Ipkhb Bab3 PDF
Ipkhb Bab3 PDF
11
Kawasan hutan Provinsi Bali yang sudah dikukuhkan dan
ditetapkan seluas 136.831,66 Ha yang terdiri kawasan hutan daratan
dan perairan dengan fungsi seperti pada table 3.1.
Tabel. 3.1. Fungsi Kawasan Hutan Provinsi Bali
No Fungsi Kawasan Hutan Luas (Ha) Ket.
1 Hutan Taman Wisata 4.113,19
2 Hutan Cagar Alam 1.773,80
3 Taman Nasional 23.143,86
4 Hutan Taman Raya 1.129,19
5 Hutan Lindung 97.407,95
6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09
7 Hutan Produksi Tetap 1.872,80
8 Hutan Produksi yang dapat dikonversi 186,78
Sumber : SK. Penetapan Kawasan Hutan Provinsi Bali Tahun 2014
Kawasan hutan Provinsi Bali dibagi menjadi 23 Kelompok
hutan yang menyebar di Seluruh Pulau Bali dan Nusa Penida. Sejarah
dan Kronologis masing-masing kelompok hutan dapat disajikan
sebagai berikut :
12
Kelompok Hutan Puncak Landep (RTK.1) secara administratif
terletak di wilayah Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, secara
administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah
Resort Polisi Hutan (RPH) Sukasada, UPT KPH Bali Tengah.
13
3.1.4 Peta Kawasan Hutan
14
Kelompok Hutan Gunung Mungsu (RTK.2) secara
administratif terletak di wilayah Desa Sukasada Kecamatan Sukasada,
Kab. Buleleng, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan
merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Sukasada, UPT KPH Bali
Tengah
15
3.2.4 Permasalahan Kawasan Hutan
Terdapat kerawanan gangguan hutan berupa perambahan
untuk perladangan, perkebunan dan penebangan liar sporadis. serta
terdapat penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non
Kehutanan.
16
821/Kpts/Um/11/82, tanggal 10 Nopember 1982 memilikI panjang
batas temu gelang 19,50 Km, luas 415,00 Ha dengan fungsi hutan
lindung.
Kelompok hutan Gunung Silangjana (RTK. 3) secara
administratif terletak di wilayah Kecamatan Sukasada dan sebagian di
Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng, secara administrasi
pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi
Hutan (RPH) Sukasada dan RPH Kubutambahan, UPT KPH Bali Tengah.
3.3.3 SK Penetapan
17
3.3.4 Peta Kawasan Hutan
18
Tabel 3.4 Peruntukan Pelepasan Kawasan Hutan
No Peruntukan/Tujuan Luas (Ha) Keterangan
1 Veteran Pejuang Kemerdekaan 140,00 B.969 – B.792
2 Karang Desa penampung 6,16 B.969 – B.792
3 Karang Desa Abang 2,00 B.969 – B.792
4 Laba Pura Beratan 5,02 B.969 – B.792
5 Orang-orang di Desa Abang 16,00 B.969 – B.792
TOTAL 169, 18
Sumber : Data Pelepasan Kawasan Hutan
Tanah tersebut di atas dimasukkan kembali sebagai kawasan
hutan berdasarkan Surat Gubernur Bali No. EK/I.C/7/77 karena tanah
tersebut ditelantarkan (kecuali tanah untuk Laba Pura Beratan dan
orang-orang di Desa Abang) diukur pada tahun 1979 sehingga luas
kawasan tersebut menjadi 15.368,98 Ha.
Dinas Kehutanan Propinsi Dati I Bali melalui surat Nomor
412/IV/2, tanggal 22 Oktober 1980 memberikan sementara areal lahan
garapan dan pemukiman kepada eks pejuang sebanyak 6 KK yang
tidak bersedia ditransmigrasikan dengan catatan apabila mereka telah
mendapatkan lahan pengganti sesuai janji Bupati Kepala Daerah Tk II
Tabanan, mereka segera meningggalkan tanah hutan penampungan
dimaksud. (lokasi diantara pal batas B.971/7 smpai dengan B.971/14).
Hasil Pertemuan tanggal 5 September 1980 sebagaimana
surat bagian Perencanaan Hutan No. 339/V/7 tanggal 6 September
1980 intinya Para penggarap (6 KK) bersedia pindah dari kawasan
hutan apabila Bupati KDH Tk. II Tabanan telah memenuhi janjinya.
Ditunjuk kembali oleh Menteri Pertanian dengan Keputusan
nomor : 821/Kpts/Um/11/82, tanggal 10 Nopember 1982 memilik
panjang batas temu gelang 188,60 Km, luas 15.153,28 Ha dengan
fungsi hutan lindung.
Tahun 1984 dilaksanakan tata batas fungsi dengan rincian
seperti pada tabel berikut ini :
19
Tabel 3.5 Tata batas fungsi pada tahun 1984
No Fungsi yang di Tata Batas Luas (Ha)
20
Tabel 3.6 Penggunaan kawasan hutan Gunung Batukau (RTK.4)
No LUAS
PENGGUNA UNTUK DOKUMEN KETERANGAN
O (Ha)
1. PLN PLTB SUTT 150 19,24 - Persetujuan Prinsip No.: - Berlaku dari 23-3-
KV 576/Menhut_II/1985 1993 s/d 23-3-
Kapal - (digabung dengan RTK.2 1998
Pemaron dan termasuk luas - Kompensasi di
digabung ) Sangeh seluas 3
- Perjanjian Pinjam Pakai Ha, Penulisan
No. 342.1/Kwl-5/93, Kintamani seluas
001BA/1033/93/PLJTB tgl 26,6 ha dan
23-3-1993 Abang Agung
seluas 176,0 Ha
(sudah ditetapkan)
2. PLN Wil. XI SKTM 20 KV 0,34 - Persetujuan Prinsip No.: - Berlaku dari 19-3-
382/Menhut_VI/1991 1993 s/d 23-3-
(digabung dengan RTK.20) 2003
- Perjanjian Pinjam Pakai - Tanpa kompensasi
No. 702/Kwl-5/92,
091PJ/449/1992/M tgl 23-
3-93
3. PT. Telkom Rural Areal 0,03 - Persetujuan Prinsip No.: - Berlaku dari 1-3-
Kandatel Bali III 587/Menhut_II/1989 1990 s/d 1-3-2000
- Perjanjian Pinjam Pakai - Tanpa kompensasi
No. 260/II/Kwl.Bl-5/90,
58/06/KH010/N.08-
430/1990
5. Bupati Jalan Br. 0,19 - Persetujuan Prinsip No.: - Berlaku dari 1-3-
Buleleng Bingin (Ds. 079/Menhut_II/1988 1988 s/d 1-3-2008
Galungan) - Perjanjian Pinjam Pakai - Tanpa kompensasi
No. 375/II/Kwl.Bl-5/88,
590/684/Pem/1988
3.4.3 SK Penetapan
21
Hektar sebagai Taman Wisata Alam dengan Nama Taman
Wisata Alam Danau Buyan-Danau Tamblingan.
22
3.4.5 Peta Kawasan Hutan
23
Kelompok Hutan Munduk Pengajaran (RTK.5) secara
administratif terletak di wilayah Kecamatan Kintamani, Kabupaten
Bangli, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan
merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Kintamani Barat, UPT
KPH Bali Tengah
3.5.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Tidak ada penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non
Kehutanan.
3.5.3 SK Penetapan
Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
SK.2555/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 7 April 2014 tentang
Penetapan Kawasan Hutan Lindung Munduk Pengajaran (RTK.5) seluas
613 (Enam ratus tiga belas) Hektar di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali
3.5.4 Peta Kawasan Hutan
24
3.6 Kelompok Hutan Gunung Batur Bukit Payang (RTK.7)
3.6.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan
Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926 dengan
penunjukan penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4.
Pengumuman pemancangan sementara tanggal 9 Agustus 1932 dan
pengesahan penetapan batas hutan tanggal 30 Juli 1941.
Kelompok Hutan Gunung Batur Bukit Payang (RTK.7) ditata
batas pada tahun 1985 dengan Berita Acara Tata Batas luar tanggal
10-9-1985 dan disahkan tanggal 7-10-1987 dengan SK Penetapan
Nomor : 335/Kpts-II/1987 tanggal 7-11-1987. Kelompok hutan ini
memiliki panjang batas luar keliling 44,20 Km luas 2.528,00 Ha dengan
fungís pokok Hutan prduksi terbatas (453,00 Ha) dan Hutan
Wisata/Taman Wisata Alam (2.075,00 Ha). Pada Kelompok Hutan
Gunung Batur Bukit Payang (RTK. 7) terdapat 1 buah enklave dengan
luas 21,8 Ha. Topografinya datar sampai curam.
Kelompok Hutan Gunung Batur Bukit Payang (RTK. 7) secara
administratif terletak di Desa Kintamani (Kaldera Penelokan), desa
Kedisan, Toyo Bungkah, Songan Kecamatan Kintamani, Kabupaten
Bangli, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan
merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Penelokan, UPT KPH Bali
Timur.
25
3.6.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Tabel 3.7 penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non
Kehutanan
NO PENGGUNA UNTUK LUAS DOKUMEN KETERANGAN
(Ha)
1 2 3 4 5 6
1. Bupati Bangli Jalan 2,01 - Persetujuan - Berlaku dari
Kedisan Dirjenhut No.: 17-7-1979 s/d
- 3820/07/I/1978. 17-7-2004
Toyobun - Perjanjian
gkah Pinjam Pakai - Tanpa
tanpa Nomor, Kompensasi.
tgl 17-7-1979
26
3.6.5 Peta Kawasan Hutan
27
Tabel 3.9 Kompensasi dan tukar menukar kawasan hutan
Asal BA TB Luas (Ha) Keterangan
Fungsi TWA 8 Mei1982 574,27 Penunjukan
Penelokan disahkan 25-10-1984 Mentan
28
Hutan (RPH) Rendang, Selat, Bebandem, Karangasem Manggis,
Abang, Kubu dan Daya (Karangasem), RPH Penelokan (Bangli), UPT
KPH Bali Timur.
3.7.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Tabel 3.10 Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non Kehutanan
NO PENGGUNA UNTUK LUAS DOKUMEN KETERANGAN
(Ha)
1. Bupati Bangli Pasar Seni 0,04 - Persetujuan - Perpanjangan
Penelokan Dirjenhut No.: sampai 10-1-2006
4293/DJ/I1980 tgl - Tanpa Kompensasi.
10-12-80.
- Perjanjian Pinjam
Pakai No. :22/TGH-
132/1981
- Perjanjian
Kerjasama antara
Dirjen Geologi,
Sumberdaya
Mineral, Pemprov
Bali dan BKSDA Bali
ttg Kolaborasi
29
3.7.3 SK. Penetapan
- Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 28/Kpts-II/1990 Tanggal
13 Januari 1990 tentang Penetapan Areal Tanah seluas 275 Ha
yang terletak di Wilayah Banjar Pemuteran Desa Pempatan,
Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali
Kelompok Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8) yang sebagai
Kawasan Hutan Lindung.
- Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 227/Kpts-II/1990
Tanggal 8 Mei 1990 tentang Penetapan Areal Tanah seluas 176
Ha yang terletak di Wilayah Desa Ban, Kecamatan Kubu,
Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali Kelompok Hutan Gunung
Abang Agung (RTK.8) yang sebagai Kawasan Hutan.
- Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 247/Kpts-II/1991
Tanggal 6 Mei 1991 tentang Penetapan Perluasan Kelompok
Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8) seluas 436,10 Ha yang
terletak di Wilayah Kecamatan Rendang, Kabupaten
Karangasem, Provinsi Bali sebagai Kawasan Hutan Lindung.
- Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 535/Kpts-II/1995
Tanggal 5 Oktober 1995 tentang Penetapan Kelompok Hutan
Gunung Abang Agung (RTK.8) seluas 62,5 Ha yang terletak di
Wilayah Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali sebagai Kawasan
Hutan Lindung
- Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 306/Kpts-II/1998
tentang Penetapan Perluasan kelompok hutan Gunung Abang
Agung (RTK.8) seluas 2,41 (Dua, Empat puluh satu perseratus)
Hektar yang terletak di Wilayah Kecamatan Kubu, Kabupaten
Daerah Tingkat II Karangasem, Provinsi Daerah Tingkat I Bali,
Sebagai Kawasan Hutan dengan Fungsi Hutan Lindung.
- Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK-
2846/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 16 April 2014 tentang
Penetapan Kawasan Hutan Pada Kelompok Hutan Gunung
30
Abang Agung (RTK.8) seluas 14.857,17 (Empat belas ribu
Delapan Ratus Lima Puluh Tujuh dan Tujuh Belas Perseratus)
Hektar di kabupaten Bangli dan Kabupaten Tabanan, Provinsi
Bali.
3.7.4 Peta Kawasan Hutan
31
rangkaian Nyegara Gunung yaitu Pura Lempuyang dan topografinya
rata-rata sangat curam.
Ditetapkan kembali oleh Menteri Pertanian dengan Keputusan
nomor : 821/Kpts/Um/11/82, tanggal 10 Nopember 1982 memilik
panjang batas keliling/temu gelang 30,10 Km, luas 1.111 Ha dengan
fungsi hutan lindung.
Kelompok Hutan Gunung Seraya (RTK. 9) secara administratif
terletak di wilayah Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, secara
administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah
Resort Polisi Hutan (RPH) Abang dan RPH Karangasem/Manggis, UPT
KPH Bali Timur.
Terdapat perambahan berupa perladangan oleh masyarakat di
wilayah dusun Banyuning dan bangunan tempat ibadah berupa
rangkaian Pura Lempuyang.
32
3.8.4 Peta Kawasan Hutan
33
Pada tahun 1984/1985 Kawasan Hutan Prapat Benoa (RTK.10)
dilaksanakan pengukuran batas fungsi Hutan Lindung dan Hutan
produksi. Pada tahun 1987 dilaksanakan pengukuran batas Kawasan
Hutan Prapat Benoa (RTK.10) dengan Berita Acara Tata Batas tanggal
5 Pebruari 1987 dan disyahkan Menteri Kehutanan pada tanggal 10
Pebruari 1988 yang terbagi dalam 4 sub blok yakni:
- (RTK.10 A) tanda batas dimulai dari B.1 yang terletak di barat laut
kelompok hutan yang bersangkutan desa Kuta Kecamatan Kuta
mengikuti trayek ukur hingga sampai dengan pal batas B.486
sampai kembali ke B.1.
- (RTK.10 B) tanda batas dimulai dari B.1 yang terletak di barat laut
kelompok hutan yang bersangkutan desa Pedungan Kecamatan
Denpasar Selatan mengikuti trayek ukur hingga sampai dengan pal
batas B.146 sampai kembali ke B.1.
- (RTK.10 C) tanda batas dimulai dari B.1 yang terletak di Timur laut
kelompok hutan yang bersangkutan desa Serangan Kecamatan
Denpasar Selatan mengikuti trayek ukur hingga sampai dengan pal
batas B.128 sampai kembali ke B.1.
- (RTK.10 D) tanda batas dimulai dari B.1 yang terletak di Barat laut
kelompok hutan yang bersangkutan desa Tanjung Benoa
Kecamatan Kuta Selatan mengikuti trayek ukur hingga sampai
dengan pal batas B.26 sampai kembali ke B.1.
Hasil tata batas Kelompok Hutan ini ditetapkan Menteri
Kehutanan dengan SK. Penetapan No. 067/Kpts-II/88 tanggal 15
Pebruari 1988 dengan luas 1.392 Ha.
Akibat adanya tukar menukar kawasan hutan untuk
kepentingan yayasan Sarana Wana Jaya seluas 7,5 Ha dan perluasan
Bandara Ngurah Rai Tahap I seluas 11 Ha maka luas kawasan hutan
Prapat Benoa menjadi 1.373,5 Ha.
Berdasarkan SK. Menhut No. 885/Kpts-II/92 tanggal 8
September 1992 Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10) diubah
34
fungsinya menjadi Taman Wisata Alam. Berdasarkan SK. Menhut No.
544/Kpts-II/1993 tanggal 25 September 1993 fungsinya dirubah
menjadi Taman Hutan Raya (TAHURA) dengan nama TAMAN HUTAN
RAYA NGURAH RAI. Berdasarkan SK. Menhut No. 517/Kpts-II/1997
tanggal 12 Agustus 1997, kawasan hutan Tahura Ngurah Rai
khususnya Blok C (P. Serangan) dengan luas ± 80,14 ha dirubah
fungsinya menjadi Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi untuk
pengembangan Pariwisata an. PT.BTID.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia
Nomor : SK.447/Menhut-II/2014 tanggal 30 April 2014 tentang
Perubahan Fungsi Antar Fungsi Pokok Kawasan Hutan dari Sebagian
Kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai menjadi Kawasan Hutan
Produksi Yang Dapat Dikonversi, Yang terletak di Kabupaten Badung,
Provinsi Bali seluas ± 169.98 (Seratus Enam Puluh Sembilan dan
Sembilan Puluh Lima Perseratus) Hektar
Pada Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10) terdapat
sebanyak 4 buah enklave dengan luas total 5,35 Ha topografinya rata-
rata datar karena merupakan hábitat mangrove.
Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10) secara administratif
terletak di Lintas Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Untuk
Kabupaten Badung melintas di Kecamatan Kuta, untuk Kota Denpasar
melintas di Kecamatan Denpasar Selatan, secara pembagian
pemangkuan hutan terletak di wilayah UPT KPH Taman Hutan Raya
Ngurah Rai.
35
3.9.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Tabel 3.12 penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non
Kehutanan
LUAS
NO PENGGUNA UNTUK DOKUMEN KETERANGAN
(Ha)
1. PT. BTDC Lagoon 29,97 - Persetujuan Dirjenhut No.: - Berlaku dari 4-2-1994 s/d
492/DJ/I/1977 tgl 17-2-77. 4-2-1999
- Perjanjian Pinjam Pakai No. - Kompensasi.telah seslesai
:131/Kwl.Bl-5/1994, - Belum ada perpanjangan
08/SP/II/1994 waktu
3. Dep. PU Estuary 46,65 - Persetujuan Prinsip Menhut no - Berlaku dari 5-1-1994 s/d
DAM : 1223/Menhut-II/93, 1999
- Perjanjian Pinjam Pakai No. - Kompensasi.belum ditata
:36.1/Kwl-5/1994 dan batas
001//SPK-W14/II/1994 - Belum ada perpanjangan
waktu
4. PT. PLN SUTT 150 - Persetujuan prinsip no. : - Berlaku dari 23-3-1993
PLJTB KV 4,66
795/VIII-4/84 untuk s/d 23-3-1998
Pesanggaran – Kuta - Kompensasi di Sangeh
38,55 - Persetujuan prinsip no. : seluas 3 Ha, Penulisan
93/VIII-4/85 untuk Kintamani seluas 26,6 ha
Pesanggaran-Nusa Dua I dan Abang Agung seluas
8,10 - Persetujuan prinsip no. : 176,0 Ha (sudah
800/VIII-4/84 untuk ditetapkan)
Pesanggaran-Sanur - Berlaku dari tahun 2000
0,63 - Perjanjian pinjam pakai no : s/d 2005
342.1/Kwl-5/1993 dan, - Kompensasi di gabung
001BA/1033/93/PLJTB dengan kompensasi
0,09 - Persetujuan prinsip no. : perluasan GI
828/Menhut-II/91 untuk SUTT Pesanggaran luas
dan Perluasan Gardu Induk menjadi 2,41 Ha
Nusa Dua tahap II digabung dengan KH Gn
- Perjanjian pinjam pakai no : Abang Agung (RTK.8)
2645/Kwl-5/2000 dan,
341.A/PJ/060/P3B/2000 - Berlaku dari tahun 1996
s/d 2001
- Persetujuan prinsip no. : - Kompensasi di Melaya
952/Menhut-VI/95 untuk dan Blimbing sari ± 3,367
Ka[al-Pesanggaran-Sanur Ha belum ditata batas
- Perjanjian pinjam pakai no :
1836.a/Kwl-5/1996 dan,
001PJ/1033/PikitringJIN/96
5. PT. Indonesia Perluasan 0,20 - Persetujuan prinsip no. : - Berlaku dari 2-3-1992 s/d
Power Gardu 450/Menhut-II/92 untuk 2-3-1996
Induk perluasan GI Pesanggaran - Berlaku dari 23-3-1993
Pesanggar 0,63 - Perjanjian pinjam pakai no : s/d 23-3-1998
an tahap I 529/Kwl-5/1992 dan, - Kompensasi di gabung
dan II 037PJ/071/92 M dengan kompensasi
- Perjanjian pinjam pakai no : perluasan GI Nusa Dua
342.1/Kwl-5/1993 dan, luas menjadi 2,41 Ha
001BA/1033/93/PLJTB M digabung dengan KH Gn
Abang Agung (RTK.8
6. PLN Wil XI Tranmisi 14,34 - Persetujuan prinsip no. : - Berlaku dari 13-4-81 s/d
70 KV 3618/DJ/I/77 13-4-1991
Jimbaran- - Perjanjian pinjam pakai no : - Tanpa kompensasi
Bualu- 06/TGH.132/1981
Serangan
36
7. Dep. PU Jln Bay 7,9 - Persetujuan prinsip no. : - Berlaku dari 2-2-81 s/d 2-
pass Nusa 3613/DJ/I/78 2-1991
Dua - Perjanjian pinjam pakai no : - Tanpa kompensasi
26/TGH.132/1981
8. Gubernur Bali BPP 1,37 - Perpanjangan Kakanwil Hut - Berlaku dari 1-7-99 s/d 1-
Kramik Bali no. : 1583/KWL-5/96 7-2004
- Perjanjian pinjam pakai no : - Tanpa kompensasi
1536/KWL-5/1999 -
- Perjanjian Kerjasama no :
522/1113/DISHUT-4/2007, no
: S1143/IV-K17/PPA-2/07 dan
229/PSTKP/BPPT/X/07
9. Dep. PU TPA 14,4 - Persetujuan prinsip no. : - Berlaku dari 8-8-88 s/d 8-
Sampah 231/Menhut-II/84 seluas 10 8-1993
Ha
- Perjanjian pinjam pakai no :
823/II/Kwl.BL-5/88 dan
TN.1014-W.14/828
- Telah ada Berita Acara
Pengembalian.
- Berita Acara Adendum no :
928/Kwl-5/1992 tentang serah
terima oleh Dinas PU
10. BMG Menara 0,02 - Persetujuan prinsip no. : - Berlaku dari 30-3-91 s/d
Pemantau 1135/Menhut-II/90 30-3-1996
Angin - Perjanjian pinjam pakai no : - Tanpa kompensasi
382/Kwl.BL-II/1991 -
11. Dep. PU IPAL 10,0 - Persetujuan prinsip no. : - Kompensasi di Jembrana
680/Menhutbun-VIII/1999 bergabung dengan KH
- Ijin Menhut no : 1493/Menhut- Budeng (RTK.30)
IV/2002 ttg ijin penggunaan
KH Tahura Ngurah Rai untuk
IPAL
12. PT. Pertamina Lintasan 0,04 - Persetujuan prinsip no. : - Berlaku dari 8-1-94 s/d 8-
Pipa Avtur 322/Menhut-II/92 1-1999
- Perjanjian pinjam pakai no : - Kompensasi gabung
551/Kwl-5/1994 dan dengan kompensasi
015A/F5000/94/SO lagoon di Abang Agung
- Perpanjangan pinjam pakai no
: 2128/Kwl-5/1999
13. SARBAGITA Instalasi 10,0 - Persetujuan prinsip no. : - Belum ada perjanjian
pengelolaa S.113/Menhut-IV/2004 ttg ijin pnjam pakai
n sampah penggunaan seluas 10 Ha dan
terpadu seluas 20 Ha untuk
direhabilitasi
- Penetapan lahan IPST di
TAHURA Ngurah Rai no :
233/BPKS IV/2007
14. PT. BTID Jalan 5,28 - Persetujuan prinsip no. : - Belum ada perjanjian
menuju 1161/Menhut-IV/1994 ttg blok pinjam pakai
Serangan pemanfaatan TAHURA Ngurah
rai seluas 445 Ha diserahkan
pengelolaannya kepada PT.
BTID
15. Dep. PU Jalan TOL - Persetujuan Menhut No : - Kerjasama/kolaborasi
Nusa Dua- 474/Menhut-IV/2011 dan no :
Ngurah S.534/Menhut-IV/2011 dan no
Rai-Benoa : S.220/Menhut-IV/2013 tgl.
21 Maret 2013
16. Dinas PU U Turn 0,17 - Surat Persetujuan Menteri - Sudah ditatabatas dan
Timur Kehutanan sudah di supervisi,
Underpass No.S.220/MENHUT-IV/2013 dituangkan dalam berita
Simpang tanggal 21 Maret 2013 acara tgl 24 Pebruari
Dewaruci 2014. Luas 1700 M2,
panjang 291,73 meter.
Sumber : Data Pinjam Pakai Kawasan Hutan
37
Tabel 3.13 Tukar Menukar Kelompok Hutan Prapat benoa (RTK.10)
No Pemohon Peruntuka Luas Dokumen Lahan Keteranga
n (Ha) Pengganti (Ha) n
1. PT. BTID Pengemban 62,1 - Persetujuan - Kab. Karangasem - Areal yang
gan Menhut seluas 40,02 dilepas
Pariwisata no:904/Menhut- - Kab Jembrana sudah
II/97 seluas 44,05 disahkan
- 647/Menhutbun- - Lahan
II/ 1999 pengganti
- S.480/Menhut- sudah
VII/ 2004 disahkan
dan
ditetapkan
38
3.9.4 Permasalahan Kawasan Hutan
Tabel 3.15 Permasalahan di Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10)
seperti persertifikatan kawasan hutan adalah sebagai berikut :
No Nama Pemilik Luas Penggunaan No. Sertifikat Posisi
1. I wayan Suka Bangunan rumah No. 3283 tanggal B.469-B.470
30-4-90 Ps. No.
86, PP No. 908
No.- tanggal - Ps
8. I Ketut Konde Bangunan rumah no. 89c, PP No. B.469-B.470
517
14. I Ketut Lolong, Made Tanah kaplingan No. 257 tanggal B.283 – B.288
Kadiana, Nyoman dan Bangunan – tahun 1978
Suarta (PT. Bali Siki rumah
Utama)
39
Bangunan Sekolah
15. Ds. Adat Kedonganan SMA N 2 No. 8115 tanggal -
8-7-2001
40
3.9.5 Peta Kawasan Hutan
41
Gambar 3.9. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Pada
Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10)
42
secara administrasi pengelolaan/ kepemangkuan hutan merupakan
wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Antosari, UPT. KPH Bali Barat.
2. Gubernur Bali Jln Juwuk Manis 3,0 - Persetujuan Prinsip Menhut - Lahan
Pangiyangan No.: 370/Menhut-II/1988. kompensasi
- Belum ada Perjanjian Pinjam belum
Pakai terealisasi
43
3.10.5 Peta Kawasan Hutan
44
Kelompok hutan Yeh Ayah (RTK.11) secara administratif
terletak di Kecamatan Selemadeg dan Pupuan Kabupaten Tabanan,
secara administrasi pengelolaan/ kepemangkuan hutan merupakan
wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Antosari, UPT. KPH Bali Barat.
45
3.11.5 Peta Kawasan Hutan
46
- Banyuwedang ditunjuk dengan usul penunjukan No 2077/42,
tanggal 16 Juni 1947 dan Keputusan Dewan Raja-raja Bali Nomor :
E1/4/4 tanggal 13 Agustus 1947;
- Kelompok Hutan Gunung Candikusuma ditunjuk berdasarkan
dengan usul penunjukan No 5241/71/IV, tanggal 2 Nopember
1940 dan SK Residen Bali tanggal 24 Maret 1941 No. 12/P.A.S;
Tata batas untuk wilayah Kabupaten Jembrana dilaksanakan
tahun 1977, Berita acara tata batas di buat tanggal 31 maret 1977
disyahkan tanggal 7 September 1977 dan tata batas untuk wilayah
Kabupaten Buleleng dilaksanakan tahun 1977 dan tahun 1990, Berita
acara tata batas di buat tanggal 29 Juli 1991 disyahkan tanggal 24
Pebruari 1993 dengan surat Keputusan Penetapan Menteri Kehutanan
No. 204/Kpts-II/1993, tanggal 27 Pebruari 1993 dengan luas 39.086
ha.
47
- Dideklarasikan oleh Menteri Pertanian menjadi calon Taman
Nasional Bali Barat melalui Surat Keputusan Nomor
736/Mentan/X/1982, tanggal 14 Oktober 1982.
- Oleh Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan Nomor 096/Kpts-
II/1984, tanggal 12 Mei 1984 kawasan Suaka Alam Bali Barat
ditunjuk menjadi Taman Nasional Bali Barat yang dikelola oleh UPT
TNBB.
- Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 493/Kpts-II/1995,
tanggal 15 September 1995 tentang Perubahan fungsi dari
kawasan hutan Suaka Alam Bali Barat menjadi Taman Nasonal
Bali Barat dengan luas 19.002,89 Ha (termasuk perairan laut dan
sekitarnya seluas 3.415 Ha).
Kelompok Hutan Bali Barat (RTK.19) secara administratif
terletak di Lintas Kabupaten Buleleng (Gerokgak, Seririt dan
Busungbiu) dan Kabupaen Jembrana Kecamatan Pekutatan, Mendoyo,
Negara dan Melaya). Secara pengelolaan/kepemangkuan hutan
merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Pekutatan, Yeh Embang,
Tegal Cangkring, Candi Kusuma, Penginuman, Sumber Kelampok,
Sumberkima, Gerokgak, Seririt, Busungbiu dan Dadap Putih, UPT KPH
Bali Barat.
2. PT. PLN PLJTB SUTT 150 3,22 - Persetujuan Prinsip Menhut - Berlaku dari 19-3-1993
KV Lampu No.: 252/Menhut-VI/1995. s/d 19-3-2003
Nerah- - Perjanjian Pinjam Pakai no : - Kompensasi di Melaya
Gilimanuk- 1837.a/Kwl-5/96 dan dan Blimbingsari
Pemaron 002/PI/1033/Pikitring/JTN/9 seluas ± 3,367 Ha dan
Rural Areal 6 belum ditata batas
III
48
3. PT. Telkom Rural Areal 0,03 - Persetujuan Prinsip Menhut - Berlaku dari 30-5-1997
II No.: 1844/Menhut-II/91 tgl s/d 30-5-2002
Banyupoh 11-9-91 - Tanpa ada kompensasi
- Perpanjangan Kanwil no :
767/Kwl-5/97 tgl 14-5-97
- Perjanjian Pinjam Pakai no :
872.A/Kwl-5/97 dan
Tel.17/03/HK.810/UN1000/
96
4. Bupati Buleleng Jl Pucak 1.0 - Pemberian ijin prinsip - Berlaku dari 22-4-1981
sari - Dirjenhut no 4473/DJ/I/80 s/d 22-4-1991
Pelaga tgl 22-12-80 - Tanpa ada kompensasi
- Perjanjian Pinjam Pakai no :
4/TGH.132/1981 tgl 22-4-
81
- Surat Bupati no
522/6239/Ek/91 perihal
mohon perpanjangan ijin
5. Bupati Buleleng SD Sumber 1,0 - Persetujuan Prinsip - Berlaku dari 16-10-
Klampok Dirjenhut No.: 1975 s/d 16-10-1995
dan lap 3067/DJ/I/1974 - Tanpa ada kompensasi
olah raga - Perjanjian Pinjam Pakai no :
04/TGH.132/1981
7. PT. Telkom Microwave 4,69 - Persetujuan Kakanwil no - Berlaku dari tgl 21-11-
UNPR 1347/Kwl-5/96 tgl 25-9-96 1996 s/d 2001
- Perjanjian Pinjam Pakai No - Perjanjian pinjam
: 1663/Kwl-5//96, pakai tahap II belum
Tel.17/03/HK810/UN.10.00/ ada
97 - Lahan kompensasi
- Persetujuan Perpanjangan belum disiapkan
Menhut No.: S.696/Menhut-
VII/2006 tgl 6-1-2006
dengan kompensasai 1 : 2.
8. Balai Meteoro Alat sensor 0.039 - Persetujuan Prinsip Menhut
logi dan telemetri No.: 521/Menhut-II/1989.
goefisika - Perjanjian Pinjam Pakai no : - Berlaku dari 19-10-
1442.A/II/Kwl.BL-5/91 dan 1991 s/d 19-10-2001
HK.303/1999/VIII.III-91 - Tanpa Kompensasi
49
11. Dinas PU Bangunan 0,25 - Persetujuan Prinsip
Pos PU Dirjenhut No.:
4190/DJ/I/1980. - Berlaku dari 13-1-1981
- Perjanjian Pinjam Pakai no : s/d 13-1-1986
25/TGH.132/1981 - Lahan kompensasi
- Persetujuan menhut belum ada/selesai
perpanjangan pinjam pakai - Lahan sudah tidak
no :526/Menhut-II/1987 digunakan lagi
3.12.4 SK Penetapan
50
sembilan dan delapan puluh empat perseratus) Hektar di Kabupaten
Jembrana dan Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.
51
3.12.6 Peta Kawasan Hutan
52
3.13 Kelompok Hutan Penulisan Kintamani (RTK.20)
53
3.13.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Tabel 3.20 Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non
Kehutanan pada kelompok hutan Kintamani (RTK.20)
NO PENGGUNA UNTUK LUAS DOKUMEN KETERANGA
(Ha) N
1 2 3 4 5 6
1. PT. Telkom Stasiun 0,14 - Persetujuan Prinsip Menhut - Tanpa Lahan
Repeatur UHF No.: 370/Menhut-II/1988. Kompensasi
54
3.13.4 SK. Penetapan
55
3.13.5 Peta Kawasan Hutan
56
Acara dibuat tanggal 19 Mei -1990 sehingga luasnya menjadi 13,97
Ha dengan panjang batas 1,94 Km dan pal batas sejumlah 37 buah
dengan fungsi hutan Cagar Alam. Berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan No. 87/Kpts-II/93 tanggal 16 Pebruari 1993
dirubah fungsinya nenjadi Taman Wisata Alam. Telah ditetapkan oleh
Menteri Kehutanan dengan surat nomor : SK.203/Menhut-II/2014
tanggal 3 Maret 2014 seluas 13,91 Ha dengan fungsi sebagai Cagar
Alam (CA).
Kelompok Hutan Sangeh (RTK.21) secara administratif
terletak di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, secara administrasi
pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi
Hutan (RPH) Petang, UPT KPH Bali Tengah. Pengelolaan TWA ini
dilakukan oleh Desa Adat Sangeh, Pihak Kehutanan cq Balai Konservasi
Sumber Daya Alam Bali hanya melakukan pembinaan habitat dan
pengamanan hutan serta Satwanya.
57
3.14.3 Peta Kawasan Hutan
58
Kelompok Hutan Nusa Lembongan (RTK. 22) secara
administratif terletak di Kecamatan Nusa Penida/Pulau Lembongan,
Kabupaten Klungkung, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan
hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Klungkung/Nusa
Penida, UPT KPH Bali Timur.
59
3.15.4 Peta Kawasan Hutan
60
Kelompok hutan Bunutan (RTK. 23) secara administratif
terletak di Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, secara
administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah
Resort Polisi Hutan (RPH) Abang, UPT KPH Bali Timur.
3.16.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Tidak terdapat penggunaan kawasan hutan untu
kepentingan non Kehutanan dan tidak ada kerawanan gangguan
hutan.
3.16.3 SK. Penetapan
Surat keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 369/Kpts-
II/1986 24 November 1986 tentang Penetapan Kawasan Hutan
Lindung Bunutan (RTK.23) seluas ± 126,70 Ha di DATI II Karangasem,
DATI I Bali.
3.16.4 Peta Kawasan Hutan
61
3.17 Kelompok Hutan Bukit Gumang (RTK.24)
3.17.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Kelompok Hutan Bukit Gumang (RTK.24) ditunjuk sebagai
Kawasan Hutan akibat dari tukar menukar sebagian Kawasan Hutan
Prapat Benoa seluas 11 Ha untuk pengembangan Bandara Udara
Ngurah Rai Tahap I. Kelompok hutan ini ditunjuk dengan SK Menteri
Kehutanan Nomor : 390/Menhut-II/1987 tanggal 26 Oktober 1987. Kelompok
Hutan ini diukur definitif pada tahun 1987 dengan Berita Acara dibuat
tanggal 20 Pebruari 1988 disyahkan tanggal 20 Maret 1989 dengan luas 22,0
Ha memiliki panjang batas luar keliling 3,8 Km Jumlah pal batas 60 buah
dengan fungsi sebagai hutan Lindung. Topografinya landai pada bagian
utara dan curam pada bagian selatan.
Kelompok Hutan Bukit gumang rencana ada perluasan
karena kompensasi pinjam pakai kawasan hutan oleh Departemen PU
untuk Estuary DAM di Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10) namun
hingga sekarang belum ditata batas karena terdapat kepemilikan lahan
masyarakat pada rencana lokasi lahan kompensasi tersebut.
Kelompok Hutan ini secara administrasi terletak di
Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, secara administrasi
pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi
Hutan (RPH) Manggis, UPT KPH Bali Timur.
3.17.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Tidak terdapat penggunaan kawasan hutan untuk
kepentingan non kehutanan.
3.17.3 SK. Penetapan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 136/Kpts-II/1989,
tanggal 23 Maret 1989 seluas 22,00 Ha dengan fungsi sebagai Hutan
Lindung (HL).
62
3.17.4 Peta Kawasan Hutan
63
Kelompok Hutan Bukit Pawon (RTK.25) secara administrasi
terletak di Kecamatan Bebanden, Kabupaten Karangasem, secara
administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah
Resort Polisi Hutan (RPH) Manggis, UPT KPH Bali Timur.
3.18.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Tidak terdapat penggunaan kawasan hutan untuk
kepentingan non kehutanan.
3.18.3 SK. Penetapan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 247/Kpts-II/1991
tentang Penetapan Perluasan Kelompok hutan Gunung Agung (RTK.8)
seluas 436,10 Ha yang terletak diwilayah kecamatan Rendang dan
Kecamatan Kubu, Daerah Tingkat II Karang Asem serta Areal Hutan
Bukit Pawon (RTK.25) seluas 35 Ha, yang terletak dikecamatan
Bebandem, Daerah Tingkat II Karang Asem, Provinsi Dati I Bali,
sebagai Kawasan hutan dengan Fungsi Lindung.
3.18.4 Peta Kawasan Hutan
64
3.19 Kelompok Hutan Kondangdia (RTK.26)
3.19.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Kelompok Hutan Kondangdia (RTK.26) merupakan program
perluasan kawasan hutan berdasarkan TGHK dengan Surat Keputusan
Penunjukan Nomor 821/Kpts/Um-II/82 tanggal 10 Nopember 1982.
Diukur definitif pada tahun 1992, Berita acara dibuat tanggal 25
Januari 1992 disyahkan tanggal 4 Januari 1995 dengan luas 89,50 Ha
memiliki panjang batas 12,43 Km dan jumlah pal batas 91. Pada
Kelompok Hutan Kondangdia (RTK.26) terdapat sebanyak 2 buah
enklave dengan luas total 7,99 Ha. Topografinya bergelombang sampai
berbukit.
Kelompok Hutan Kondangdia (RTK.26) secara administratif
terletak di Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, secara
administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah
Resort Polisi Hutan (RPH) Abang, UPT KPH Bali Timur.
65
3.19.4 Peta Kawasan Hutan
66
Klungkung, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan
merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Klungkung/Nusa Penida,
UPT KPH Bali Timur.
3.20.2 SK Penetapan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 191/ Kpts-II/93
tanggal 27 Februari 1993 tentang Penetapan Kelompok hutan Tanjung
Bakung (RTK.27a, RTK.27b dan RTK.28C) yang terletak dikabupaten
Daerah Tingkat II, Klungkung, Propinsi Daerah Tingkat I Bali seluas 244
(Dua ratus empat puluh empat) Hektar sebagai kawasan hutan tetap
dengan fungsi Hutan Produksi.
67
3.21 Kelompok Hutan Suana (RTK.28)
3.21.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Kelompok Hutan Suana (RTK.28) merupakan program
perluasan hutan berdasarkan Surat Keputusan Penunjukan Gubernur
Bali No. 694 Tahun 1992 dan Keputusan Menhut Nomor 761/Kpts/Um-
II/1993 tanggal 18 Nopember 1983. Diukur definitif pada tahun 1993.
Berita Acara Tata Batas dibuat tanggal 25 Maret 1995 disyahkan
tanggal 10 Desember 1996 dengan luas 329,5 Ha memiliki panjang
batas 31,15 Km, terdiri dari 4 lokasi yaitu Hutan Suana I di dusun
Karangsari (103 Ha), Hutan Suana II di dusun Celagilan (29,3 Ha),
Hutan Suana III di dusun Suana (157,7 Ha), dan Suana IV di Dusun
Karang Gede (39,5 Ha).
Kelompok Hutan Suana (RTK.28) secara administratif
terletak di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, secara
administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah
Resort Polisi Hutan (RPH) Klungkung/Nusa Penida, UPT KPH Bali
Timur.
3.21.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Tidak terdapat penggunaan kawasan hutan untuk
kepentingan non kehutanan.
3.21.3 SK. Penetapan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.459/Menhut-
II/2005 tanggal 13 Desember 2005 tentang Penunjukan dan
Penetapan Sebagian kelompok hutan Suana (RTK.28C) seluas 157,70
(seratus lima puluh tujuh dan tujuh puluh perseratus) Hektar di
Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali sebagai Kawasan Hutan dengan
Tujuan Khusus untuk Hutan Penelitian Nusa Penida.
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 759/Kpts-II/1996
tentang Penetapan Kelompok Hutan Suana (RTK.28A, 28B,28C dan
28D) yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Klungkung, Propinsi
68
Daerah Tingkat I Bali, seluas 329,50 (Tiga ratus dua puluh Sembilan,
lima puluh perseratus) Hektar, sebagai kawasan hutan tetap.
69
273 Ha memiliki panjang batas 39,20 Km dan jumlah pal batas 410
buah.
Kelompok Hutan Sakti (RTK. 29) secara administratif
terletak di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, secara
administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah
Resort Polisi Hutan (RPH) Klungkung/Nusa Penida.
3.22.2 SK Penetapan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 49/Kpts-II/1996,
tanggal 8 Pebruari 1996 tentang Penetapan Kelompok Hutan Sakti
(RTK.29) yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Klungkung,
Provinsi Daerah Tingkat I Bali, seluas 273 (Dua Ratus Tujuh Puluh
Tiga) Hektar sebagai Kawasan Hutan Tetap.
70
3.23 Kelompok Hutan Budeng (RTK.30)
3.23.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Kelompok Hutan Budeng (RTK.30) merupakan proses tukar
menukar kawasan hutan di Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10)
antara Departemen Kehutanan dengan PT. Angkasa Pura dan antara
Departemen Kehutanan dengan PT. Bali Turtle Island Development
(BTID) serta tanah kompensasi oleh IPAL.
Kelompok Hutan ini diukur definitif pada tahun 1999 dengan
Berita Acara tata Batas tanggal 10 Nopember 1999 disyahkan tanggal
16 Oktober 2000 dengan luas 67,03 Ha memiliki panjang batas 13,92
Km dengan fungsi pokok Hutan Produksi Tetap (HP).
Kelompok Hutan Budeng (RTK. 30) secara administratif
terletak di wilayah Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, secara
administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah
Resort Polisi Hutan (RPH) Tegal Cangkring UPT KPH Bali Barat.
3.23.2 SK Penetapan
Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
SK.2848/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 16 April 2014 tentang
Penetapan Kawasan Hutan Produksi Tetap Budeng (RTK.30) seluas
66,99 (Enam puluh enam dan sembilan puluh sembilan perseratus)
Hektar di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali.
71
3.23.3 Peta Kawasan Hutan
72
BAB IV. SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT YANG
BERMUKIM DI SEKITAR KAWASAN HUTAN
73
pemerintah agar Banjar Sambangan bisa terlepas dari Perbekelan Desa
Panji karena ingin membentuk satu perbekelan sendiri. Permohonan
tersebut dikabulkan Raja namun dengan syarat harus dibangun
Kahyangan Tiga. Syarat itu disanggupi Wayan Diarta dan lanjut mulai
menyusun organisasi adat yang waktu itu diketuai Bapak Gusti Putu
Gempuk, wakin ketua Pan Luh Sriasih dan panganteb caru adalah Guru
Ketut Kandel. Untuk penyawangan sementara dibangun sebuah Jero
Gede di pertengahan Desa yaitu di Bale Banjar Sambangan,
dibangunnya Kantor Desa, Kemudian membuat kuburan dan dilanjutka
pembangunan Pura Dalem. Dengan telah dipenuhinya syarat yang
diminta Raja, maka raja mengeluarkan surat keputusan mengenai
status Desa Sambangan menjadi desa yang berdiri sendiri terlepas dari
perbekelan Desa Panji.
4.1.2 Pemukiman
74
4.1.3 Tata Guna Lahan Desa
Luas wilayah Desa Sambangan menurut informasi yang
diperoleh yaitu seluas 7,67 Km2. Di dalam penggunaan lahannya,
sebagian besar digunakan sebagai lahan pertanian dengan luas 223,00
Ha. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 21.
75
Minum), Karang Taruna yang diberi nama Teratai Putih serta Kelompok
Tani Wana Lestari yang sekarang dikenal dengan Kelompok Tani
Perambah.
76
di sekitar kawasan hutan dimana mereka tidak memiliki lahan garapan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka tidak memiliki lahan
garapan, yang pada akhirnya lahan garapan yang mereka manfaatkan
merupakan hasil dari merambah kawasan hutan disekitar pemukiman
mereka.
77
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya keberadaan fungsi hutan
lindung, mencegah masyarakat untuk kembali merambah serta untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Untuk bantuan bibit
diharapkan dari pihak BPPT dan BPTH dapat memberikan bantuan
MPTS (Multi Purpose Tree Species) atau dikenal dengan tanaman multi
guna.
78
Luas wilayah desa Siakin berdasarkan penggunaan lahannya
adalah 8,84 Km2. Penduduk Desa Siakin sebagian besar
bermatapencaharian sebagai petani lahan kering, sehingga dalam
penggunaan tanah/lahan umumnya digunakan untuk tegalan dengan
luas 269 hektar dan untuk perkebunan dengan luas 138 hektar.
79
4.2.4 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Pada umumnya penduduk desa Siakin bermatapencaharian
pokok sebagai petani dan beternak sebanyak 600 orang. Selain itu ada
juga yang bermatapencaharian sebagai buruh tani, Pegawai Negeri
Sipil, Pengrajin Industri Rumah Tangga, Montir, Pembatu Rumah
Tangga, TNI, POLRI dan Karyawan Perusahaan Swasta.
Pada lahan pertanian umumnya ditanami tanaman pangan
dan tanaman buah-buahan. Tanaman pangan yang diusahakan oleh
penduduk Desa Siakin adalah tanaman jagung, ubi kayu, ubi jalar,
cabai, bawang merah, bawang putih, tomat, buncis, dan talas.
Sedangkan tanaman buah-buahan yang diusahakan penduduk adalah
jeruk, alpukat, mangga, pepaya, pisang, limau, jeruk nipis, dan
nangka. Untuk pemasaran hasil tanaman pangan dan tanaman buah-
buahan biasanya dijual langsung ke konsumen atau ke pasar, tetapi
ada sebagian penduduk yang menjualnya ke tengkulak atau pengecer,
dan sebagian lagi tidak dijual melainkan untuk dikonsumsi sendiri.
Penjualan dilakukan di pasar kecamatan yang jaraknya kurang lebih 12
km dari desa, yang diangkut dengan menggunakan kendaraan kecil
(pick up).
Tanaman perkebunan yang diusahakan penduduk Desa
Siakin adalah kelapa, kopi, cengkeh, dan coklat. Adapun pemasaran
hasil perkebunan tersebut sama seperti pemasaran tanaman pangan
dan tanaman buah-buahan. Selain sebagai petani, penduduk Desa
Siakin juga bermatapencaharian pokok sebagai peternak. Jenis ternak
yang diusahakan oleh penduduk adalah sapi, babi, ayam kampung,
bebek, dan angsa. Hasil yang diambil dari beternak adalah telur dan
dagingnya. Pemasaran hasil beternak adalah dijual langsung ke
konsumen, dijual ke pasar hewan, selain itu ada yang dijual melalui
tengkulak dan pengecer, dan ada juga yang tidak dijual untuk
dikonsumsi sendiri.
80
Di Desa Siakin sudah terdapat sarana dan prasarana
pendidikan walaupun kurang memadai yaitu dengan adanya sekolah
TK dan SD (lihat Tabel 3). Untuk jenjang yang lebih tinggi, masyarakat
Desa Siakin pada umumnya tidak ragu untuk menyekolahkan anaknya
ke desa lain bahkan ke kecamatan lain.
Di Desa Siakin sudah terdapat fasilitas kesehatan berupa
Posyandu, Pustu, tempat praktek dokter, dan pos KB dengan tenaga
kesehatannya adalah bidan. Dengan adanya fasilitas tersebut sangat
membantu penduduk, terutama bagi kesehatan wanita hamil dan
anak-anak. Pihak-pihak yang bekerja di dinas kesehatan tersebut juga
sering melakukan penyuluhan mengenai kesehatan terutama masalah
kebersihan dalam penggunaan air. Air yang digunakan masyarakat
Desa Siakin pada umumnya berasal dari sumber mata air sehingga
perlu perhatian khusus dalam penggunaannya agar tidak tercemar
ketika sampai ke rumah-rumah masyarakat. Oleh karena itu,
masyarakat bergotong-royong membuat pipa-pipa untuk menyalurkan
air-air tersebut sampai ke rumah penduduk. Selain masalah
penggunaan air bersih masalah sanitasi seperti penggunaan jamban
juga disosialisasikan petugas kesehatan kepada penduduk Desa Siakin.
4.2.5 Kondisi Politik Lokal yang Mempengaruhi Keberadaan
Hutan dan Mempengaruhi Masyarakat Desa
Penduduk Desa Siakin tinggal dan menetap secara turun
temurun yang pada umumnya masyarakat mengetahui batas desanya
berdasarkan data geografis dan cerita asal usul desa dari sesepuh
desa, yang berada di tepi kawasan hutan.
Menurut penduduk Desa Siakin kondisi hutan di sekitar
tempat tinggal mereka masih dalam keadaan baik, batas kawasan
hutan diwilayah desa dapat diketahui secara jelas dengan adanya pal
atau tanda batas dilapangan. Kebijakan lokal yang terdapat di Desa
Siakin adalah masyarakat dilarang menebang dan mengambil kayu dari
kawasan hutan. Walaupun penduduk Desa Siakin sudah mengetahui
81
adanya kawasan hutan namun penduduk desa masih melakukan
aktifitas di dalam kawasan hutan dengan menanam tanaman rumput
gajah untuk pakan ternak sapi dan mengambil ranting-ranting pohon
untuk kayu bakar, tetapi kelestarian hutan tetap terjaga.
4.2.6 Analisis Usaha Kehutanan dan Tani Masyarakat
Usaha pertanian yang dikembangkan penduduk Desa Siakin
adalah berupa tanaman pangan dan tanaman buah-buahan. Untuk
tanaman kehutanan masyarakat bekerjasama dengan dinas kehutanan
mengadakan penghijauan, pada tahun 2002 lahan kritis yang terdapat
di desa ini dilakukan penghijauan dengan menanam tanaman cemara/
Pinus (Pinus mercusii). Pada tahun 2004 Kepala Dusun mengadakan
program penanaman tanaman semusim, seperti cabai, jahe, kunyit,
dan daun sirih.
4.3 KPH Bali Barat diwakili Desa Pejarakan Kecamatan Gerokgak
82
Pada umumnya penduduk Desa Pejarakan hidup secara
berkelompok dalam satu pemukiman. Adapun pemukiman yang
digunakan sebagian besar penduduknya sudah permanen, tetapi
sebagian ada yang yang masih semi permanen.
83
adalah 100% (semua terlibat). Selain peran serta masyarakat dalam
pembangunan desa, semangat kegotongroyongan masyarakat Desa
Pejarakan juga ada dalam berbagai kegiatan. Sebagai contohnya
adalah adanya kegiatan gotong royong atau sambatan dalam
pembangunan rumah, pengolahan tanah, pemeliharaan fasilitas umum
dan fasilitas sosial, pemberian modal usaha, pengerjaan sawah dan
kebun, dalam proses pemakaman orang meninggal, dalam menjaga
kebersihan desa, adanya kelompok arisan, adanya dana sehat, dan
lain-lain.
Adapun adat istiadat yang berkembang dalam masyarakat
Desa Pejarakan diantaranya adalah adat istiadat dalam perkawinan,
dalam perkawinan anak, dalam upacara kematian, dalam pengelolaan
hutan, dalam tanah pertanian, dalam memecahkan konflik warga, dan
dalam menjauhkan bala penyakit dan bencana alam. Adat istiadat
tersebut menurut informasi masyarakat masih berkembang hingga
sekarang.
Di Desa Pejarakan juga terdapat lembaga kemasyarakatan
desa/kelurahan yang masih aktif hingga sekarang. Adapun organisasi-
organisasi anggota lembaga masyarakat yang masih aktif tersebut
adalah LKMD/LPM, PKK, Karang Taruna, RT, RW, Lembaga Adat,
Posyandu, Kelompok Tani, Organisasi Perempuan, Kelompok Gotong
Royong, dan Organisasi Keagamaan.
4.3.3 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Pada umumnya penduduk Desa Pejarakan
bermatapencaharian pokok sebagai petani dan peternak sebanyak
600 orang. Selain itu, ada juga yang bermatapencaharian sebagai
buruh tani, Pegawai Negeri Sipil, pengrajin industri rumah tangga,
montir, pembantu rumah tangga, TNI, POLRI, dan karyawan
perusahaan swasta.
Pada lahan pertanian penduduk umumnya ditanami tanaman
pangan dan tanaman buah-buahan. Tanaman pangan yang
84
diusahakan oleh penduduk Desa Pejarakan adalah tanaman jagung,
ubi kayu, ubi jalar, cabai, bawang merah, bawang putih, tomat,
buncis, dan talas. Sedangkan tanaman buah-buahan yang diusahakan
penduduk adalah jeruk, alpukat, mangga, pepaya, pisang, limau,
jeruk nipis, dan nangka. Untuk pemasaran hasil tanaman pangan dan
tanaman buah-buahan biasanya dijual langsung ke konsumen atau ke
pasar, tetapi ada sebagian penduduk yang menjualnya ke tengkulak
atau pengecer, dan sebagian lagi tidak dijual melainkan untuk
dikonsumsi sendiri. Penjualan dilakukan di pasar kecamatan yang
jaraknya kurang lebih 12 km dari desa, yang diangkut dengan
menggunakan kendaraan kecil (pick up).
Tanaman perkebunan yang diusahakan penduduk Desa
Pejarakan adalah kelapa, kopi, cengkeh, dan coklat. Adapun
pemasaran hasil perkebunan tersebut sama seperti pemasaran
tanaman pangan dan tanaman buah-buahan. Selain sebagai petani,
penduduk Desa Pejarakan juga bermatapencaharian pokok sebagai
peternak. Jenis ternak yang diusahakan oleh penduduk adalah sapi,
babi, ayam kampung, bebek, dan angsa. Hasil yang diambil dari
beternak adalah telur dan dagingnya. Pemasaran hasil beternak
adalah dijual langsung ke konsumen, dijual ke pasar hewan, selain itu
ada yang dijual melalui tengkulak dan pengecer, dan ada juga yang
tidak dijual untuk dikonsumsi sendiri.
Di Desa Pejarakan sudah terdapat sarana dan prasarana
pendidikan walaupun kurang memadai yaitu dengan adanya sekolah
TK dan SD (lihat Tabel 3). Untuk jenjang yang lebih tinggi,
masyarakat Desa Siakin pada umumnya tidak ragu untuk
menyekolahkan anaknya ke desa lain bahkan ke kecamatan lain.
Di Desa Pejarakan sudah terdapat fasilitas kesehatan berupa
Posyandu, Pustu, tempat praktek dokter, dan pos KB dengan tenaga
kesehatannya adalah bidan. Dengan adanya fasilitas tersebut sangat
membantu penduduk, terutama bagi kesehatan wanita hamil dan
85
anak-anak. Pihak-pihak yang bekerja di dinas kesehatan tersebut juga
sering melakukan penyuluhan mengenai kesehatan terutama masalah
kebersihan dalam penggunaan air. Air yang digunakan masyarakat
Desa Pejarakan pada umumnya berasal dari sumber mata air
sehingga perlu perhatian khusus dalam penggunaannya agar tidak
tercemar ketika sampai ke rumah-rumah masyarakat. Oleh karena itu,
masyarakat bergotong-royong membuat pipa-pipa untuk menyalurkan
air-air tersebut sampai ke rumah penduduk. Selain masalah
penggunaan air bersih masalah sanitasi seperti penggunaan jamban
juga disosialisasikan petugas kesehatan kepada penduduk Desa
Pejarakan.
4.3.4 Kondisi Politik Lokal yang Mempengaruhi Keberadaan
Hutan dan Mempengaruhi Masyarakat Desa
Penduduk Desa Pejarakan mayoritas sudah lama tinggal dan
menetap secara turun temurun di desa sehingga merupakan
penduduk asli. Pada umumnya masyarakat mengetahui batas desanya
berdasarkan data geografis dan cerita asal usul desa dari sesepuh
desa. Pemukiman penduduk Desa Pejarakan mayoritas berada di tepi
kawasan hutan dengan jalan utama menuju atau keluar kawasan
hutan adalah jalan tanah.
Menurut penduduk Desa Pejarakan kondisi hutan di sekitar
tempat tinggal mereka masih dalam keadaan baik dengan jenis batas
yang diketahui penduduk adalah pal atau tanda batas. Adapun
kebijakan yang ada di Desa Pejarakan adalah masyarakat dilarang
menebang atau bahkan mengambil kayu dari hutan yang masuk ke
dalam kawasan hutan. Walaupun penduduk Desa Pejarakan sudah
mengetahui adanya tanda batas dan kebijakan tersebut tetapi
penduduk desa masih melakukan aktifitas di dalam kawasan hutan
dengan menanam tanaman rumput gajah untuk pakan ternak sapi
dan mengambil ranting-ranting pohon untuk kayu bakar, tetapi
86
penduduk Desa Pejarakan tetap berusaha menjaga kelestarian hutan
agar tidak rusak.
4.3.5 Analisis Usaha Kehutanan dan Tani Masyarakat
Usaha pertanian yang dikembangkan penduduk Desa
Pejarakan adalah berupa tanaman pangan dan tanaman buah-
buahan. Untuk tanaman kehutanan masyarakat bekerjasama dengan
dinas kehutanan mengadakan penghijauan. Menurut informasi dari
penduduk pada tahun 2002 terdapat lahan kritis yang kemudian
terdapat program penghijauan dengan menanam tanaman cemara.
Pada tahun 2005 Kepala Dusun mengadakan program penanaman
tanaman semusim, seperti cabai, jahe, kunyit, dan daun sirih.
87