Anda di halaman 1dari 65

TUGAS

PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

DOSEN PEMBIMBING : CANDRA ADITYA, ST., MT.

NAMA : AMBROSIO MARTINS NUNO

NIM : 12 28 42 82 0972

JURUSAN SIPIL-FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS WIDYAGAMA
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perkembangan transportasi di Indonesiasaat ini semakin pesat,
sejalan dengan laju perkembangan teknologi dan industri. Oleh karena itu perlu
adanya sarana dan prasarana perhubungan darat, laut dan udara. Prasarana
perhubungan darat adalah masalah paling penting untuk diprioritaskan, karena tanpa
adanya sarana perhubungan darat kegiatan ekonomi, sosial dan budaya maupun
informasi dari suatu daerah akan terhambat.
Pembangunan sarana darat sangat dipengaruhi oleh keadaan topografi daerah
yang dibangun. Masalah yang sering timbul dalam pembangunan jalan raya adalah
trase jalan yang direncanakan terhalang oleh jurang, sungai atau keadaan lain yang
menuntut dibangunnya bangunan penghubung seperti jembatan. Perencaanaan
jembatan ini hendaknya memenuhi persyaratan perencanaan yang harus dapat
menerima beban – beban yang berada diatasnya dengan konstruksi permanen dan
dapat berumur panjang.
Oleh karena itu, dalam penyusunan laporan akhir ini penyusun
membahas mengenai Perencanaan Bangunan Atas Jembatan Komposit Sungai
Sawo. Jembatan ini merupakan elemen yang sangat penting dalam transportasi
untuk mengangkut kayu jati yang berkualitas tinggi di daerah tersebut. Jembatan
Komposit Sungai Sawo terletak Jalan Pembangunan dan Jalan DR. Sitomo
Balikpapan.

1.2 PERMASALAHAN
Dengan desain konvensional yang telah ada, keakuratan hasil perencanaan
kurang memadai, maka penyusun menganggap perlu untuk merencanakan
jembatan komposit ini dengan perencanaan 3 D yang terintegrasi. Permasalahan
yang timbul adalah :
Bagaimana merencanakan struktur bangunan atas jembatan sesuai syarat aman dan
ekonomis ?

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
1.3 TUJUAN
Dalam merencanakan ulang (redesain) jembatan komposit ini
penyusun dapat :
1. Menentukan desain awal dan data jembatan.
2. Memperoleh hasil yang meliputi gelagar utama, gelagar tepi, diafragma, tebal pelat
lantai kendaraan, tebal lantai trotoir, dimensi kerb, tiang sandaran, sambungan
dan shear connector.
3. Mengetahui gambaran metode pelaksanaan jembatan komposit di lapangan.

1.4 BATASAN MASALAH


Dalam penyusunan laporan akhir ini, penyusun memberikan batasan permasalahan
yang akan dibahas. Adapun materi yang akan penyusun bahas antara lain :
1. Perencanaan bangunan atas jembatan komposit.
a. Perencanaan pelat lantai kendaraan.
b. Perencanaan tiang sandaran
c. Perencanaan kerb
d. Perencanaan pelat trotoar
e. Perencanaan gelagar utama
f. Perencanaan penyambung geser ( shear connector )
g. Perencanaan sambungan profil.
h. Perencanaan diafragma
i. Metode pelaksanaan pembangunan bangunan atas jembatan komposit.

1.5 SISTIMATIKA PEMBAHASAN


1.5.1 Prosedur Pembahasan
1. Perencanaan bangunan atas jembatan tipe komposit dimulai dari penyusunan
Bab I yang isinya antara lain : latar belakang ; permasalahan ; tujuan ;
batasan masalah dan sitematika masalah. Bisa juga dimulai dari bab II,
karena tidak ada keterkaitan yang berarti. Dalam bab II berisi dasar/pedoman
dalam merencanakan jembatan komposit ini. (catatan : tanda panah putus-putus

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
merupakan urut-urutan jika bab I harus diselesaikan terlebih dahulu karena ada
keterkaitan yang berarti).
2. Setelah selesai penyusunan bab I & bab II dilanjutkan penyusunan bab III yang
didalamnya terdapat item perhitungan dan perencanaan.
3. Pada bab III berisi perencanaan jembatan jembatan komposit yang dimulai dengan
mengansumsikan atau memperkirakan sementara data yang akan dipakai untuk
perhitungan nantinya, misalnya : dimensi pelat, tiang sandaran, dll.
4. Perhitungan pada bab III dapat dimulai dari ke empat item hitungan,
yaitu : Pelat lantai kendaraan ; tiang sandaran ; kerb dan atau lantai trotoir.
Kemudian hasil dari perhitungan didapatkan momen untuk mencari tulangan
yang dipakai. Khusus untuk pelat lantai kendaraan penyusun membandingkan
dengan perhitungan memakai Staad Pro untuk perhitungan
momennya dan menggunakan momen tersebut dalam perencanaan penulangan.
5. Perhitungan gelagar tidak mempunyai keterkaitan yang berarti jadi dapat pula
dikerjakan sebelum atau bersamaan dengan dimulai dengan mengansumsikan
dimensi profil yang akan digunakan.
6. Data tersebut kemudian dipakai untuk perhitungan gelagar tengah dan gelagar tepi
(biasanya dimensi untuk gelagar tengah dan tepi dipakai dimensi yang sama).
Dari perhitungan didapat momen yang kemudian dikontrol terhadap lendutan,
perubahan bentuk dan faktor keamanan (SF).
7. Jika hasil yang didapatkan tidak memenuhi syarat, maka perhitungan diulang dari
point ke – 5. tetapi jika data yang dihasilkan telah memenuhi syarat maka
dilanjutkan dengan perhitungan tegangan sebelum dan sesudah komposit.
Perhitungan untuk tegangan juga dikontrol oleh tegangan ijin dasar baja.
8. Jika hasil perhitungan tersebut tidak memenuhi syarat maka dilakukan
perhitungan ulang pada point ke – 5, tetapi jika telah sesuai dengan yang
disyaratkan maka perhitungan dapat
dilanjutkan dengan perhitungan pada shear connector, sambungan, atau diafragma.
Hasil perhitungan tersebut kemudian dikontrol .
9. Jika hasil perhitungan tersebut tidak memenuhi syarat maka dilakukan
perhitungan
ulang pada masing-masing

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
10. Pada metode pelaksanaan terdapat urut-urutan pengerjaan jembatan sesuai instruksi
dari pembimbing.
11. Setelah selesai maka yang terakhir menyusun bab V yaitu penutup yang berisi
kesimpulan dan saran.

1.6. NOTASI
WuDL = beban mati berfaktor
WuLL = beban hidup berfaktor
fc’ = mutu beton
fy = mutu baja
Ast = luas tulangan utama
Vu = gaya lintang berfaktor
Vn = gaya geser nominal
Vc = kekuatan geser tulangan
Av = luas tulangan sengkang
S = spasi/jarak sengkang
∅ = diameter tulangan polos
D = diameter tulangan ulir
bf = lebar sayap profil baja
tf = tebal sayap profil baja
bw = tebal badan profil baja
tw = tebal badan profil baja
Ix = momen imersia
bE = lebar efektif pelat
C = gaya tekan
T = gaya tarik
ts = tebal pelat beton
Cc = gaya tekan pada beton
Cs = gaya tekan pada baja
Ts = gaya tarik pada baja
Mn = momen kapasitas penampang
Ec = Elastisitas beton

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
Es = Elastisitas baja
n = modulus rasio
Ikomp = inersia komposit
Wmp = beban mati primer
Wms = beban mati sekunder
K = koefisien kejut
Mta = momen angin total
MR = momen akibat rem
α = koefisien thermal
Is = inersia pada baja
Ic = inersia pada beton
Nc,Ns = gaya normal
Mtsuhu = momen akibat suhu
Mtsusut = momen akibat susut SF
Cg = titik keseimbangan
σ = tegangan
σ = tegangan ijin
y’ = jarak terhadap Cg
ya = jarak dari serat atas ke g.n. komposit
yb = jarak dari serat bawah ke g.n. komposit
Mts = momen baja total
Mtc = momen beton total
H = tinggi stud SC
ds = diameter stud SC
Wx = momen tahanan
Ap = luas plat penyambung
tp = tebal plat penyambung
Kgs = kekuatan baut akibat geser
Ktp = kekuatan baut akibat tumpu
Tm = gaya horisontal pada sambungan
Td = gaya akibat gaya lintang
τ = tegangan geser

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. DASAR PERENCANAAN

Konstruksi jembatan direncanakan sesuai dengan peraturan sbb :


1. Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan, 1992 (PPTJ-1992), Departemen Pekerja-
an Umum, Direktorat Jendral Bina Marga, Direktorat Bina Program Jalan.
2. Bridge Design Manual, 1992 (BDM-1992), Directorate General of Highways, Ministry
of Public Works, Republic of Indonesia.

2.2. BEBAN JEMBATAN

A. AKSI TETAP (PERMANENT ACTIONS)

1. BERAT SENDIRI ( MS )

Berat sendiri ( self weight ) adalah berat bahan dan bagian jembatan yang merupakan
elemen struktural, ditambah dengan elemen non-struktural yang dipikulnya dan bersifat
tetap. Berat sendiri dihitung berdasarkan berat satuan ( unit weight ) seperti Tabel 1.
Tabel 1. Berat satuan untuk menghitung berat sendiri
Bahan / material Berat sat Bahan / material Berat sat
3 3
( kN/m ) ( kN/m )
Beton bertulang 25.0 Timb. tanah padat 17.2
Beton prategang 25.5 Kerikil dipadatkan 20.0
Beton 24.0 Aspal beton 22.0
Batu pasangan 23.5 Lapisan beraspal 22.0
Baja 77.0 Air murni 9.8
Besi tuang 71.0 Pasir basah 18.4
Besi tempa 75.5 Pasir kering 17.2
Timbal 111.0 Lempung lepas 12.5
Beton ringan 19.6 Kayu ringan 7.8
Neoprin 11.3 Kayu keras 11.0
2. BEBAN MATI TAMBAHAN ( MA )

Beban mati tambahan ( superimposed dead load ), adalah berat seluruh bahan yang
menimbulkan suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen non-struktural, dan
mungkin besarnya berubah selama umur jembatan. Jembatan direncanakan mampu
memikul beban tambahan yang berupa :
a. Aspal beton setebal 50 mm untuk pelapisan kembali di kemudian hari (overlay ).
b. Tambahan genangan air hujan setinggi 50 mm apabila saluran drainase tidak beker-
ja dengan baik.

3. TEKANAN TANAH ( TA )

Tekanan tanah lateral dihitung dihitung berdasarkan harga nominal dari berat tanah ws,
sudut gesek dalam φ, dan kohesi c dengan :
ws' = ws
φ' = tan-1 (KφR * tan φ ) dengan faktor reduksi untuk φ', KφR = 0.7
c' = KcR * c dengan faktor reduksi untuk c', K cR = 1.0
Koefisien tekanan tanah aktif, Ka = tan2 ( 45° - φ' / 2 )
Koefisien tekanan tanah pasif, Kp = tan 2( 45°+ φ' / 2 )
Pada bagian tanah di belakang dinding penahan yang dibebani lalu-lintas, harus diper-
hitungkan adanya beban tambahan yang setara dengan tanah setebal 0.60 m yang
berupa beban merata pada bagian tersebut.
Beban merata : q = 0.60 * Ws

B. AKSI SEMENTARA (TRANSIENT ACTIONS)

1. BEBAN LALU-LINTAS

Beban lalu-lintas untuk perencanaan jembatan terdiri dari beban lajur "D" dan beban
truk "T". Beban lajur "D" digunakan untuk perhitungan yang mempunyai bentang se-
dang sampai panjang, sedang beban truk "T" digunakan untuk bentang pendek dan
lantai kendaraan. Lalu-lintas rencana mempunyai lebar 2.75 m.
1.1. BEBAN LAJUR "D" ( TD )

Beban lajur "D" terdiri dari beban terbagi merata (Uniformly Distributed Load), UDL dan
beban garis (Knife Edge Load), KEL seperti terlihat pada Gambar 1.
UDL mempunyai intensitas q (kPa) yang besarnya tergantung pada panjang total L
yang dibebani seperti Gambar 2 atau dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
q = 8.0 kPa untuk L ≤ 30 m
q = 8.0 *( 0.5 + 15 / L ) kPa untuk L > 30 m

5.5 m
p kN/m
KEL
b
90° 5.5 m q kPa 5.5 m
direction of traffic

UDL
100%
50%

Gambar 1. Beban lajur "D"

10

6
q(kPa)

0
0 20 40 60 80 100
L (m)

Gambar 2. Intensitas Uniformly Distributed Load (UDL)

KEL mempunyai intensitas, p = 44.0 kN/m


Faktor beban dinamis (Dinamic Load Allowance) untuk KEL diambil sebagai berikut :
DLA = 0.4 untuk L ≤ 50 m
DLA = 0.4 - 0.0025*(L - 50) untuk 50 < L < 90 m
DLA = 0.3 untuk L ≥ 90 m
50

40

30

DLA(%)
20

10

0
0 50 100 150 200
Bentang, L (m)

Gambar 2. Faktor beban dinamis (DLA)

Untuk bentang menerus, digunakan panjang bentang ekivalen yang dinyatakan dengan
rumus : LE = √ ( Lav * Lmax )
Lav = panjang bentang rata-rata
Lmax = panjang bentang maksimum

1.2. BEBAN TRUK "T" ( TT )

Pembebanan truk "T" terdiri dari kendaraan truk semi-trailer yang mempunyai susunan
dan beban as seperti pada Gambar 2. Faktor beban dinamis untuk pembebana truk di-
ambil, DLA = 0.3

Gambar 3. Beban truk "T"


2. GAYA REM ( TB )

Pengaruh pengereman dari lalu-lintas diperhitungkan sebagai gaya dalam arah me-
manjang, dan dianggap bekerja pada permukaan lantai jembatan. Besarnya gaya
rem arah memanjang jembatan tergantung panjang total jembatan (Lt) sebagai berikut :
Gaya rem, TTB = 250 kN untuk Lt ≤ 80 m
Gaya rem, TTB = 250 + 2.5*(Lt - 80) kN untuk 80 < Lt < 180 m
Gaya rem, TTB = 500 kN untuk Lt ≥ 180 m

600

500

400
Gayarem(kN)

300

200

100

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Lt (m)

Gambar 4. Gaya rem

3. PEMBEBANAN UNTUK PEJALAN KAKI ( TP )

Trotoar pada jembatan jalan raya direncanakan mampu memikul beban hidup merata
seperti yang dilukiskan pada Gambar 5.

3
q(kPa)

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
A (m2)

Gambar 4. Pembebanan untuk pejalan kaki


A = luas bidang trotoar yang dibebani pejalan kaki (m2)
Beban hidup merata q :
Untuk A ≤ 10 m2 : q= 5 kPa
2 2
Untuk 10 m < A ≤ 100 m : q = 5 - 0.033 * ( A - 10 ) kPa
2
Untuk A > 100 m : q= 2 kPa

C. AKSI LINGKUNGAN (ENVIRONMENTAL ACTIONS)

1. PENGARUH TEMPERATUR ( ET )

Variasi temperatur rata-rata pada konstruksi jembatan yang digunakan untuk meng-
hitung pemuaian dan gaya yang terjadi akibat perbedaan temperatur diberikan pada
Tabel 2. Besarnya harga koefisien perpanjangan akibat suhu disajikan pada Tabel 3.

Tabel 2. Temperatur Jembatan Rata-rata


Tipe Bangunan Atas Temperatur min. Temperatur maks.
Jembatan rata-rata rata-rata
Lantai beton di atas
gelagar beton 15 °C 40 °C

Tabel 3. Sifat Bahan Rata-rata Akibat Pengaruh Temperatur


Bahan Koefisien muai Modulus Elastis
Jembatan akibat suhu beton
Beton dengan kuat
-6
tekan, fc' < 30 MPa 10 x 10 per °C 25000 MPa

2. BEBAN ANGIN ( EW )

Gaya akibat angin dihitung dengan rumus sebagai berikut :

TEW = 0.0006*Cw*(Vw)2*Ab kN

Cw = koefisien seret, lihat Tabel 4.


Vw = Kecepatan angin rencana ( m/det ), lihat Tabel 5.
2
Ab = luas bidang samping jembatan (m )
Beban garis merata tambahan arah horisontal pada permukaan lantai jembatan akibat
angin yang meniup kendaraan di atas jembatan dihitung dengan rumus :

TEW = 0.0012*Cw*(Vw)2 kN/m dengan, Cw = 1.2

Tabel 4. Koefisien seret, Cw


Struktur Atas Masif Cw Keterangan
b/d = 1.0 2.10 b = lebar total jembatan dihitung dari
b/d = 2.0 1.50 sisi luar sandaran
b/d ≥ 6.0 1.25 d = tinggi struktur atas

Untuk harga antara b/d dapat diinterpolasi

Tabel 5. Kecepatan Angin Rencana, Vw


Keadaan Batas Lokasi
s/d 5 km dari pantai > 5 km dari pantai
Daya layan 30 m/det 25 m/det
Ultimit 35 m/det 30 m/det

2. BEBAN GEMPA ( EQ )

Beban gempa rencana dihitung dengan rumus :

TEQ = Kh * I * Wt
Kh = C * S

TEQ = Gaya geser dasar total pada arah yang ditinjau (kN)
Kh = Koefisien beban gempa horisontal
I = Faktor kepentingan
Wt = Berat total bangunan yang berupa berat sendiri dan beban mati tambahan
= PMS + PMA kN
C = Koefisien geser dasar untuk wilayah gempa, waktu getar, dan kondisi tanah
S = Faktor tipe struktur yang berhubungan dengan kapasitas penyerapan energi
gempa (daktilitas) dari struktur jembatan.
Waktu getar struktur dihitung dengan rumus :
T = 2 * π * √ [ WTP / ( g * KP ) ]

3
KP = 3 * Ec * Ic / h

WTP = ( PMS + PMA ) struktur atas + 1/2*PMS struktur bawah

T = waktu getar (detik)


WTP = berat sendiri struktur atas dan beban mati tambahan, ditambah setengah
berat sendiri struktur bawah (kN)
PMS = berat sendiri (kN)
PMA = beban mati tambahan (kN)
g = percepatan grafitasi (= 9.8 m/det2)
KP = kekakuan struktur yang merupakan gaya horisontal yang diperlukan untuk
menimbulkan satu satuan lendutan (kN/m)
Ec = modulus elastis beton (kPa)
4
Ic = momen inersia (m )
h = tinggi struktur (m)
Untuk struktur jembatan dengan daerah sendi plastis berupa beton bertulang dan
struktur berperilaku elastis, maka nilai faktor tipe struktur,

S = 3.0

Jika struktur dapat berperilaku daktail dan mengalami simpangan yang cukup besar,
sehingga mampu menyerap energi gempa yang besar, maka nilai faktor tipe struktur,

S = 1.0 * F ≥ 1.0
F = 1.25 - 0.025 * n

n = jumlah sendi plastis yang menahan deformasi arah lateral yang ditinjau.
Koefisien geser dasar untuk wilayah gempa 3 disajikan pada Tabel 6, atau dapat di-
lihat pada Gambar 5.
Kriteria kondisi tanah keras, sedang, dan lunak, untuk menentukan koefisien geser da-
sar diberikan pada Tabel 7. Faktor kepentingan ( I ) disajikan pada Tabel 8.
Tabel 6. Koefisien geser dasar untuk wilayah gempa 3
T Nilai C untuk Tanah
( detik ) Keras Sedang Lunak
0.00 0.14 0.18 0.18
0.40 0.14 0.18 0.18
0.55 0.11 0.16 0.18
0.60 0.10 0.15 0.17
0.90 0.10 0.10 0.14
1.30 0.10 0.10 0.10
0.20 3.00 0.10 0.10 0.10

Tanah keras
0.15
Tanah sedang
Tanah lunak
Koefisiengeserdasar,C

0.10

0.05

0.00

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0


Waktu getar, T (detik)

Gambar 5. Koefisien geser dasar gempa wilayah 3

Tabel 7. Kondisi tanah untuk koefisien geser dasar


Tipe Tanah Kedalaman Tanah
Keras Sedang Lunak
Untuk seluruh jenis tanah ≤ 3m 3 - 25 m > 25 m
Untuk tanah kohesif dengan kuat geser undrained ≤ 6m 6 - 25 m > 25 m
rata-rata < 50 kPa
Lapisan tanah yang bersifat kohesif dengan kuat ge- ≤ 9m 9 - 25 m > 25 m
ser undrained rata-rata > 100 kPa atau tanah berbu-
tir sangat padat
Untuk tanah kohesif dengan kuat geser undrained ≤ 12 m 12 - 30 m > 30 m
rata-rata > 200 kPa
Untuk tanah berbutir dengan ikatan matrik padat ≤ 20 m 20 - 40 m > 40 m
Tabel 8. Faktor kepentingan, I
Klasifikasi I min.
Jembatan yang memuat > 2000 kendaraan/hari, jembatan pada jalan raya 1.2
utama atau arteri, dan jembatan dimana tidak ada route alternatif
Seluruh jembatan permanen lainnya dimana route alternatif tersedia, tidak 1.0
termasuk jembatan yang direncanakan untuk mengurangi pembebanan
lalu-lintas
Jembatan sementara (misal, Bailley) dan jembatan yang direncanakan 0.8
untuk mengurangi pembebanan lalu-lintas

2.1. TEKANAN TANAH LATERAL AKIBAT GEMPA

Gaya gempa arah lateral akibat tekanan tanah dinamis dihitung dengan menggunakan
koefisien tekanan tanah dinamis ( KaG) sebagai berikut :
-1
θ = tan (Kh)
2 2
KaG = cos ( φ' - θ ) / [ cos θ * { 1 + √ (sin φ' *sin (φ' - θ) ) / cos θ } ]
KaG = KaG - Ka
Gaya gempa arah lateral akibat tekanan tanah dinamis :
2
TEQ = 1/2 * h * ws * KaG kN/m

2.2. TEKANAN AIR LATERAL AKIBAT GEMPA

Gaya gempa arah lateral akibat tekanan air dihitung sebagai berikut :

Tipe Bangunan Gaya air horisontal


2
Pilar tipe dinding TEQ = 0.58 * Kh * I * wa * b * h
2 2
Pilar tipe kolom dg. b*h ≤ 2 m TEQ = 0.75*Kh*I*wa*b *h ( 1 - 4*b*h )
2 2 2
2 m < b*h ≤ 3.1 m TEQ = 1.17 * Kh * I * wa * b * h
2 2
b*h > 3.1 m TEQ = 0.38 * Kh * I * wa * h * b
3
wa = berat volume air = 9.8 kN/m
b = lebar pilar (m)
h = kedalaman air rata-rata (m)
Kh = koefisien beban gempa horisontal
I = faktor kepentingan
Gaya gempa arah lateral akibat tekanan air dianggap bekerja pada kedalaman sama
dengan setengah kedalaman air rata-rata.

3. ALIRAN AIR, BENDA HANYUTAN, DAN TUMBUKAN DGN KAYU

3.1. ALIRAN AIR

Gaya seret pada pilar akibat aliran air dihitung dengan rumus :

TEF = 0.5 * Cd * Va2 * Ad kN

Cd = koefisien seret (Tabel 9)


Va = kecepatan aliran air rata-rata saat banjir dg periode ulang tertentu (m/det)
= 3 m/det (jika tidak dihitung berdasarkan analisis hidrologi)
Ad = luas proyeksi pilar tegak lurus arah aliran dengan tinggi sama dengan
kedalaman air banjir (m2)
Tabel 9. Koefisien seret
Bentuk depan pilar Cd
Persegi 1.4
Bersudut 0.8
Bundar 0.7

3.2. BENDA HANYUTAN

Gaya akibat benda hanyutan dihitung dengan rumus :

2
TEF = 0.5 * CD * Va * AD kN

CD = 1.04
Va = kecepatan aliran air rata-rata saat banjir dg periode ulang tertentu (m/det)
2
AD = luas proyeksi benda hanyutan tegak lurus arah aliran (m )
= b*h
h = kedalaman benda hanyutan ( diambil = 1.20 m di bawah muka air banjir )
b = lebar benda hanyutan
= setengah panjang bentang dan harus ≤ 20 m
3.3. TUMBUKAN DENGAN KAYU

Gaya akibat tumbukan dengan batang kayu dihitung dengan rumus :

TEF = M * Vs2 / d kN

M = massa batang kayu = 2.0 Ton


Vs = kecepatan aliran air permukaan pada saat banjir (m/det)
= 1.4 * Va
d = lendutan elastis ekivalen (Tabel 10)
Tabel 10. Lendutan elastis ekivalen
Tipe pilar d (m)
Pilar beton masif 0.075
Pilar beton portal 0.150
Untuk kombinasi pembebanan diambil nilai terbesar dari :
1. Kombinasi : gaya seret + gaya akibat benda hanyutan
2. Kombinasi : gaya seret + gaya akibat tumbukan batang kayu

D. AKSI-AKSI LAINNYA

1. GESEKAN PADA PERLETAKAN ( FB )

Gaya akibat gesekan pada perletakan dihitung berdasarkan beban tetap dikalikan dgn
koefisien gesek untuk perletakan yang bersangkutan.

TFB = µ* (PMS + PMA)

PMS = aksi tetap berat sendiri stuktur atas (kN)


PMA = aksi tetap beban mati tambahan struktur atas (kN)
µ = koefisien gesek
Untuk jenis perletakan berupa elastomeric, koefisien gesek rata-rata dapat diambil
sebesar 0.18.
2.3. FAKTOR BEBAN

Aksi / Beban Simbol Faktor Beban


Ultimit Daya layan
A. Aksi Tetap
Berat sendiri PMS 1.30 1.00
Beban Mati Tambahan PMA 2.00 1.00
Tekanan Tanah PTA 1.25 1.00
B. Aksi Transien
Beban Lajur "D" atau "T" TTD / TTT 2.00 1.00
Gaya Rem TTB 2.00 1.00
Beban Trotoar TTP 2.00 1.00
C. Aksi Lingkungan
Pengaruh Temperatur TET 1.20 1.00
Beban Angin TEW 1.20 1.00
Beban Gempa TEQ 1.00 1.00
Aliran air, hanyutan / tumbukan TFB 2.00 1.00
D. Aksi Lainnya
Gesekan pada perletakan TFB 1.30 1.00
2.4. KOMBINASI BEBAN

A. Kombinasi pada keadaan ultimit

Aksi / Beban Faktor KOMBINASI


Beban 1 2 3 4
A. Aksi Tetap
Berat sendiri KMS 1.30 1.30 1.30 1.30
Beban Mati Tambahan KMA 2.00 2.00 2.00 2.00
Tekanan Tanah KTA 1.25 1.25 1.25 1.25
B. Aksi Transien
Beban Lajur "D" atau "T" KTD / KTT 2.00 1.00 1.00
Gaya Rem KTB 2.00 1.00 1.00
Beban Trotoar KTP 2.00
C. Aksi Lingkungan
Pengaruh Temperatur KET 1.00 1.00 1.00
Beban Angin KEW 1.00 1.20
Beban Gempa KEQ 1.00
Aliran air, hanyutan / tumbukan KFB 1.00 2.00
D. Aksi Lainnya
Gesekan pada perletakan KFB 1.00 1.00 1.00
B. Kombinasi pada keadaan tegangan kerja

Aksi / Beban Faktor KOMBINASI


Beban 1 2 3 4
A. Aksi Tetap
Berat sendiri KMS 1.00 1.00 1.00 1.00
Beban Mati Tambahan KMA 1.00 1.00 1.00 1.00
Tekanan Tanah KTA 1.00 1.00 1.00 1.00
B. Aksi Transien
Beban Lajur "D" atau "T" KTD / KTT 1.00 1.00 1.00
Gaya Rem KTB 1.00 1.00 1.00
Beban Trotoar KTP 1.00 1.00 1.00
C. Aksi Lingkungan
Pengaruh Temperatur KET 1.00
Beban Angin KEW 1.00
Beban Gempa KEQ 1.00
Aliran air, hanyutan / tumbukan KFB 1.00 1.00 1.00
D. Aksi Lainnya
Gesekan pada perletakan KFB 1.00 1.00
Kelebihan Tegangan yang diperbolehkan 0% 25% 40% 50%
BAB III
METODE KAJIAN PELAKSANAAN

3.1 PEKERJAAN PERSIAPAN


1. Mobilisasi
Mobilisasi adalah kegiatan mendatangkan tenaga, bahan, dan peralatan yang akan digunakan
dalam kegiatan pembangunan suatu proyek. Untuk alat-alat berat yang akan digunakan
didatangkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan yang akan digunakan terlebih
dahulu. Pada tahap I pendatangan alat berat, yaitu : dump truk, buldozer, back hoe, tahap II
yang didatangkan berupa material dan crane, tahap III yang didatangkan adalah alat
pemancang, pada tahap IV alat berat yang didatangkan adalah alat berat untuk pekerjaan
perkerasan, seperti TR, Tandem, finisher, dll. Untuk lokasi penempatan/tata letak site
proyek ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 4.1 Tata Letak Site


2. Pembersihan Lokasi
Pada kegiatan pembersihan, kegiatan yang dilakukan antara lain : perataan lahan,
penebangan semak belukar ataupun pohon yang setidaknya dapat menggangu jalannya
proyek, pembuatan akses jalan masuk proyek yang seluruhnya dilakukan dengan alat berat
jenis buldozer (lihat gambar 4.2)

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
Gambar 4.2 Perataan lahan
3. Pembangunan fasilitas proyek di lapangan
a. Direksi keet
Direksi keet adalah tempat mengkoordinasi dan mengawasi semua kegiatan
pelaksanaan proyek. Direksi keet dibangun dari tiang kayu, dinding dari multiplek,
lantai beton rabat, atap asbes dan penerangan secukupnya. Ukuran direksi keet 2 (4,8 m
x 4,8 m).
b. Gudang terbuka dan gudang tertutup
Gudang digunakan untuk penyimpanan peralatan konstruksi dan bahan yang akan
dipergunakan untuk pembangunan proyek. Luasan bangunan ini adalah ( 8 x 6 ) m.
Untuk bahan pembuatan gudang sama dengan bahan yang digunakan untuk
pembangunan direksi keet. Lokasi penempatan gudang tidak jauh dari proyek
c. Barak Pekerja
Barak pekerja dibangun bersebelahan dengan lokasi pembangunan barak kerja dengan
luasan bangunan (4,8 m x 4,8 m). Jenis material yang digunakan sama dengan
material yang digunakan dalam pembangunan direksi keet.

3.2 PEKERJAAN PENGUKURAN


Pekerjaan pengukuran dilakukan dengan mengunakan alat theodolite untuk menentukan as
jembatan dengan alur pengukuran dimulai dengan membuat titik acuan dari beton rabat dilanjutkan
dengan mengukur mulai dari titik abutmen 1 menuju pilar sampai abutmen 2. kemudian
dilakukan pengukuran ulang dari abutment 2 menuju pilar sampai abutmen 1. Setelah patok
terpasang selanjutnya dilakukan pemasangan bowplank untuk menentukan sudut sudut dari
bangunan. Bowplank terbuat dari papan kayu 2/20 dan usuk 5/7. Bowplank ditancapkan
kedalam tanah sampai posisinya kuat/tidak mudah goyangdan dipasang ± 3 m
dari lokasi bangunan sehingga tidak rusak pada waktu penggalian.

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
3.3 PEKERJAAN BANGUNAN BAWAH
3.3.1 Pekerjaan Galian
1. Pekerjaan galian untuk abutment dilaksanakan sampai dengan elevasi dasar pile
cap yaitu ± 1 m.
2. Penggalian dilakukan melebihi luasan yang akan digunakan untuk abutmen untuk
memudahkan penempatan konstruksi. Pekerjan ini menggunakan alat berat back
hoe dan menggunakan dumptruck (DT) (gambar 4.3) dan tanah hasil galian
dibuang ketempat yang sudah direncanakan.
3. Dilanjutkan dengan penggalian tanah untuk pengerjaan pilar Penggalian
menggunakan alat berat jenis back hoe dengan langsung masuk ke sungai, karena
pada aliran air di sungai pada waktu musim kemarau sangat sedikit atau hampir tidak
ada dan dari data geologi yang didapat jenis tanah pada lokasi proyek adalah
lapisan tanah kerapak (gambar 4.4).

Gambar 4.3 Cara kerja back hoe

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
Gambar 4.4 Keadaan sungai gandong
4. Pengeringan air (dewatering) pada pekerjaan pondasi untuk abutment dilakukan
jika air dianggap menggenangi lokasi penggalian.
3.3.2 Pekerjaan Tiang Pancang
1. Pekerjaan pemancangan dimulai dari pondasi pilar jembatan dan dilanjutkan ke
abutmen.
2. Tiang pancang diangkat menuju lokasi dan ditegakkan pada titik yang ditentukan.
3. Tiang pancang diukur ketegakan tiang menggunakan theodolite.
4. Dilakukan pemukulan dengan disel hammer dan setiap 10 kali pukulan dilakukan
pencatatan penurunan.
5. Setelah proses pemancangan selesai, dilakukan pemotongan /pengelupasan tiang sesuai
dengan elevasi rencana. Tulangan pada tiang disisakan ± 50 cm untuk pengecoran pile
cap.
3.3.3 Pekerjaan Beton
1. Langkah awal yang dilakukan adalah membuat bekisting untuk abutmen dan
pilar jembatan menggunakan kayu lapis (playwood) setebal 12 mm dan kayu meranti
ukuran 5/7. kayu bekisting dirangkai sesuai ukuran. Tulangan abutmen/pilar yang sudah
jadi diletakan pada tempatnya. Kemudian bekisting dipasang di sekeliling tulangan
(sesuai dimensi abutmen/pilar) dan dilebihkan setebal bekisting tersebut.
2. Pengecoran dilakukan setelah bekisting dicek terhadap goyangan, kebocoran dan
kekuatan perancah.
3. Sebelum pengecoran beton dicek terhadap nilai slump untuk mengukur kekentalan
ampuran beton tersebut.
4. Pengecoran dilakukan dengan menggunakan ready mix concrete dari truk molen. Tata
cara pengecoran dilakukan secara bertahap atau persegmen.

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
Gambar 4.5 Pengecoran ready mix dari truk molen

5. Setelah pengecoran setebal 30 cm dilakukan pemadatan beton menggunakan


vibrator dan dibantu dengan pemadatan dengan cara mengetok bekisting
dengan palu ataupun dengan tongkat besi.
6. Setelah beton mencapai umur yang disyaratkan atau seijin pengawas lapangan
bekisting bisa dibongkar sesuai instruksi dari pengawas.

3.3.4 Pekerjaan Urugan


1. Pekerjaan selanjutnya adalah pengurugan dengan menggunakan tanah urug dari tanah
bekas galian ataupun dari tanah lain yang diambil dari luar proyek dilakukan oleh back
hoe. (gambar 4.6)

Gambar 4.6 Pengurugan oleh back hoe


2. Pekerjaan pemadatan dilakukan tiap tebal pengurugan ± 15cm dengan menggunakan
stamper ataupun baby roller.(gambar 4.7)

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
Gambar 4.7 Alat Pemadat

3.4 PEKERJAAN BANGUNAN ATAS


3.4.1 Pekerjaan Sambungan Gelagar
1. Pendatangan profil baja
Pendatangan profil baja dilakukan dengan menggunakan truk
khusus untuk mengangkut profil baja yang dilengkapi dengan sejenis crane
untuk mengangkat dan meletakkan profil baja. Ketika truk tersebut
sampai dilokasi proyek profil tersebut diletakkan sesuai instruksi dari
pelaksana, pengawas atau pun orang yang bertanggungjawab terhadap
pelaksanaan penyambungan.
2. Peletakan profil baja
a.Sebelum profil tersebut diletakkan, sebaiknya telah dibuat semacam
perletakan dari kayu yang disusun dua tingkat serta melintang terhadap
profil nantinya.
b.Setelah truk sampai profil tersebut diletakkan dengan hati hati dan searah
memanjang jembatan pada perletakan yang telah dibuat.
c.Untuk peletakan profil yang lain untuk dilakukan penyambungan,
perletakannya harus berhimpit dengan gelagar yang lain. (gambar 4.8)

Gambar 4.8 Peletakan profil baja

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
3. Penyambungan profil baja
a. Setelah profil tersebut diletakkan pada perletakan, kemudian
dilakukan penyambungan terhadap profil baja tersebut dengan alat sambung baut.
b. Proses penyambungan dilakukan dengan tenaga manusia dengan diawasi serta
mengikuti instruksi dari pelaksana maupun pengawas lapangan.

3.4.2 Pekerjaan Pengelasan


1. Setelah profil disambung, permukaan atas profil diberi tanda (titik atau garis) untuk
pemasangan shear connector dan juga nantinya untuk pelat begisting.
2. Kemudian shear connector dipasang dengan menggunakan las sudut dengan jarak
sesuai perhitungan. (gambar 4.9)

Gambar 4.9 Pengelasan shear connector


3.4.3 Pemasangan Gelagar Utama
1. Sebelum gelagar baja tersebut diangkat dan dipasangkan pada perletakan di
abutmen jembatan, sebaiknya terlebih dahulu dicek terhadap sambungan, shear
connector, dan pada abutmen diukur dan diberi tanda untuk perletakan expantion joint
dan perletakan untuk tumpuan.

Gambar 4.10 Jenis perletakan pada tumpuan


(elastomeric bearing-pad dan expantion roller bearing)

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
2. Setelah siap semuanya, gelagar dipindahkan ke atas abutmen dan pilar
dengan menggunakan crane.
3. Posisi crane berada di depan jembatan rencana dan bersebelahan dengan
tempat penyambungan profil baja.

Gambar 4.11 Pemindahan gelagar profil baja

4. Peletakan gelagar tersebut haruslah secara hati-hati dan tepat berada pada tumpuan.
5. Setelah pemindahan gelagar yang pertama, dilanjutkan dengan
gelagar yang kedua. Setelah gelagar kedua tersebut diletakkan pada
tempatnya, kedua gelagar tersebut segera disambung dengan diafragma.
Penyambungan dengan diafragma dimulai dari yang ujung gelagar. Demikian
seterusnya sampai dengan gelagar yang terakhir.

Gambar 4.12 Sambungan diafragma

3.4.4 Pekerjaan Beton


1. Pekerjaan begisting
a. Begisting yang digunakan pada pengecoran pelat lantai kendaraan
adalah terbuat dari beton bertulang dengan tulangan utama tegak lurus dengan arah
memanjang gelagar.

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
b. Begisting tersebut dipesan pada pabrik pembuatan beton bertulang sesuai instruksi
pelaksana atau pengawas lapangan.
c. Pemasangan begisting ke atas gelagar diangkat dengan crane.

Gambar 4.13 Penempatan pelat begisting

2. Pekerjaan pembesian
a. Pekerjaan pembesian atau penulangan terdiri dari pemotongan,
pembengkokan dan perangkaian tulangan tersebut.
b. Pemotongan dan pembengkokan tulangan dilakukan di barak kerja
harus sesuai dengan gambar kerja.
c. Perangkaian tulangan dilakukan langsung di atas gelagar.
3. Pengecoran
a. Sebelum dilakukan pengecoran, tulangan dicek dahulu posisi dan
keadaannya juga pemberian decking untuk tebal selimutnya.
b. Sesaat sebelum pengecoran hendaknya ready mix dicek terhadap
nilai slump terlebih dahulu. Jika sudah sesuai maka dapat dilakukan pengecoran.
c. Pegecoran untuk tempat yang jauh dari truk molen digunakan pompa.

Gambar 4.14 Detail pemompaan ready mix

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
4. Pemadatan
a. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan vibrator.
b.Pemadatan dengan menggunakan vibrator haruslah dilakukan oleh orang yang
berpengalaman dan cakap, karena untuk pemadatan haruslah sesuai dengan aturan
diantaranya yaitu tidak diperkenankan menyentuh tulangan, sudut penggunaan
vibrator haruslah sesuai dengan yang diperkenankan.
c. Selain pemadatan dengan vibrator juga dilakukan dengan cetok kayu untuk
meratakan permukaan.
5. Perawatan beton
a.Beton yang baru dicor harus dilindungi dari hujan, matahari secara langsung serta
kerusakan lain karena sentuhan, sampai beton telah menjadi keras. Permukaan beton
harus diusahakan tetap dalam keadaan lembab, dengan cara menutupnya dengan
karung basah atau menggenanginya dengan air.
b. Permukaan beton tersebut harus dibasahi selama minimum 14 hari.
c. Kemudian dilanjutkan dengan pengecoran lantai trotoir dan tiang sandaran.
d. Perawatan untuk trotoir menggunakan air curring sedangkan untuk tiang sandaran
menggunakan karung basah.

3.4.5 Pekerjaan Perkerasan


1. Pekerjaan perkerasan dimulai dari lapisan pondasi bawah dengan
aggregat kelas B dan dipadatkan dengan menggunakan trimbis atau tandem roller.
2.Dilanjutkan dengan lapisan pondasi atas dengan aggregat kelas A dan dipadatkan
dengan tandem.
3. Kemudian dilanjutkan dengan lapisan perkerasan menggunakan ATB setebal padat 5
cm. Sebelum diberi aspal, permukaan lantai kendaraan dibersihkan dari debu ataupun
kotoran dengan menggunakan compresor lalu permukaannya diberi prime coat,
setelah itu dipadatkan dengan menggunakan tandem roller dan Pneumatic Tire
Roller (TR).
4. Untuk perkerasan di atas jembatan hanya menggunakan prime coat dan dilapisi
dengan ATB dengan tebal padat 5 cm.

Gambar 4.15 Tandem Roller dan TR

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
3.4.6 Finishing
1. Pekerjaan Lain-lain
a. Pembuatan booksandaran dengan pasangan batukali sejumlah 4 buah dengan
dimensi sesuai dengan gambar.
b. Pemasangan Rambu – rambu jalan dengan bagian bawahnya dicor dengan beton
rabat.
2. Pekerjaan Acian
a. Pekerjaan acian untuk kerb lantai kendaraan
b. Pekerjaan acian untuk booksandaran
3. Pekerjaan Pengecatan
a. Pengecatan pada tiang trotoir
b. Pengecatan pada rambu – rambu
c. Pengecatan pada kerb
d. Pengecatan pada booksandaran
e. Pengecatan untuk marka, khusus untuk marka digunakan bahan yang khusus.

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. DATA KONSTRUKSI


9m

0,8 7,4 m 0,8


trotoar
0.3 m
Aspal (tebal ta) Slab (tebal ts) 0.1 m
0.2 m
0,8

Sandaran Girder
Deck slab Diafragma
1,48 1,48 1,48 1,48 1,48

Diketahui
KETERANGAN SIMBOL NILAI SATUAN
Tebal slap lantai jembatan h 0,2 m
Tebal lapisan aspal ta 0,1 m
Tebal genangan air hujan th 0,05 m
Jarak antara girder baja s 1,48 m
Lebar Jalur Lalu-lintas b1 7,4 m
Lebar trotoar b2 0,8 m
Lebar total Jembatan b 9 m
Panjang bentang jembatan L 20 m
Mutu baja Bj 37
Tegangan leleh baja fy 240 Mpa
Tegangan dasar Fs =Fy/1.5 160 Mpa
Modulus elastis baja, Es 210000 Mpa
Untuk baja tulangan dengan Ø > 12 mm : U 39
Tegangan leleh baja, Fy = U*10 390 Mpa
Untuk baja tulangan dengan Ø > 12 mm : U 24
Tegangan leleh baja, Fy = U*10 240 Mpa
Mutu Beton K 300
Kuat tekan beton, fc' 24,9 Mpa
Modulus elastis beton Ec = 4700√fc' 23453 Mpa
Angka Poisson υ 0,2
Modulus Geser G=Ec/[2*(1+υ)] 9772,1 Mpa
Koefisien Muai Panjang untuk beton α 1,E-05 Mpa
Spesific Grafity
Berat baja ws 77,0 kN/m3
berat beton bertulang wc 25,0 kN/m3
berat beton tidak bertulang w'c 24,0 kN/m3
Berat Lapisan Aspal wa 22,0 kN/m3

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
Berat air hujan/jenis air ww 9,8 kN/m3
Profil baja WF 700 300 13 20
Berat profil baja Wprofil 1,6600 kN/m
Tinggi d 700 mm
Lebar b 300 mm
Tebal badan tw 13 mm
tebal sayap tf 20 mm
Luas penampang A 21150 mm2
Tahanan momen Wx 4980000 mm3
Momen Inersia Ix 1720000000 mm4
Panjang bentang Girder L 20000 mm
Tebal Slab beton h 200 mm
Jarak antara girder s 1480 mm

4.2. ANALISIS BEBAN SLAB LANTAI JEMBATAN


4.2.1 Beban Sendiri (MS)

Faktor beban Ultimit : KMS = 1,3


Ditinjau slab lantai jembatan selebar b = 1 m
Tebal slap lantai Jembatan sebesar h = 0,2 m
3
Berat beton bertulang Wc = 25 kN/m
Berat Sendiri, QMS = b * h * wc QMS = 5,000 kN/m

4.2.2 Beban mati tambahan (MA)

beban faktor Ultimit : KMA 2,0


Tebal Berat Beban
No Jenis
(m) kN/m3 kN/m
1 Lapisan Aspal + Overlay 0,15 22,00 3,30
2 Air hujan 0,05 9,8 0,49
Beban mati tambahan, QMA 3,79 kN/m

4.2.3 Beban Truk "T" (TT)

Faktor beban Ultimit : KTT = 2,0


Beban hidup pada lantai jembatan berupa beban roda ganda oleh Truk (beban T) yang besarnya,
Jembatan kelas I T = 100 kN
Faktor beban dinamis untuk pembebanan truk diambil, DLA = 0,3
Beban Truk "T" PTT = (1+DLA)*T = 130 kN

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
T = 100 kN

ha

4.2.4 Beban Angin (EW)

Faktor beban ultimit : KEW = 1,2


Beban garis merata tambahan arah horisontal pada permukaan lantai jembatan akibat
angin yang meniup kendaraan di atas jembatan dihitung dengan rumus :

TEW = 0.0012*C w*(Vw)2 kN/m dengan, Cw = 1,20


Karena b/d ≥ 6

PPJT 1992, Tabel 5. kecepatan Angin rencana, V w


Lokasi
Keadaan batas
s/d 5 km dari pantai > 5 km dari pantai
Daya layan 30 m/det 25 m/det
Ultimit 35 m/det 30 m/det

Cw = Koefisien serat = 1,20


Vw = Kecepatan angin rencana = 35 m/det
2
TEW = 0,0012 x 1,2 x 35 = 1,764 kN/m

TEW
h
h/2

PEW
X

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
Bidang vertikal yang ditiup angin merupakan bidang samping kendaraan dengan tinggi
2 m di atas lantai jembatan. h = 2 m
Jarak antara roda kendaraan x = 1,75 m
PEW = (1/2*h/x*TEW)
Transfer beban angin ke lantai jembatan
= 1,008 kN
4.2.5 Pengaruh temperatur (ET)
Faktor beban ultimit : KET = 1,2
Untuk memperhitungkan tegangan maupun deformasi struktur yang timbul akibat pengaruh
temperatur, diambil perbedaan temperatur yang besarnya setengah dari selisih antara temperatur
maksimum dan temperatur minimum rata-rata pada lantai jembatan.

Temperatur maksimum rata-rata Tmax = 40 ᵒC


Temperatur minimum rata-rata Tmin = 15 ᵒC
∆T = ( Tmax - Tmin ) / 2
Perbedaan temperatur pada slab, ΔT = 12,5 ᵒC
Koefisien muai panjang untuk beton, α = 0,00001 /ᵒC
Modulus elastis beton, Ec = 23452953 kpa

4.2.6 Momen pada slab lantai Jembatan


Formasi pembebanan slab untuk mendapatkan momen maksimum pada bentang menerus
dilakukan seperti pada gambar. Momen maksimum pada slab dihitung berdasarkan metode
one way slab dengan beban sebagai berikut :
trotoar
0.3 m
Aspal (tebal ta) 0.1 m

QMS
Slab (tebal ts)
5,000 kN/m
0.2 m

QMA 3,790 kN/m Deck slab Diafragma


Girder

PTT 130,00 kN
QMS
PEW 1,008 kN 1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m

∆T 12,5 ᵒC
QMA
1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m

P TT P TT

1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m

PEW PEW
1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m

?T ?T
1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
Koefisien momen lapangan dan momen tumpuan untuk bentang menerus dengan beban merata,
terpusat, dan perbedaan temperatur adalah sebagai berikut :

k = koefisien momen s = 1,48


2
Untuk beban merata Q : M =k * Q * s
Untuk beban pusat P: M =k * P * s
Untuk beban temperatur, ΔT : M = k * α * ΔT * Ec * s3

Momen akibat berat sendiri (MS)


Momen tumpuan, MMS = 0,0833 * QMS * s2 = 0,912 kNm
2
Momen Lapangan, MMS = 0,0417 * QMS * s = 0,457 kNm
Momen akibat beban mati tambahan (MA)
Momen tumpuan, MMA = 0,1041 * QMA * s2 = 0,864 kNm
2
Momen Lapangan, MMA = 0,0540 * QMA * s = 0,448 kNm
Momen akibat beban truk (TT)
Momen tumpuan, MTT = 0,1562 * PTT * s = 30,053 kNm
Momen Lapangan, MTT = 0,1407 * PTT * s = 27,071 kNm
Momen akibat beban Angin (EW) :
Momen tumpuan, MEW = 0,1562 * PEW * s = 0,233 kNm
Momen Lapangan, MEW = 0,1407 * PEW * s = 0,210 kNm
Momen akibat temperatur (ET) :
Momen tumpuan, MET = 5,62,E-07 * α * ΔT * EC * s3 = 0,005 kNm
3
Momen Lapangan, MET = 2,81,E-06 * α * ΔT * EC * s = 0,027 kNm

a. Momen Slab

Faktor Daya Keadaan M tumpuan M lapangan


No Jenis beban
beban Layan Ultimite (kNm) (kNm)
1 Berat sendiri QMS 1,0 1,3 0,9123 0,4567
2 Beban mati tambahan QMA 1,0 2,0 0,8642 0,4483
3 Beban truk "T" PTT 1,0 2,0 30,0529 27,0707
4 Beban angin PEW 1,0 1,2 0,2330 0,2099
5 Pengaruh Temperatur ∆T 1,0 1,2 0,0053 0,0267

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
b. Kombinasi - 1

Faktor M tumpuan M lapangan Mu tumpuan Mu lapangan


No Jenis beban
beban (kNm) (kNm) (kNm) (kNm)
1 Berat sendiri 1,3 0,9123 0,4567 1,1860 0,5937
2 Beban mati tambahan 2,0 0,8642 0,4483 1,7284 0,8966
3 Beban truk "T" 2,0 30,0529 27,0707 60,1058 54,1414
4 Beban angin 1,0 0,2330 0,2099 0,2330 0,2099
5 Pengaruh Temperatur 1,0 0,0053 0,0267 0,0053 0,0267
Total momen Ultimit slab, Mu = 63,2585 55,8682

c. Kombinasi - 2

Faktor M tumpuan M lapangan Mu tumpuan Mu lapangan


No Jenis beban
beban (kNm) (kNm) (kNm) (kNm)
1 Berat sendiri 1,3 0,9123 0,4567 1,1860 0,5937
2 Beban mati tambahan 2,0 0,8642 0,4483 1,7284 0,8966
3 Beban truk "T" 1,0 30,0529 27,0707 30,0529 27,0707
4 Beban angin 1,2 0,2330 0,2099 0,2796 0,2519
5 Pengaruh Temperatur 1,2 0,0053 0,0267 0,0064 0,0320
Total momen Ultimit slab, Mu = 33,2533 28,8449

4.2.7. PEMBESIAN SLAB


4.2.7.a. Tulangan Lentur Negatif

Momen rencana tumpuan: = Mu 63,259 kNm


Mutu beton : K - 300 Kuat tekan beton, f c' = 24,9 Mpa
Mutu baja U - 39 Tegangan leleh baja, fy = 390 Mpa
Tebal Slab beton, h = 200 mm
Jarak tulangan terhadap sisi luar beton, d' = 35 mm
Modulus elastis baja, Es Es = 210000
Faktor bentuk distribusi tegangan beton, β1 = 0,85
ρb = β1*0,85*f c'/fy*600/(600 + f y) = 0,027957
Rmax = 0,75 * ρb *fy * [1 - 1/2 * 0,75 * ρ b * fy / (0,85 * fc')] = 6,59766
Faktor reduksi kekuatan lentur, φ = 0,8
Momen rencana ultimit, Mu = 63,259 kNm
Tebal efektif slab beton, d = h - d' = 165 mm
Ditinjau slab beton selebar 1 m b = 1000 mm
Momen nominal rencana, Mn = Mu/φ = 79,073 kNm
Faktor tambahan momen, Rn = Mn * 10-6 / (b * d 2) = 2,90443
Rn < Rmax .....Ok

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
Rasio Tulangan yang diperlukan
ρ = 0,85 *fc'/fy * [1 - 2 * Rn/(0,85 * fc')] = 0,00804
Rasio tulangan minimum ρ min = 25%*(1,4/fy) = 0,00090
Rasio tulangan yang digunakan ρ = 0,00804
Luas tulangan yang diperlukan As = ρ * b * d = 1327,15 mm²
Diameter tulangan yang digunakan D 16 mm
Jarak tulangan yang diperlukan S = π /4*D²*b/As = 151,499 mm
Digunakan tulangan D 16 - 150
2
AS = π /4*D²*b/s = 1340 mm
Tulangan bagi / susut arah memanjang diambil 50% tulangan pokok
As' = 50% *As = 664 mm²
Diameter tulangan yang digunakan D 13 mm mm
Jarak tulangan yang diperlukan S = π /4*D²*b/As =
200,027
Digunakan tulangan D 13 - 175
2
As' = π /4*D²*b/s = 758 mm

4.2.7.b. Tulangan Lentur Positif

Momen rencana lapangan : Mu = 55,868 kNm


Mutu Beton K - 300 Kuat tekan beton fc' = 24,9 MPa
Mutu Baja U - 39 Tegangan leleh Baja fy = 390 MPa
Tabel Slab Beton h = 200 mm
Jarak tulangan terhadap sisi luar beton d' = 35 mm
Modulus Elastis Baja, Es Es = 210000
Faktor Bentuk distribusi Tegangan Beton ρ1 = 0,9
ρb = β1*0,85*fc'/Fy*600/( 600 + fy ) = 0,028
Rmax = 0,75 * ρb *fy * [1 - 1/2 * 0,75 * ρ b * fy / (0,85 * fc')] = 6,5977
Faktor reduksi kekuatan lentur ᵩ = 0,80
Momen rencana Ultimit Mu = 55,868
Tabel efektif slab beton d =h - d' = 165
Ditinjau slab beton selebar 1 m b = 1000
Momen nominal rencana Mn = Mu/ ᵩ = 69,835
Faktor tahanan momen Rn = Mn*10 /(b*d )−6 2 = 2,5651
Rn < Rmax .....Ok

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
Rasio tulangan yang diperlukan
ρ = 0,85* fc' / fy*[1− 2* Rn /(0,85* fc' )] = 0,00703
Rasio tulangan minimum ρ min = 25 00 *(1,4 / fy) = 0,00090
Rasio tulangan tulangan yang digunakan ρ = 0,00703
Luas tulangan yang diperlukan As = ρ * b * d = 1160,4341 mm²
Diameter tulangan yang digunakan D 16 mm
Jarak tulangan yang diperlukan S = π / 4* D2 *b / As = 173,2644 mm
Digunakan tulangan D 16 - 100
2
As = π / 4* D2 *b / s = 2011 mm
Tulangan bagi atau susut arah memanjang diambil 50% tulangan pokok
As' = 50 00 * As = 580 mm²
Diameter tulangan yang digunakan D 13 mm
Jarak tulangan yang diperlukan As' = π / 4* D *b / S =
2
228,763 mm
Digunakan tulangan D 13 - 150
2
= 885 mm

4.2.8 KONTROL LENDUTAN SLAB


S = π / 4* D2 *b / As
Mutu beto :K - 300 Kuat tekan beton fc' = 24,9 Mpa
Mutu Baja : U - 39 Tegangan leleh ba fy = 390 Mpa
Modulus elastis beton Ec = 4700* fc' = 23452,95 Mpa
Modulus elastis baja Es = 210000 Mpa
Tebal Slab h = 200 mm
Jarak tulangan terhadap sisi luar beto d' = 35 mm
Tebal Efektif slab d = h − d' = 165 mm
Luas tulangan Slab As = 2011 mm²
panjang bentang slab Lx = 1 , 48 m 1,48 = 1480 mm
ditinjau slab selebar b = 1,00 m = 1000 mm
beban terpusat P = TTT = 130 kN
Beban merata Q = PMS + PMA = 8,790 kN/m
lendutan total yang terjadi (δtot )harus < L x / 240 = 6,167 mm
inersia Brutto penampang plat Ig =1/12*b*h3 = 666666667 mm³
modulus keruntuhan lentur beton fr = 0,7* fc' = 3,492993 Mpa
Nilai perbandingan modulus elastis n = Es / Ec = 8,9540963
n* As = 18003,279 mm²
Jarak garis netral terhadap sisi atas beton C = n* As / b = 18,003279 mm

Inersia penampang retak yang ditransformasikan ke beton dihitung sebagai berikut :


Icr = 1/ 3*b *c3 + n* As *(d − c)2 = 3,91,E+08 mm⁴
yt = h / 2 = 100 mm
Momen retak : Mcr = fr * Ig / yt = 2,33,E+07 Nmm
Momen maksimum akibat beban (tanpa faktor beban)
Ma = 1/ 8*Q* L2x +1/ 4* P* Lx = 50,506702 kNm
Ma = 50506702 Nmm
Inersia efektif untuk perhitungan lendutan
[ ]
Ie = ( Mcr / Ma ) 3 * Ig + 1 − ( Mcr / Ma ) 3 * Icr = 4,18,E+08 mm
Q = 8,790 N/mm P = 130000 N
Lendutan elastis seketika akibat beban mati dan beban hidup :
δ e = 5 / 384 * Q * Lx 4 /( Ec * Ie ) + 1 / 48 * P * Lx 3 /( Ec * Ie ) = 0,952 mm

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
δ e = 5 / 384 * Q * Lx /( Ec * Ie ) + 1 / 48 * P * Lx /( Ec * Ie )

Rasio tulangan slab lantai jembatan ρ = As /(b*d) = 0,0121856

Faktor ketergantungan waktu untuk beban mati (jangka waktu > 5 tahun),nilai:
ζ = 2,0
λ = ζ /(1+ 50* p) = 1,2428
Lendutan jangka panjang akibat rangkak dan susut
δg = λ *5/ 384*Q* Lx4 /(Ec* Ie) = 0,070

Lendutantotal pada plat lantai Jembatan :


Lx/240 = 6,167
δtot = δe +δg = 1,021
< Lx/240 (aman) ..........OK

4.2.9 KONTROL TEGANGAN GESER PONS

P TT
P TT

a
ta
b h

u V
V b
a u
a

Mutu beton K - 300 Kuat tekan beton, fc' = 24,9 Mpa


Kuat geser pons yang disyaratkan Fv = 0.3 * √fc' = 1,496997 Mpa
Kuat reduksi kekuatan geser, ᴓ = 0,60
Beban roda truk pada slab, PTT = 130 kN = 130000 N
h = 0,20 m a= 0,30 m
ta = 0,10 m b= 0,50 m
u = a + 2 * ta + h = 0,7 m = 700 mm
v = b + 2 * ta + h = 0,9 m = 900 mm
Tebal efektif slab d= 165 mm
2
Luas bidang geser : Av = 2 * ( u + h ) * d = 528000 mm
Geser normal pons nominal : Pn = Av * Fv = 790414,4 N
Faktor beban ultimit truk pada slab KTT = 2,0
Pu = KTT * PTT = 260000 N
< φ * Pn
Aman (ok)

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
4.3 PERHITUNGAN SLAB TROTOAR
4.3.1 BERAT SENDIRI TROTOAR
78 Jarak antara tiang trailing
SGP 3" L = 2 m
13 Berat beton bertulang
502 53 Wc = 25kN/m³
156
25
230
12
11
131
10 172 507
9 8 7
6
400 133 2 1 300
5 4
200 3 200

800

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
Berat sendiri trotoaar untuk panjang L : 2 m Wc = 25
No b m h m shape L m berat kN lengan m momen kNm
1 0,507 0,3 1 1,5 5,704 0,254 1,446
2 0,172 0,3 0,5 1,5 0,968 0,622 0,601
3 0,8 0,2 0,5 1,5 3,000 0,400 1,200
4 0,172 0,3 1 1,5 1,935 0,622 1,203
5 0,121 0,3 1 1,5 1,361 0,740 1,007
6 0,069 0,3 0,5 1,5 0,388 0,846 0,328
7 0,057 0,1 0,5 1,5 0,107 0,838 0,090
8 0,131 0,1 1 1,5 0,491 0,802 0,394
9 0,027 0,1 0,5 1,5 0,051 0,885 0,045
10 0,133 0,23 0,5 1,5 0,574 0,825 0,473
11 0,025 0,23 1 1,5 0,216 0,882 0,190
12 0,053 3,55 0,5 1,5 3,528 0,929 3,279
13 0,078 0,502 1 1,5 1,468 0,039 0,057
14 3" dengan berat/ 0,63
SGP 4 2,520 1,330 3,352
Total 22,31 13,664
Berat sendiri trotoar per m lebar PMS = 11,15 MMS = 6,832

4.3.2 BEBAN HIDUP PADA PENDESTRIAN


H1 = 0.75 kN/m PMS = 20,857
MMS = 15,930
MTP = 22,125
P = 20 kN
1193 q = 5 kPa

H2 = 1.5 kN/m
400

H1 = 0,75 kN/m
b2
P = 20 kN
q= 5 kPa
H2 = 1,5 kN/m
No Jenis Beban Gaya kN Lengan (m) Momen (kNm)
1 Beban horizontal pada realing (H1) 0,75 1,190 0,8925
2 Beban horisontal pada kerb (H2) 1,5 0,4 0,6
3 Beban vertikal terpusan (P) 20 0,75 15
4 Beban vertikal merata (q*b2) 7,5 0,75 5,625
Momen akibat beban hidup pada pedestrian MTP = 22,1175
4.3.3 MOMEN ULTIMEIT RENCANA SLAB TROTOAR
Faktor beban ultimeit untuk berat sendiri peKMS = 1,3
Faktor beban ultimeit untuk beban hidu pede KTP = 2,0
Momen akibat berat sendiri pedestrian MMS = 6,83 kNM
Momen akibat beban hiduppedestrian MTP = 22,1175 kNM
Momen ultimeit rencana slab trotoar MU = KMS*MMS+KTP*MTP
MU = 53,116495 kNm

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
4.3.4 PEMBESIAN SLAB TROTOAR

Mutu Beto K: - 300 Kuat tekan beton fc' = 24,9 Mpa


Mutu Baja: U - 39 tegangan leleh baja fy = 390 MPa
Tabel slab beto h = 200 mm
Jarak tulangan terhadap sisi luar beton d' = 30 mm
Modolus elastis baja Es = 200000
Faktor bentuk distribusi tegangan beto β1 = 0,85
ρb = β1 *0,85* fc' / fy *600/(600 + fy) = 0,027957
RMax = 0,75* ρb * fy[1−1/ 2*0,75* ρb * fy /(0,85* fc' )] = 6,598
Faktor reduksi kekuatan lentur φ = 0,8
Faktor reduksi kekuatan geser φ = 0,6
Momen rencana ultimeit Mu = 53,12 kNm
Tebal efektif slab beton d = h-d' = 170 mm
Ditinjau slab beton selebar 1 m b = 1000 mm
Momen nominal rencana Mn = Mu/ φ = 66,4 kNm
Faktor tahanan momen Rn = Mn*106 /(b * d 2 ) = 2,297426
Rn < RMAX (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan
ρ= 0.85 * fc’ / fy * [ 1 - √* [1 – 2 * Rn/ ( 0.85 * fc’ ) ] = 0,00625
Rasio tulangan minimum ρmin = 2500 *(1,4/ fy) = 0,0009
Rasio tulangan yang diperluka ρ = 0,0063
Luas tulangan yang diperlukan A s = ρ * b * d = 1062,6 mm2
Diameter tulangan yang digunakan D 16 mm
2
Jarak tulangan yang diperlukan S = π / 4* D *b * / As = 189,2097 mm

Digunakan tulangan D 16 - 100


As = π / 4* D2 *b / s 2
= 2011 mm
Untuk tulangan logitudinal diambil 50% tulangan pokok
AS ' = 50 00 * AS = 531,3203 mm2
Diameter tulangan yang diperlukan D 13 mm
Jarak tulangan yang diperlukanS = π / 4* D2 *b / AS = 249,816 mm
Digunakan tulangan D 13 - 150
AS = π / 4* D2 *b / S = 885 mm2

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
4.4 SECTION PROPERTIES SEBELUM KOMPOSIT

4.4.1 KONTROL PENAMPANG

20000
L/d = = 28,57
700
1.25*b/tf = 18,75
L/d > 1.25*b/tf (OK)
700
d / tw = = 54
13

d / tw < 75 (Ok)

Composit Section (Ok)

4.4.2 TEGANGAN IJIN KIP


Pada girder baja diberi pengaku samping yang berupa balok diafragma yang berfungsi
sebagai pengaku samping yang merupakan dukungan lateral dengan jarak,

L1 = L / 5 = 4000 mm
c1 =L1*d / (b*tf) = 466,6666667
c2 =0.63*Es / Fs = 826,875 216,7 576,9 48
Karena, 250 < c1 <c2 maka : 0,3755869 18,028
Tegangan kip dihitung dengan rumus :
Fskip = fs- ( c1- 250 ) / ( c2-250 ) * 0.3 * fs = 141,972 Mpa

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
4.4.3 SECTION PROPERTIES SETELAH KOMPOSIT

4.4.4 LEBAR EFEKTIF SLAB BETON

Lebar efektif slab beton ditentukan dari nilai terkecil berikut ini :
20000
L/5 = = 4000 mm
5
S = 1480 mm
12*h = 12 x 200 = 2400 mm
Diambil lebar efektif slab beton, Be = 1000 mm

4.4.4. A. SECTION PROPERTIES GIRDER KOMPOSIT


210000
Rasio perbandingan modulus elastis, n = Es/Ec = = 8,9541
23453
1000 * 200
Luas penampang beton transformasi, Act = Be*h / n =
8,9541
= 22336,1 mm2
Luas penampang Komposit, Acom = A+Act = 21150 + 22336
2
= 43486 mm
Momen statis penampang terhadap sisi bawah balok,
Acom * ybs = A * d / 2 + Act * (d + h / 2)
Jarak garis netral terhadap sisi bawah,
ybs = [ A * d / 2 + Act * (d + h / 2) ] / Acom = 606,819
< d maka garis netral di bawah slab beton

Jarak sisi atas profil baja terhadap garis netral, yts = d - ybs = 700 - 606,82
= 93,18 mm
Jarak sisi atas slab beton thd. grs. netral, ytc = h + yts = 200 + 93,18
= 293,18 mm

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
Momen inersia penampang komposit :

1/12*Be/n*h = 74453818,75 mm4


4
Act*(ytc-h/2)= 833559488,2 mm
4
Ix = 1720000000 mm
4
A*(d/2-yts)2= 1394970468 mm
Icom
= 4022983775 mm4

Tahapan Momen penampang Komposit :


Sisi atas beton, Wtc = Icom / ytc = 13721848,13 mm3
3
Sisi atas baja, Wts = Icom / yts = 43173910,16 mm
Sisi bawah baja, Wbs = Icom / ybs = 6629626,144 mm3

4.4.4.B TEGANGAN IJIN


Tegangan ijin lentur beton, Fc = 0,4 * Fc
= 9,96 Mpa
Tegangan ijin lentur baja, Fs = 0,8 * Fs
= 128 Mpa

4.4.5 KONDISI GIRDER SEBELUM KOMPOSIT


4.4.5.A. BEBAN SEBELUM KOMPOSIT
BEBAN
No. JENIS BEBAN
(kN/m)
1 Berat sendiri profil baja WF 700.300.13.20 1,66
2 Berat diafragma 0,179
3 Perancah dan bekisting dari kayu 1,750
4 Slab beton 1 0,20 25 5
Total beban mati girder sebelum komposit, QD 8,589 kN/m

Beban hidup sebelum komposit, merupakan beban hidup pekerja pada saat pelaksanaan konstruksi,
dan diambil
qL = 2 kN/m2
Q L = s * qL = 2,96 kN/m
Total beban pada girder sebelum komposit, Qt= QD+ QL = 11,549 kN/m

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
4.4.5.B. TEGANGAN PADA BAJA SEBELUM KOMPOSIT
Panjang bentang girder, L = 20 m
Momen maksimum akibat beban mati, M = 1/8 * Qt* L 2 = 577,45 kN.m

6
Tegangan lentur yang terjadi, f = M * 10 /Wx = 115,954
< Fskip = 141,972
AMAN (OK)

4.4.5.C. LENDUTAN PADA BAJA SEBELUM KOMPOSIT

Qt = 11,549 kN/m E = 210000000 kPa


2
L = 20,00 m Ix = 0,00172 m
4
δ= 5/384 * Qt*L /(E*Ix) = 0,066612449 m
< L/240 = 0,083333333 m OK

4.5. BEBAN PADA GIRDER KOMPOSIT

4.5.1 BERAT SENDIRI (MS)


Beban
No. Jenis Konstruksi
(kN/m)
1. Girder baja WF 1,66
2. Diagfragma 0,179
3. Slab Lantai 0,2 1 25 5,00
Total berat Sendiri QMS 6,839 kN/m

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
Panjang bentang Girder, L = 20,00 m
Momen dan gaya geser maksimum akibat berat sendiri,
MMS = 1/8 * QMS* L2 = 341,95 kNm
VMS = 1/2 * QMS* L = 68,39 kN

4.5.2 BEBAN MATI TAMBAHAN (MA)


Beban
No. Jenis Konstruksi
(kN/m)
1. Aspal 0,1 1 22 2,20
2. Air hujan 0,05 1 9,8 0,49
Total beban mati tambahan QMA 2,69 kN/m

Panjang bentang Girder, L = 20,00 m


Momen dan gaya geser maksimum akibat berat mati tambahan
MMA = 1/8 * QMA* L2 = 134,5 kNm
VMA = 1/2 * QMA* L = 26,9 kN

4.5.3. BEBAN LAJUR "D"

Beban kendaraan yg berupa beban lajur "D" terdiri dari beban terbagi rata (Uniformly
Distributed Load), UDL dan beban garis (Knife Edge Load), KEL seperti pada Gambar.
UDL mempunyai intensitas q (kPa) yang besarnya tergantung pada panjang total L yg
dibebani lalu-lintas atau dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
q = 8 kPa untuk L ≤30 m
q = 8.0 *( 0.5 + 15 / L ) kPa untuk L > 30 m

KEL mempunyai intensitas, p = 44,00 kN/m


Faktor beban dinamis (Dinamic Load Allowance) untuk KEL diambil sebagai berikut :
DLA = 0,4 m untuk L ≤50 m
DLA = 0.4 - 0.0025*(L - 50) untuk 50 < L < 90 m
DLA = 0,3 untuk L ≥90 m

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
Panjang bentang girder, = 20,00 m
q = 8 DAL = 0,4 s = 1 m
Beban lajur "D", QTD = q * s = 8 kN/m
PTD = (1 + DLA) * p * s = 61,6 kN

Momen dan gaya geser maksimum akibat beban lajur "D",


MTD = 1/8 * QTD * L2 + 1/4 * PTD *L = 708 kN/m
VTD = 1/2 * QTD * L + 1/2 * PTD = 110,8 kN

4.5.4. GAYA REM (TB)

Pengaruh pengereman dari lalu-lintas diperhitungkan sbg gaya dalam arah memanjang
dan dianggap bekerja pada jarak 1.80 m dari permukaan lantai jembatan. Besarnya gaya
rem tergantung panjang total jembatan (Lt) sebagai berikut :
Gaya rem, TTB = 250 kN untuk Lt ≤ 80 m
Gaya rem, TTB = 250 + 2,5 * ( Lt - 80 ) kN untuk 80 < Lt < 180 m
Gaya rem, TTB = 500 kN untuk Lt ≥ 180 m

Panjang bentang girder, L = 20,00 m


jumlah girder, n = 5
besarnya gaya rem, TTB = 250/n = 50 kN
Lengan terhadap pusat tampang girder y = ytc + ta + 1,80 = 2,14 m

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
Momen dan gaya geser maksimum akibat beban lajur "D",
MTB = 1/2 * TTB * y = 53,5795 kNm
MTB = TTB * y/L = 5,3580 kN

4.5.5. BEBAN ANGIN (EW)


Beban garis merata tambahan arah horisontal pada permukaan lantai jembatan akibat
angin yang meniup kendaraan di atas jembatan dihitung dengan rumus :
2
TEW = 0,0012 * Cw * Vw kN
Cw = koefisien seret = 1,2
Vw = kecepatan angin rencana = 35 m/det
2
TEW = 0,0012 * Cw * Vw = 1,764 kN

Bidang vertikal yang ditiup angin merupakan bidang samping kendaraan dengan tinggi
2.00 m di atas lantai jembatan h = 2m
Jarak antara roda kendaraan x = 1,75 m
Transfer beban angin ke lantai jembatan, QEW = [ 1/2 * h / x * TEW ]
= 1,008 kN/m

Panjang bentang girder, L = 20 m


Momen dan gaya geser maksimum akibat transfer beban angin,
2
MEW = 1/8 * QEW * L = 50,4 kNm
VEW = 1/2 * QEW * L = 10,08 kN

4.5.6. BEBAN GEMPA (EQ)

Gaya gempa vertikal pada balok dihitung dengan menggunakan percepatan vertikal ke
bawah sebesar 0.1*g dengan g = percepatan grafitasi.
Gaya gempa vertikal rencana : T EW= 0.10 * Wt
Wt = Berat total struktur yang berupa berat sendiri dan beban mati tambahan.

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
Beban berat sendiri, QMS = 6,8390 kN/m
Beban mati tambahan, QMA = 2,690 kN/m
Beban gempa vertikal, QEQ = 0,10 * ( QMS + QMA ) = 0,953 kN/m
Panjang bentang girder, L = 20 m
Momen dan gaya geser maksimum akibat transfer beban angin,
2
MEQ = 1/8 * QEQ * L = 47,645 kNm
VEQ = 1/2 * QEQ * L = 9,529 kN

4.6. TEGANGAN PADA GIRDER KOMPOSIT

2
Wtc = 13721848 mm
2
Wts = 43173910 mm
2
Wbs = 6629626,1 mm
n = 8,9540963

6
Tegangan pada sisi atas beton, ftc = M * 10 / ( n * Wtc )
6
Tegangan pada sisi atas baja, fts = M * 10 / Wts
Tegangan pada sisi bawah baja, fbs = M * 106 / Wbs

Tegangan yang terjadi pada sisi atas beton atas baja bawah baja
Momen ftc fts fbs
No Jenis Beban
M (kNm) (Mpa) (Mpa) (Mpa)
1. Berat sendiri (MS) 341,95 2,7831 7,9203 51,5791
2. Beban Mati tambahan (MA) 134,5 1,0947 3,1153 20,2877
3. Beban lajur "D" (TD) 708 5,7623 16,3988 106,7934
4. Gaya rem (TB) 53,5795 0,4361 1,2410 8,0818
5. Beban angin (EW) 50,4 0,4102 1,1674 7,6022
6. Beban gempa (EQ) 47,645 0,3878 1,1036 7,1867

KOMBINASI - 1 Tegangan ijin beton : 100% * Fc = 7 Mpa


Tegangan ijin baja : 100% * Fs = 120 Mpa
Tegangan yang terjadi pada sisi atas beton atas baja bawah baja
ftc fts fbs
No Jenis Beban
(Mpa) (Mpa) (Mpa)
1. Berat sendiri (MS) 2,7831 7,9203 51,5791
2. Beban Mati tambahan (MA) 1,0947 3,1153 20,2877
3. Beban lajur "D" (TD) 5,7623 16,3988 106,7934
4. Gaya rem (TB)
5. Beban angin (EW)
6. Beban gempa (EQ)
9,6401 27,4344 178,6601
<100%*Fc <100%*Fs
ok ok

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
KOMBINASI - 2 Tegangan ijin beton : 125% * Fc = 9 Mpa
Tegangan ijin baja : 125% * Fs = 160 Mpa
Tegangan yang terjadi pada sisi atas beton atas baja bawah baja
ftc fts fbs
No Jenis Beban
(Mpa) (Mpa) (Mpa)
1. Berat sendiri (MS) 2,7831 7,9203 51,5791
2. Beban Mati tambahan (MA) 1,0947 3,1153 20,2877
3. Beban lajur "D" (TD) 5,7623 16,3988 106,7934
4. Gaya rem (TB)
5. Beban angin (EW) 0,4102 1,1674 7,6022
6. Beban gempa (EQ)
10,0503 28,6018 186,2624
<125%*Fc <125%*Fs
ok ok

KOMBINASI - 3 Tegangan ijin beton : 140% * Fc = 10 Mpa


Tegangan ijin baja : 140% * Fs = 179 Mpa
Tegangan yang terjadi pada sisi atas beton atas baja bawah baja
ftc fts fbs
No Jenis Beban
(Mpa) (Mpa) (Mpa)
1. Berat sendiri (MS) 2,7831 7,9203 51,5791
2. Beban Mati tambahan (MA) 1,0947 3,1153 20,2877
3. Beban lajur "D" (TD) 5,7623 16,3988 106,7934
4. Gaya rem (TB) 0,4361 1,2410 8,0818
5. Beban angin (EW) 0,4102 1,1674 7,6022
6. Beban gempa (EQ)
10,4864 29,8428 194,3442
<140%*Fc <140%*Fs
ok ok

KOMBINASI - 4 Tegangan ijin beton : 150% * Fc = 11 Mpa


Tegangan ijin baja : 150% * Fs = 192 Mpa
Tegangan yang terjadi pada sisi atas beton atas baja bawah baja
ftc fts fbs
No Jenis Beban
(Mpa) (Mpa) (Mpa)
1. Berat sendiri (MS) 2,7831 7,9203 51,5791
2. Beban Mati tambahan (MA) 1,0947 3,1153 20,2877
3. Beban lajur "D" (TD) 5,7623 16,3988 106,7934
4. Gaya rem (TB) 0,4361 1,2410 8,0818
5. Beban angin (EW) 0,4102 1,1674 7,6022
6. Beban gempa (EQ) 0,3878 1,1036 7,1867
10,8742 30,9463 201,5309
<150%*Fc <150%*Fs
ok ok

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
4.7. LENDUTAN PADA GIRDER KOMPOSIT

Lendutan max. pada girder akibat :


4
1. Beban merata Q : δ max = 5/384 * Q * L / ( Es * Icom )
3
2. Beban terpusat P : δ max = 5/48 * P * L / ( Es * Icom )
2
3. Beban momen M : δ max = 1 / ( 72 √3 ) * M * L / ( Es * Icom )
Panjang bentang girder, L = 20 m
Modulus elastis, Es = 210000000 Mpa
Momen inersia, Icom = 0,004022984 m4
Q P M Lendutan
No Jenis Beban
(kN/m) (kN) (kNm) δmax
1. Berat sendiri (MS) 6,839 0,01686
2. Beban Mati tambahan (MA) 2,69 0,00663
3. Beban lajur "D" (TD) 8 61,6000 0,17163
4. Gaya rem (TB) 53,5795 0,0002
5. Beban angin (EW) 1,008 0,00249
6. Beban gempa (EQ) 0,953 0,00235

Batasan lendutan elastis, L/240 = 0.05


KOMBINASI BEBAN KOM-1 KOM-2 KOM-3 KOM-4
Lendutan Lendutan Lendutan Lendutan
No Jenis Beban
δmax δmax δmax δmax
1. Berat sendiri (MS) 0,01686 0,01686 0,01686 0,01686
2. Beban Mati tambahan (MA) 0,00663 0,00663 0,00663 0,00663
3. Beban lajur "D" (TD) 0,17163 0,17163 0,17163 0,17163
4. Gaya rem (TB) 0,00020 0,00020
5. Beban angin (EW) 0,00249 0,00249 0,00249
6. Beban gempa (EQ) 0,00235
δtot 0,19513 0,19762 0,19782 0,20017
< L/240 < L/240 < L/240 < L/240
(OK) (OK) (OK) (OK)

4.8. GAYA GESER MAKSIMUM PADA GIRDER KOMPOSIT

Gaya Geser
No Jenis Beban
V (kN)
1. Berat sendiri (MS) 68,3900
2. Beban Mati tambahan (MA) 26,9000
3. Beban lajur "D" (TD) 110,8000
4. Gaya rem (TB) 5,3580
5. Beban angin (EW) 10,0800
6. Beban gempa (EQ) 9,5290

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
KOMBINASI - 1 100%
Gaya Geser
No Jenis Beban
V (kN)
1. Berat sendiri (MS) 68,3900
2. Beban Mati tambahan (MA) 26,9000
3. Beban lajur "D" (TD) 110,8000
4. Gaya rem (TB)
5. Beban angin (EW)
6. Beban gempa (EQ)
Vmax = 206,0900

KOMBINASI - 2 125%
Gaya Geser
No Jenis Beban
V (kN)
1. Berat sendiri (MS) 68,3900
2. Beban Mati tambahan (MA) 26,9000
3. Beban lajur "D" (TD) 110,8000
4. Gaya rem (TB)
5. Beban angin (EW) 10,0800
6. Beban gempa (EQ)
Vmax = 216,1700

KOMBINASI - 3 140%
Gaya Geser
No Jenis Beban
V (kN)
1. Berat sendiri (MS) 68,3900
2. Beban Mati tambahan (MA) 26,9000
3. Beban lajur "D" (TD) 110,8000
4. Gaya rem (TB) 5,3580
5. Beban angin (EW) 10,0800
6. Beban gempa (EQ)
Vmax = 221,5280

KOMBINASI - 4 150%
Gaya Geser
No Jenis Beban
V (kN)
1. Berat sendiri (MS) 68,3900
2. Beban Mati tambahan (MA) 26,9000
3. Beban lajur "D" (TD) 110,8000
4. Gaya rem (TB) 5,3580
5. Beban angin (EW) 10,0800
6. Beban gempa (EQ) 9,5290
Vmax = 231,0570

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
Persen Gaya Geser Gaya Geser
No Jenis Beban
teg. Ijin V (kN) V (kN)
1. Kombinasi - 1 100 % 206,0900 206,0900
2. Kombinasi - 2 125 % 216,1700 172,9360
3. Kombinasi - 3 140 % 221,5280 158,2343
4. Kombinasi - 4 150 % 231,0570 154,0380
Vmax rencana = 206,0900

4.9. PERHITUNGAN SHEAR CONNECTOR

Gaya geser maksimum rencana, Vmax = 206,0900 kN


ytc = 293,18 mm h= 200 mm
Luas penampang beton yang ditransformasikan, A Act = 22336,15 mm2
Momen statis penampang tekan beton yang ditransformasikan,
Sc = Act * ( ytc - h / 2 ) = 4314916,699 mm3
Gaya geser maksimum, qmax = Vmax * Sc / Icom = 221,0451824 N/mm

Untuk shear connector digunakan besi beton bentuk U, D 12


2
Luas penampang geser, Asv = π / 4 * D *2 = 226,19
Tegangan ijin geser, Fsv = 0,6 * fs = 76,8
Kekuatan satu buah shear connector, Qsv = Asv * Fsv = 17371,751
Jumlah shear connector dari tumpuan sampai 1/4 L
n = 1/4 * qmax * L / Qsv = 63,622022
Jarak antara shear connector, s=L/(4*n) = 47
Digunakan shear connector, 2 D 12 50
Jumlah shear connector 1/4 L sampai tengah bentang :
n = 1/8 * qmax * L / Qsv = 31,811011
s=L/(4*n) = 94
2 D 12 100

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
4.10. PERENCANAAN SAMBUNGAN GELAGAR
Bentang 20 m dari jembatan ini dibagi menjadi 2 segmen, karena profil yang
ada, panjangnya hanya 12 m tapi yang digunakan pada jembatan ini adalah 10 m.
Maka untuk itu perlu adanya sambungan seperti
pada gambar :

700.300.13.20

Data teknis
Gelagar 700.300.13.20
- Berat sendiri = 166 kg/m
305 - Tinggi tampang = 700 mm
- Lebar sayap = 300 mm
- Tebal badan = 20 mm
- Tebal web = 13 mm
- Luas tampang = 211,5 cm2
- Momen inersia (I) = 172000 cm4
- Momen tahanan (Wx) = 4980 cm3
- Tegangan ijin profil (σ ijin) = 1600 kg/cm2
- Tegangan ijin baut = 1600 kg/cm2
Momen kapasirtas profil = σijin . Wx
= 7968000 kgcm

1. Perencanaan sambungan
- Alat sambungan dengan baut Ø 17/8" = 4,7 cm
- Pelat sambungan pada flens
Tebal = 5 cm
b' = 20 cm
- Pelat sambungan pada web
Tebal = 5 cm
b' = 75 cm
2. Tegangan pada baut
Menurut PPBBI, mei 1984, tegangan-tegangan yang diijinkan dalam
menghitung kekuatan baut adalah sebagai berikut :
a. Tegangan geser
τ = 9,6 kN/cm2
b. Tegangan tumpu
σtp = 1.5 x σ ijin, untuk S1 ≥ 2d
= 24 kN/cm2
σtp = 1.2 x σ ijin, untuk 1,5d ≤ S1 ≤ 2d
= 19,2 kN/cm2

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
Flens, syarat = A' > ∆f
A' > ∆f
h' . T' > Tebal badan . Lebar sayap
200 > 60,000
c. Tegangan ijin tarik
σta = 0,7 . σ ijin
= 11,2 kN/cm2
Web, syarat = t ≥ 0,7 tweb
t ≥ 0,7 tweb
5 ≥ 0,91
3. Pola pemasangan baut
Alat sambungan dengan baut Ø 1 7/8" = 4,7 cm
- 2,5d ≤ S ≤ 7d
11,75 ≤ S ≤ 32,9
S = 18 cm
- 1,5d ≤ u ≤ 3d
7,05 ≤ u ≤ 14,1
u = 8 cm
- 2,5d ≤ S1 ≤ 7d
11,75 ≤ S1 ≤ 32,9
S1 = 18 cm
4. Perhitungan sambungan
Kekuatan sambungan ditentukan oleh kuatnya kapasitas dari profil itu
sendiri, dimana momen kapasitas profil sebesar = 7968000 kgm
didistribusikan ke sayap dan ke badan profil. Besarnya distribusi momen
tersebut sebanding dengan inersia sayap dan inersia badan.

Mf = (If/It) / Mpr Mb = (Ib/It) / Mpr


Dimana :
Mf = Momen pada sayap (flens)
Mb = Momen pada badan (web)
If = Inersia sayap
Ib = Inersia badan
It = (If + Ib)

Menurut PPBBI, mei, 1984, ukuran maksimal dari diameter lubang paku
keling/baut ditambah 1 mm. Jadi diameter baut yang diperhitungkan adalah :
- Pada badan (web)
D = 4 cm
- Pada sayap (flens)
D = 4 cm

Σx2 = 6480
Σy2 = 6480

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
5. Perhitungan Inersia flens dan Inersia badan
a. Inersia flens
If = {4(1/12 . 20 . 5^3)} + {4(20 . 5 . 39.84^2)}
If = 372267 cm4
A lubang = 20 cm2
I lubang = 149173 cm4
If Total = If - I lubang
If Total = 223093 cm4
b. Inersia badan
A lubang = 20 cm2
Iw = 33169,7 cm4
Iw lubang = 26,6667 cm4
Iw Total = Iw - I lubang
Iw total = 1326,11 cm4
Inersia total = If total + Iw total
Inersia total = 224419 cm4
6. Momen yang bekerja pada flens dan badan (Mf dan Mb)
- Mf = (If total/It) . Mpr
Mf = 7920917 kgcm
- Mb = (Iw total/It) . Mpr
Mb = 47083,3 kgcm
7. Garis normal pada flens
Gaya normal pada flens merupakan momen kopel (Nf), dimana besarnya
dapat dihitung sebagai berikut :
Nf = Mf / h
Nf = 113156 kg
Dengan adanya gaya normal, maka timbul tegangan pada flens yang
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Af = 4.(18 . 5) - 4.(4,8 . 5)
Af = 264 cm2
Tegangan pada flens = 428,621 ≤ 1600
Jadi pelat masih aman untuk menahan beban
8. Garis normal pada flens
a. Sambungan pada pelat flens
K = Nf/16
K = 7072,25 kg
(ada 16 baut pada flens)
Kgs = 1/4 . Π . D^2 . Τ
Kgs = 12057,6 kg
Ktp = t.d.tp
Ktp = 38400 kg
Dari kedua nilai di atas dapat disimpulkan bahwa baut pada flens
mampu untuk menahan beban yang bekerja karena Kgs dan Ktp > K

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
b. Sambungan pada pelat badan
Σx2 + Σy2= 12960 cm2
Mb = 47083,29324 kgcm
KY1 = KX1 = (Mb . Y) / (Σx2 + Σy2)
KY1 = KX1 = 98,090 kg
K1 = KY1^2 + Kx1^2
K1 = 138,720 kg
Kekuatan geser dan tumpu pada baut
Kgs = 1/4 . Π . D^2 . Τ . 2
Kgs = 24115,2 kg
Ktp = t.d.tp
Ktp = 38400 kg
Nilai kedua perhitungan di atas menunjukkan bahwa baut kuat
menahan beban yang bekerja karena Kgs dan Ktp > K1

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
4.11. PERENCANAAN SAMBUNGAN DIAFRAGMA
Direncanakan menggunakan diafragma dari profil baja yaitu
WF 200 x 150x 6 x 9 dengan data-data teknis sebagai berikut :
Data teknis
WF 200 x 150 x 6 x 9
- Tinggi tampang = 200 mm
- Lebar sayap = 150 mm
- Berat = 30,6 kg/m
- Tebal badan = 6 mm
- Tebal sayap = 9 mm
Untuk menyambung dengan gelagar utama digunakan pelat siku 150x150x18
dan alat sambungannya baut dengan D = 1/2" = 1,3 cm

Perhitungan sambungan
- Beban-beban yang bekerja
berat sendiri profil = 30,6 kg/m
muatan thd konstruksi= 100 kg/m
Beban total = 130,6 kg/m
- Momen maksimum
M max = 1/8 x Wd x L^2
M max = 36,731 kgm
- Gaya lintang (D)
D = 1/2 x beban total x jarak antar gelagar
D = 97,95 kg
- Pemasangan baut menurut PPBBI - 1984
2,5 d ≤ s ≤ 7d
3,25 ≤ s ≤ 9,1
Diambil = 9 cm
2,5 d ≤ u ≤ 7d
3,25 ≤ u ≤ 9,1
Diambil = 9 cm
1,2 d ≤ S1 ≤ 3d
1,56 ≤ S1 ≤ 3,9
Diambil = 3 cm
- Kontrol alat penyambung
Tp ≥ 0.7 tw
Tp ≥ 1,68
Diambil Tp = 1,8 cm
- Gaya horizontal pada sambungan (Tm) adalah kopel dari momen
yang bekerja
Tm = M max / L
Tm = 408,125 kg
- Gaya yang ditahan oleh baut akibat gaya lintang (Td)
Td = D / Σbaut
Td = 24,488 kg/cm2

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT
- Tegangan yang terjadi
tegangan lentur
σ = Tm / A baut
σ = 307,636 kg/cm2
tegangan geser
τ = Td / A
τ = 18,458 kg/cm2
Tegangan ideal
σ ideal = √ σ^2 + 1,56.τ^2
σ ideal = 308,498 ≤ 1600

Ambrosio Martins Nuno UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


122842820972 PERANCANGAN JEMBATAN KOMPOSIT

Anda mungkin juga menyukai