Anda di halaman 1dari 29

Case Report Session

PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK KILANGAN

OLEH :

RANIA ULFAH

1740312610

PRESEPTOR :

Dr. dr. Rima Semiarty, MARS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang

padat yaitu mencapai 265 juta jiwa pada tahun 2018. Hal ini membuat Indonesia

dihadapkan dengan berbagai masalah kesehatan yang kompleks. Menurut ahli

kesehatan HL. BLUM derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu:

lingkungan, perilaku, manusia, dan pelayanan kesehatan. Sampai saat ini diketahui

bahwa permasalahan penyakit terbanyak yang terdapat di Indonesia masih didominasi

oleh penyakit yang erat kaitannya dengan masalah kesehatan lingkungan.1,2

Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan hingga saat ini.

ISPA dan diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10

besar penyakit di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia.3 Berdasarkan data

Kemenkes tahun 2015, cakupan penemuan ISPA pada balita tahun 2014 berkisar

antara 20-30%, sedangkan pada tahun 2015 terjadi penignkatan menjadi 63,45%.

Sementara kejadian ISPA di Sumatera Barat tahun 2015 sebanyak 11.326 kasus
3,4
(22,94%) dan pada tahun 2016 meningkat menjadi 13.384 kasus (27,11%).

Masalah kesehatan berbasis lingkungan ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang

tidak memadai, baik kualitas maupun kuantitasnya serta perilaku hidup sehat

masyarakat yang masih rendah, mengakibatkan penyakit-penyakit seperti ISPA,diare

dan lain-lain. Peningkatan jumlah kasus penyakit berbasis lingkungan


2
menggambarkan belum optimalnya upaya kesehatan lingkungan.

Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional merupakan pusat

pengembangan kesehatan masyarakat dalam hal membina peran serta masyarakat di

bidang kesehatan dan memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh dan terpadu

kepada masyarakat melalui program kesehatan lingkungan yang diharapkan akan

membantu mengurangi angka kejadian penyakit berbasis lingkungan. Di Puskesmas

Lubuk Kilangan, salah satu penyakit yang erat hubungannya dengan kesehatan

lingkungan yaitu ISPA dan diare yang selalu masuk dalam 10 besar penyakit berbasis

lingkungan. Hal ini tentu perlu menjadi perhatian mengingat masalah kesehatan

lingkungan sangat berdampak pada berbagai penyakit lainnya.

Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis merasa perlu untuk membahas

pengelolaan kesehatan lingkungan di Puskesmas Lubuk Kilangan.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengelolaan kesehatan lingkungan di wilayah kerja Puskesmas

Lubuk Kilangan?

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui pengelolaan kesehatan lingkungan di wilayah kerja Puskesmas

Lubuk Kilangan
1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui program kesehatan lingkungan di Puskesmas Lubuk Kilangan

2. Mengetahui pencapaian program kesehatan lingkungan di Puskesmas Lubuk

Kilangan.

3. Menganalisa permasalahan kesehatan lingkungan di wilayah kerja Puskesmas

Lubuk Kilangan

1.4. Batasan Masalah

Makalah ini membahas mengenai program kesehatan lingkungan, pencapaian

program dan permasalahan kesehatan lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk

Kilangan.

1.5. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk kepada

berbagai literatur, laporan tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan, laporan bulanan

Puskesmas Lubuk Kilangan, dan diskusi dengan Kepala Puskesmas serta pemegang

program kesehatan lingkungan di Puskesmas Lubuk Kilangan.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kesehatan Lingkungan

Kesehatan menurut WHO adalah keadaan yang meliputi kesehatan fisik,

mental, dan sosial. Menurut UU Kesehatan No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan,

kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial

yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Permasalahan kesehatan disebabkan oleh banyak hal. Menurut HL Blum, derajat

kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan

medis dan keturunan. Kesehatan lingkungan sendiri di definisikan sebagai suatu

keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat

6,7
menjamin keadaan sehat dari manusia.

Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia), kesehatan

lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan

ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung

tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo dalam bukunya mendefinisikan kesehatan

lingkungan sebagai suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga

berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Dapat

disimpulkan pengertian kesehatan lingkungan adalah upaya perlindungan,

pengelolaan dan modifikasi lingkungan yang di arahkan menuju keseimbangan


ekologi guna meningkatkan kesehatan masyarakat.

2.2 Ruang Lingkup dan Sarana Kesehatan Lingkungan

Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal

yang esensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan

faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya

masalah kesehatan mayarakat. Pada Undang-Undang No 36 tahun 2009 disebutkan

bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas

lingkungan yang sehat, baik, fisik, kimia (biomedik), biologi maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan antara lain:

A. Menurut WHO

 Penyediaan air minum

 Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran

 Pembuangan sampah padat

 Pengendalian vector

 Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

 Higiene makanan, termasuk susu

 Pengendalian pencemaran udara

 Pengendalian radiasi

 Kesehatan kerja

 Pengendalian kebisingan
 Perumahan pemukiman

 Aspek kesling dan transportasi udara

 Perencanaan daerah dan perkotaan

 Pencegahan kecelakaan

 Rekreasi umum dan pariwisata

B. Menurut UU No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan antara lain:

 Penyehatan air dan udara

 Pengamanan limbah padat / sampah

 Pengamanan limbah cair

 Pengamanan radiasi

 Pengamanan kebisingan

 Pengamanan vektor penyakit

Yang menjadi sasaran kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut:

1. Tempat umum, seperti hotel, terminal, pasar, pertokoan dan usaha-

usaha yang sejenis.

2. Lingkungan pemukiman, yaitu rumah tinggal, asrama/ yang sejenis

3. Lingkungan kerja, seperti perkantoran, kawasan industry/ yang

sejenis

4. Angkutan umum, seperti kendaraan darat, laut dan udara yang

digunakan

5. Lingkungan lainnya, misalnya yang bersifat khusus seperti

lingkungan yang berada dalam keadaan darurat, bencana


perpindahan penduduk secara besar- besaran, reaktor/ tempat yang

bersifat umum.

2.3 Syarat-syarat Fasilitas dalam Kesehatan Lingkungan di Indonesia

1) Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah

dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan

dan dapat langsung diminum.

Syarat-syarat kualitas air bersih diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Syarat fisik, yaitu tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.

b. Syarat kimia, yaitu kadar besi, maksimum yang diperbolehkan adalah

0,3 mg/l, kesadahan maksimal 500 mg/l.

c. Syarat mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100ml

air)

2) Pembuangan Kotoran/Tinja

Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan

syarat sebagai berikut:

a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi

b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin

memasuki mata air atau sumur

c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan

d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain

e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar atau bila memang benar-
benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin

f. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang

g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak

mahal

3) Kesehatan Pemukiman

Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria

sebagai berikut (UU No.23/1992):

a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu pencahayaan, sirkulasi udara,

ruang gerak yang cukup, dan terhindar dari kebisingan yang

menganggu

b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu privasi yang cukup,

konumikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah

c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni

rumah dengan penyedia air bersih, pengelolaan tnja dan limbah rumah

tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak

berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan

minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan

yang cukup.

d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang

timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain

persyaratan garis sempadan jalan, kontruksi yang tidak mudah roboh,

tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya


jatuh tergelincir.

4) Pembuangan Sampah

Teknik pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan faktor-

faktor (UU No.23/1992):

a. Penimbunan sampah. Faktor faktor yang mempengaruhi roduksi

sampah adalh jumlah penduduk dan kepadatannya, tingkat aktivitas,

pola kehidupan/ tingkat sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim

dan kemajuan teknologi

b. Penyimpanan sampah

c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali

d. Pengangkutan

e. Pembuangan

Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat

mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita

dapt memecahkan masalah-masalah secara efisien.

5) Serangga dan Binatang Pengganggu

Serangga sebagai reservoir bibit penyakit yang kemudian disebut

sebagai vektor misalnya: pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk

Anopeles sp untuk penyakt malaria, nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah

Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk penyakit kaki gajah/ filariasis.

Penanggulangan atau pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan

merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff, kelambu yang


dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigtan nyamuk Anopeles sp,

Gerakan 3M (menguras, menutup, mengubur) tempat penampungan air untuk

mencegah penyakit DBD, penggunaan kada pada lubang angin di rumah atau

dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.

Binatang penggangu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing

yang menularkan penyakit seperti rabies. Kecoa dan lalat dapat menjadi

perantara perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulkan diare.

Tikus dapat menyebabkan leptospirosis dari air seni yang dikeluarkannya

setelah terinfeksi bakteri penyebab.

6) Makanan dan Minuman

Sasaran hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah

makan, jasa boga dan makanan jajanan. Persyaratan hygiene sanitasi makanan

dan minuman tempat pengelolaan makanan meliputi (Kemenkes RI, 2004) :

a. Persyaratan lokasi dan bangunan

b. Persyaratan fasilitas sanitasi

c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan

d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi

e. Persyaratan peralatan yang digunakan

7) Pencemaran lingkungan

Pencemaran lingkungan di antaranya pencemaran air, pencemaran tanah,

dan pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi menjadi indoor air

pollution dan outdoor air pollution. Indoor air pollution merupakan problem
perumahan/pemukiman, serta gedung umum, bis, kereta api, dan lain-lain.

Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya,

mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan daripada berada di

jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga

lainnya merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran

pernafasan bagi anak balita.

Masalah outdoor air pollution atau pencemaran udara di luar rumah,

berbagai analisis data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan.

Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan resiko dampak

pencemaran pada beberapa kelompok resiko tinggi penduduk kota

dibandingkan pedesaan.

Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5 kali lebih besar. Pembakaran

hutan untuk dibuat lahan pertanian atau sekedar diambil kayunya ternyata

membawa dampak serius, misalnya infeksi salura pernafasan akut, iritasi pada

mata, terganggunya jadwal penerbangan dan terganggunya ekologi hutan.

2.4 Upaya Kesehatan Lingkungan di Indonesia

Upaya dasar kesehatan lingkungan yang sering dan penting dilakukan di

puskesmas di Indonesia antara lain sebagai berikut (Kemenkes No.852/2008):

1. Klinik Sanitasi

Klinik sanitasi merupakan suatu wahana untuk mengatasi masalah

kesehatan masyarakat melalui upaya terintegrasi antara kesehatan lingkungan,


pemberatasan penyakit dengan bimbingan, penyuluhan dan bantuan teknis

dari petugas Puskesmas. Tujuan klinik sanitasi secara umum adalah untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat malalui upaya preventif dan

kuratif yang dilakukan secara terpadu, terarah dan terus menerus. Ruang

lingkup klinik sanitasi, diantaranya:

a. Penyediaan dan penyehatan air bersih/jamban dalam rangka pencegahan

penyakit diare, kecacingan dan penyakit kulit.

b. Penyehatan perumahan/ lingkungan dalam rangka pencegahan penyakit

ISPA, TB Paru, DBD ataupun malaria.

c. Penyehatan lingkungan kerja dalam rangka pencegahan pnyakit yang

berhubungan dengan pekerjaan atau akibat kerja

d. Penyehatan makanan atau minuman dalam rangka pencegahan penyakit

saluran cerna dan keracunan makanan

Kegiatan klinik sanitasi dilakukan di dalam dan di luar gedung

 Di dalam gedung

Setiap pasien yang mendaftar di loket, seterusnya pasien diperiksa

oleh tenaga medis Puskesmas. Apabila didapatkan pasien menderita

penyakit yang berhubungan dengan faktor lingkungan maka pasien dirujuk

ke klinik sanitasi, kemudian dilakukan wawancara, pengisian kuesioner dan

konseling. Jika diperlukan, petugas kesling membuat janji kunjungan ke

rumah pasien.

 Di luar gedung

Hal ini merupakan tindak lanjut kegiatan berupa kunjungan ke rumah


pasien, kunjungan ini sebenarnya rutin dilakukan namun kini dengan target

yang ditingkatkan.

2. Penyehatan Lingkungan Pemukiman

Menurut Survey Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS), rumah

sehat dinilai dari beberapa parameter:

a. Lokasi tempat tinggal yang dianjurkan sebaiknya tidak pada daerah

rawan banjir, bekas pembuangan akhir sampah, bekas pertambangan.

Kepadatan hunian, kebutuhan ruang tidur per orang hendaklah


2
mencapai 8 m dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang

tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah umur 5 tahun

b. Jenis lantai yang baik adalah kedap air dan mudah dibersihkan

c. Pencahayaan, pada pencahayaan alamiah hendaklah memiliki jalan

masuk cahaya (sekurang-kurangnya 15% - 20% dari luas lantai dalan

ruangan rumah)

d. Ventilasi, ventilasi alamiah hendakanya mencapai 10% dari luas lantai

e. Air bersih, syarat-syarat kualitas air bersih dia antaranya adalah secara

fisik tidak berbau, berasa dan berwarna serta secara mikrobiologis air

harus bebas dari segala macam bakteri terutama bakteri patogen.

f. Kepemilikan jamban/ WC, kakus, dan Septic tank, dimana jarak

pembuangan septic tank yaitu jaraknya terhadap sumber air bersih harus lebih

dari 10 m.

g. Adanya Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), saluran got,

pengelolaan sampah.
3. Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB)

Meliputi surveilans kualitas air dan inspeksi sanitasi sarana air bersih

4. Penyahatan Tempat-Tempat Umum (TTU)

Penyehatan tempat-tempat umum meliputi hotel dan tempat

penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum lain, sarana

ibadah, sarana angkutan umum, salon kecantikan, dan tempat hiburan

lainnya.

5. Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM)

Penyehatan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat

pengelolaan makanan meliputi kesehatan kebersihan makanan serta

kesehatan tenaga kerja.

6. Pemeriksaan jentik nyamuk

Pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi

perindukan nyamuk dan tumbuhnya jentik. Kemudian dihitung berapa

jumlah penduduk yang mengalami bebas jentik.

2.5 Penyakit Berbasis Lingkungan

Penyakit berbasis lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa

kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi

manusia dengan segala suatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit berbasis

lingkungan. Masih tingginya penyakit berbasis lingkungan disebabkan oleh faktor

lingkungan serta paerilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah. Berdasarkan
aspek sanitasi tingginya angka penyakit berbasis lingkungan banyak disebabkan tidak

terpenuhinya kebutuhan air bersih masyarakat, pemanfaatan jamban yang masih

rendah, tercemarnnya tanah air dan udara karena limbah ruamh tangga, limbah

ndustri, limbah pertanian, sarana transpor serta lingkungan fisik yang

6
memungkinkan. Beberapa penyakit berbasis lingkungan berupa ISPA, diare,

penyakit infeksi kulit, malaria, DBD, cacingan, TB Paru, Filariasis, Keracunan

makanan dan minuman atau pestisida dan keluhan akibat lingkungan.


BAB 3

ANALISIS SITUASI

3.1. Program Puskesmas Lubuk Kilangan

Sebagai pelayanan tingkat pertama, Puskesmas Lubuk Kilangan bertanggung

jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan

masyarakat sesuai dengan sistem kesehatan nasional. Upaya kesehatan yang

dilaksanakan di Puskesmas Lubuk Kilangan antara lain:

A. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Essensial

1. Pelayanan promosi kesehatan

2. Pelayanan kesehatan lingkungan

3. Pelayanan Gizi

4. Pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana

5. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit

6. Pelayanan Perkesmas

7. Pelayanan Penyakit Tidak Menular

B. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) Tingkat Pertama

1. Rawat jalan

2. Pelayanan gawat darurat

3. Pelayanan farmasi

4. Laboratorium

C. Program Pengembangan

1. Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)


2. Program kesehatan jiwa

3. Program kesehatan lansia

3.2 Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Lubuk Kilangan

Sebagai salah satu program Puskesmas Lubuk Kilangan, dalam

penyelenggaraannya program kesehatan lingkungan memiliki 4 subprogram pokok.

1. Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum (TTU)

Tempat-tempat umum yang menjadi pengawasan Puskesmas Lubuk

Kilangan berjumlah 172 tempat umum yang terdiri dari sarana pendidikan,

sarana kesehatan, pangkas rambut, salon dan sarana ibadah. Permasalahan

yang paling banyak dijumpai di tempat-tempat umum adalah kondisi toilet

yang tidak memenuhi syarat dan pengelolaan sampah serta limbah yang

belum memenuhi syarat.

Target untuk cakupan Tempat-Tempat Umum (TTU) dengan sanitasi

yang memnuhi syarat kesehatan di Puskesmas Lubuk Kilangan adalah 92%

dan cakupan pada tahun 2018 yaitu baru mencapai 87%.

2. Pengawasan Sanitasi Tempat Pengolahan Makanan (TPM)

Di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan terdapat 104 TPM yang

menjadi pengawasan Puskesmas, terdiri dari rumah makan/restoran,

catering dan industri rumah tangga. Permasalahan yang paling banyak

ditemui adalah kurangnya hygiene dari petugas di beberapa tempat

pengolahan makanan dan pengolahan limbah yang tidak baik. Target


Puskesmas untuk program ini adalah 82% tempat pengolahan makanan

memenuhi syarat kesehatan, dan tahun 2018 Puskesmas Lubuk Kilangan

sudah melebihi target yaitu 86%

3. Rumah Sehat

Upaya penciptaan rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk

Kilangan dilakukan melalui pemeriksaan/survey perumahan dan

lingkungan dengan turun langsung ke pemukiman masyarakat dan

melakukan pemeriksaan terhadap sanitasi dasar dan indikator rumah

sehat. Target cakupan rumah dengan syarat kesehatan yaitu 91% dan

capaian program pada tahun 2018 hanya 69%.

4. Pengawasan Kualitas Air Bersih dan Depot Air Minum

Pengawasan kualitas air bersih di wilayah kerja Puskesmas Lubuk

Kilangan dilakukan setiap bulannya melalui kegiatan inspeksi sanitasi

sarana air bersih yang sejalan dengan kegiatan survey perumahan dan

lingkungan. Terdapat sebanyak 91 sarana air bersih di wilayah kerja

Puskesmas Lubuk Kilangan, terdiri dari BPSPAM 14 sarana, sumur gali

(SGL) 20 sarana, mata air terlindung 17 sarana dan 40 depot air minum

isi ulang (DAMIU).

Di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan terdapat 40 buah depot air

minum yang menjadi pengawasan Puskesmas. Minum isi ulang yang

memenuhi syarat telah dilakukan inspeksi sanitasi, hampir semua depot

yang tidak memenuhi syarat tersebut terkendala dengan hasil pemeriksaan


laboratoriumnya, dimana terdapat 65% depot tidak memeriksakan air

olahannya secara rutin 3 bulan sekali ke laboratorium yang telah

ditentukan, namun demikian ke depan akan lebih ditingkatkan pengawasan

dengan memberikan motivasi dan pengertian yang lebih intensif kepada

pengelola depot akan pentingnya pemeriksaan rutin dan sertifikat layak

hygiene depot air minum.

5. Akses Jamban

Di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan, sebanyak 86% yang

memenuhi kriteria jamban sehat, dengan target sebesar 100%. Hal ini

disebabkan karena beberapa masalah, yaitu lahan pemukiman yang sempit,

lokasi pemukiman di pinggir sungai, dan kebiasaan masyrakat yang tidak

terbiasa dan tidak nyaman menggunakan jamban dan lebih memilih sungai.

3.3 Pencapaian Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Lubuk Kilangan

Pencapaian program kesehatan lingkungan oleh Puskesmas Lubuk Kilangan

pada masing- masing program adalah sebagai berikut:


1. Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum (TTU)

Grafik 3.1. Cakupan TTU yang memenuhi syarat kesehatan Puskesmas Lubuk
Kilangan tahun 2018
120.0

100.0

80.0

60.0

40.0

20.0

0.0
Bandar Padang Indarung Koto Batu Baringin Tarantang Puskesmas
Buat Besi Lalang Gadang

Target untuk cakupan Tempat-Tempat Umum (TTU) dengan sanitasi

yang memnuhi syarat kesehatan di Puskesmas Lubuk Kilangan adalah 92% dan

cakupan pada tahun 2018 yaitu baru mencapai 87%.

2. Pengawasanan Sanitasi Tempat Pengolahan Makan

Grafik 3.2. Cakupan TPM yang memenuhi syarat kesehatan Puskesmas Lubuk
Kilangan tahun 2018

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
00
Bandar Padang Indarung Koto Lalang Batu Baringin Tarantang Jumlah
Buat Besi Gadang
3. Rumah Sehat

Grafik 3.3. Cakupan Rumah yang memenuhi syarat kesehatan Puskesmas


Lubuk Kilangan tahun 2018

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Banda Padang Indarung Koto Batu Baringin tarantang Puskemas
Buek Besi lalang gadang

Berdasarkan grafik diatas capaian rumah yang memenuhi syarat

kesehtan belum mencapai terget. Capaian rumah yang memenuhi syarat

kesehatan 69% dengan target 91%.

4. Pengawasan DAMIU

Grafik 3.4. Cakupan Kepatuhan Pemeriksaan Bakteriologis DAMIU di


Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2018

70

60

50

40

30

20

10

00
Bandar Padang Indarung Koto Batu Baringin Tarantang Jumlah
Buat Besi Lalang Gadang

Hanya 38% DAMIU di wilayah kerja Lubuk Kilangan yang secara rutin

melakukan pemeriksaan bakteriologis rutin.


5. Akses Jamban Sehat

Grafik 3.4. Cakupan Kepatuhan Pemeriksaan Bakteriologis DAMIU di


Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2018

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10

Di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan, akses jamban sehat hanya

mencapai 79% dengan target sebesar 81%


BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Permasalahan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Lubuk Kilangan

Berdasarkan laporan masing-masing program kesehatan lingkungan yang

dilaksanakan oleh Puskesmas Lubuk Kilangan, dapat disimpulkan bahwa masih

terdapat beberapa permasalahan kesehatan lingkungan, diantaranya:

1. Tempat-Tempat Umum (TTU) dengan kesehatan lingkungan buruk

Di wilayah Puskesmas Lubuk Kilangan masih ditemukan tempat

umum dengan kesehatan lingkungan yang buruk. Pada Tahun 2018,

Tempat-Tempat Umum (TTU) yang memenuhi syarat di wilayah kerja

Puskesmas Lubuk Kilangan belum mencapai target, yaitu sebesar 87%

dengan target 92%. Dikatakan tidak memenuhi syarat karena kondisi

toilet dan pengelolaan sampah serta limbah yang belum memenuhi syarat

2. Masih terdapat Tempat Pengolahan Makanan (TPM) yang tidak sehat

Di wilayah Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2018 terdapat 104

TPM yang menjadi pengawasan Puskesmas, terdiri dari rumah

makan/restoran, catering dan industri rumah tangga. Permasalahan yang

paling banyak ditemui adalah kurangnya hygiene dari petugas TPM.

Pengolahan makanan pada kebanyakan TPM belum menggunakan

prinsip hygiene dan sanitasi dalam pengolahan, pewadahan dan penyajian

makanan seperti yang telah diatur dalam PP No.66 tahun 2014 tentang
6
Kesehatan Lingkungan.
3. Pengawasan Kualitas Air Bersih dan Depot Air Minum

Dari pemeriksaan yang dilakukan petugas Puskesmas, masih

banyak depot air minum yang tidak melakukan pemeriksaan

bakteriologis rutin. Hanya 38% DAMIU yang secara rutin melakukan

pemeriksaan bakteriologis setiap 3 bulan. Pengawasan kualitas air bersih

di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan dilakukan setiap bulannya

melalui kegiatan inspeksi sanitasi sarana air bersih yang sejalan dengan

kegiatan survey perumahan dan lingkungan.

4. Pembinaan Rumah Sehat

Di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan terdapat 69% rumah

yang memenuhi syarat rumah sehat, capaian tersebut belum mencapai

target, yaitu sebanyak 91%. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya

cakupan sanitasi dasar.

5. Akses Jamban Sehat

Di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan, akses jamban sehat

hanya mencapai 79% dengan target sebesar 81%. Hal ini disebabkan

karena beberapa masalah, yaitu lahan pemukiman yang sempit, lokasi

pemukiman di pinggir sungai, dan kebiasaan masyrakat yang tidak

terbiasa dan tidak nyaman menggunakan jamban dan lebih memilih

sungai.

4.2. Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan Puskesmas Lubuk Kilangan

Berbagai upaya pemecahan masalah kesehatan lingkungan perlu

dilakukan dalam menyikapi berbagai masalah kesehatan lingkungan yang


terjadi di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan. Beberapa upaya yang telah

dan dapat dilakukan diantaranya:

1. Memberikan penyuluhan pada pengelola tempat-tempat umum (TTU),

tempat pengolahan makanan (TPM), depot air minum serta kepada

masyarakat tentang pentingnya kesehatan lingkungan demi mencegah

terjadinya berbagai penyakit dan apa saja yang perlu dilakukan untuk

menjaga kesehatan lingkungan sekitar mereka.

2. Mendata setiap tempat pengolahan makanan (TPM) dan memberikan

sertifikat terdaftar sebagai TPM sehat yang dikelola oleh petugas

kesehatan lingkungan.

3. Melakukan penyuluhan kepada pengelola TPM tentang cara pengolahan

makanan yang baik.

4. Mewajibkan setiap depot air minum untuk melakukan pemeriksaan sampel

air dan hasil pemeriksaan tersebut ditinjau berkaitan dengan izin kelayakan

air untuk dikonsumsi masyarakat serta memberikan sertifikat laik hygiene

depot air minum. Selain itu, Puskesmas Lubuk Kilangan juga mengadakan

sosialisasi hygiene depot air minum yang diikuti oleh penanggungjawab

depot air minum se-kecamatan Lubuk Kilangan.

5. Melakukan penyuluhan tentang pemanfaatan jamban untuk menciptakan

lingkungan yang sehat serta meningkatkan pembuatan jamban komunal

dengan partisipasi masyarakat dengan dana stimulan atau dengan bantuan

program sanitasi berbasis masyarakat.


BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Program kesehatan lingkungan yang dilaksanakan di Puskesmas Lubuk

Kilangan antara lain pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU),

pengawasan tempat pengolahan makanan (TPM), pengawasan depot air

minum, pengawasan sumber air bersih, pembinaan rumah sehat serta

penyuluhan jamban sehat.

2. Program kesehatan lingkungan Puskesmas Lubuk Kilangan sudah

dilaksanakan cukup baik namun masih terdapat beberapa program yang

masih belum mencapai target.

3. Permasalahan kesehatan lingkungan yang terjadi di wilayah Puskesmas

Lubuk Kilangan hampir ditemukan di semua program antara lain masalah

kebersihan lingkungan, masalah pengolahan dan kebersihan makanan,

pengawasan depot air minum, pembinaan rumah sehat serta kurangnya

akses jamban sehat.

5.2 Saran

1. Diharapkan Puskesmas memiliki sarana prasarana yang memadai untuk

melakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap kesehatan lingkungan

untuk mendukung upaya peningkatan kesehatan masyarakat.

2. Diharapkan program kesehatan lingkungan yang sudah mencapai target

dapat dipertahankan dan ditingkatkan dan untuk program yang belum

mencapai target diharapkan dapat mencapai target yang sudah ditentukan


dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada.

3. Diperlukan analisis masalah sesuai dengan program yang belum tercapai

dan merumuskan solusi yang dapat dilaksanakan seperti melakukan

penyuluhan sesuai dengan tema program.


DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Pusat Statistik. Proyeksi Penduduk Indonesia.Jakarta: BPS;2018

2. Budiman. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: EGC; 2006

3. Purnama GP. Buku Ajar Penyakit Berbasis Lingkungan. Denpasar:

Universitas Udayana; 2016

4. Dinkes. Profil Kesehatan Sumatera Barat. Padang : Dinkes Sumbar;2016

5. Decroli E. Diabetes Melitus Tipe 2. Padang : Pusat Penerbitan Bagian

Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas; 2019

6. Ricki M. Kesehatan lingkungan. Yogyakarta: Graha Mulia; 2005

7. WHO. Public health and enviroment global strategy. 2011.

Tersedia: www.who.int/phe/en. diunduh pada Mei 2019.

8. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Strategi nasional sanitasi total

berbasis masyarakat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia;

2008.

9. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Keseharan

RI. Survey kesehatan nasional: Survei sosial ekonomi (Susenas) 2004

substansi kesehatan, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Departemen Keseharan RI; 2005.

10. Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan

11. Peraturan Daerah Kota Padang No. 21 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan

Sampah.

12. Puskesmas Lubuk Kilangan. Laporan Tahunan Puskesmas Tahun 2018

Puskesmas Lubuk Kilangan. Padang : Puskesmas Lubuk Kilangan;2018

Anda mungkin juga menyukai