Anda di halaman 1dari 3

Nama :fuaddatun najmi

Nim:230201064
PAPER
MASA DISINTEGRASI ABBASYIAH :EKSISTENSI DINASTI-DINASTI DI TIMUR
BAGDAD(THAHIRIAH SHAFFARIYAH,SAMANIYAH )

A. DINASTI THAHIRIYAH 205-259H/ 820-872M)

Dinasti Thahiriyah didirikan oleh Thahir ibnu Husain, seorang yang berasal dari
Persia, lahir di desa Musanj dekat Marw di Khurasan. Ia adalah seorang jendral dengan
jabatan panglima tentara pada masa pemerintahan Al-Makmun (198-218H/813-833M).
Beliau terkenal dengan pendekar bermata satu tapai lihai menggunakan pedangnya karena itu
ia dijuluki oleh Kholifah Al-Makmun dengan sebutan Dzu Al-Yaminah, dan ada yang
mengatakan bermata satu tetapi memiliki dua tangan kanan.1

Thahir ibnu Husain diangkat menjadi gubernur oleh Kholifah Al- Makmun pada tahun
205H/820M untuk memimpin wilayah timur Baghdad dengan pusat kekuasaan Khurasan.
Setelah semakin mapan kekuasaannya, lama-lama ia mulai menyebut nama khalifah saat
khutbah jum’at. Setelah dua tahun berkuasa Thahir Wafat (207H/822M). Namun diakui
bahwa secara formal para penerus Thahir dikatakan sebagai pengikut khalifah, namun ia telah
wilayahnya sampai ke India. Kemudia memindahkan pusaat pemerintahannya ke Nisabur dan
disana mereka berkuasa sampai tahun 258H/872M.2

Thahir muncul ketika terjadi perselisihan antara dua pewaris tahta kehalifahan
pemerintahan Abbasiyah, yaitu antara Muhammmad Al-Amin yang memerintah tahun 194-
198H/808-813M anak dari Harun Ar-Rasyid dari istrinya yang keturunan Arab yang bernama
Zubaidah sebagai pemegang kekuasaan di Baghdad dengan Abdullah Al-Ma’mun anak Harn
Ar-Rasyid dari istri yang keturunan Persia sebagai pemegang kekuasaan di wilayah Timur
Baghdad.3 Dalam perselisihan itu Thahir berpihak pada Al-Makmun. Ia diutus oleh Al-
Makmun memimpin pasukan sebanyak empat puluh ribu yang melawan pasukan dari pihak
Al-Amin yang dipimpin oleh Ali bin Isa yang berkekuatan lima puluh ribu personel. Pada

1
Dedi Supriadi,Sejarah Peradaban Islam(Bandung: Pustaka Setia,2006) 145
2
Muzaiyana,Sejarah Peradaban Islam-2(Surabaya:UIN Sunan Ampel Press,2014) 101
3
Depdiknas,Ensklopedi Islam(Jakarta: Ichtiar Baru Van Hive,2002 Jilid 5) 33
peperangan tersebut pasukan yang dipimpin Thahir memperoleh kemenangan tempatnya di
Rey kota dekat Teheren pada tahun 811M. Thahir juga berhasil mengalahkan pasuka Al-Amin
yang dikirim berikutnya dibawah kepemimpinan Ar-Rahaman Al-Jabal. Melihat peluang
yang bagus ini Thahir mengarahkan pasukannya ke Baghdad, dengan Harsamah dan Zubair
yakni dua panglima yang dikirim oleh khalifah Al-Makmun, dan akhirnya Thahir dapat
menaklukkan Baghdad selama dua bulan setelah pengepungan pasukannya. Sedangkan Al-
Amin sendiri terbunuh oleh salah seorang pasukan Thahir.

Berkat kemenangan tersebut Thahir mendapat hadiah jabatan dari Al-Makmun


menjadi Gubernur dikawasan Timur Baghdad pada tahun 205H/820M.4

1. Perkembangan dan Kemajuan Dinasti Thahiriyyah

Setelah Thahir ibnu Husyein wafat maka jabatan Gubernur dilimpahkan oleh Khalifah
kepada putranya yaitu Talhah ibnu Thahir yang memerintah selama enam tahun yaitu pada
tahun 207-213H/822-829M. Pada masanya Talhah bin Thahir berupaya meningkatkan
hubungan kerja sama dengan pemerintah pusat yang pada masa ayahnya sebutan Khalifah
sempat dihentikan.Adapun gubernur-gubernur yang memerintah pada dinasti Thahiriyah
adalah sebagai beriut:

1. Thahir ibnu Husain (820M)

2. Talhah ibnu Thahir (822M)

3. Abdullah ibnu Thahir (827M)

4. Thahir ibnu Abdullah (844M)

5. Muhammad ibnu Thahir (862M)5

Dinasti Thahiriyah mengalami masa kejayaan pada masa Abdullah ibnu Thahir
(820M) saudara Talhah. Ia memiliki pengaruh dan kekuasaan yang besar dimata masyarakat
dan pemerintah Baghdad. Oleh karena itu, ia terus menjalin komunikasi dan ketjasama
dengan Baghdad sebagai bagian dari bentuk pengakuannya terhadap peran dan keberadaan
khalifah Abbasiyah. Perjanjian dengan pemerintah Baghdad yang pernah dirintis ayahnya
terus ditinkatkan. Peningkatan keamanan di wilayah perbatasan terus dilakukan guna

4
Ibid. 34
5
Dedi Supriadi,Sejarah Peradaaban Islam(Bandung:Pustaka Setia,2006) 150
menghalau pemberontak dan kaum perusuh yang mengacau pemerintah Abasiyah. Selain itu,
ia berusaha melakukan perbaikan di bidang ekonomi dan keaman. Ia juga memberikan
ruang yang cukup luas bagi upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan perbaikan moral
atau ahlak di lingkungan masyarakatnya di wilayah timur Baghdad. Dalam rangka
mengembangkan ilmu pengetahuan dunia islam, kebuadayaan dan memajukan ekonomi,
dinasti ini menjadikan kota Naisabur sebagai pusatnya, sehingga pada masa itu, negeri
Khurasan dalam keadaan makmur dengan pertumbuhan ekonomi yang baik. Adanya
pertumbuhan ekonomi yang baik inilah yang sangat mendukung terhadap kegiatan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan pada umumnya.6

2. Kemunduran Dinasti Thahiriyah

Pada masa selanjutnya dinasti Thahiriyah justru mengalami kemunduran saat di pimpin oleh
Ahmad bin Thahir (862M) atau disebut juga Muhammad bin Thahir saudara dari Abdullah
ibnu Thahir. Faktor kemuduran dinasti Thahiriyah antara lain adalah:

a. Pemerintahannya sudah dianggap tidak loyal terhadap pemerintahan Baghdad,


karena itu Baghdad memanfaatkan kelemahannya sebagai alasan untuk
menggusur Dinasti Thahiriyah dan jabatn startegis diserahkan kpada pemerintahan
baru yaitu Dinsati Safariyah.
b. Pola dan gaya hidup penguasa yang terlalu berlebihan, sehingga menimbulkan
dampak tidak terurusnya pemerintahan dan kurangnya perhatian terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban islam.
c. Keamanan dan keberlangsungan kepemeruntahan tidak terpikirkan secara serius,
sehingga, keadaan ini dapat dimanfaatkan oleh kelompok lain yang memang sejak
lama mengincar posisi strategis di pemerintahan lokal, seperti kelompok
Safariyah. Kelompok baru ini mendapat kepercayaan dari pemerintah Baghdad
untuk menumpas sisa-sisa tentara Dinasti Thahiriyah yang berusaha memisahkan
diri dari pemeintahan Baghdad dan melakukan makar. Dengan demikian,
berakhirlah masa Dinasti Thahiriyah yang pernah menjadi kaki tangan penguasa
Abasiyah di wilayah timur kota Baghdad.7

6
http://akademika.dinasti-dinastiindependen.wordpress.com diakses 12/10/2018
7
Muzaiyana,Sejarah Peradaban Islam-2(Surabaya:UIN Sunan Ampel Press,2014) 104

Anda mungkin juga menyukai