BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Udara merupakan campuran berbagai macam gas yang terdapat pada lapisan
yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan,
karena masih ada zat-zat atau bahan-bahan atau komponen lain yang masuk sehingga
komposisi udara tersebut berubah. Penambahan benda–benda (partikel) atau gas – gas
jumlah yang berlebihan, sekalipun sama dengan komponen udara atmosfer dapat
mengakibatkan suatu proses yang disebut polusi atau pencemaran udara (Ryadi,
1988).
Pencemaran udara dapat bersumber dari beberapa gas seperti sulfur dioksida,
hydrogen sulfida dan karbon monoksida yang selalu bebas di udara sebagai produk
sampingan dari proses – proses alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan sampah
tanaman, kebakaran hutan dan sebagainya. Selain itu, partikel – partikel padatan atau
cairan berukuran kecil dapat tersebar di udara oleh angina, letusan vulkanik atau
gangguan alam lainnya. Pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh aktivitas
Polusi udara merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting. Dampak
buruk polusi udara pada kesehatan mulai banyak dibicarakan setelah timbulnya
beberapa kejadian di Belgia tahun 1930, di Pennsylvania tahun 1948 dan di London
pada tahun 1952. Pada kejadian–kejadian tersebut, timbul stagnansi udara yang
dioksida dan partikel lainnya dengan peningkatan angka kematian secara tajam
(Aditama, 1992).
Fardiaz, (1992) membedakan jenis polutan udara primer atau polutan yang
mencakup 90% dari jumlah polutan udara seluruhnya menjadi lima kelompok, yaitu
Pencemaran udara pada prinsipnya dapat terjadi dimana saja termasuk areal
udara yang menyebabkan perubahan susunan udara dari keadaan normal. Penyebab
pencemaran udara beragam baik secara alamiah maupun pencemaran karena ulah
manusia. Pencemaran udara pada areal pertukangan kayu dapat bersumber secara
alamiah, seperti debu yang berterbangan akibat tiupan angin, dan dari aktivitas mesin-
mesin yang mengeluarkan angin dan menyebabkan debu berterbangan, baik dalam
maupun anorganik, misalnya batu, kayu, bijih logam,arang batu, butir-butir zat padat
mekanik dan meterial yang berukuran kasar yang melayang-layang di udara yang
1. Sifat Pengendapan
Adalah sifat debu yang cendrung selalu mengendap proporsi partikel yang lebih
Permukaan debu akan cendrung selalu basah, dilapisi oleh lapisan air yang sangat
tipis. Sifat ini penting dalam pengendalian debu di dalam tempat kerja.
3. Sifat Penggumpalan
Oleh karena permukaan debu yang selalu basah maka dapat menempel antara debu
Sifat listrik statis yang dimiliki partikel debu dapat menarik partikel lain yang
5. Sifat Optis
Partikel debu yang basah/lembab dapat memancarkan sinar sehingga dapat terlihat
Partikel debu yang berdiameter lebih besar dari 10 mikron dihasilkan dari
pelindasan benda-benda oleh kendaraan atau pejalan kaki. Partikel yang berdiameter
antara 1-10 mikron biasanya termasuk tanah dan produk-produk pembakaran dari
industri lokal. Partikel yang mempunyai diameter 0,1-1 mikron terutama merupakan
pernafasan, oleh karena itu pengaruh yang merugikan terutama terjadi pada sistem
pernafasan. Faktor lain yang paling berpengaruh terhadap sistem pernafasan terutama
adalah ukuran partikel, karena ukuran partikel yang menentukan seberapa jauh
penetrasi partikel ke dalam pernafasan. Debu-debu yang berukuran 5-10 mikron akan
ditahan oleh jalan pernafasan bagian atas, sedangkan yang berukuran 3-5 mikron
Penyakit paru kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh partikel, uap, gas
atau kabut yang berbahaya yang menyebabkan kerusakan paru bila terinhalasi selama
bekerja. Saluran nafas dari lubang hidung sampai alveoli menampung 14.000 liter
udara di tempat kerja selama 40 jam keja satu minggu (Aditama, 2006).
American Lung Association membagi penyakit paru akibat kerja mejadi dua
paru serta penyakit hipersensitivitas seperti asma yang disebabkan karena reaksi yang
Jenis debu terkait dengan daya larut dan sifat kimianya. Adanya perbedaan
daya larut dan sifat kimiawi ini, maka kemampuan mengendapnya di paru juga akan
berbeda pula. Demikian juga tingkat kerusakan yang ditimbulkannya juga akan
berbeda pula. Faridawati (1995) mengelompokkan partikel debu menjadi dua yaitu
debu organik dan anorganik, seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1. Jenis Debu Yang Dapat Menimbulkan Gangguan Kesehatan Pada
Manusia
No. Jenis Debu Contoh (Jenis Debu)
I Organik
a. Alamiah
1. Fosil Batu bara, karbon hitam, arang, granit
2. Bakteri TBC, antraks, enzim, bacillus
3. Jamur Histoplasmosis, kriptokokus, thermophilic
4. Virus Cacar air, Q fever, psikatosis
5. Sayuran Padi, gabus, serat nanas, alang-alang
6. Binatang Kotoran burung, ayam
b. Sintesis
1. Plastik Politetrafluoretilen, toluene diisosianat
2. Reagen Minyak isopropyl, pelarut organic
II Anorganik
a. Silika bebas
1. Crystaline Quarz, trymite cristobalite
2. Amorphous Diatomaceous earth, silica gel
b. Silika
1. Fibosis Asbestosis, sillinamite, talk
2. Lain-lain Mika, kaolin, debu semen
c. Metal
1. Inert Besi, barium, titanium, alumunium, seng
2. Bersifat keganasan Arsen, kobal, nikle, uranium, khrom
Debu yang terdapat di dalam udara terbagi dua, yaitu deposite particulate
matter adalah partikel debu yang hanya berada sementara di udara, partikel ini segera
mengendap karena ada daya tarik bumi. Suspended particulate matter adalah debu
yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap (Yunus, 1997). Sumber-
sumber debu dapat berasal dari udara, tanah, aktivitas mesin maupun akibat aktivitas
debu pada suatu lingkungan kerja berada konsentrasinya sesuai dengan kondisi
lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi pekerja. Dengan kata lain, apakah kadar
debu tersebut berada di bawah atau di atas nilai ambang batas (NAB) debu udara. Hal
ini penting dilaksanakan mengingat bahwa hasil pengukuran ini dapat dijadikan
pedoman pihak pengusaha maupun instansi terkait lainnya dalam membuat kebijakan
yang tepat untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat bagi pekerja, sekaligus
metode gravimetric, yaitu dengan cara menghisap dan melewatkan udara dalam
volume tertentu melalui saringan serat gelas/kertas saring. Alat-alat yang biasa
Alat ini menghisap udara ambien dengan pompa berkecepatan 1,1 - 1,7
m³/menit, partikel debu berdiameter 0,1-10 mikron akan masuk bersama aliran udara
melewati saringan dan terkumpul pada permukaan serat gelas. Alat ini dapat
digunakan untuk pengambilan contoh udara selama 24 jam, dan bila kandungan
partikel debu sangat tinggi maka waktu pengukuran dapat dikurangi menjadi 6 - 8
jam.
Alat ini dapat menangkap debu dengan ukuran sesuai yang kita inginkan
dengan cara mengatur flow rate 20 liter/menit dapat menangkap partikel berukuran 10
mikron. Dengan mengetahui berat kertas saring sebelum dan sesudah pengukuran
Alat ini mempunyai prinsip kerja dan metode yang sama dengan alat low
Alat ini biasa digunakan untuk menentukan Respiral Dust (RD) di udara atau
debu yang dapat lolos melalui filter bulu hidung manusia selama bernafas. Untuk
flow rate 2 liter/menit dapat menangkap debu yang berukuran < 10 mikron. Alat ini
biasanya dugunakan pada lingkungan kerja dan dipasang pada pinggang pekerja
Nilai ambang batas (NAB) adalah standar faktor-faktor lingkungan kerja yang
dianjurkan di tempat kerja agar tenaga kerja masih dapat menerimanya tanpa
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Kegunaan NAB ini sebagai
Nilai ambang batas kadar debu yang ruangan didasarkan pada Peraturan
kerja perkantoran. Adapun kandungan debu maksimal di dalam udara ruangan dalam
Partikel debu akan berada di udara dalam kurun waktu yang relatif lama
mengganggu daya tembus pandang mata dan dapat mengadakan berbagai reaksi
kimia sehingga komposisi debu di udara menjadi pertikel yang sangat rumit karena
merupakan campuran dari berbagai bahan dengan ukuran dan bentuk yang relatif
Ada tiga cara masuknya bahan polutan seperti debu dari udara ke tubuh
manusia, yaitu melalui inhalasi, ingesti, dan penetrasi kulit. Inhalasi bahan polutan
dari udara dapat menyebabkan gangguan di paru dan saluran nafas. Bahan polutan
yang cukup besar tidak jarang masuk ke saluran cerna. Selain itu juga batuk
dari udara juga dapat masuk ketika makan atau masuk ke saluran cerna. Bahan
polutan dari udara juga dapat menjadi pintu masuk bahan polutan di udara, khusunya
bahan organik dapat melakukan dan dapat menimbulkan efek sistemik (Aditama,
1992).
memberikan dampak negatif lain apabila ditinjau dari aspek biologisnya. Menurut
Riyadina (1996), efek biologis paparan debu di udara terhadap kesehatan manusia
1. Efek Fibrogenik
Debu fibrogenik sebagai debu respirabel dari kristal silika (asbestos), debu
batubara, debu berrylium, debu talk, dan debu dari tumbuhan. Konsentrasi massa
dari sisa debu yang respirabel sebagai faktor tunggal yang paling penting pada
2. Efek Iritan
Pengaruh iritan dari debu yang berbeda tidak spesifik, sehingga keadaan ini tidak
dapat secara langsung dihubungkan dengan pengaruh dari debu. Tetapi secara
klinis atau dengan tes fungsional ataupun pemeriksaan secara morfologi dapat
3. Efek Alergi
Debu dari tumbuhan hewan mempunyai sifat dapat meningkatkan reaksi alergi.
iritasi. Secara patologi dapat ditentukan melalui tes alergi sebagai penyakit akibat
kerja pada saluran pernafasan yang umumnya berupa asma bronchial. Debu
organik yang menyebabkan alergi meliputi tepung, pollen (serbuk sari), rambut
4. Efek Karsinogenik
Penyebab yang berperan penting dalam pertumbuhan kanker pada manusia adalah
debu asbestos, arsenik, chromium dan nikel. Akan tetapi, penyebab tersebut
kurang lebih 2000 substansi kimia diketahui sebagai penyebab timbulnya kanker.
hasil dari debu yang masuk melalui sistem saluran pernafasan. Paparan debu
untuk beberapa tahun pada kadar yang rendah tetapi di atas batas limit paparan,
Partikel-partikel debu yang berasal dari material yang berbentuk pita dan tebal
seperti fiberglass, dan material tahan api sering sebagai penyebab dermatitis.
paparan debu bagi pekerja di ruang kerja. Menurut Yunus (1997) dan Suma’mur
atau penyakit akibat pekerja yang bekerja di ruangan akibat paparan debu adalah :
1. Faktor Fisik, meliputi : Jenis bahan, Ukuran Partikel, Bentuk Partikel, Daya
persenyawaan.
3. Faktor Individual Pekerja, meliputi : Umur, Jenis Kelamin, Anatomi dan fisiologi,
Daya tahan tubuh (Immunologis), Genetik, dan Emosi (Psikologis), Keadaan gizi,
berbagai gangguan atau penyakit dapat timbul pada pekerja. Debu yang masuk ke
spesifik berupa bersin dan batuk. Pneumokoniosis biasanya timbul setelah pekerja
terpapar selama bertahun-tahun. Penyakit akibat paparan debu yang lain seperti asma
kerja, bronchitis industri. Umumnya penyakit paru akibat debu mempunyai gejala dan
tanda yang mirip dengan penyakit paru lainnya yang tidak disebabkan oleh debu di
tempat kerja. Untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan anamnesis yang teliti
meliputi riwayat pekerjaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pekerjaan,
karena penyakit biasanya baru timbul setelah paparan yang cukup lama. Pengetahuan
yang cukup tentang dampak debu terhadap paru diperlukan untuk dapat mengenali
pengendalian yang paling efektif adalah pengendalian secara tehnik dan merupakan
alternatif pertama yang dianjurkan. Pengendalian secara tehnik ini dapat dilakukan
Kemudian alat penghisap debu tersebut dihubungkan pipa dan keseluruhan alat ini
lingkungan kerja menjadi 2 macam yaitu melalui pengukuran secara tehnis dan
debu udara untuk jangka waktu tertentu dan dilakukan secara kontinu, khususnya
udara sangat penting untuk mengetahui kadarnya apakah berada di bawah atau di
atas nilai ambang batas debu udara. Selanjutnya usaha agar konsentrasi/kadar
debu tidak melampaui batas, maka dengan pemasangan alat penyedot dan
pengatur udara akan sangat membantu untuk kontrol debu udara pada suatu
ruangan. Untuk proteksi bagi pekerja dengan kondisi lingkungan yang potensial
pekerja yang terpapar secara teratur dan biasanya dilakukan oleh dokter
memonitor kondisi kesehatan pekerja serta sebagai suatu deteksi awal terhadap
akan memberikan bukti yang akurat dari pekerja yang terpapar sehingga dapat
membantu dokter dalam menentukan diagnosa penyakit yang timbul akibat kerja.
dapat dilakukan dengan cara ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara ke ruangan
kerja melalui jendela dan pintu, ventilasi lokal dengan cara menghisap debu dari
tempat sumber debu yang dihasilkan dengan menggunakan pompa hisap. Selain itu,
Pencegahan juga dapat dilakukan dengan menghindari masuknya debu organik yang
ada di udara ke dalam paru pekerja dengan jalan penggunaan alat pelindung diri
(masker) pada pekerja yang bekerja di tempat tersebut. Berdasarkan penelitian yang
dengan ukuran 3-5 µ dapat menurunkan kadar debu yang masuk ke paru-paru pekerja
hingga 87,6%. Alat pelindung pernafasan yang digunakan dapat dilihat pada gambar
berikut.
Secara sederhana yang dimaksud dengan alat pelindung diri adalah adalah
suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri dari tubuh terhadap bahaya-bahaya
kecelakaan kerja. Jadi alat pelindung diri adalah merupakan salah satu cara untuk
mencegah kecelakaan, dan secara teknis APD tidaklah sempurna dapat melindungi
tubuh akan tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan yang terjadi.
Peralatan ini hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya dengan cara
mutlak yang sangat mendasar. Pemakaian APD yang tidak tepat dapat mencelakakan
tenaga kerja yang memakainya karena mereka tidak terlindung dari bahaya potensial
yang ada di tempat mereka terpapar. Oleh karena itu agar dapat memilih yang tepat,
maka perusahaan harus mampu mengidentifikasi bahaya potensi yang ada, khususnya
yang tidak dapat dihilangkan ataupun dikendalikan, serta memahami dasar kerja
setiap jenis APD yang akan digunakan di tempat kerja dimana bahaya potensial
2) Berat alat hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa
3) Harus dapat dipakai secara fleksibel, dan bentuknya harus cukup menarik.
dikarenakan bentuk dan bahayanya tidak tepat atau karena salah dalam
penggunaannya.
Tujuan dari alat pelindung kepala adalah untuk menghindari pekerja dari berbagai
a. Bahaya terbentur oleh benda tajam atau keras yang dapat menyebabkan luka
Alat pelindung mata berfungsi untuk melindungi mata dari percikan bahan
korosif, kemasukan debu atau partikel kecil yang melayang di udara, pemaparan
gas atau uap yang dapat menyebabkan iritasi, radiasi gelombang elektromagnetik
Alat pelindung ini bekerja sebagai penghalang antara sumber bising dengan
telingan dalam. Selain itu alat ini dapat juga berfungsi untuk melindungi telinga
Alat pelindung pernafasan menurut fungsinya dibedakan menjadi dua yaitu, Air
pernafasan, dipakai terutama bila paparan kadar bahan di alam ruang kerja
pemaparan bahan-bahan yang sangat toksik atau dari bahaya kekurangan oksigen.
Sarung tangan merupakan alat pelindung diri yang paling banyak digunakan
Sepatu keselamatan kerja digunakan untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda
berat, percikan cairan atau larutan asam alkali yang korosif, tumpahan cairan
7. Pakaian Pelindung
bahan kimia dan pengaruh cuaca yang ekstrim. Pakaian pelindung ini juga dapat
menutupi sebagian tubuh pemakainya mulai dari dada sampai ke lutut ataupun
Pemakaian APD bertujuan melindungi tenaga kerja dan juga merupakan salah
satu upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja oleh
bahaya potensial pada suatu perusahaan yang tidak dapat dihilangkan atau
dikendalikan. Keuntungan pengguna APD dapat dirasakan oleh tiga pihak yaitu
1. Perusahaan
maupun mutunya.
2. Tenaga kerja
a. Menghindari diri dari resiko pekerjaan seperti kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja.
keuntungan perusahaan.
secara langsung.
Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas. Bloom dalam Notoatmodjo (2007) seorang ahli psikologi pendidikan
membagi perilaku itu ke dalam tiga domain (kawasan). Pembagian kawasan ini
oleh para ahli pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, dan
untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari
tidak lain dari hasil tahu. Kalau orang misalnya tahu, bahwa pohon itu rendah, maka
ia mengakui hal rendah itu terhadap pohon itu. Ia mengakui sesuatu terhadap sesuatu.
Pengakuan sesuatu terhadap sesuatu itu disebut putusan, sehingga dalam dasarnya
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
1. Tahu (Know)
(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
2. Memahami (Comprenhansion)
benar objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara
3. Aplikasi (Aplication)
4. Analisis (Analysis)
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
5. Sintesis (Synthesis)
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu materi atau
6. Evaluasi (Evaluation)
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu
cerita yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
(Notoadmdjo. 2003).
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap ini tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata
stimulus sosial.
yaitu:
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk, sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan
dalam suatu tindakan (over behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu
1. Pesepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
Dapat dilakukan sesuatu sesuai urutan yang benar sesuai pula dengan contoh
3. Mekanisme (Mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar sesuai dengan
contoh secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah
4. Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan uang sudah berkembang dengan baik,
tersebut.
Keluhan Kesehatan
Perilaku
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Tindakan
Karakteristik Responden:
1. Umur
2. Pendidikan
2. Lama kerja