kaum Alwiyin di Khurasan.
Memberikan kesempatan kepada Thahir untuk memegang jabatan gubernur di Mesir pada tahun
205 H. Kemudian, dipercaya pula untuk mengendalikan wilayah timur. Thahir Ibn Husain yang
memerintah pada tahun 205-207 H. Menjadikan kota Marw sebagai tempat kedudukan gubernur.
Setelah ia wafat, jabatan gubernur dilimpahkan oleh khalifah kepada anaknya, yaitu Thalhah Ibnu
Thahir yang memerintah selama 6 tahun, yaitu sejak 207- 213 H.
Setelah Thalhah, kekuasaan berpindah ke tangan penerusnya, yaitu Abdullah Ibnu Thahih,
dan merupakan pemegang jabatan gubernur khurasan terlama (213-248 H.) Selama memegang
pemerintahan setingkat gubernur, dinasti tohiri mempertahankan hubungan baik dan setia
kepada pemerintahan Abbasiyah di Baghdad. Pada tahun 213 H. Wilayah kekuasaan Abdullah Ibn
Thahir dikurangi dan Al Makmun menyerahkan Suriah, Mesir, dan Jazirah kepada saudaranya
sendiri, yaitu Abu Ishaq Ibnu Harun ar-rasyid. Hal ini dilakukan oleh Al Makmun setelah ia
menguji kesetiaan Abdullah Ibnu Tahir, yang diketahui ternyata cenderung memihak pada
keturunan Ali Ibn Abi Tholib.
Sesudah Abdullah Ibn Thahir, jabatan gubernur khurasan dipegang oleh saudaranya, yaitu
Muhammad Ibn Thahir (248-259 H.) Ia merupakan gubernur terakhir dari keluarga Thahiri.
Kemudian daerah khurasan diambil alih oleh keluarga Saffari melalui perjuangan bersenjata.
KeluargaSaffari merupakan saingan keluarga Thahiri di Sijistan.
Ketika Dinasti Thahiri di Khurasan mendekati masa kemunduran, tampaknya keluarga
Abbasiyah menunjukkan perubahan sikap. Mereka mengalihkan perhatiannya kepada keluarga
Saffari yang mulai menggerogoti dan melancarkan gerakan untuk menguasai Khurasan.
Dalam keadaan mulai melemah keluarga dan pengikut Alawiyyin di Tabaristan menggunakan
kesempatan untuk memunculkan gerakan mereka. Bersamaan dengan gerakan safari yang terus
mendesak kekuasaan Thahiridari arah selatan, pada tahun 259 H jatuh dan berakhirlah Dinasti
Thahiri.
 Shafariyah di Fars, (254-290 H/ 868-901 M)
DinastiShafariyah didirikan oleh Ya’kubIbn Al-Laits. Dinasti ini lebih singkat jika dibandingkan
dengan Dinasti Thohiriyah. Dinasti ini hanya bertahan 21 tahun. Ia berasal dari keluarga perajin
tembaga dan semenjak kecil bekerja di perusahaan orang tuanya. Keluarga ini berasal dariSijistan.
Selain ahli dalam bidang ini ia juga dikenal gemar merampok, tetapi dermawan terhadap fakir
miskin. Menurut Boswort, sekalipun singkat kelompok safariah ini memiliki kekuasaan yang cukup
luas dan megah Ya’kub mendapat simpati dari pemerintah Sijistanpada waktu itu karena dinilai
memiliki kesopanan dan keberanian.
Safariah juga dikenal sebagai dinasti yang dipimpin oleh rakyat jelata, dan perilaku mereka
seperti bandit dan yang menjadi elemen-elemen mereka juga tokoh-tokoh radikal.
Menjadi pemimpin dinastinya kurang lebih 11 tahun. Setelah ia meninggal pada tahun 878
kepemimpinannya diserahkan kepada saudaranya, Amr Ibn Al-Laits. Sikap Amar ini tidak keras,
seperti saudaranya, Ya’kub. Bahkan sebelum ia diangkat menggantikan Yakub ia telah
memerintahkan surat kepada pemerintahan Baghdad yang intinya akan mengikuti semua
petunjuk yang diberikan oleh Baghdad pada daerahnya. Dengan demikian pengangkatan Amar
pun mendapat sokongan dari Baghdad. Sekalipun demikian, tidak ada keterangan yang
menyebutkan bahwa surat itu dimaksudkan sebagai tujuan politik agar badan mendukungnya.
Fakta yang ada adalah Amar akan menaati seluruh Baghdad titik kenyataan ini didukung pula oleh
fakta bahwa setelah ia menggantikan kakaknya, hubungan Baghdad dengan safariah semakin baik
titik namun, ada analisis yang menyebutkan Baghdad melunak terhadap Amar dengan tujuan
lebih menenangkan suasana dan stabilitas politik, karena jika alam utama tidak mendukungnya
dikhawatirkan kelompok Amr ini akan menambah masalah titik sekalipun demikian kekuasaan
Amar ini dieliminasi sehingga luas wilayahnya tidak seluas seperti yang dikuasai oleh Ya’kub. Di
antara wilayah yang dicabut khalifah adalah daerah khurasan dan diberikannya kepada Mahmud
bin Thohir.
Pada saat khalifah Baghdad dipegang oleh Al muqtadir, Baghdad tetap mengakui kekuasaan
Amr sekalipun mendapat perlawanan dari kalangan istana. Pembesar istana menahan Amr
kemudian memberikan kekuasaannya kepada cucunya, Tohir bin Muhammad bin Amr. Setelah
Thohir bin Muhammad bin Amr kekuasaan diberikan kepada saudaranya Al-Laits bin Ali bin Al-
Laits tetapi khalifah ini berhadapan dengan As-Sabakri yaitu pembantu Amr Bin Al-Laits pada saat
inilah terjadi perebutan kekuasaan dan berakhirlah riwayat dinasti Safariah.
 Samaniyahdi Transoxania, (261-389 H/873-998 M)
Dinasti ini bermula dari pengangkatan empat orang cucu Saman oleh Khalifah Al Ma’mun
menjadi gubernur di daerah Samarkand, Pirghana, Shash dan Haratyang ada di bawah
pemerintahan thohiriyah pada waktu itu. Akan tetapi, ternyata, selain mempunyai hasrat untuk
menguasai wilayah yang diberikan Khilafahkepada mereka keempat cucu tersebut juga mendapat
simpati warga Persia, Iran. Awalnya simpati mereka itu hanya di kota-kota kekuasaannya
kemudian menyebar ke seluruh negeri Iran termasuk Sijistan, Karman, Jurjan, Ar-Ray, dan
Tabanistan, ditambah lagi daerah Transoxiana di Khurasan.
Berdirinya dinasti samaniyah ini didorong pula oleh kecenderungan masyarakat Iran pada
waktu itu yang ingin memerdekakan diri terlepas dari Baghdad.Olehkarena itu, tegaknya dinasti
samaniah ini bisa jadi merupakan manifestasi dari hasrat masyarakat Iran pada waktu itu.
Adapun pelopor yang pertama kali memproklamasikan dinasti samaniyah ini, sebagaimana
penjelasan Philip k. Adalah Nasr bin Ahmad (874 M.) Cucu tertua dari keturunan samaniah
bangsawan BalkZoroasterian, dan dicetuskan di Transoxiana.
Dinasti samaniyah ini berhasil menjalin hubungan yang baik sehingga berbagai kemajuan
pada dinasti ini cukup membanggakan baik di bidang ilmu pengetahuan, filsafat juga
politik.Pelopor yang sangat berpengaruh dalam filsafat dan ilmu pengetahuan pada dinasti ini,
yaitu Ibnu Sina yang pada waktu itu pernah menjadi menteri. Dinasti ini juga mampu
meningkatkan taraf hidup dan perekonomian masyarakat. Hal ini diakibatkan adanya hubungan
yang baik antara kepala-kepala daerah dan pemerintah pusat yaitu dinasti Bani Abbas.
Setelah mencapai puncak kegemilangannya bagi bangsa parsi (Iran), semangat fanatik
kesukuan pun cukup tinggi pada dinasti ini titik oleh karena itu ketika banyak imigran Turki yang
menduduki posisi di pemerintahan dengan serta merta, para imigran Turki tersebut dicopot
karena faktor kesukuan. Akibat ulahnya ini, dinasti samaniah mengalami kehancuran karena
mendapat penyerangan dari bangsa Turki titik dengan keruntuhannya ini tumbuh dinasti kecil
baru, yaitu dinasti Al-Ghaznawi yang terletak di India dan di Turki.
Dinasti samaniah juga telah berhasil menciptakan kota Bukhoro sebagai kota budaya dan
kota ilmu pengetahuan yang terkenal di seluruh dunia karena selain Ibnu Sina, muncul juga para
pujangga Dan ilmuwan yang terkenal seperti Al firdausy Umar kayam Al Biruni, dan Zakaria Ar-
Razi.
Selain kota Bukhara, sama Nia juga berhasil membangun samarkan, hingga mampu
menandingi kota-kota lainnya di dunia Islam pada waktu itu titik kotak, selain berfungsi sebagai
kota ilmu pengetahuan dan budaya juga telah menjadi kota perdagangan
Sama Nias telah lenyap, namun perjuangan dan pengorbanannya dalam mengembangkan
Islam senantiasa diingat oleh umat Islam.
 Sajiyyah di Azerbaijan, (266-318 H/ 878-930 M)
 Buwaihiyyah, bahkan menguasai Baghdad, (320-447 H/932-1055 M)

2. Yang berbangsa Turki


 Thuluniyahdi Mesir, (254-292 H/837-903 M)
Dinasti ini merupakan dinasti yang kecil pertama di Mesir pada pemerintahan Abbasiyah
yang memperoleh hak otonom dari Baghdad. Dinasti ini didirikan oleh Ahmad bin Thulun, itu
seorang budak dari Asia tengah yang dikirim oleh panglima Thahit bin Al Husain ke Baghdad
untuk dipersembahkan kepada Khalifah Al Makmun dan diangkat menjadi kepala pegawai istana.
Ahmad bin Thulun ini dikenal sebagai sosok yang dikenal kegagahan dan keberaniannya, dia
juga seorang yang dermawan hafiz, ahli di bidang sastra, syariat dan militer. Pada mulanya,
Ahmad bin Thulun datang ke Mesir sebagai wakil gubernur Abbasiyah di sana, lalu menjadi
gubernur yang wilayah kekuasaannya sampai ke Palestina dan Suriah. Pada masa Khalifah Al
muqtas Ahmad bintulun ditunjuk sebagai wali di Mesir dan Lidya atas bantuan ayah tirinya yang
menjabat sebagai panglima Turki di belahan barat. Masa ini merupakan masa disintegrasi dan
disabilitas politik pemerintahan Abbasiyah. Situasi tersebut dimanfaatkan oleh Ahmad bin turun
dengan memproklamasikan independensi wilayahnya dan membentuk dinasti Thuliniyah.
Meskipun demikian masih tetap memperlihatkan loyalitasnya pada Baghdad melalui penyebutan
nama khalifah dalam khotbah Jumat dan penulisan nama khalifah pada mata uang serta
pembayaran pajak sejumlah 300.000 Dinar. Keberadaan dinasti uruniyah di Mesir semakin
bertambah besar dan kuat apalagi setelah adanya ikatan kuat melalui perkawinan antara Ahmad
bin Thulun dengan saudara Yarjukh, sebagai jaminan atas kedudukan yang diperoleh Thuluniyah.
Keistimewaan prestasi DinastiThuluniyah adalah kemewahan dan keistimewaan masjid
Ahmad bin Thulun terletak pada menaranya yang melintang dan melilit ke atas setiap hari Jumat
di masjid tersebut selalu disediakan dokter khusus untuk mengobati pasien secara Cuma-Cuma
tanpa melihat agama dan alirannya. Kemajuan prestasi di bidang yang lainnya ialah di bidang
militer,Thuluniyah mempunyai 100.000 prajurit yang cakap dan terlatih dari orang Turki dan
budak berlian dari bangsa Negro. Thuluniyah membangun kubu-kubu pertahanan dan sebuah
benteng yang kokoh di atas pulau Ar-Raudhah pada masa itu juga banyak dibangun irigasi sebagai
sarana pertanian yang terletak di lembah sungai Nil.
Pada masa kekuasaan terakhir muncul dan berkembang sektor-sektor keagamaan
Qaramitah yang berpusat di Gurun Siria. Melihat keadaan seperti itu, saiban tampaknya tidak
mempunyai kekuatan untuk mengendalikan sekte-sekte tersebut dan bersamaan dengan itu pula
Khalifah Abbasiyah mengirimkan pasukan untuk menaklukkan DinastiThuliniyah serta membawa
keluarga dinasti yang masih hidup ke Baghdad setelah ditaklukan jatuh dan hancur.
 Ikhsyidiyahdi Turkistan, (320-560 H/ 932-1163 M)
Dinasti Ikhsyidiyah didirikan oleh Muhammad Bin Tugni yang diberi gelar Al-Ikhsyid
(pangeran). Muhammad Bin Tugni diangkat menjadi seorang gubernur di Mesir oleh Abbasiyah
pada saat Ar-Radi atas jasanya mempertahankan dan memulihkan keadaan wilayah nil dari
serangan kaum Fatimiyah yang berpusat di Afrika Utara.
Dinasti Ikhsidiyah mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menyokong dan
memperkuat wilayah Mesir. Pada masa itu Mesir mempunyai kedudukan yang sangat kuat
karena ditopang dengan kemiliteran ihsidiyah yang tangguh dengan pasukan pengawal sejumlah
4000 orang dan 800 orang pengawal pribadinya.
Pada masa Dinasti Ikhsyidiyah ini pula terjadi peningkatan dalam dunia keilmuan dan daerah
intelektual seperti mengadakan diskusi-diskusi keagamaan yang dipusatkan di masjid-masjid dan
rumah para menteri dan ulama. Kegiatan itulah yang sangat berperan dalam pendewasaan
pendidikan masyarakat ketika itu dan juga dibangun sebuah pasar buku yang besar sebagai pusat
dan tepat berdiskusi yang dikenal dengan namaSyuqAl-Waraqin.
Selama 2 tahun setelah berkuasa di Mesir, dinasti Ikhsidiyah mengadakan ekspansi besar-
besaran dengan menundukkan Syria dan Palestina ke dalam otonomi wilayahnya. Pada tahun
berikutnya menaklukkan wilayah Mekah dan Madinah. Dengan demikian kekuasaan ini dia
bertambah besar dan pesat.
Pada masa pemerintahan kafir yang termasyhur sebagai pelindung liberal kesusastraan dan
seni, beberapa serangan yang dilancarkan di Fatimiyah di sepanjang pantai Afrika Utara dapat
diatasi. Akan tetapi sepeninggal Kafur pada tahun 968 M.Ikhsyidiyah menjadi dinasti yang sangat
lemah.
Ada beberapa faktor kehancuran dinasti Ikhsidiyah, yaitu selain karena serangan terus-
menerus yang dilancarkan Fatimiyah, pada masa sebelum penaklukan oleh Fatimiyah telah terjadi
pula penyerangan Qarmatian ke Syria pada tahun 963 M. Selain itu juga, terjadi penyekapan
jemaah haji Mesir serta serbuan orang-orang Nubia yang berhasil merampas daerah-daerah
wilayah selatan.
 Ghaznawiyahdi Afghanistan, (351-585 H/962-1189 M)
Dinasti Ghaznawiyah merupakan dinasti pertama bangsa Turki di Timur Baghdad. Mereka
para pengembara yang mendapatkan kekuatan secara berangsur-angsur di bawah Samaniyah.
Satu sosok budak Turki yang disukai dan mendapatkan tempat dalam keluarga penguasa dinasti
Samaniyah adalah Alptigin. Awalnya dia diangkat sebagai seorang hajib atau pengawal. Kariernya
semakin bagus dan diangkat menjadi kepala hajib dan puncaknya menjadi amir di wilayah
Khurasan pada tahun 961 M. Akan tetapi hal tersebut tidak disukai penguasa Samaniyah sehingga
pada tahun 962 M, dia menuju daerah perbatasan di Timur dan merebut Ghaznah dari penguasa
lokal dan mendirikan kerajaan independen yang kemudian berkembang menjadi dinasti
Ghaznawi dengan wilayah Afghanistan-Punjab (962-1186 M).
Pendiri sebenarnya adalah Sabaktekin (976-997 M), juga seorang budak dan menantu
Alptigin dengan sekitar enam belas Sultan dari keturunannya langsung. Pada masanya, dia
berhasil memperluas kekuasaan hingga meliputi wilayah Pesyawar di India dan Khurasan di
Persia.
Raja paling terkenal adalah Mahmud bin Sabaktekin (999-1030 M). Ghaznah yang berada di
puncak bukit yang tinggi, sangat staregis untuk memantau seluruh daratan India utara sehingga
menguntungkan untuk melakukan serangan ke India. Sebanyak tujuh belas serangan dilancarkan
ke India utara dari tahun 1001-1024 M dan dia berhasil menancapkan pengaruh Islam di kawasan
Punjab dan Lahore. Mahmud menjadi penguasa Turki pertama yang mendapat gelar Al-Ghazi
setelah berhasil menaklukan dan membawa banyak rampasan dari kuil-kuil Hindu.
Di wilayah barat, Mahmud memperluas dengan merebut Irak-Persia termasuk Rayyi dan
Isfahan dari Buwaihi-Syiah yang pada saat itu di dipercaya khalifah Abbasiyah Al-Qadir (991-1031
M) dengan memberinya gelar Yamin alDawlah (Tangan kanan Negara). Selain itu dia juga dijuluki
Amniul Millah (Pengaman Agama), Nashirul Haq (Penolong kebenaran), Nizhamuddin (Pengatur
agama) dan Kahfud Daulah (Guanya Negara). Mahmud dan Ghaznawi secara formal mengakui
dan berbaiat di bawah pemerintahan Abbasiyah. Mahmud dan penerusnya cukup berpuas diri
mencantumkan nama mereka di mata uang logam dengan gelar amir dan sayyid saja.
Seperti halnya yang dialami dinasti-dinasti sebelumnya, kekuatan Ghaznawi juga tidak
ditopang dengan kekuatan militer yang kuat, sehingga saat wafatnya Mahmud bin Sabaktekin
karena penyakit yang dideritanya, wilayah-wilayah berangsur memerdekakan diri dari ibukotanya
dan bermunculan kekusaan kecil baru di antaranya: dinasti Muslim independen di wilayah India,
di utara dan barat terdapat Dinasti Khan dari Turkistan dan Dinasti Saljuk dari Persia, dan di
tengah Dinasti Ghuriyah dari Afghanistan memberontak 1186 M dan menghancurkan pengaruh
Ghaznawi di Lahore.
 Dinasti Seljuk dan cabang cabangnya : Seljuk besar/,Seljuk Agung, menguasai Baghdad, (429-
522 H/1037-1127 M)
 Seljuk besar atau Seljuk Agung, didirikan oleh Rukn Al-Din Abu Thalib Tuqhrul Bek
IbnSeljukIbnTuqaq. Seljuk ini menguasai Baghdad dan memerintah selama sekitar 93 tahun
(429-522 H/1037-1127 M).
 2) SeljukKirman di Kirman, (433-583 H/1040-1187 M).
 3) SeljukSyria atau Syam di Syria, (487-511 H/1094-1117 M).
 4) Seljuk Irak di Irak dan Kurdistan, (511-590 H/1117-1194 M).
 5) Seljuk Rum atau Asia Kecil di Asia Kecil, (470-700 H/1077-1299 M).

3. Yang berbangsa Kurdi


 Al-Barzuqani, (348-406 H/959-1015 M)
 Abu Ali, (380-489 H/990-1095 M)
 Ayubiyah, (564-648 H/1167-1250 M)

4. Yang berbangsa Arab


 Idrisiyyah di Maroko, (172-375 H/ 788-985 M)
Dinasti ini didirikan oleh salah seorang penganut Syiah yaitu Idris bin Abdullah pada tahun
172 H. Dinasti ini merupakan dinasti Syiah pertama yang tercatat dalam sejarah berusaha
memasukkan Syiah ke daerah Maroko dalam bentuk yang sangat halus.
Ada dua alasan mengapa dinasti Idris yang muncul dan menjadi nenek nasi yang kokoh dan
kuat yaitu karena adanya dukungan yang sangat kuat dari bangsa Barbar dan letak geografis yang
sangat jauh dari pusat pemerintahan Abbasiyah yang berada di Baghdad sehingga sulit untuk
ditaklukannya.
Pada masa kekhalifahan Bani Abbasiyah dipimpin oleh Harun Ar-Rasyid, merasa posisinya
terancam dengan hadirnya dinasti Idrisiyyah tersebut maka Harun Ar-Ar-Rashid merencanakan
untuk mengirimkan pasukannya dengan tujuan memeranginya. Namun, faktor geografis yang
berjauhan, menyebabkan batalnya pengiriman pasukan. Harun Ar-Rasyid memakai alternatif lain
yaitu dengan mengirim seorang mata-mata bernama Sulaiman bin jarir yang berpura-pura
menentang daulahAbbasiyah sehingga Sulaiman mampu membunuh Idris dengan meracuninya.
Taktik ini disarankan oleh Yahya Barmaki kepada khalifah Harun Ar-Rasyid.
Terbunuhnya Idris tidak berarti kekuasaan dinasti idrisiyah menjadi tumbang karena bangsa
barbar telah bersepakat untuk mengikrarkan kerajaan mereka sebagai kerajaan yang merdeka
dan independen titik-titik dikabarkan pula bahwa Idris meninggalkan seorang hamba yang sedang
mengandung anaknya. Dan ketika seorang hamba tersebut melahirkan kaum barbar memberikan
nama bayi tersebut dengan nama Idris dan mengikrarkannya sumpah setia kepadanya
sebagaimana yang pernah diikrarkan kepada bapaknya dan Idris inilah yang melanjutkan jejak
bapaknya dalam (Idris bin Abdullah) dan disebut sebagai Idris II.
Pemerintahan Dinasti idrisiyah terus mengalami peningkatan sampai pada puncaknya pada
pemerintahan Yahya I bin Muhammad.
Pada pemerintahan Yahya II terjadi kemerosotan yang disebabkan oleh ketidakmatiran
Yahya II dalam mengatur pemerintahannya sehingga terjadilah pembagian wilayah kekuasaan.
Dalam suasana dalam suasana yang mengecewakan rakyat, seorang penduduk pers bernama
Abdurrahman Bin Abi Sahal junami mencoba menarik keuntungan dengan jalan mengambil alih
kekuasaan. Namun kau mah istri Yahya (anak perempuan dari saudara sepupunya), Ali bin Umar
berhasil menguasai wilayah Kawariyyir (Qairawan) dan memulihkan ketentraman dengan
bantuan ayahnya. Menurut cerita lain bahwa selayaknya dua diusir oleh penduduk kota vesikoma
Ali bin Umar (Paman dari ayah tiri Yahya) diangkat untuk menduduki tahta yang tak lama
kemudian harus dilepaskan lagi akibat satu pemberontakan.
Pada masa Yahya 3 pemerintahan yang semur raut diterbitkan kembali sehingga menjadi
tentram dan aman. Namun setelah Yahya III memerintah dalam waktu yang cukup lama ia
terpaksa harus menyerahkan kekuasaan kepada teman kerabatnya yang diberi nama Yahya IV.
Yahya IV ini berhasil mempersatukan kembali wilayah-wilayah yang dikuasai oleh kerabat
kerabat yang lainnya, Dan sejak itu dinasti Idrisiyah terlibat dalam persaingan antara dua
kekuatan besar yaitu Bani Umayyah dari Spanyol dan dinasti Bani fatimiyah dari Mesir Dalam
memperebutkan supremasi dari Afrika Utara.
Riwayat yang menerangkan bahwa jatuhnya dinasti idrisiyah disebabkan oleh khalifah
Muhammad Al-Muntashir yang membagi-bagikan kekuasaannya kepada saudara-saudaranya
yang cukup banyak sehingga mengakibatkan pecahnya Idrisiyah secara politis. Berpacaran
tersebut merupakan faktor yang membahayakan keberadaan dinasti idrisiyah karena dalam
waktu bersamaan datang pula serangan dari Dinasti Fatimiyah.
Pada masa kepemimpinan Yahya III, Dinasti Idrisiyahditaklukan oleh Fatimiyah dan Yahya
terusir dari kerajaan hingga wafatnya di Mahdiyah. Dengan berakhirnya Yahya berakhir pula
riwayat Dinasti Idrisyah.
 Aghlabiyyahdi Tunisia, (184-289 H/800-900 M)
Dinasti aghlabiyah ini didirikan di aljazariyah dan Sisilia oleh Ibrahim bin Aghlab, seseorang yang
dikenal mahir di bidang administrasi titik dengan kemampuan ilmu administrasinya ia mampu
mengatur roda pemerintahannya dengan baik. secara periodik, Dinasti Aghlabiyah ini dikuasai
oleh beberapa penguasa, yaitu:
 Ibrahim bin Aghlab (800-811 M)
 Abdullah I (811-816 M)
 Ziyadatullah bin Ibrahim (816-837 M)
 Abu Iqlal bin Ibrahim (838-841 M)
 Abu Al-Abbas Muhammad (841-856 M)
 Abu Ibrahim Ahmad (856-863 M)
 ZidayatullahII bin Ahmad (863-864 M)
 Abu Al-Ghranik Muhammad II bin Ahmad (864-867 M)
 Ibrahim II bin Ahmad (874-902 M)
 Abu Al-Abbas Abdullah II (902-903 M)
 Abu MudharZidayatullah III (903-909 M)
Dinasti ablabiyah merupakan tonggak terpenting dalam sejarah konflik berkepanjangan
antara Asia dan Eropa. Dinasti ini juga terkenal dengan prestasinya di bidang arsitektur, terutama
dalam pembangunan masjid pada masa Ziyadatullah yang kemudian disempurnakan oleh Ibrahim
II berdiri dengan megahnya masjid yang besar yaitu masjidQairawan. Oleh karena itulah,
kairawan menjadi kota suci keempat setelah Mekkah, Madinah dan Yerusalem. Masjid tersebut
disebut sebagai masjid terindah dalam Islam karena ditata sedemikian indah titik selain itu
dibangun pula sebuah masjid di Tunisia, pada masa kekuasaan Ahmad serta dibuat pula suatu
peralatan pertanian dan irigasi untuk daerah ifrikiyah yang kurang subur.
Pada akhir abad ke-9 posisi dinasti Aghlabiyah di Ifrikiyah mengalami kemunduran dengan
masuknya propaganda Syiah yang dilancarkan oleh Abdullah Al Syiah atas isyarat Ubaidillah Al
Mahdi telah menanamkan pengaruh yang kuat di kalangan orang-orang barbar suku ketama.
Kesenjangan sosial antar penguasa a gelap di satu pihak dan orang-orang barbar di pihak lain
telah menambah kuatnya pengaruh itu dan pada akhirnya membuahkan kekuatan militer.
Pada tahun 909 kekuasaan militer tersebut berhasil menggulingkan kekuasaan Aghlabib
yang terakhir, ZiyadatullahIII sehingga Ziyadatullah diusir ke Mesir setelah gagal mendapatkan
bantuan dari pemerintahan pusat di Baghdad. Ada juga yang berpendapat bahwa Ziyadatullah
kalah karena tidak mengadakan perlawanan apapun sebelum dinasti fatimiyah mengadakan
invasi. Dan sejak itu pula, Ifrikiyahdikuasai oleh orang-orang Syiah yang pada masa selanjutnya
membentuk DinastiFatimiyah. Salah satu faktor mundurnya aghlabiyah ialah hilangnya hakikat
kedaulatan dan ikatan-ikatan solidaritas sosial semakin luntur. Kedaulatan pada hakikatnya hanya
dimiliki oleh mereka yang sanggup menguasai rakyat sanggup memungut iuran negara
mengirimkan angkatan bersenjata memiliki perbatasan dan tak seorang penguasa pun berada di
atasnya. Dengan semakin berkurangnya pengaruh aglavia terhadap masyarakat, dikarenakan
adanya kesenjangan sosial, berakhirlah riwayat Dinasti Aghlabiyah.
 Dulafiyah di Kurdistan, (210-285 H/825-898 M)
 Alawiyah di Tarabaristan, (250-316 H/864-928 M)
 Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil,
Dinasti ini didirikan oleh Hamdan bin Hamdun seorang Amir dari suku Taghlib. Putranya Al
Husain adalah panglima pemerintahan Abbasiyah dan Abu Al Haija Abdullah diangkat menjadi
GubernurMaosul oleh Khalifah Al Muktafi pada tahun 905 M.
Pada masa hidupnya, Abu Hamdan bin Hamdun pernah diangkat oleh Khalifah Abbasiyah karena
beraliansi dengan kaum khawarij untuk menentang kekuasaan Bani Abbas akan tetapi, atas jasa
putranya Husein bin hamdun diampuni oleh Khalifah Abbasiyah.
Wilayah kekuasaan dinasti ini terbagi dua bagian yaitu wilayah kekuasaan di Mousul dan wilayah
kekuasaan di Halb. Wilayah kekuasaan di Halb, terkenal sebagai pelindung kesusastraan Arab dan
ilmu pengetahuan. Pada masa itu pula, muncul tokoh-tokoh cendekiawan besar, seperti Abi Al-
Fath dan Utsman bin Jinny yang menggeluti di bidang ilmu Nahwu,AbuThayyib Al Mutannabi, Abu
Firas Husain bin Nashr Ad Daulah, Abu A’la Al Ma’ari, dan Ad-Daulah sendiri yang mendalami ilmu
sastra, serta lahir pula filosof besar, yaitu Al Farabi.
Setelah meninggalnya Haija, tahta kerajaan beralih pada seorang putranya, yaitu Hasan bin Abu
Haija yang diberi gelar oleh khalifah sebagai NashiradDaulah dan Ali Bin Abu Haija yang bergelar
SyaifAd-Daulah.Syaif Ad-Daulah inilah yang berhasil menguasai daerah Halbdan Hims dari
kekuasaan DinastiIkhsyidiyah yang kemudian menjadi pendiri DinastiHamdaniyah di Halb.
Mengenai jatuhnya dinasti ini, terdapat beberapa faktor. Pertama meskipun dinasti ini berkuasa
di daerah yang cukup subur dan makmur serta memiliki pusat perdagangan yang strategis sikap
kepaduannya yang tidak bertanggung jawab dan sikapnya yang destruktif tetap ia jalankan
dengan sikap seperti itu, Suriah, dan Al Jazirah merasa menderita karena kerusakan yang
ditimbulkan oleh peperangan. Hal inilah yang menjadikan kurangnya simpati masyarakat dan di
bawahnya jatuh.
Kedua bangkitnya kembali DinastiByzantium di bawah kekuasaan Macedonia yang
bersamaan dengan berdirinya DinastiHamdaniyah di Suriah menyebabkan DinastiHamdaniyah
tidak bisa menghindari dari invasi wilayah kekuasaannya dari serangan Byzantium yang energik.
Ketiga, kebijakan ekspansionis fatimiyah ke Suriah bagian selatan juga melumpuhkan kekuasaan
dinasti ini, sampai-sampai expansionis ini mengakibatkan terbunuhnya saidad Daulah yang
tengah memegang tampuk kekuasaan Dinasti Hamdaniyah titik akhirnya dinasti ini pula takluk
pada Dinasti Fatimiyah.

Daftar pustaka
Supriyadi, Dedi M.ag. Sejarah Peradaban Islam.Cv Pustaka setia. Bandung. Hlm143-167

Anda mungkin juga menyukai