K3
K3
Representative Picture
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN UMUM
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu memonitor dan
mengimplementasikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan benar
B. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi memonitor dan
mengimplemetasikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ini guna memfasilitasi
peserta sehingga pada akhir diklat diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memonitor atau mengawasi K3
2. Mengimplementasi kegiatan K3
3. Membuat laporan kegiatan
BAB II
MEMONITOR ATAU MENGAWASI K3
Berdasarkan jadwal kegiatan yang ada, dapat dipelajari lebih rinci mengenai
kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan tersebut, berikut waktunya.
Sebagai contoh, tabel 1.1 dan 1.2 berikut adalah jadwal pekerjaan yang ada
pada suatu usaha peternakan
Tingkat Pendidikan
Pendidikan sesorang mempengaruhi pola pikir dalam menghadapi
pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, selain itu pendidikan juga
Pengalaman Kerja
Pergeseran waktu kerja dari pagi, siang dan malam hari dapat
mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan akibat kerja.
a) Major
Major adalah level jenis bahaya yang bisa menimbulkan cidera serius
atau kematian
b) Serious
c) Moderat
Moderat adalah Level jenis bahaya yang menyebabkan di rawat di
rumah sakit namun tidak menyebabkan kematian
d) Minor
Minor adalah level jenis bahaya yang dapat dipulihkan seperti iritasi
atau keracunan makanan.
e) Neglodible
Neglidibe adalah jenis bahaya yang tidak berdampak cidera
Hari kerja yang hilang ialah setiap hari kerja dimana sesorang pekerja
tidak dapat mengerjakan seluruh tugas rutinnya karena mengalami
kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yan dideritanya. Hari kerja
hilang ini dapat dibagi menjadi dua macam :
jumlah hari tidak bekerja (days away from work) yaitu semua hari
kerja dimana sesorang pekerja tidak dapat mengerjakan setiap
fungsi pekerjaannya karena kecelakaan kerja atau sakit akibat
pekerjaan yang dideritanya.
jumlah hari kerja dengan aktivitas terbatas (days of restricted
activities), yaitu semua kerja dimana seorang pekerja karena
mengalami kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang
dideritanya, dialihkan sementara ke pekerjaan lain atau pekerja
tetap bekerja pada tempatnya tetapi tidak dapat mengerjakan
secara normal seluruh tugasnya. Untuk kedua kasus diatas, terdapat
pengecualian pada hari saat kecelakaan atau saat terjadinya sakit,
hari libur, cuti, dan hari istirahat.
Dalam hal ini, kematian yang terjadi tanpa memandang waktu yang
sudah berlalu antara saat terjadinya kecelakaan kerja aaupun sakit yang
disebabkan oleh pekerjaan yang dideritanya, dan saat si korban
meninggal.
Dalam ruang lingkup bahan ajar ini, jenis pekerjaan di bidang peternakan
unggas yang dibahas terdiri dari lima kelompok usaha, yaitu pekerjaan pada
usaha penetasan telur unggas, pemeliharaan unggas pedaging,
pemeliharaan unggas petelur, pembibitan unggas dan pembuatan pakan.
Berikut adalah contoh hasil analisis resiko bahaya di tempat kerja penetasan
unggas dan di tempat kerja pemeliharaan aya pedaging.
Menyeleksi DOC
Memberi pakan dan air minum
Menjaga dan mengatur lingkungan kandang
Melakukan vaksinasi
Melakukan pengobatan ayam sakit
Melakukan panen
Tabel 1.4. Jenis Pekerjaan dan Kemungkinan Resiko Bahaya di Tempat Kerja
Pemeliharaan Ayam Pedaging
No Jenis pekerjaan Kemungkinan Resiko Bahaya
1. Sanitasi kandang, peralatan
dan lingkungan
Pengeluaran dan Terpapar debu,
pembersihan peralatan
serta tirai kandang
Pembersihan litter dan Terpapar mikroorganisme patogen dari
feses feses
Pencucian dan Terpeleset
pengapuran kandang
Pembersihan semak- Terluka peralatan tajam, tercelakai
semak binatang berbahaya
Desinfeksi kandang dan Terpapar bahan kimia antiseptik dan
lingkungan desinfektan
Pemasukan peralatan Terpeleset, bahaya ergonomi
Istirahat kandang -
dimana dan oleh siapa. Untuk lebih memudahkan, prosedur kerja dibuat secara
tertulis. Pada peternakan skala kecil, umumnya prosedur kerja masih berupa
berbentuk lisan yang disepakati diantara para pekerja dan juga pimpinan.
2. Menyiapkan peralatan
4. Memasukan telur ke
dalam mesin tetas
5. Mengatur dan menjaga
lingkungan dalam
mesin tetas
6. Membalik telur
7. Menurunkan DOC
Beberapa tindakan yang diambil segera setelah terjadi kasus kecelakaan kerja,
antara lain adalah:
Tanggap darurat
Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
Penyelamatan korban
Pengendalian Kejadian (mematikan mesin, memadamkan kebakaran, dan
sebagainya)
Perbaikan mesin dan peralatan.
Tindakan P3K yang dilakukan dengan benar akan mengurangi rasa sakit,
cacat atau penderitaan dan bahkan menyelamatkan korban dari kematian,
tetapi bila tindakan P3K dilakukan tidak baik maka dapat memperburuk
akibat kecelakaan bahkan menimbulkan kematian. Pertolongan pertama
pada kecelakaan sifatnya sementara, artinya kita harus tetap membawa
korban ke dokter atau rumah sakit terdekat untuk pertolongan lebih lanjut
dan memastikan korban mendapat pertolongan yang dibutuhkan.
2). Prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan darurat tersebut antara
diantaranya adalah
a). Pastikan anda bukan menjadi korban berikutnya, sering kali kita
lengah atau kurang berpikir panjang bila kita menjumpai suatu
kecelakaan, sebelum kita menolong korban periksa dulu apakah
tempat tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya.
b). Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan
efisien, pergunakan sumberdaya yang ada baik alat, manusia
maupun sarana pendukung lainnya. Bila anda bekerja dalam tim,
buatlah perencanaan yang matang dan dipahami oleh seluruh
anggota.
Judul Modul: Memonitor dan Mengimplementasikan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Halaman: 23 dari 42
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Agribisnis Ternak Unggas NAK.TU.01.006.01
Bila ada seseorang yang terluka bakar serius, seperti karena pakaiannya
terbakar, biasanya ia akan terguncang (shock). Ia sebaiknya direbahkan
(ditidurkan) di lantai dan jaga agar badannya tetap hangat dengan
menggunakan selimut atau penutup lainnya. Kemudian segera panggil
ambulan, dokter atau dibawa ke rumah sakit. Jangan cuci atau diberi
Judul Modul: Memonitor dan Mengimplementasikan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Halaman: 27 dari 42
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Agribisnis Ternak Unggas NAK.TU.01.006.01
salep apapun pada luka bakar yang serius, kecuali untuk memadamkan
api atau menghilangkan bahan kimia berbahaya yang mengenainya.
Kompres dingin pada area yang terbakar dapat membantu
menghilangkan panas.
3) Keracunan
Pada umumnya, tata cara pertolongan akibat keracunan biasanya
mengikuti satu pedoman umum, kecuali pada beberapa kasus keracunan
khusus seperti sianida, yang memerlukan pertolongan secara khusus.
Pedoman utama dalam memberikan pertolongan adalah dengan cara
menghilangkan atau membuang bahan beracun dari korban.
mencegah tersedak karena ludah. Jagalah korban agar tetap pada posisi
berbaring dan tetap hangat suhu badannya, dan jika diperlukan berilah
bantuan pernafasan buatan. Ingat : jangan memberi minuman
beralkohol karena dapat mempercepat penyerapan beberapa jenis racun
oleh tubuh. Dan terakhir segeralah meminta pertolongan dari petugas
kesehatan.
BAB III
IMPLEMENTASI KEGIATAN K3
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah resiko keselamatan kerja,
antara lain:
a. Pekerja
Agar peternak unggas dapat tetap sehat dan produktif, perlu dilakukan upya
kesehatan, antara lain:
b. Lingkungan
1) Untuk unggas dan kandang
a) Jangan biarkan unggas berkeliaran di luar kandang
b) Kandang unggas minimal berjarak 10 meter dari rumah/tempat
tinggal. Khusus untuk peternakan yang besar harus jauh dari
pemukiman
c) Kandang harus memiliki fasilitas air bersih, ventilasi, pencahayaan
yang cukup, lantai tidak licin dan tidak tergenang air
d) Kandang dan peralatan kerja harus dan disemprot desinfektan/
disucihamakan secara berkala
e) Jagalah kebersihan lingkungan di sekitar kandang.
f) Jangan tempatkan unggas melebihi kapasitas kandang
g) Jika ada unggas yang sakit segera pisahkan dari unggas yang sehat
h) Laporkan segera kepada petugas yang berwenang (mantri
hewan/petugas kesehatan/pamong desa) jika menemukan unggas
yang mati mendadak dalam jumlah banyak dan segera
dibakar/dikubur
2) Limbah di peternakan
a) Limbah cair
Di buang melalui saluran limbah yang mengalir ke tempat
pengelolaan limbah (sumur resapan, septic tank ataupun parit
resapan yang tertutup)
Pada sistem tumpang dimana limbah cair langsung di buang ke
empang, jangan pergunakan air empang untuk kegiatan sehari
hari (mandi, cuci dan minum)
b) Limbah padat
Limbah padat seperti bekas pakan, sekam dan lain-lain dapat diolah
menjadi pupuk dengan cara composting (pembusukan)
Semua orang yang bekerja beresiko mengalami kecelakaan kerja. Begitu banyak
bahaya bisa muncul dari sekeliling tempat bekerja. Salah satu cara untuk
mencegah kecelakaan kerja adalah dengan menetapkan prosedur pekerjaan
dan melatih para pekerja untuk bisa menjalankan prosedur tersebut. Dalam
membuat prosedur pekerjaan bahaya yang akan timbul sudah diidentifikasi dan
disiapkan pencegahan atau cara untuk meminimumkan resiko akibat kerja.
c. Mengabaikan risiko sama sekali, karena dianggap merupakan hal yang diluar
kendali manajemen. Pendapat tersebut, merupakan cara pendekatan yang
tidak tepat, karena tidak semua risiko berada diluar jangkauan kendali
organisasi / perusahaan.
d. Menghindari semua kegiatan atau proses produksi yang memiliki risiko. Hal
ini merupakan sesuatu yang tidak mungkin dilaksanakan, karena semua
aktivitas ditempat kerja sampai tingkat tertentu selalu mengandung risiko.
e. Menerapkan Manajemen Risiko, dalam pengertian umum, risiko yang
dihadapi sebenarnnya merupakan suatu tantangan yang perlu diatasi dan
melalui suatu pemikiran positif diharapkan akan memberikan nilai tambah
atau imbalan hasil yang tinggi pula.
Aspek ekonomi, sosial dan legal merupakan beberapa hal yang berkaitan dengan
penerapan manajemen risiko. Dampak finansial akibat peristiwa kecelakaan
kerja, gangguan kesehatan atau sakit akibat kerja, kerusakan atau kerugian aset,
biaya premi asuransi, moral kerja dan sebagainya, sangat mempengaruhi
produktivitas. Demikian juga aspek sosial dan kesesuaian penerapan peraturan
perundang undangan yang tercermin pada segi kemanusiaan, kesejahteraan dan
kepercayaan masyarakat memerlukan penyelenggaraan manajemen risiko yang
dilaksanakan melalui partisipasi pihak terkait.
Potensi bahaya atau hazard merupakan segala hal atau sesuatu yang
mempunyai kemungkinan mengakibatkan kerugian pada manusia, harta benda
maupun lingkungan.
Ditempat kerja, potensi bahaya sebagai sumber risiko khususnya terhadap
keselamatan dan kesehatan di perusahaan akan selalu dijumpai, antara lain
berupa:
– Faktor fisik : kebisingan, cahaya, radiasi, vibrasi, suhu, debu
– Faktor kimia : solven, gas, uap, asap, logam berat
– Faktor biologik : tumbuhan, hewan, bakteri, virus
– Aspek ergonomi : desain, sikap dan cara kerja
– Stresor : tekanan produksi, beban kerja, monotoni, kejemuan
– Listrik dan sumber energi lainnya
– Mesin, peralatan kerja, pesawat
– Kebakaran, peledakan, kebocoran
– Tata rumah tangga (house keeping)
– Sistem Manajemen peusahaan
– Pelaksana / manusia : perilaku, kondisi fisik, interaksi
Risiko adalah manifestasi atau perwujudan potensi bahaya (hazard event) yang
mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar, tergantung dari
cara pengelolaannya, tingkat risiko mungkin berbeda dari yang paling ringan
Judul Modul: Memonitor dan Mengimplementasikan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Halaman: 34 dari 42
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Agribisnis Ternak Unggas NAK.TU.01.006.01
atau rendah sampai ke tahap yang paling berat atau tinggi. Melalui analisis dan
evaluasi semua potensi bahaya dan risiko, diupayakan tindakan minimalisasi
atau pengendalian agar tidak terjadi bencana atau kerugian lainnya.
Penilai risiko dapat berasal dari intern perusahaan atau dibantu oleh
petugas lain diluar perusahaan yang berkompeten baik dalam
pengetahuan, kewenangan maupun kemampuan lainnya yang berkaitan.
Tergantung dari kebutuhan, pada tempat kerja yang luas, personil penilai
dapat merupakan suatu tim yang terdiri dari beberapa orang.
Obyek atau bagian yang akan dinilai dapat dibedakan menurut bagian /
departemen, jenis pekerjaan, proses produksi dan sebagainya. Penentuan
obyek ini sangat membantu dalam sistematika kerja penilai.
Dalam kegiatan ini, semua jenis resiko, akibat yang bisa terjadi, tingkat
keparahan, frekuensi kejadian, cara pencegahannya, atau rencana tindakan
untuk mengatasi risiko tersebut dibahas secara rinci dan dicatat selengkap
mungkin. Ketidaksempurnaan dapat juga terjadi, namun melalui upaya
sitematik, perbaikan senantiasa akan diperoleh.
7. Evaluasi risiko
Seluruh kegiatan yang dilakukan dalam penilaian risiko harus dicatat dan
disusun sebagai bahan pelaporan secara tertulis. Format yang digunakan
dapat disusun sesuai dengan kondisi yang ada.
Pengkajian ulang perlu senantiasa dilakukan dalam periode tertentu atau bila
terdapat perubahan dalam proses produksi, kemajuan teknologi,
pengembangan informasi terbaru dan sebagainya, guna perbaikan
berkelanjutan penilaian risiko tersebut.
Alat Pelindung Diri (APD) harus memiliki kemampuan untuk melindungi seorang
pemakainya dalam melaksanakan pekerjaannya, yang berfungsi mengisolasi
tubuh dari bahaya serta dapat memperkecil akibat/resiko.
Alat pelindung diri yang dipakai pada saat melakukan kegiatan, harus bersifat
memberikan perlindungan yang cukup terhadap bahaya yang dihadapi.
Namun, selain itu, pekerja juga harus menyadari bahwa alat pelindung diri
mempunyai keterbatasan. Keterbatasan dimaksud adalah :
Pemakaian APD tidak bersifat menghilangkan seluruh bahaya
APD akan mengganggu pemakai atau bersifat menambah bahaya jika
saja APD yang dipakai mengganggu indranya.
Bila APD rusak atau tidak efektif lagi, akan terpapar pada bahaya yang
ada.
APD hanya melindungi pemakai saja, berbeda dengan alat pengaman
Safety shoes atau sepatu boot. Untuk melindungi kaki jangan sampai
bila terbentur benda keras terasa sakit karena pada bagian penutup
jari dilengkapi dengan baja atau campuran baja karbon. Bahan
pembuatan dari kulit, plastik, karet sintetis.
Untuk tempat kerja yang licin kemungkinan tergelincir sepatu dibuat
bagian solnya anti slep/tergelincir dengan permukaan kasar.
Untuk tempat kerja yang kemungkinan bahaya tertusuk maka sol
sepatu dilapisi dengan logam.
Untuk mencegah bahaya tersentuh listrik, sepatu seluruhnya terjahit,
tidak boleh dipaku, atau dipress dengan lem
Untuk tempat kerja yang lembab, lantai yang panas, baik dipakai
sepatu atau sandal beralaskan kayu.
Sepatu boot dari bahan karet dipakai untuk pencegahan dilantai yang
mengandung bahan kimia.
Kadang kala sepatu pengaman dilengkapi dengan bantalan lutut,
pelindung tungkai atas yang terbuat dari bahan karet,
asbes/semacamnya, lapisan logam dll, disesuaikan dengan resiko
yang ada.
Untuk pekerjaan dengan benda panas atau pengocoran logam, ujung
celana tidak boleh dimasukkan kedalam sepatu karena percikan
logam panas dapat masuk kedalam sepatu. Untuk lingkungan kerja
dengan bahaya kebakaran, lebih baik memakai sepatu anti panas.
Masker dapat berfungsi sebagai pelindung hidung dan penyaring udara yang
dihirup saat bekerja di tempat yang memiliki kualitas udara buruk (misal
berdebu, beracun, dsb).
Gambar 6. Masker
tidak mampu menahan suara dalam intensitas yang tinggi dan memekakkan
telinga.
bahaya yang dihadapi. APD mata berfungsi seperti disebutkan diatas dari
bahaya :
Lemparan benda - benda kecil
Lemparan benda – benda panas
Pengaruh cahaya
Pengaruh dari radiasi tertentu
b). Wearpack
Pemilihan bahan kain khusus seperti anti api (flame retandant), anti air
(water repellent) dan lain – lain. Menjadikan fungsi wearpack safety
atau safety overall menjadi lebih sempurna sebagai pakaian pelindung.
Karenanya sebisa mungkin baju keselamatan kerja harus dibuat
dengan bahan sesuai kebutuhan pemakainya. Serta nyaman walaupun
dipakai kerja seharian penuh. Jika pekerja bekerja dengan suasana
redup cahaya atau malam hari. Penambahan reflektor atau scotlite
pada baju keselamatan kerja sangat dianjurkan. Reflektor / scotlite
dapat memantulkan cahaya yang diterima secara maksimal. Sehingga
objek tetap terlihat, walaupun dalam keadaan rendah cahaya. Jenis
reflektor atau scotlte akan menentukan daya pantul maksimal dan
ketahanan pemakaian (lamanya penggunaan).
BAB IV
MEMBUAT LAPORAN KEGIATAN
Lembar Kerja adalah lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh
pekerja. Lembar kerja biasanya berupa petunjuk, langkah untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan, suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus
jelas output yang akan dicapainya.
Judul Modul: Memonitor dan Mengimplementasikan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Halaman: 51 dari 42
Buku Informasi - Versi 2018
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Agribisnis Ternak Unggas NAK.TU.01.006.01
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Referensi
1. Laksmi, Fuad dan Budiantoro. 2008. Manajemen Perkantoran Modern.
Jakarta: Penerbit Pernaka.
2. Sailendra, Annie. 2015. Langkah-Langkah Praktis Membuat SOP. Cetakan
Pertama. Trans Idea Publishing, Yogyakarta.
3. Moekijat. 2008. Adminitrasi Perkantoran. Bandung: Mandar Maju.
4. Atmoko, Tjipto. 2012. Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah. Skripsi Unpad. Jakarta.
5. Insani, Istyadi. 2010. Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia Daerah
Daam Rangka Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Daerah.
6. Hartatik, Indah Puji. 2014. Buku Praktis Mengembangkan SDM. Jogjakarta.
Laksana.
7. Honiatri, Euis. Dkk.2010. Menerapkan Keselamatan, Kesehatan, Keamanan
Kerja dan lingkungan hidup (K3LH). Bandung : Armico
8. Salman, L.M. dkk. Modul Kompetensi Profesional Teknisi Laboratorium
Pembelajar. Dirjen GTK. Pusat pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Pertanian. Cianjur.
B. Referensi Lainnya
A. Daftar Peralatan/Mesin
B. Daftar Bahan
DAFTAR PENYUSUN
1. Instruktur …
1. .. 2. Asesor …
3. Anggota …