telusuri
APR
10
TATA KELOLA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Tata Kelola RABITHAH MA’AHID ISLAMIYAH adalah ketentuan tentang aturan pengelolaan institusi dalam
pelaksanaan tugas dan wewenang kepengurusan di lingkungan RABITHAH MA’AHID ISLAMIYAH.
Tata Kelola RABITHAH MA’AHID ISLAMIYAH ini merupakan landasan hukum organisasi yang berlaku di
lingkungan RABITHAH MA’AHID ISLAMIYAH.
BAB II
Pasal 2
RABITHAH MA’AHID ISLAMIYAH, selanjutnya disingkat RMI adalah salah satu perangkat departementasi
organisasi Nahdlatul Ulama pada setiap jenjang kepengurusan yang berfungsi sebagai pelaksana
kebijakan Nahdlatul Ulama khususnya ynng berkaitan dengan bidang tertentu.
RMI bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan pondok pesantren dan
pendidikan keagamaan.
BAB III
Pasal 3
RMI berpedoman kepada Al-Qur’an, As-Sunnah, Al-ljma’, dan Al-Qiyas sesuai dengan Anggaran Dasar
Nahdlatul Ulama.
RMI beraqidah Islam menurut faham Ahlusunnah wal Jama’ah dalam bidang aqidah mengikuti madzhab
Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi; dalam bidang fiqh mengikuti salah satu
dari Madzhab Empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali); dan dalam bidang tasawuf mengikuti madzhab
Imam al-Junaid al-Bagdadi dan Abu Hamid al-Ghazali.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, RMI berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
BAB IV
Pasal 4
Lambang RMI berupa gambar bola dunia yang dilingkari tali tersimpul, dikitari oleh 9 (sembilan) bintang,
5 (lima) bintang terletak melingkari di atas garis khatulistiwa yang terbesar di antaranya terletak di
tengah atas, sedang 4 (empat) bintang lainnya terletak melingkar di bawah garis khatulistiwa, dengan
tulisan NAHDLATUL ULAMA dalam huruf arab yang melintang dari sebelah kanan bola dunia ke sebelah
kiri, semua terlukis dengan warna putih di atas dasar hijau dan di bawahnya ada tulisan RMI.
Penggunaan lambang RMI di kop surat, amplop, invoice (kuitansi) dan papan nama.
Penggunaan lambang RMI di papan nama berada di sisi kiri atas sejajar dengan lambang pondok
pesantren anggota RMI disisi kanan.
a) Menciptakan masyarakat pesantren yang mempunyai kemampuan dalam melakukan tata kelola
pesantren yang maju dan berkeadilan demi kemaslahatan semua.
b) Menciptakan masyarakat pesantren yang mempunyai kemampuan sebagai agen transformasi dan
perubahan sosial berdasarkan nilai-nilai luhur kepesantrenan.
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 5
a) Pengurus Pusat, berkedudukan di ibukota Negara Republik Indonesia dan merupakan perangkat
departementasi organisasi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
c) Pengurus Cabang, berkedudukan di kabupaten atau kota dan merupakan perangkat departementasi
organisasi Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU).
2. Pola hubungan organisasi antara Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang RMI bersifat
koordinatif.
BAB VI
Pasal 6
Pengurus Pusat
1. Penyusunan dan perubahan kepengurusan harian Pengurus Pusat RMI dilakukan oleh PBNU.
a) Penasehat, terdiri dari unsur PBNU yang membawahi bidang pendidikan dan perorangan yang
memiliki keahlian, pengalaman, dan kepedulian dalam bidang pengembangan pesantren dengan jumlah
sekurang-kurangnya 5 (lima) orang.
b) Pengurus Harian, terdiri dari seorang Ketua, beberapa Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris,
Bendahara dan Wakil Bendahara.
c) Divisi yang dibentuk oleh Pengurus Harian RMI sesuai dengan kebutuhan dan dipimpin oleh seorang
Koordinator.
Pasal 7
Pengurus Wilayah
1. Penyusunan dan perubahan kepengurusan harian Pengurus Wilayah RMI dilakukan oleh PWNU.
a) Penasehat, terdiri dari unsur PWNU yang membawahi bidang kepesantrenan dan perorangan yang
memiliki keahlian, pengalaman dan kepedulian di bidang kepesantrenan dengan jumlah sekurang-
kurangnya 3 (tiga) orang.
b) Pengurus Harian, terdiri dari seorang Ketua, beberapa Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris,
Bendahara dan Wakil Bendahara.
c) Divisi yang dibentuk oleh pengurus harian PW RMI sesuai dengan kebutuhan dan dipimpin oleh
seorang Koordinator.
Pasal 8
Pengurus Cabang
1. Penyusunan dan perubahan kepengurusan harian Pengurus Cabang RMI dilakukan oleh PCNU.
a) Penasehat, terdiri dari unsur PCNU yang membawahi bidang pendidikan dan perorangan yang
memiliki keahlian, pengalaman dan kepedulian di bidang kepesantrenan dengan jumlah sekurang-
kurangnya 3 (tiga) orang.
b) Pengurus Harian, terdiri atas seorang Ketua, beberapa Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris,
Bendahara dan Wakil Bendahara
c) Divisi yang dibentuk pengurus harian PC RMI sesuai dengan kebutuhan dan dipimpin oleh
seorang Koordinator.
Pasal 9
MASA KHIDMAT
Masa khidmat kepengurusan RMl adalah menyesuaikan dengan masa khidmat Kepengurusan Nahdlatul
Ulama di semua tingkatan.
Pasal 10
Pasal 11
Pengurus Pusat
Menetapkan kebijakan serta melakukan usaha ke arah tercapainya maksud dan tujuan RMI sesuai
dengan keputusan Muktamar dan Rapat Kerja Nasional RMl.
Melakukan supervisi kepada setiap jenjang kepengurusan dan institusi pesantren anggota RMI.
Menetapkan, mengesahkan dan atau menghentikan keanggotaan institusi pesantren anggota RMl.
Mengatur, mengelola dan memberdayagunakan aset-aset milik RMl untuk pengembangan pesantren di
lingkungan Nahdlatul Ulama.
Melakukan konsultasi dan konsolidasi dengan PBNU dalam melaksanakan program RMI.
Melakukan kerja sama dengan institusi pemerintah dan non-pemerintah baik dalam maupun luar negeri
yang tidak bertentangan dengan AD/ART NU dalam pengembangan pesantren di lingkungan RMI.
Pengurus Wilayah
Melaksanakan program RMl di propinsi sesuai dengan keputusan Muktamar NU, keputusan Rapat Kerja
Nasional dan Rapat Kerja Wilayah.
Melakukan supervisi kepada jenjang kepengurusan Pengurus Cabang yang ada di wilayah dalam
pelaksanaan program-program RMI.
Membantu Pengurus Pusat RMl dalam mengelola dan memberdayagunakan aset-aset milik
RMl untuk pengembangan pesantren di lingkungan Nahdlatul Ulama.
Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pengurus Pusat tentang institusi pesantren anggota RMI.
Melakukan konsultasi, koordinasi dan konsolidasi dengan PWNU dalam pelaksanaan program RMI.
Melakukan kerja sama dengan institusi pemerintah dan non-pemerintahan dalam pengembangan
pesantren di lingkungan RMI.
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan setahun sekali kepada Pengurus Wilayah
Nahdlatul Ulama dan ditembuskan kepada Pengurus Pusat RMI.
Pasal 13
Pengurus Cabang
Melaksanakan program RMI di kabupaten/kota sesuai dengan keputusan Muktamar, Rapat Kerja Wilayah
dan Rapat Kerja Cabang RMI.
Melakukan supervisi dan pembinaan kepada pesantren yang menjadi anggota RMI di daerahnya dalam
pelaksanaan program-program RMI.
Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pengurus Pusat dan Pengurus Wilayah tentang institusi
pesantren anggota RMI.
Melakukan konsultasi, koordinasi dan konsolidasi dengan PCNU dalam pelaksanaan program RMI.
Melakukan kerja sama dengan institusi pemerintah dan non-pemerintah dalam pengembangan
pesantren di lingkungan RMI.
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan sekurang-kurangnya setahun sekali kepada
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama dan ditembuskan kepada Pengurus Wilayah RMI dan Pengurus Pusat
RMI.
Pasal 14
d) Mewakili RMI baik ke luar maupun ke dalam yang menyangkut pelaksanaan kebijakan dan
pengembangan jaringan lembaga.
g) Bersama sekretaris dan bendahara mewakili RMI dalam hal melakukan tindakan penerimaan,
pengalihan, tukar-menukar, penjaminan, penyerahan wewenang penguasaan/pengelolaan, dan
penyertaan usaha atas harta benda bergerak dan atau tidak bergerak milik atau yang dikuasai lembaga
dengan tidak mengurangi pembatasan yang diputuskan oleh kebijakan Pengurus Harian PBNU baik di
dalam atau di luar pengadilan.
Pasal 15
b) Melakukan inisiatif jaringan kepada pihak luar untuk pengembangan program dan mempersiapkan
proposal.
c) Membuat rencana strategi dan pengembangan program berdasarkan bidang khusus yang ditangani.
d) Membuat laporan program bulanan, enam bulanan dan tahunan berhubungan dengan pelaksanaan
program.
d) Mewakili RMI baik ke luar maupun ke dalam yang menyangkut pelaksanaan kebijakan dan
pengembangan jaringan lembaga atas mandat yang diberikan oleh Ketua RMI.
Pasal 16
d) Memimpin dan mengkoordinasikan sekretariat RMI untuk membantu efektifitas dan efisiensi
pengurus lainnya.
d) Bersama ketua melakukan pengaturan dan pembagian tugas berkaitan dengan jaringan kerjasama
dan pelaksanaan program RMI.
e) Bersama ketua dan bendahara mewakili RMI dalam hal melakukan tindakan penerimaan,
pengalihan, tukar-menukar, penjaminan, penyerahan wewenang penguasaan/pengelolaan, dan
penyertaan usaha atas harta benda bergerak dan atau tidak bergerak milik atau yang dikuasai lembaga
dengan tidak mengurangi pembatasan yang diputuskan oleh kebijakan Pengurus Harian PBNU baik di
dalam atau di luar pengadilan.
Pasal 17
Pasal 18
d) Merumuskan naskah rancangan peraturan, keputusan, dan pelaksanaan program keuangan RMI.
e) Menyusun dan merencanakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Rutin, dan anggaran program
pengembangan.
b) Mengatur pengelolaan keuangan PBNU dan mengkoordinasikan manajemen keuangan RMI untuk
membantu efektifitas dan efisiensi pengurus lainnya.
d) Bersama Ketua menandatangani surat-surat penting RMI yang berkaitan dengan keuangan.
e) Bersama ketua dan sekretaris mewakili RMI dalam hal me!akukan tindakan penerimaan, pengalihan,
tukar-menukar, penjaminan, penyerahan wewenang penguasaan/pengelolaan, dan penyertaan usaha
atas harta benda bergerak dan atau tidak bergerak milik atau yang dikuasai lembaga dengan tidak
mengurangi pembatasan yang diputuskan oleh kebijakan Pengurus Harian PBNU baik di dalam atau di
luar pengadilan.
Pasal 19
Pasal 20
c) Membuat rencana strategi dan pengembangan program berdasarkan bidang khusus divisi yang
ditangani.
d) Membuat laporan program bulanan, enam bulanan dan tahunan berhubungan dengan pelaksanaan
program kegiatan departemen.
c) Mewakili RMI baik ke luar maupun ke dalam yang menyangkut pelaksanaan kebijakan dan
pengembangan jaringan lembaga atas mandat yang diberikan oleh Ketua RMI.
BAB VIII
Pasal 21
a) Menetapkan kebijakan, keputusan dan peraturan organisasi sepanjang tidak bertentangan dengan
Pedoman Tata Laksana Lembaga RMI dan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga NU.
BAB IX
PEMBERHENTIAN PENGURUS
Pasal 22
a) Permintaan sendiri,
1) Pengurus Harian diajukan kepada Pengurus PBNU secara tertulis dengan tembusan kepada
Pengurus RMI.
2) Pengurus Divisi diajukan kepada Pengurus RMI secara tertulis dengan tembusan kepada Ketua Divisi
yang membidangi divisi bersangkutan.
3) Pelaksana program diajukan kepada pengurus RMI secara tertulis dengan tembusan kepada Ketua
Divisi yang membidangi program bersangkutan.
b) Tidak aktif selama 3 (tiga bulan berturut-turut tanpa ada Izin dan penjelasan atau bukan karena
tugas dari Pengurus NU ataupun RMI.
c) Diberhentikan karena dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya sebagai pengurus atau
melanggar AD/ART NU.
2. Pengurus yang diberhentikan sesuai dengan ayat 1 point b dan c sebelumnya akan diberi peringatan 3
(tiga) kali. Jika tidak ada jawaban dan alasan yang logis maka akan dibuat Surat Keputusan
Pemberhentian.
Pasal 23
Pengurus Divisi Antar Waktu diusulkan dan ditetapkan oleh ketua dalam rapat pengurus harian RMI,
selanjutnya akan mendapatkan pengesahan Surat Keputusan dari RMI.
Pelaksana Program Antar Waktu diusulkan dan ditetapkan oleh ketua dalam Rapat Pengurus Harian RMI,
selanjutnya akan mendapatkan pengesahan Surat Keputusan dari RMI.
BAB X
RAPAT-RAPAT
Pasal 24
Jenis Rapat
2. Rapat Pengurus
Pasal 25
Peserta Rakernas terdiri atas Pengurus Pusat dan Pengurus Wilayah RMI.
Rakernas sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya separuh lebih dari jumlah peserta yang
diundang.
Pasal 26
Rapat Kerja Wilayah merupakan forum tertinggi di tingkat Pengurus Wilayah RMI.
Peserta Rapat Kerja Wilayah terdiri atas Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang RMI.
Rapat Kerja Wilayah sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya separuh lebih dari jumlah peserta yang
diundang.
Membahas masalah-masalah khusus dalam pelaksanaan program dan masalah-masalah sosial lain
yang terkait dengan pesantren.
Pasal 27
Rapat kerja Cabang merupakan forum tertinggi di tingkat Pengurus Cabang RMI.
Peserta Rapat Kerja Cabang terdiri atas Pengurus Cabang, utusan’ institusi pesantren anggota
RMI yang direkomendasikan oleh Pengurus Cabang RMI.
Rapat Kerja Cabang sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya separuh lebih dari jumlah peserta yang
diundang.
Membahas masalah-masalah khusus dalam pelaksanaan program dan masalah-masalah sosial lain yang
terkait dengan pesantren.
Pasal 28
Peninjau
Rapat Kerja pada setiap tingkatannya dapat dihadiri oleh peninjau atas undangan Pengurus pada tingkat
bersangkutan.
Pasal 29
Untuk kelancaran penyelenggaraan Rapat Kerja pada setiap tingkatannya, dibentuk panitia yang
bertanggung jawab kepada Pengurus RMI yang bersangkutan.
Pasal 30
Rapat-Rapat Pengurus
Rapat Koordinasi
Rapat Khusus
Peserta Rapat Pleno adalah Pengurus Harian dan Divisi-divisi pada setiap tingkat kepengurusan untuk
membahas masalah-masalah umum dalam pelaksanaan program RMI pada setiap tingkat kepengurusan.
Peserta Rapat Pengurus Harian adalah Ketua, Wakil-Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil-Wakil Sekretaris,
Bendahara dan Wakil-Wakil Bendahara untuk membahas masalah-masalah yang terkait dengan tugas
kepengurusan pada setiap tingkatan.
Peserta Rapat Koordinasi adalah Pengurus Harian, Bidang- Bidang, institusi terkait dan institusi
pesantren di dalam dan diluar RMI.
Peserta Rapat Khusus adalah Ketua, Sekretaris, dan atau bidang pada setiap tingkat kepengurusan untuk
membahas masalah-masalah khusus dalam pelaksanaan program.
Rapat-rapat dapat dihadiri oleh pihak lain atas undangan Pengurus RMI pada tingkat yang bersangkutan.
Rapat dlpimpin oleh Ketua atau Wakil Ketua atau yang lainnya dalam kepengurusan yang disepakati
forum apabila Ketua/Wakil Ketua berhalangan.
Pasal 31
Pengambilan Keputusan
Setiap peserta rapat mempunyai hak bicara dan hak suara. Keputusan dalam rapat diambil dengan dasar
musyawarah.
Apabila tidak dapat diambil dengan musyawarah mufakat, keputusan dapat diambil dengan pemungutan
suara/voting.
BAB XI
KEKAYAAN
Pasal 32
Kekayaan RMI adalah akumulasi aset-aset material yang dimiliki organisasi untuk membiayai setiap
kegiatan yang diselenggarakan RMI.
Kekayaann RMI berbentuk tanah, sarana fisik, lahan usaha, dana yang terkumpul serta bentuk-bentuk
lain yangproduktif.
Kekayaan RMI diperoleh dari sumber yang halal melalui wakaf, hibah, infak, sadaqah, hasil pembelian,
sumbangan pemerintah/swasta dan sumbangan institusi anggota RMI.
Pasal 33
Mekanisme pengelolaan kekayaan RMI dilakukan oleh sebuah unit yang dibentuk oleh RMI pada setiap
jenjang kepengurusan. Unit tersebut bertanggung jawab langsung kepada Pengurus RMI dan
melaporkan kegiatannya paling sedikit satu kali dalam satu tahun.
Ketentuan tentang perimbangan pemanfaatan kekayaan RMI diatur oleh Pengurus Pusat RMI.
Pasal 34
Audit
Perolehan, pengalihan, dan pengelolaan kekayaan serta penerimaan dan pengeluaran keuangan RMI
diaudit setiap akhir periode kepengurusan oleh akuntan publik.
BAB XII
Pasal 35
Pengurus RMI membuat laporan pertanggungjawaban secara tertulis di akhir masa khidmahnya yang
disampaikan kepada Pengurus Nahdlatul Ulama sesuai dengan tingkatannya.
Pengurus RMI menyampaikan laporan pelaksanaan program setiap akhir tahun kepada Pengurus
Nahdlatul Ulama sesuai dengan tingkatannya.
Pengurus RMI membuat laporan perkembangan kepada Ketua/Wakil Ketua Pengurus Nahdlatul
Ulama yang membidanginya secara berkala 3 (tiga) bulan sekali sesuai dengan tingkatannya.
Pengurus Pusat RMI membuat laporan perkembangan kepda PBNU yang disampaikan dalam Rapat Pleno
dan Konverensi Besar.
Pengurus RMI pada bidang masing masing menyampaikan laporan perkembangan secara tertulis yang
disampaikan kepada Ketua RMI dalam Rapat Pengurus Lengkap RMI.
a) Capaian pelaksanaan program yang telah diamanatkan oleh Rapat Kerja Pengurus RMI.
c) Keuangan.
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 36
Penyesuaian Status
Selambat-lambatnya dalam tempo enam bulan sejak ditetap-kannya, susunan kepengurusan Pengurus
Pusat, Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang RMI harus segera disesuaikan dengan Tata Kelola ini.
BAB XIV
PENUTUP
Pasal 37
Ketentuan-ketentuan yang isinya bertentangan dengan Tata Kelola ini dinyatakan tidak berlaku lagi.
Hal-hal yang belum diatur dalam Tata Kelola RMI ini akan diatur lebih lanjut oleh Pengurus Pusat.
BAB I
SURAT-SURAT
Pasal 1
Ukuran kertas yang dipakai dalam surat menyurat RMI adalah A4(29,8 x 21)
Warna putih.
Pasal 2
Setiap surat yang mengatasnamakan PP, PW dan.PC RMI NU harus meggunakan Kop Surat.
Kepala surat, letaknya di tengah atas berbentuk simetris dengan huruf besar.
lambang RMI dengan ukuran alas sama dengan tinggi 2,5 cm.
Tingkatan kepengurusan organisasi.
Lambang RMI dicetaksesuai wamanya dan diseragamkan pada semua tingkatan kepengurusan.
Kepala surat dicetak dengan warna dasar putih dan warna huruf hitam
Tulisan kepala surat terletak di sebelah kanan lambang, ditulis dengan huruf besar semua, kecuali alamat
sekretariat dan dengan posisi simetris.
Pasal 3
Nomor :
Lampiran :
Hal :
Nomor surat adalah nomor unit pada buku agenda surat-surat keluar ditambah kode-kode yang khusus
dipergunakan dalam surat menyurat RMI dengan susunan dan urutan-urutan sebagai berikut: 1/ 2/3/ 4/
5/6
Keterangan kolom:
C: untuk Divisi-divisi.
SK : Surat Keputusan
SP : Surat Pengesahan
Sp : Surat pengangkatan/pemberhentian
SM : Surat Mandat
SR : Surat Rekomendasi
Diisi dengan periodesasi kepengurusan yang sedang berjalan dengan angka romawi.
Contoh: 005/PP/SK/IV/10/2010
Lampiran diisi apabita beserta surat-surat tersebut disertakan surat-surat lain, Misalnya surat keterangan,
riwayat hidup, laporan, notulen, statemen dan lain sebagainya.
Kalau jumlah ingin disebutkan, ditulis di dalam kurung, contoh: 2 (7). Artinya lampiran ada 2 (dua)
macam dengan jumlah lembaran 7 (tujuh).
Hal ditulis isi pokok persoalan yang dibicarakan dalam surat yang akan dikirim, misalnya:
Permohonan pengesahan
Tulisan mengenai pokok/hal surat ini harus dimengerti oleh si alamat, tidak perlu terlalu panjang.
Pasal 4
Alamat adalah menunjukkan kepada siapa surat tersebut ditujukan dan harus ditulis dengan lengkap
serta jelas kecuali yang bersifat massal.
Surat-surat yang ditujukan kepada organisasi dalam lingkungan RMI menggunakan kata-kata “Kepada
Yth” titik satu.
Alamat dan tujuan terletak 3 (tiga) spasi lurus di bawah isi pokok/hal.
Pasal 5
Isi Surat
Kalau menggunakan singkatan hendaknya dipakai singkatan yang lazim dipakai umum.
Pasal 6
Formasi Surat
Penggunaan spasi disesuaikan dengan isi surat dan ukuran kertas secara proporsional.
Kosongkan ¼ bagian halaman muka surat sebelah kiri untuk tempat disposisi bagi si alamat.
Pasal 7
Ketentuan ayat 1 dan 2 dipakai untuk surat-surat umum RMI,. kecuali SK, Instruksi, Pengesahan dan
Mandat.
Pasal 8
Tanggal Surat
Surat-surat dalam organisasi RMI harus memuat tanggal bulan, tahun Hijriyah dan Masehi. Contoh:
07 Desember 2010 M
Pasal 9
Setiap surat harus menyebut dengan jelas lembaga yang mengirim beserta penanggungjawabnya sesuai
dengan tingkat kepengurusan di wilayah kerja masing-masing dan ditulis dengan huruf kapital.
Penanggungjawab adalah Ketua dan Sekretaris: Ketua ditulis sebelah kiri dan sekretaris ditulis sebelah
kanan, masing-masing dengan huruf besar dan diberi garis bawah tanpa tanda kurung.
Tingkatan-tingkatan pejabat organisasi harus ditulis dengan angka romawi, bukan dengan huruf,
misalnya: Ketua I, Sekretaris II, dan sebagainya.
Nama yang menjabat hendaknya ditulis di atas nama jabatan bukan sebaliknya dan penulisan jabatan
ditulis dengan huruf kecil dicetak miring.
Penulisan tingkatan organisasi (PP, PW dan PC) ditulis dengan huruf kapital dan terletak di tengah-
tengah.
Contoh:
PENGURUS CABANG
Ketua Sekretaris
Dalam setiap pengiriman surat dan penandatanganan surat harus mempergunakan stempel organisasi
yang disahkan.
Stempel dibubuhkan pada ruang antara nama dan jabatan sekretaris, dengan menutup sebagian dari
tanda tangan sebelah kiri sekretaris dan berlaku bagi semua jenis surat RMI.
BAB II
SIFAT-SIFAT SURAT
Pasal 10
Keputusan
Pasal 11
Instruksi
Instruksi adalah:
Surat perintah untuk menjalankan hasil keputusan, peraturan atau hasil-hasil rapat.
Perintah untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dari yang lebih tinggi jabatan/ kedudukannya
kepada orang/ badan/ lembaga yang lebih rendah jabatan/ kedudukannya disertai dengan petunjuk
pelaksanaannya serta petunjuk teknisnya.
Contoh:
Instruksi pendataan anggota yang disertai dengan tata cara rnengisi formulir isiannya dan
pengirimannya.
Pasal 12
Siaran
Siaran adalah:
Dipergunakan untuk memberikan penjelasan tentang suatu peristiwa baik yang bersifat umum maupun
khusus terkait masalah-masalah kepesantrenan.
Penjelasan yang sifatnya menegaskan sikap organisasi RMI terhadap sesuatu sebagaimana point
sebelumnya.
Penjelasan yang sebaiknya diinformasikan melalui media massa dengan tembusan kepada
badan/lembaga/orang dari yang lebih tinggi jabatan atau kedudukannya kepada yang lebih rendah
jabatan atau kedudukannya sesuai dengan isi pokok surat.
Contoh:
Siaran tentang sikap PP RMI terhadap politik praktis dengan tembusan ke PBNU, PWNU, PW, PC serta
Menpora.
BAB III
JENIS-JENIS SURAT
Pasal 13
Surat Keputusan
Surat Keputusan mempunyai bentuk tertentu dengan pembukaan resmi tertulis: (Dianjurkan
menggunakan huruf Arab)
Alamat/tujuan surat
Penjelasan:
Konsideran terdiri:
Mengingat : yaitu peraturan-peraturan, ketentuan-ketentuan yang telah ada yang menguatkan dan
menjadi dasar dikeluarkannya keputusan.
Memperhatikan saran-saran dan atau Surat Permohonan dari PW, PC, dan pihak lain. Diktum memuat
rumusan keputusan pokok/isi yang merupakan bagian terpenting dari surat keputusan.
Alamat terdiri:
Domisili atau tempat orang/instansi/lembaga yang diletakkan di bagian bawah sebelah kiri surat.
Pasal 14
Surat Pengangkatan dibuat oleh Ketua dan Sekretaris untuk mengangkat fungsionaris dalam melengkapi
kepengurusan setelah melalui Rapat Harian.
Surat pemberhentian dibuat oleh ketua dan sekretaris setelah mengadakan musyawarah Badan Harian
untuk memberhentikan personalia pengurus, karena sebab-sebab tertentu.
Pasal 15
Surat Rekomendasi
Surat Rekomendasi adalah surat persetujuan secara formal yang dikeluarkan oleh organisasi yang
berwenang terhadap hasil keputusan secara musyawarah.
Surat Rekomendasi bisa berarti surat usulan yang diajukan oleh tingkatan kepengurusan yang lebih
rendah kepada kepngurusan setingkat di atasnya dan atau organisasi induk (Nahdlatul Ulama) dan atau
nevennya.
Rekomendasi PW dialamatkan kepada PP dan PC RMI yang bersangkutan, dengan tembusan PWNU dan
PCNU yang bersangkutan.
Surat rekomendasi ini merupakan pengesahan sementara kepada Pengurus cabang sarripai dengan
turunnya surat pengesahan dari PP
Pasal 16
Surat Kuasa
Surat kuasa adalah surat pemberian hak dari seseorang/ badan kepada orang/ lembaga lain.
Surat kuasa harus disebut dengan jelas nama, tanda tangan dan atau setempel orang/ tembaga yang
memberi kuasa.
Dalam surat kuasa harus disebut dengan jelas nama, jabatan dan atau alamat yang diberi kuasa.
Surat kuasa harus menyebut dengan jelas maksud pemberian kuasa tersebut.
Surat kuasa harus menyebut sejak kapan mulai dan berakhirnya masa berlakunya surat kuasa tersebut.
Pasal 17
Surat Mandat
Surat mandat adalah surat pemberian kuasa organisasi/ seseorang kepada orang lain.
Dalam Surat Mandat harus disebut dengan jelas nama dan tanda tangan yang memberi mandat.
Dalam surat mandat harus disebut dengan jelas nama, jabatan, pekerjaan dan tanda tangan yang diberi
mandat.
Setiap jenis kegiatan yang mempunyai bobot dan/atau tingkatan formal organisasi penyelenggara, harus
disertakan syarat membawa surat mandat ataupun tidak disebutkan secara formal.
Surat mandat diberikan kapada penyelenggara kegiatan, untuk membuktikan pelimpahan wewenang
pada ringkat kepengurusan tertentu.
Surat mandat harus menyebutkan sejak kapan mulai dan akhir mas berlakunya surat mandat.
Setelah mandat itu betul-betul dilaksanakan, yang diberi wewenang harus melaporkan secara tertulis.
Pasal 18
Laporan
Laporan adalah suatu pemberitahuan resmi yang berupa pertangungjawaban terhadap yang
berwenang atas pelaksanaan tugas-tugas yang diberikan kepada seseorang/lembaga.
PC berkewajiban memberi laporan kepada PW dan PCNU setem\pat setiap semester sekali.
Bagian I memuat:
Tanggal, bulan dan tahun pengesahannya oleh PP untuk PW, oleh PW untuk PC.
BAB IV
PERANGKAT ADMINISTRASI
Pasal 19
Notulasi
Notulasi adalah catatan singkat/rangkuman tentang pembicaraan, uraian, ceramah, rapat, perdebatan
dan Iain-lain yang dimaksudkan untuk menjadi peringatan-peringatan atau bahan bagi langkah-langkah
yang akan diambil selanjutnya.
Jumlah dan nama-nama serta tanda tangan (bagi yang hadir) peserta/ anggota rapat.
Pasal 20
Ekspedisi
Ekspedisi adalah keseluruhan pengiriman dalam hal surat-surat, alat-alat perlengkapan organisasi RMl
yang dikirim baik melalui pos atau kurir.
Buku ekspedisi sebagai tanda bukti bahwa kiriman-kiriman itu benar-benar telah diterima oleh yang
bersangkutan.
Buku ekspedisi/pengiriman untuk surat-surat yang melalui pos atau kurir berbentuk kolom sbb:
– Kolom 6: Lampiran
Pasal 21
Arsip/Penyimpanan
Arsip adalah kumpulan-kumpulan yang terjadi karena pekerjaan aksi, transaksi dan dokumentasi yang
disimpan sehingga pada tiap saat dibutuhkan dapat disiapkan untuk melaksanakan tindakan-tindakan
selanjutnya.
Kegunaan arsip:
Untuk pembuktian
Untuk korespondensi
Untuk statistik
Untuk publikasi
dan Iain-Iain
Untuk surat-surat keluar PP, PW dan PC, supaya menyediakan brief ordner/map, untuk menyimpan
seluruh surat-surat keluar.
Dalam mengarsipkan hendaknya dipisahkan antara tahun yang satu dengan tahun yang lain.
Untuk surat-surat kepada PBNU, lembaga dan lajnah serta badan otonom.
Pasal 22
Cap Agenda
Setiap penerima surat harus dicap dengan cap agenda, dan ruangan cap agenda diisi dengan:
Pasal 23
PP, PW dan PC harus mempunyai buku data/profile singkat anggota RMI (pesantren).
kolom H : keterangan (misalnya untuk keterangan, kapan menerima tanda anggota, kapan diperbaharui
dll).
Pasal 24
Daftar Inventaris
Setiap PP, PW, PC harus memiliki buku daftar inventaris untuk mencatat barang-barang milik organisasi
yang ada.
kolom H : keterangan (untuk mencatat, misalnya ada penambahan barang baru yang sejenis).
Pasal 25
Disposisi adalah petunjuk/catatan keterangan tentang penyelesaian suatu surat masuk yang diajukan
kepada Pengurus secara tertulis.
Disposisi ini ditulis di halaman surat bagian kiri yang telah dikosongkan 1/4 bagian.
Yang memberi disposisi hendaknya memberi paraf dan tanggal membuat disposisi.
Disposisi hendaknya dibuat secara singkat dan jelas bagi yang melaksanakannya.
Jika disposisi memerlukan kalimat agak panjang dapat dibuat di kertas lain kemudian ditempel pada
surat tadi.
Disposisi Rep. merupakan singkatan dari Reproductie atau DAL (Diajukan Lagi) adalah diajukan lagi suatu
tanda yang diberi oleh Pengurus yang m.aksudnya surat-surat tersebut perlu dijawab tetapi belum
dapat dikerjakan segera (ditangguhkan). Surat jenis ini hendaknya disimpan dalam satu map khusus
yang dikenal dengan istilah “kleper”.
Disposisi Dep. merupakan singkatan dari Godeponserd, adalah tanda sebagaimana ayat (f) yang
maksudnya surat-surat tersebut tak perlu dijawab atau diselesaikan, sehingga sudah dapat disimpan
dalam map dep.
BAB V
SURAT BERSAMA
Pasal 26
Umum
Yang dimaksud dengan surat bersama adalah surat yang dikeluarkan atas nama RMI dengan organisasi
lain.
Surat bersama dapat dibuat apabila isi surat tersebut menyangkut kepentingan bersama.
Surat bersama cukup ditandatangani oleh salah satu unsur Pengurus harian RMI yang ditunjuk dan salah
satu unsur Pengurus harian Badan Otonom NU atau Ormas yang ditunjuk berikut stempel yang
bersangkutan.
Pasal 27
Penjelasan:
Pasal 28
Kepala Surat Bersama
Bila tidak memiliki kop bersama, dapat menggunakan salah satu dari kop surat tercetak yang dimiliki
RMI/Banom NU/OKP.
Apabila kop surat bersama tidak tercetak, maka kop tulisan RMl-Banom NU/OKP tidak disingkat
sebagaimana pembuatan Kop surat tercetak.
BAB VI
STEMPEL ORGANISASI
Pasal 29
Stempel organisasi berbentuk bulat dengan tulisan Rabithah Ma’ahid Islamiyah. Di tengahnya terdapat
lambang RMl dan tingkatan organisasi melingkar di bawah lambang.
Pembuatan stempel dilakukan oleh Pengurus organisasi di semua tingkatan dengan ketentuan sesuai
dengan contoh yang ada dan diberi tanda daerahnya.
BAB VII
PAPAN NAMA
Pasal 30
Papan nama RMl adalah papan nama organisasi yang diperlihatkan secara umum di depan kantor
sekretariat.
Papan nama dimaksudkan untuk menunjukkan keberadaan organisasi RMl sesuai dengan kedudukan dan
tingkatan yang bersangkutan.
Bentuk papan nama (name board) untuk PP, PW, dan PC mempunyai bentuk yang sama, yaitu empat
persegi panjang.
Ukuran:
Warna:
Bentuk tulisan
Dalam papan nama RMl disebutkan tingkatan kepengu-rusan. Contoh: PENGURUS CABANG RABITHAH
MA’AHID ISLAMIYAH SITUBONDO Warna huruf, putih.
Pasal 31
Penulisan
Pasal 32
Setiap pesantren anggota RMI wajib memasang logo RMI di papan nama pesantren.
Logo RMI berada di sisi kiri atas sejajar dengan logo pondok pesantren disisi kanan.
LAMBANG ORGANISASI
Pasal 1
Lambang organisasi RMI berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran perbandingan 2 :3 panjang
kali lebar.
Warna dasar hijau, di dalamnya terdapat gambar bola dunia yang dilingkari tali tersimpul, dikelilingi oleh
9 (sembilan) bintang, 5 (lima) bintang terletak melingkari di atas garis khatulistiwa yang terbesar di
antaranya terletak di tengah atas, sedang 4 (empat) bintang lainnya terletak melingkar di bawah garis
khatulistiwa, dengan tulisan NAHDLATUL ULAMA dalam huruf arab yang melintang dari sebelah kanan
bola dunia ke sebelah kiri, semua terlukis dengan warna putih dan di bawahnya ada tulisan RMI NU.
Pasal 2
Sembilan bintang: keluarga Nahdlatul Ulama, yang diartikan Satu bintang besar paling atas: Nabi
Muhammad SAW.
Empat bintang di sebelah kanan: empat sahabat Nabi (Abu Bakar RA, Umar Ibn Khatab RA, Usman Ibn
Affan RA, dan Ali Ibn Abi Thalib RA).
Empat bintang disebelah kiri; empat madzhab yang diikuti (Maliki, Hanafi, Syafi’i dan Hambali).
Tulisan RMI NU; singkatan dari Rabithah Ma’ahid al-lslamiyah Nahdlatul Ulama.
Pasal 3
Vandel Organisasi
Berbentuk perisai. Warna dasar hijau muda dengan lambang organisasi di tengahnya, menurut warna
lambang, berukuran garis tengah 60 cm.
Pasal 4
Lencana
Berbentuk empat persegi panjang. Tinggi sama yakni 3 cm, terbuat dari logam.
Pasal 5
Bendera
Bendera berbentuk empat persegi panjang, ukuran 2 : 3, berlaku untuk semua tingkatan Pengurus
organisasi.
Terbuat dari kain warna hijau tua dan penulisan lambangnya bisa dibatik/cetak/sablon atau dibordir.
Ukuran lambang dengan alas dan tinggi 50 cm, dengan warna menurut warna lambang.
BAB II
PIAGAM ANGGOTA
Pasal 6
Model Piagam
Pasal 7
RIAU ………………………………………………………………………………………………………………………………………...
……………………………. L
BENGKULU ………………………………………………………………………………………………………………………………..….
……………….…….. LXX
JAMBI ………………………………………………………………………………………………………………………………….……….
………………………. LXXX
LAMPUNG
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………..………… XC
DI JOGJAKARTA ……………………………..………………………………………………………………………………………...…….….
………………. CXL
BALI ………………………………………………………………………………………………………………….………………….……………….
…………….. CC
GORONTALO ………………………..…………………………………………………………………………………………………….…..
…………………… CCXL
PAPUA……………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………… CCC
Contoh: PW. RMI DKI JAKARTA (No.PW DKI + No. PC + No. Anggota)
BAB III
PAKAIAN RESMI
Pakaian resmi adalah pakaian almamater RMI yang digunakan dalam acara-acara tertentu
Pasal 8
Seragam Resmi
Di dada kiri terdapat tulisan tingkatan organisasi (contoh: Pengurus Pusat), sedangkan di dada sebelah
kanan mengenakan papan nama. Lengan sebelah kiri atas diberi lambang RMI.
Kopyah/peci Hitam.
Pasal 9
Forum-forum pelantikan.
Menghadiri undangan yang mengatasnamakan organisasi RMI baik di dalam maupun di luar RMI.
BAB IV
LAIN-LAIN
Pasal 10
Penutup
Demikian Juknis Administrasi yang telah dibuat dan untuk hal-hal yang belum termuat dalam keputus ini
akan ditentukan dalam peraturan/keputusun Pengurus.
Rounded Rectangle: ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
PENGURUS CABANG
KABUPATEN GARUT
Tlpn. 085352627100
Email: rmi.pcnu.garut@gmail.com FB: Rmi Pcnu Garut Blog: rmipcnugarut.blogspot.com
0 Tambahkan komentar
Memuat