Skripsi Analisis Kadar Inulin Pada Urin Tikus Wistar
Skripsi Analisis Kadar Inulin Pada Urin Tikus Wistar
Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat
utuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Program Studi Biologi
oleh
Najmah Zain
4411415047
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMUPENGETAHUAN ALAM
i
DAFTAR ISI
ii
3.3 Variabel yang diukur ............................................................................................... 15
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Inulin dari umbi gembili (Dioscorea esculenta) telah lama dikembangkan dan
diteliti, sedangkan inulin dari umbi gembili belum banyak dilakukan penelitian.
Inulin dari umbi gembili telah dikembangkan oleh Yuniastuti et al (2017)
melalui isolasi dan identifikasi inulin dari umbi gembili (Dioscorea esculenta).
Kandungan inuin dari umbi gembili sekitar 19.9% (Yuniastuti et al, 2017).
Sedangkan hasil penelitian Winarti (2011) menyatakan bahwa kandungan inulin
dari umbi gembili berkisar 2,88-14,77%. Menurut Winarti dkk (2011), kandungan
inulin dalam umbi gembili (Dioscorea esculenta) lebih besar dibanding kandungan
inulin dalam umbi-umbian lainnya.
Manfaat inulin yang berasal dari umbi gembili, yaitu mampu menurunakan
kadar glukosa darah tikus diabetik (Yuniastuti et al 2017). Peneliti lain
membuktikan bahwa ekstrak polisakarida larut air (PLA) pada umbi gembili
(Dioscorea esculenta) dapat membantu menurunkan kadar glukosa darah pada
model tikus dengan kondisi hiperglikemia (Harjiono et al., 2012).
Inulin dihidrolisis dan diserap dalam usus halus. Di usus halus, Inulin
memiliki pengaruh dalam meningkatkan kerja vili usus serta memperbaiki
parameter darah, khususnya kolesterol dan glukosa dalam darah. Di usus halus,
kandungan inulin dapat bertahan lama yang kemudian difermentasi di usus besar.
Di usus besar, inulin di hidrolisis dan difermentasikan oleh mikroflora. Pada
ekskresi berupa feses inulin yang di fermentasikan sebesar 36,62-65%, sedangkan
pada urin sebesar 1%. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat
ketersediaan ekstrak inulin umbi gembili setelah pemberian per oral pada tikus.
Sehingga akan dilakukan dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk
menganalisis kadar inulin pada urin tikus setelah pemberian ekstrak umbi gembili
per oral.
3
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
Kingdom : Plantae
Phylum : Angiospermae
Class : Liliatae
Subclass : Liliadae
Ordo : Liliades
Familia : Dioscoreaceae
Genus : Dioscorea
Spesies : Dioscorea esculenta
Gembili merupakan jenis tumbuhan yang berbuah di bawah tanah. Jenis
umbi ini tumbuh merambat dan dapat mencapai tinggi antara 3-5 m dengan daun
berwarna hijau dan batang berduri di sekitar umbi serta terdapat duri berwarna
hitam. Umbi gembili menyerupai ubi jalar dengan ukuran sebesar kepalan tangan
orang dewasa, berwarna coklat muda dan berkulit tipis. Umbi tersebut berwarna
putih bersih dengan tekstur menyerupai ubi jalar dan rasa yang khas. Kulit
kupasan umbi dan umbi hasil buangan atau sisa juga dapat digunakan sebagai
pakan ternak atau bahkan cadangan makanan saat terjadi paceklik. Umbi tanaman
gembili umumnya digunakan sebagai sumber karbohidrat setelah dimasak atau
dibakar. Umbi tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran sayuran
setelah dimasak, direbus atau digoreng, dan dijadikan makanan pokok pengganti
beras. Umbi gembili memiliki karakteristik sebagai berikut:
7
Karakteristik Keterangan
Panjang 5 - 10 cm
Diameter 2.7 – 4 cm
2.1.2 Inulin
Inulin merupakan senyawa yang melimpah di alam setelah pati (Franck,
2003). Inulin termasuk senyawa yang potensial untuk dikembangkan. Potensi
utama inulin adalah dapat dijadikan high fructose syrup (HFS) dan fmcto-
oligosaccharides (FOS) (Ricca et al., 2007; Yuan el a1.,2006). HFS dan FOS
merupakan senyawa yang penting pada industri makanan, minuman, dan farmasi
(Tohamy, 2006). Inulin adalah salah satu karbohidrat yang berfungsi sebagai
prebiotik yang efektif, yaitu didefinisikan sebagai komponen pangan yang dapat
larut dalam air namun tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan
mamalia sehingga mencapai usus besar tanpa mengalami perubahan struktur dan
dapat menstimulasi secara selektif pertumbuhan dan aktivitas bakteri yang
menguntungkan di dalam saluran pencernaan (Roberfroid, 1995). Inulin sangat
luas penggunaannya di dalam industri pangan, baik di Eropa, USA,
Canada,maupun Indonesia sebagai komponen (ingredient) dari berbagai jenis
produk pangan. Pemanfaatan inulin tersebut dapat digunakan sebagai pengganti
8
gula dan lemak yang menghasilkan kalori lebih rendah. Inulin dapat digunakan
sebagai komponen dari diet rendah lemak dan produk-produk rendah lemak.
Berikut merupakan struktur inulin
SCFA dalam caecum dan kolon lebih tinggi ketika subtrat fermentasi ini adalah
serat pangan.
Dalam tubuh, inulin di distribusikan pada beberapa organ/ jaringan.
dihidrolisis dan diserap dalam usus halus. Di usus halus, Inulin memiliki
pengaruh dalam meningkatkan kerja vili usus serta memperbaiki parameter
darah, khususnya kolesterol dan glukosa dalam darah. Di usus halus, kandungan
inulin dapat bertahan lama yang kemudian difermentasi di usus besar. Di usus
besar, inulin di hidrolisis dan difermentasikan oleh mikroflora. Pada ekskresi
berupa feses inulin yang di fermentasikan sebesar 36,62-65%, sedangkan pada
urin sebesar 1%.
Kadar inulin dapat ditentukan dengan beberapa cara, diantaranya secara
spektofotometri. Pada cara ini, inulin dilarutkan dalam air panas dan dihidrolisis
dengan bahan lainnya.
2.1.3 Tikus Wistar
Tikus putih (Rattus norvegicus) atau yang dikenal sebagai Norway rat
merupakan hewan percobaan yang sering digunakan pada penelitian biomedis,
pengujian, dan pendidikan. Hal ini dikarenakan genetik yang terkarakteristik
dengan baik, galur yang bervariasi dan tersedia dalam jumlah yang banyak.
Tikus dan mencit untuk kepentingan penelitian atau laboratorium merupakan
jenis albino yang kehilangan pigmen melaninnya, sifat tersebut menurun pada
anak-anaknya (Barnett dan Anthony 2002). Taksonomi tikus putih menurut
Malley dan Komsara 2003, adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Devisi : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Subfamili : Murinae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
10
2.1.4 Farmakokinetika
Farmakokinetika berasal dari kata pharmacon (obat) dan kinetics (sesuatu
yang berubah dengan bertambahnya waktu). Farmakokinetika adalah ilmu yang
mempelajari pergerakan obat di sepanjang tubuh serta proses perubahan bentuk
dan metabolisme obat dalam tubuh. Konsep farmakokinetika sangat penting
diaplikasikan dalam rangka pengembangan obat baru. Proses kenetika nya
meliputi absorbsi, distribusi dan eliminasi yaitu metabolisme dan ekskresi obat
(Nasution, 2015).
Gambar 4. Hubungan dinamik obat, produk obat, dan efek farmakologi (Shargel
dan Andrew, 1998).
Lewat kapiler dan cairan ekstra sel (yang mengelilingi jaringan) obat diangkut ke
tempat kerjanya di dalam sel (cairan intra sel) yaitu organ atau otot yang sakit.
Dalam proses distribusi, obat akan melakukan aktivitasnya dalam tubuh jika
kosentrasi setempatnya cukup tinggi selama waktu yang cukup lama dan memiliki
penyaluran darah yang baik.
3. Metabolisme
Setelah proses distribusi (penyaluran obat ke tubuh/organ), maka di dalam
organ tersebut obat akan di metabolisme. Metabolisme obat terutama terjadi di
hati. Tempat metabolisme yang lain adalah dinding usus, ginjal, paru, darah, otak,
kulit, dan juga di lumen kolon (oleh flora usus). Tujuan metabolisme obat adalah
mengubah obat yang non polar menjadi polar agar dapat diekskresi melalui ginjal
atau empedu. Dengan perubahan ini obat aktif umumnya diubah menjadi inaktif,
tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif atau menjadi toksik (Setiawati, 2008).
Reaksi metabolisme terjadi karena reaksi fase I dan reaksi fase II dimana
reaksi fase I berfungsi untuk mengubah molekul lipofilik menjadi molekul yang
lebih polar. Metabolisme fase I bisa meningkatkan, mengurangi, atau tidak
mengubah aktivitas farmakologik obat (Mycek et al, 2001). Sedangkan reaksi fase
II terjadi proses reaksi penggabungan (konjugasi). Dalam proses ini molekul obat
bergabung dengan suatu molekul yang terdapat di dalam tubuh sambil
mengeluarkan air, misalnya dengan zat-zat alamiah seperti asetilasi, sulfatasi,
glukuronidasi, dan metilasi (Tjay dan Rahardja 2007).
4. Ekskresi
Zat-zat dalam bentuk ion akan diekskresikan dengan mudah melalui urin
dan zat-zat lipofil serta zat-zat yang tak terionisasi akan dieksresikan lebih lambat
sehingga pada proses biotranformasi untuk meningkatkan sifat hidrofilnya
dimasukkan gugus –OH dan atau –COOH pada molekul zat tersebut. Pengeluaran
obat atau bahan obat yang masuk ke dalam tubuh diekskresikan melalui urin,
umumnya yang dikeluarkan melalui urin adalah metabolit. Obat atau bahan obat
dapat diekskresi melalui kulit dikeluarkan bersama keringat, paru-paru
dikeluarkan melalui pernapasan hal ini terjadi pada zat-zat yang mudah menguap
seperti alkohol, dan melalui empedu yang dikeluarkan oleh hati (Tjay dan
13
Rahardja, 2002). Mekanisme eksresi obat pada ginjal melalui transpor pasif dan
transpor aktif. Transpor pasif terjadi pada proses filtrasi di glomeruli obat dan
metabolitnya yang larut dalam plasma akan melewati dinding glomeruli secara
pasif dengan ultrafiltrat. Filtrat akan dipekatkan dalam tubuli dan zat-zat lipofil
akan berdifusi kembali secara pasif melalui membrane sel ke dalam darah
sehingga tidak mengalami ekskresi, kemudian zat-zat hidrofil akan dieksresi
melalui urin. Proses transpor aktif tubuli mensekeresikan secara aktif zat-zat
tertentu misalnya ion asam organis seperti vitamin C, penisilin, asan salisilat, dan
probenesid dengan bantuan enzim pengangkut (Tjay dan Rahardja, 2002).
13
2.3 Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
analisis kadar inulin pada urin tikus wistar (mengetahui kadar inulin dalam urin dan laju
ekskresi inulin) yang diberikan ekstrak umbi gembili (Dioscorea esculenta) per oral
dengan dosis tunggal dan secara time series.
BAB 3
METODE PENELITIAN
X O1 O2 O3 O4
15
16
Keterangan:
X : Pemberian oral ekstrak inulin umbi gembili dosis tunggal
O1 : Pengukuran inulin pada urin tampung 6 jam
O2 : Pengukuran inulin pada urin tampung 12 jam
O3 : Pengukuran inulin pada urin tampung 24 jam
O4 : Pengukuran inulin pada urin tampung 48 jam
3.6.2 Pembuatan Pati Gembili, Tepung Gembili, Ekstraksi Inulin, dan Analisis Kadar
Inulin
1. Pembuatan Pati Gembili, dan Tepung Gembili
Pembuatan pati gembili diawali dengan persiapan umbi gembili. Umbi
gembili dicuci bersih hingga kotorannya hilang. Setelah dicuci bersih, mengupas
kulit umbi gembili hingga bersih. Kemudian potong kecil-kecil agar memudahkan
saat diblender. Blender potongan umbi gembili dengan menambahkan air dengan
perbandingan umbi:air = 1:2 hingga menjadi bubur umbi. Bubur umbi diletakkan
dalam beker glass kemudian dilakukan pemanasan menggunakan waterbath
dengan suhu 80-900C selama 30 menit. Setelah dipanaskan, diamkan dan disaring
hingga mendapatkan sari umbi gembili yang diletakkan dalam wadah (beker
glass). Tambahkan etanol 90%, dan endapkan pada suhu -100C selama 24 jam.
Setelah mendapatkan endapan, lalu di sentrifus dengan kecepatan 1500 rpm
selama 15 menit. Hasilnya akan terdapat endapan inulin.
Selanjutnya, mengambil endapan inulin dan menambahkan air 1:2.
Campuran endapan inulin dengan air dipanaskan dalam waterbath dengan suhu
80-900C selama 60 menit. Setelah dipanaskan dalam waterbath, kemudian
diamkan dan disaring. Hasil ekstrak dari penyaringan ditambahkan etanol 90%
dengan perbandingan 1:3. Diamkan dan endapkan pada suhu -100C selama 24
jam. Hasil endapan disentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm selama 15 menit
menggunakan tabung reaksi kecil yang dimasukkan dalam alat sentrifugs. Setelah
mendapatkan hasil sentrifugasi, dilakukan pengeringan menggunakan oven pada
18
Barnett S., Anthony. 2002. The Story of Rats: Their Impact on Us and Our Impact on
Them. Crows Nest NSW: Allen and Uwin.
Hanarida I., M Hasanah., dan H Kurniawan. 2005. Teknik Konservasi ExSitu
Rejuvinasi, Karakterisasi, Evaluasi, Dokumentasi, dan Pemanfaatan Plasma
Nutfah. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi
Bogor.
Harjiono E T., Sunarharum W B., Suwia I K. 2002. Efek Hipoglikemik Polisakarida
Larut Air Gembili (Dioscorea esculenta) yang Diekstrak dengan Berbagai
Metode. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, 23 (1): 1-8.
Kumar G P., A Kunamnei., T Prabhakar., and Ellaiah. 2005. Optimization of Process
Parameters for the Production of Inulinase from a Newly Isolated Aspergillus
Niger AUP19. World Journal of Microbiology and Biotechnology, 21: 1359-
1361.
Mycek, MJ., Harvey, RA., Champe, PC and Fisher, BD, 2001, Farmakologi: Ulasan
Bergambar, Edisi 2. New Jersey, p. 101-103.
Ou-yang Zhen C X., Wei Yuan., Qi Zhang W W., Zhao M., dan Juan Jin-ao. 2013.
Pharmacokinetic Study of Rutin and Quercetin in Rats After Oral
Administration of Total Flavones of Mulberyy Leaf Extract. Rev Bras
Farmacogn, 23: 776-782.
Prabowo A Y., Teti E., dan Indria P. 2014. Umbi Gembili (Dioscorea esculenta)
Sebagai Bahan Mengandung Senyawa Bioaktif. Jurnal Pangan dan
Agroindustri, 2: 3, 129-135.
Roberfoid M B. 2005. Introducing Inulin Type Fructans. British Journal of Nutrition,
93: 513-525.
Sardesai V M. 2003. Introdution to Clinical Nutrition. USA: Marcel Dekker, Inc.
Setiawati, A. 2008. Farmakologi dan Terapi. Pengantar Farmakologi, Edisi Kelima.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Shargel, L., Yu, A., and Wu S. 2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan,
Edisi kedua. Surabaya: Airlangga University Press. 167 – 187.
Tjay T H dan Rahardja K. 2002. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-
Efek Sampingnya. Edisi V. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
21
22