Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Seorang perempuan menjadi subur dan dapat melahirkan segera setelah ia mendapatkan
haid yang pertama (menarke), dan kesuburan seorang perempuan akan terus berlangsung
sampai memasuki masa menopause. Kahamilan dan persalinan yang baik atau kehamilan dan
persalinan yang risikonya paling rendah untuk ibu ataupun anak adalah kehamilan dan
persalinan yang terjadi pada rentang usia antara 20 - 35 tahun sedangkan jarak persalinan yang
baik dan paling rendah risikonya apabila jarak antara dua kelahiran adalah 2 - 4 tahun.1
Keluarga berencana merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama. Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama
diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Perwujudan nyata dalam partisipasi program
Keluarga Berencana adalah dengan menggunakan kontrasepsi.2

Sampai tahun 2017 diestimasikan 214 juta wanita usia reproduktif di beberapa negara
berkembang ingin menghindari kehamilan dengan tanpa menggunakan metode kontrasepsi,
dan sampai tahun 2017 kontrasepsi dapat menekan 308 juta kehamilan yang tidak diharapkan
pada negara berkembang. Data WHO 2014 menunjukan bahwa alat kontrasepsi dapat mecegah
55 juta kelahiran yang tidak direncanakan, 138 juta tindakan aborsi (dimana 40 juta kejadian
diantaranya dilakukan dengan cara yang tidak aman), dan 118.000 kematian ibu. Beberapa
kontrasepsi juga membantu mencegah transmisi HIV dan infeksi menular seksual lainnya. 3

Dalam beberapa tahun belakangan ini sudah terdapat banyak pilihan kontrasepsi yang
dapat digunakan untuk menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan, atau menghentikan
kehamilan. Penggunaan alat kontrasepsi diharapkan dapat mencegah kehamilan yang tidak
terencana , menurunkan mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi, mengurangi angka kehamilan
pada wanita usia muda, mencegah aborsi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, dan dapat
menekan pertumbuhan penduduk yang dapat memberikan efek negative ekonomi dan
pembangunan suatu negara.3
Melihat pentingnya perannya kontrasepsi, maka pada referat ini penulis akan
menjabarkan beberapa pilihan kontrasepsi beserta mekanisme kerja , prosedur pemakaian, efek
samping, kekurangan dan kelebihan masing-masing alat kontrasepsi.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Definisi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperm yang mengakibatkan
kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma.
Tujuan kontrasepsi adalah menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan, menghentikan
kehamilan.2

Gambar 2.1 Skema Efektivitas Kontrasepsi 4

2
2.2. Jenis Kontrasepsi
2.2.1. Kontrasepsi Non-Hormonal
a. Sanggama Terputus (Koitus Interuptus)
Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi tertua yang dikenal manusia, dan
mungkin masih merupakan cara terbanyak yang dilakukan hingga kini. Walaupun cara
ini merupakan cara dengan banyak kegagalan, koitus interuptus menrpakan cara utama
dalam penurunan angka kelahiran di Prancis pada abadke-l7 dan abad ke-18' .
Sanggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi. Hal
ini berdasarkan kenyataan bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya oleh
sebagian besar laki-laki, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira "detik" sebelum
ejakulaisi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk menarik penis keluar
dari vagina.
 Mekanisime Kerja : mencegah masuknya sperma ke dalam vagina
 Keuntungan : cara ini tidak membutuhkan biaya, alat-alat, ataupun persiapan.
 Kekurangan : untuk menyukseskan cara ini dibutuhkan pengendalian diri
yang besar dari pihak laki-laki. Beberapa laki-laki karena faktor jasmani dan
emosional tidak dapat menggunakan cara ini. Selanjutnya, penggunaan cara ini
dapat menimbulkan neurasteni. Efektivitas cara ini umumnya dianggap kurang
berhasil.1
b. Pembilasan pasca senggama (Post coital Douche)
Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan obat (cuka
atau obat lain) segera setelah koitus merupakan suaru cara yang telah lama sekali
dilakukan untuk tujuan kontrasepsi. Penambahan cuka ialah untuk memperoleh efek
spermisida serta menjaga asiditas vagina. Efektivitas cara ini mengurangi kemungkinan
terjadinya konsepsi hanya dalam batas-batas tertentu karena sebelum dilakukannya
pembilasan spermatozoa da-Iam jumlah besar sudah memasuki serviks uteri.
 Mekanisme kerja : Dengan memperoleh efek spermisida dan menjaga asiditas
vagina dan mencegah masuknya sperma secara mekanik.
 Kekurangan : Efektivitas Rendah1

3
c. Metode Amenore Laktasi (MAL)
Metode amenore laktasi yaitu kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu
(ASI) secara ekslusif selama 6 bulan , sehingga ovulasi tertekan karena kadar prolactin
yang meningkat. Maka, memperpanjang masa laktasi sering dilakukan untuk mencegah
kehamilan. Efektivitas menyusui anak dapat mencegah ovulasi dan memperpanjang
amenorea postpartum. Akan tetapi, ovulasi pada suatu saat akan terjadi lagi dan akan
mendahului haid pertama setelah partus. Syarat pemberian metode amenore laktasi
adalah :
- Pemberian ASI Ekslusif segera setalah bayi lahir sampai dengan 6 bulan
- Bayi harus berusia kurang dari 6 bulan
- Wanita yang belum mengalami menstruasi setelah 42 hari post partum
Jika satu dari syarat diatas tidak terpenuhi , maka metode amenore laktasi tidak
efektif sebagai metode kontrasepsi.
 Mekanisme Kerja: Peningkatan hormone prolactin dapat menekan
proses ovulasi.
 Keuntungan: Tidak memerlukan biaya ataupun alat.
 Kekurangan : Tidak dapat dipergunakan untuk kontrasepsi jangka
panjang.5

d. Pantangan Berkala (Rhythm method)


Cara ini mula-mula diperkenalkan oieh Kyusaku Ogino dari Jepang dan
Hermann Knaus dari Jerman, kira-kira pada waktu yang bersamaan, yaitu sekitar tahun
1931. Oleh karena itu, cara ini sering juga disebut cara Ogino-Knaus. Mereka bertitik
tolak dari hasil penyelidikan mereka bahwa seorang perempuan hanya dapat hamil
selama beberapa hari saja dalam daur haidnya. Masa subur yang juga disebut "fase
ovulasi" mulai 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah ovulasi. Sebelum
dan sesudah masa itu, perempuan tersebut berada dalam masa tidak subur.
 Mekanisme kerja : menentukan waktu yang tepat dari ovulasi; ovulasi
umumnya terjadi 14 + 2 hari sebelum hari pertama haid yang akan
datang.
 Kuntungan : Tidak memerlukan alat dan biaya.
 Kekurangan : Pada perempuan dengan haid yang tidak teratur, sangat
sulit atau sama sekali tidak dapat diperhitungkan saat terjadinya ovulasi.

4
Selain itu, pada perempuan dengan haid teratur pun ada kemungkinan
hamil, oleh salah satu sebab (misalnya karena sakit) ovulasi tidak datang
pada waktunya atau sudah datang sebelum saat semestinya. 1
e. Kondom
Kondom adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari karet (latex) dan
pemakaiannya dengan cara disarungkan ketika akan bersenggama. Bentuk kondom
adalah silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang
buntu berfungsi sebagai penampung sperma. Biasanya diameternya kira-kira 31 - 36,5
mm dan panjangnya lebih kurang 19 cm.
 Mekanisme kerja : Perisai dari penis sewaktu melakukan koitus, dan
mencegah pengumpulan sperma dalam vagina.
 Keuntungan : Selain untuk memberi perlindungan terhadap penyakit kelamin,
juga dapat digunakan untuk tujuan kontrasepsi.
 Kekurangan: Terkadang pada beberapa pasangan yang mempergunakannya
merasakan selaput karet tersebut sebagai penghalang dalam kenikmatan
sewaktu melakukan koitus, efektivitas bergantung dengan mutu dan cara
pemakaian sebab-sebab kegagalan memakai kondom ialah bocor atau koyaknya
alat itu atau tumpahnya sperma yang disebabkan oleh tidak dikeluarkannya
penis segera setelah teriadinya ejakulasi, tidak dapat dipergunakan untuk
kontrasepsi jangka lama.
 Efek samping: kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi terhadap bahan
kondom itu sendiri. 1,4

f. Pessarium (Diagfragma Vagina, Cervical cap)


a. Diagfragma Vagina
 Mekanisme Kerja : Diafragma dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus untuk
menjaga jangan sampai penis masuk ke dalam uterus. Untuk memperkuat khasiat
diafragma, obat spermatisida dimasukkan ke dalam mangkuk dan dioleskan pada
pinggirnya. Diafragma vaginal sering dianjurkan pemakaiannya dalam hal-hal
seperti berikut :
- Keadaan di mana tidak tersedia cara yang lebih baik.
- Jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi, sehingga tidak dibutuhkan
perlindungan yang terus-menerus.

5
- Jika pemakaian pil, IUD, atau cara lain harus dihentikan untuk sementara waktu
oleh karena sesuatu sebab.
 Kontraindikasi : sistokel yang berat, prolapsus uteri, fistula vagina,
hiperantefleksi, atau hiperetrofleksio dan uterus. Diafragma paling cocok dipakai
perempuan dengan dasar panggul yang tidak longgar dan dengan tonus dinding
vagina yang baik.
 Kelemahan : Diperlukannya motivasi yang cukup kuat, umumnya hanya cocok
untuk perempuan yang terpelajar dan tidak untuk dipergunakan secara massal,
pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan kegagalan, tingkat kegagalan
lebih tinggi daripada pil atau IUD.
 Keuntungan: Hampir tidak ada efek samping, dengan motivasi yang baik dan
pemakaianyang betul, hasilnya cukup memuaskan, dapat dipakai sebagai pengganti
pil, IUD atau pada perempuan yang tidak boleh mempergunakan pil atau IUD oleh
karena sesuatu sebab.
 Efek Samping : Umumnya diafragma vaginal tidak menimbulkan banyak efek
samping. Efek samping mungkin disebabkan oleh reaksi alergik terhadap obat-obat
spermatisida yang dipergunakan, atau oleh karena terjadinya perkembang biakan
bakteri yang berlebihan dalam vagina jika diafragma dibiarkan terlalu lama
terpasang di situ. 1, 4
b. Cervical cap
 Mekanisme Kerja : reuble, dapat dicuci terbuat dari silicon merupakan alat
pembatas yang mengelilingi serviks dan memblokade masuknya sperma dan
dikombinasikan dengan spermasida.4

Gambar 2.2 Diagfragma Vagina4

6
Gambar 2.3. Kondom Wanita dan Cervical cap4

2.2.2. Jenis Kontrasepsi Hormonal


a. Pil Kontrasepsi
 Mekanisme Kerja
Pil-pil kontrasepsi terdiri atas komponen estrogen dan komponen
progestagen, atau oleh satu dari komponen hormon itu. Walaupun banyak hal
yang masih belum jelas, pengetahuan tentang dua komponen tersebut tiap hari
bertambah. Yang jelas bahwa hormon steroid sintetik dalam metabolismenya
sangat berbeda dengan hormon steroid yang dikeluarkan oleh ovarium.
Umumnya dapat dikatakan bahwa komponen estrogen dalam pil menekan
sekresi FSH menghalangi maturasi folikel dalam ovarium. Karena pengaruh
estrogen dari ovarium terhadap hipofisis tidak ada, maka tidak terdapat
pengeluaran LH. Pada pertengahan siklus haid kadar FSH rendah dan tidak
terjadi peningkatan kadar LH, sehingga menyebabkan ovuulasi terganggu.
Komponen progestagen dalam pil kombinasi memperkuat khasiat estrogen
untuk mencegah ovulasi, sehingga dalam 95 – 98% tidak terjadi ovulasi.
Selanjutnya, estrogen dalam dosis tinggi dapat pula mempercepat perjalanan
ovum yang akan menyulitkan terjadinya implantasi dalam endometrium dari
ovum yang sudah dibuahi. Komponen progestagen dalam pil kombinasi seperti
7
disebut di atas memperkuat kerja estrogen, untuk mencegah ovulasi.
Progestagen sendiri dalam dosis tinggi dapat menghambat ovulasi, tetapi tidak
dalam dosis rendah. Selanjutnya, Progestagen mempunyai khasiat sebagai
berikut:
- Lendir serviks uteri menjadi lebih kental, sehingga menghalangi
penetrasi spermrtozoon untuk masuk dalam uterus;
- Kapasitasi spermatozoon yang perlu untuk memasuki ovum terganggu;
- Beberapa progestagen rertentu, seperti noretinodrel, mempunyai efek
antiestrogenik terhadap endometrium, sehingga menyulitkan implantasi
ovum yang telah dibuahi. Di bawah ini terdapat tabel tentang
mekanisme kerja pil-pil dan suntikan untuk kontrasepsi.1
 Kontraindikasi
- Kontraindikasi mutlak: termasuk adanya tumor-tumor yang dipengaruhi
estrogen, penyakit hati yang aktif, baik akut ataupun menahun, pernah
mengalami, trombo-flebitis, trombo-emboli, kelainan serebro-vaskuler,
diabetes mellitus, dan kehamilan.
- Kontraindikasi relatif: depresi, migraine, mioma uteri, hipertensi,
oligomenorea dan amenorea. Pemberian pil kombinasi kepada
perempuan yang mempunyai kelainan tersebut di atas harus diawasi
ecara teratur dan terus-menerus, sekurang-kurangnya tiga bulan sekali.
 Kelebihan
- Efektivitasnya tinggi.
- Frekuensi koitus tidak perlu diatur.
 Kekurangan
- Pil harus diminum tiap hari, sehingga kadang-kadang merepotkan.
- Motivasi harus kuat.
- Adanya efek samping walaupun sifatnya sementara, seperti mual, sakit
kepala, muntah, nyeri pada payudara, perubahan pola haid.
- Kadang-kadang setelah berhenti minum pil dapat timbul amenorea
persisten.1

8
 Jenis Pil Kontrasepsi
a. Pil Kontrasepsi Kombinasi / Combined Oral Contraceptive (COCs)
Pil kombinasi oral mengandung estrogen dan progestin, terdiri dari pil
kombinasi monofasik, bifasik dan trifasik , yaitu:
- Mofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormone aktif estrogen/ progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan
7 tablet tanpa hormone aktif.
- Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormone aktif estrogen/ progestin (E/P) dalam dua dosis yang berbeda,
dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.
- Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandng
hormone aktif estrogen/ progestin (E/P) dalam tiga dosis yang berbeda,
dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.5,4
b. Pil Kontrasepsi Progestin/Progestin Only Contraceptive (POPs)
Kontrasepsi yang hanya mengandung progestin yang dikembangkan
untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan dari estrogen.
Kemasan dengan isi 35 pil berisi 300 ug levonorgestrel atau 350ug
noretindron, dan kemasan dengan isi 28 pil 75 ug desogestrel.4

9
Gambar 2.4 Formulasi Kontrasepsi Oral4

10
 Cara Pemakaian
Ada pil kombinasi yang dalam satu bungkus berisi 21 atau 22 pil dan
ada yang berisi 28 pil. Pil yang berjumlah 21 - 22 diminum mulai dari hari ke-
5 haid tiap hari satu terus-menerus, dan kemudian berhenti jika isi bungkus
habis; sebaiknya pil diminum pada waktu tertentu, misalnya malam sebelum
tidur. Beberapa hari setelah minum pil dihentikan, biasanya terjadi withdrawal
bleeding dan pil daiam bungkus kedua dimulai pada hari ke-5 dari permulaan
perdarahan. Apabila tidak terjadi withdrawal bleeding, maka pil dalam bungkus
kedua mulai diminum 7 hari setelah pil dalam bungkus pertama habis. Pil dalam
bungkus 28 pil diminum tiap malam terus menerus. Menjelaskan cara
penggunaan pil yaitu:
- Pil mulai diminum pada hari kelima haid
- Pil harus diminum pada waktu dan jam yang sama setiap hari secara
berurutan
- Bila akseptor lupa minum satu pil, segera minum pil yang terlupa pagi
harinya dan malamnya minum pil yang seharusnya diminum hari itu.1,5

b. Implan
Suatu alat kontrasepsi yang dipasang di bawah kulit yang dibungkus dalam
silicon polidimetri yang dipasang pada lengan kiri atas bagian dalam, dapat mencegah
terjadinya kehamilan dan bekerja secara efektif selama 3 tahun.

Gambar 2.6 Sedian Impan6

11
 Mekanisme Kerja
Mengentalkan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi sperma.
Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium (endometrial atrophy)
sehingga tidak cocok untuk implantasi zygote.
 Jenis Implan
a. Implan Levonorgestrel
Sistem Norplant menyediakan dalam 6 batang yang ditanam subdermal tetapi
penggunaannya merosot di AS setelah keributan hukum. Jadelle merupakan
sistem 2 batang yang mirip dengan Norplant. Sediaan ini memberikan kontrasepsi
yang sama selama 3 tahun.
b. Implan Etonogestrel
Implanon merupakan sebuah implan subdermal satu batang yang mengandung 68
mg progestin etonogestrel, dan dilapisi kopolimer ethylene vinyl acetate. Sediaan
ini dapat digunakan sebagai kontrasepsi selama 3 tahun dan kemudian diganti pada
lengan yang sama atau lengan yang lain.
 Kontraindikasi
- Kehamilan
- Gangguan tromboemboli atau trombosis
- Tumor jinak atau ganas hati
- Gangguan fungsi hati
- Kanker payudara
- Perdarahan abnormal yang belum terdiagnosis dengan jelas
 Keuntungan
- Perlindungan jangka panjang sampai 3 tahun
- Tidak menganggu ASI
- Tidak menganggu kegiatan sanggama
- Kontrasepsi yang dapat digunakan pasca melahirkan
 Kekurangan
- Dapat terjadi efek samping seperti Gangguan pola haid, seperti
terjadinya spotting, perdarahan memanjang atau lebih sering berdarah
(metrorrhagia ), amenore, mual-mual, anoreksia, sakit kepala.
- Dapat terjadi perubahan pada libido dan berat badan.5,4
 Cara Pemasangan Implan

12
Alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul
silastic-silicone dan dimasukan pada dibawah kulit (subdermal).4

Gambar 2.7 Pemasangan Implan6


c. Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntik merupakan salah satu alat kontrasepsi berbentuk injeksi
yang diberikan setiap 1 bulan atau 3 bulan
 Mekanisme Kerja
Menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan
gonadotropin releasing hormone dari hipotalamus .Lendir serviks bertambah kental,
sehingga menghambat penetrasi sperma melalui serviks uteri. Implantasi ovum dalam
endometrium dihalangi dan mempengaruhi transpor ovum di tuba.
 Keuntungan
- Efektivitas tinggi; pemakaiannya
- Sederhana; cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya 4x setahun);
reversibel
- Dapat digunakan pasca melahirkan, untuk ibu yang menyusui diberikan diatas
6 minggu (Suntik KB Progestin)

 Kekurangan
 Tidak dapat digunakan untuk ibu yang sedang menyusui ( KB suntik
kombinasi)
 Sering menimbulkan perdarahan yang tidak teratur (spotting breakthrough
bleeding).
 Dapat menimbulkan amenorea.

13
 Cara Pemakaian
 Kontrasepsi Suntik Kombinasi: Mengandung 25mg Depo
medroksiprogestron (DMPA) dan 5mg Estradiol sipionat, diberikan IM
sebulan sekali (cyclofem), 50 mg Noretindron enantat dan 5 mg Estradiol
valerat, diberikan IM sebulan sekali. Sangat efektif (0.1-0.4 kehamilan per 100
perempuan selama tahun pertama pengunaan).
 Kontrasepsi Suntik Progestin : Sedangkan kontrasepsi suntikan progestin
mengandung 150 mg DMPA diberikan setiap 3 bulan secara IM, depo
noretisteron enantat (depo noristerat) mengandung 200 mg noretindrone
enatat, diberikan setiap 2 bulan secara IM. Kedua kontrasepsi suntik memiliki
efektivitas yang tinggi dengan 0.3 kehamilan per 100 perempuan –tahun. 5,4
 Kontraindikasi
Pada wanita yang mengalami perdarahan uterus yang tidak jelas, diketahui menderita
kanker payudara, tumor hati jinak atau ganas, kehamilan, atau penyakit hati akut.

2.2.3. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/ Intrauterine Contraceptive Divice (IUD)
AKDR adalah alat untuk mencegah kehamilan yang efektif, aman, dan
reversible yang terbuat dari plastik atau logam kecil yang dimasukan melalui
kanalis servikalis.
 Mekanisme Kerja
Sampai sekarang mekanisme kerja IUD belum diketahui dengan pasti.
Kini pendapat yang terbanyak ialah bahwa IUD dalam kavum uteri
menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan
leukosit yang dapat menghancurkan blas-tokista atau sperma. Pada
pemeriksaan cairan uterus pada pemakai IUD seringkali dijumpai pula sel-sel
makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa. Kar dan kawan-kawan
selanjutnya menemukan sifat-sifat dan isi cairan uterus yan mengalami
perubahan-perubahan pada pemakai IUD, yang menyebabkan blastokista tidak
dapat hidup dalam uterus, walaupun sebelumnya terjadi nidasi. Penelitian lain
menemukan sering adanya kontraksi uterus pada pemakai IUD, yang dapat
menghaIangi nidasi. Diduga ini disebabkan oleh meningkatnya kadar
prostaglandin dalam uterus pada perempuan tersebut. Pada IUD bioaktif

14
mekanisme kerjanya selain menimbulkan peradangan seperti pada IUD biasa,
juga oleh karena "ionisasi" ion logam atau bahan lain yang terdapat pada IUD
mempunyai pengaruh terhadap sperma. Menurut penelitian, ion logam yang
paling efektif adalah ion logam tembaga (Cu); yang lambat laun aktifnya terus
berkurang dengan lamanya pemakaian.1
 Jenis IUD
a. Levonorgestrel-releasing intrauterine system
Mirena, Skyla, dan Lileta alat berbentuk T struktur polyethylene terbungkus
silinder yang mengandung polydimethylsiloxane dan levonorgestrel . Silinder
mempunyai membrane yang permeable yang secara secara terus menerus
mengeluarkan hormone. Mirena dapat dipakai 5 tahun, tetapi bukti menunjukan
dapat dipakai 7 tahun . Lileta dan Skyla dapat digunakan 3 tahun. Mekanisme
yang dimediasi dengan progestin dapat mencegah kehamilan. Progestin
menyebabkan atrofi endometrium, menstimulasi penebalan mucus memblok
penetrasi sperma masuk kedalam uterus, mencegah ovulasi.

b. Copper- T 380A Intrauterine Device


Batang yang dilingkari dengan kumparan tembaga. Dapat digunakan selama 10
tahun walupun telah terbuti dapat mencegah kehamilan selama 20 tahun. Proses
inflammasi local yang intens pada uterus yang disebabkan oleh tembaga
menyebabkan aktivasi lisosomal dan proses infamasi lainnya yang bersifat
spermisidal, sehingga endometrium sulit untuk implantasi.4

Gambar 2.7 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim / IUD4

15
 Keuntungan
- Dapat digunakan untuk kontrasepsi pasca persalinan (kurang dari 48 jam
pasca persalinan ataupun 4 minggu pasca persalinan) ataupun kontrasepsi
pasca abortus
- Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian
satu kali motivasi
- Tidak menimbulkan efek sistemik
- Efektivitas cukup tinggi
- Dapat digunakan untuk sebagai kontrasepsi jangka panjang.
- Reversibel.1

 Kekurangan
- Memiliki efek samping : keluhan yang sering terdapat pada pemakai IUD
ialah menoragia, spotting, dan metroragia.
- Rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi segera setelah pemasangan IUD
- Gangguang pada suami ; Kadang-kadang suami dapat merasakan adanya
benang IUD sewaktu bersanggama
- Dapat terjadi ekspulsi ; Ekspulsi IUD dapat terjadi untuk sebagian atau
seluruhnya.4

 Kontraindikasi :
Kehamilan, servisitis, pelvic inflammatory disease, perdarahan pada vagina yang
belum jelas penyebabnya, genital malignancy (cervical cancer, endometrial
cancer).7

 Cara Pemakaian
- Waktu pemasangan : Setelah haid, postpartum, post abortum, post section
sesaria
- Cara pemasangan : membersikan serviks dengan larutas antiseptic,
dimasukan tankulum pada tepi serviks, kemudia dilakukan insersi IUD
melalui rongga endometrium.

16
- Cara pelepasan : Mengeluarkan AKDR biasanya dilakukan dengan jalan
menarik benang AKDR yang keluar dari ostium uteri eksternum dengan dua
jari, dengan pinset atau dengan cunam. 4

Gambar 2.8 Teknik Pemasangan IUD4

2.2.4. Kontrasepsi Mantap


a. Kontrasepsi Mantap (Sterilisasi) Wanita / Tubektomi
Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang
cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. Berikut ini adalah
berbagai teknik tubektomi.

17
1. Cara Pomeroy
Bagian tengah tuba diangkat dan dibentuk lipatan
terbuka, kemudian bagian dasarnya diikat dengan benang.
Bagian tuba di atas benang kemudian dipotong. Setelah
benang diserap, kedua bagian tuba akan terpisah satu sama
lain. Cara ini memiliki risiko terjadinya perlekatan kedua
ujung tuba uterina.

3. Cara Irving
Tuba diikat dengan benang di 2 tempat, kemudian bagian diantara 2 benang
dipotong. Ujung yang proksimal ditanam ke miomtrium, sedangkan ujung yang distal
ditanam ke ligamentum latum.
4. Cara Aldridge
Bagian peritoneum dari ligamentum latum dibuka, kemudian bagian distal tuba
dan fimbriae ditanam ke ligamentum latum.
5. Cara Uchida
Pertama-tama dilakukan minilaparotomi di atas simphisis pubis, kemudian tuba
ditarik ke luar abdomen. Daerah bawah serosa dari ampulla tuba falopii disuntikkan
adrenalin yang dilarutkan dalam larutan normosalin, sehingga mesosalpinx
mengembung. Daerah yang mengembung dilakukan sayatan kecil, kemudian serosa
dibebaskan dari tuba. Tuba kemudian dijepit, diikat, dan digunting. Ujung proksimal
akan tertanam di serosa dengan sendirinya, sedangkan ujung distal dibiarkan di luar
serosa.

6. Cara Kroener
Pada saat operasi, fimbriae dikeluarkan, kemudian bagian mesosalpinx di
bawah fimbriae dibuat suatu ikatan. Jahitan diikat 2 kali, satu mengelilingi tuba, satu
mengelilingi tuba bagian proksimal dari ikatan sebelumnya. Kemudian seluruh
fimbriae dipotong dan tuba dikembalikan ke dalam rongga abdomen.

18
7. Cara Parkland
Daerah mesosalpinx yang tidak dilalui vaskuler dan
dekat dengan tuba uterina dilubangi dengan hemostat kecil,
kemudian penjepit dibuka untuk memisahkan tuba dari
mesosalpinx. Masing-masing tuba bagian proksimal diligasi,
sedangkan bagian distalnya diikat. Bagian tuba diantaranya
kemudian dieksisi sekitar 2 cm. Setelah itu bagian yang telah
dieksisi diperiksa untuk kondisi hemostasisnya. Cara ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya perlekatan antara
kedua ujung tuba seperti pada cara Pomeroy.

 Keuntungan :
- Memotivasi hanya dilakukan satu kali saja, sehingga tidak diperlukan motivasi yang
berulang- ulang
- Efektivitas hampir 100%
- Tidak mempengaruhihi libido seksualis
- Tidak adanya kegagalan dari pihak pasien (patient's failure).

b. Kontrasepsi Mantap Pria (Sterilisasi) / Vasektom


Tidak dapat keraguan bahwa vasektomi lebih aman daripada sterilisasi tuba
karena vasektomi kurang invasive dan dikerjakan dengan analgesia local. Yang kurang
menguntungkan , sterilisasi tidak lansgung terjadi setelah vasektomi. Pengeluaran
seluruh sperma yang tersimpan di dalam saluran reproduksi bawaah lokasi inbterupsi
vas deferens memakan waktu 3 bulan atau 20 kali ejakulasi. 3

19
 Indikasi
Pasangan suami-isteri tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia
bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya.
 Keuntungan
- Efektif
- Tidak mengganggu libido seksualis.
- Dapat dikerjakan secara poliklinis.
 Komplikasi
- Infeksi pada sayatan, rasa nyari, terjadinya hematoma karena perdarahan kapiler,
epididimisitis, granuloma.1

2.2.5. Kontrasepsi Darurat


Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang diberikan setelah hubungan seksual
tanpa pengaman atau penggunaan kontrasepsi yang tidak tepat dan konsisten, untuk
mencegah kehamilan. Kontrasepsi darurat paling efektif bila diberikan dalam 5 hari
pertama, namun tetap dianjurkan diberikan sesegera mungkin. Beberapa indikasi
diberikannya kontrasepsi darurat antara lain :
 Kasus pemerkosaan
 Penggunaan kontrasepsi yang tidak tepat dan konsisten seperti :
- Kondom bocor, lepas, atau salah pakai
- Diafragma pecah, robek, atau diangkat terlalu cepat
- Gagal melakukan senggama terputus
- Salah perhitungan masa subur
- Ekspulsi AKDR
- Lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet
- Terlambat suntik progestin > 2 minggu atau terlambat suntik kombinasi > 1
minggu2

20
Tabel 2.1 . Jenis Kontrasepsi Darurat2
Cara Nama Dagang Dosis Waktu Pemberian

AKDR-Cu Copper T Sekali pasang Dalam 5 hari pasca


Multiload koitus
Nova T
Pil kombinasi dosis Microgynon 50 2 x 2 tablet Dalam 3 hari pasca
tinggi Ovral koitus, dosis kedua
Neogynon diberikan 12 jam
Norgiol kemudian
Eugynon
Pil kombinasi dosis Microgynon 30 2 x 4 tablet Dalam 3 hari pasca
rendah Mikrodiol koitus, dosis kedua
Nordette diberikan 12 jam
kemudian

Progestin Postinor 2 x 1 tablet Dalam 3 hari pasca


koitus, dosis kedua
diberikan 12 jam
kemudian

Estrogen Lynoral 2,5 mg/ dosis Dalam 3 hari pasca


Premarin 10 mg/ dosis koitus, 2x1 dosis
Progynova 10 mg/ dosis selama 5 hari

Mifepristone RU-486 1X600 mg Dalam 3 hari pasca


koitus

21
Danazol Danocrine 2x4 tablet Dalam 3 hari pasca
Azol koitus, dosis kedua
diberikan 12 jam
kemudian

22
2.3. Pemilihan dan Waktu Pemasangan Alat Kontrasepsi Pasca Melahirkan
Tujuan KB pada pada wanita pospartum adalah untuk membantu perempuan
memutuskan kontrasepsi yang ingin mereka gunakan, untuk memulai itu kontrasepsi, dan
untuk melanjutkan penggunaan kontrasepsi selama 2 tahun atau lebih, tergantung kepada
wanita atau pasangan. Ada beberapa pertimbangan unik untuk menyediakan layanan KB
pada wanita pasca melahirkan selama periode postpartum 12 bulan.
 Segera melahirkan sampai 6 bulan pasca kelahiran, seorang wanita dapat
menggunakan metode amenore laktasi (MAL) dan beberapa metode aman
lainnya. Jika seorang wanita memilih metode MAL, makan wanita itu harus
melanjutkan kontrasepsi dengan menggunakan kontrasepsi modern lainnya saat
usia bayi lebih dari 6 bulan, atau secepatanya apabila metode MAL tidak bisa
dilakukan. Dia harus diberi informasi tepat waktu cara untuk memungkinkannya
memilih metode kontrasepsi modern lainnya.
 Alat kontrasepsi intrauterin yang mengandung tembaga (IUD) dapat segera
dimasukkan atau hingga 48 jam setelah kelahiran, atau kapan saja setelah 4
minggu pascapersalinan. Sterilisasi wanita prosedur atau oklusi tuba (TO) dapat
dilakukan segera atau hingga 4 hari setelah persalinan , atau kapan saja setelah
6 minggu pascapersalinan
 Untuk wanita yang tidak menyusui, selain IUD dan TO, metode progestogen
saja bisa diinisiasi segera setelah lahir. Kontrasepsi oral kombinasi dapat
dimulai mulai 3 minggu setelah lahir.
 Untuk wanita menyusui, semua metode menggunakan progestogen pil
progestogen suntikan, implan - dapat dimulai pada 6 minggu setelah kelahiran,
sesuai WHO MEC Pil kombinasi estrogen dan progestin tidak dapat dimulai
sampai 6 bulan setelah persalinan.
 Semua wanita yang menyusui atau tidak, dapat memulai penggunaan kondom
segera setelah lahir, kontrasepsi darurat setelah 4 minggu, dan diafragma atau
serviks setelah 6 minggu.8

23
Gambar 2.8. Pilihan kontrasepsi postpartum (waktu inisiasi, metode dan
Pertimbangan menyusui)8

24
BAB III
KESIMPULAN
Kontrasepsi ialah suatu usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan baik yang bersifat
sementara maupun permanen. Kontrasepsi yang ideal memiliki syarat-syarat aman, berdaya
guna, dapat diterima, harganya terjangkau, dan reversibel.

Penggunaan kontrasepsi pada kelompok orang berusia dibawah 20 tahun bertujuan untuk
menunda terjadinya kehamilan, penggunaan kontrasepsi pada kelompok orang berusia 20 – 35
tahun bertujuan untuk menjarangkan terjadinya kehamilan ,sedangkan penggunaan kontrasepsi
pada kelompok orang berusia diatas 35 tahun bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan
kembali .

Terdapat berbagai macam metode kontrasepsi. Secara garis besar, metode kontrasepsi
dibagi menjadi kontrasepsi hormonal dan kontrasepsi non hormonal. Dalam hal ini setiap calon
akseptor bebas dalam menentukan dan memilih jenis alat dan obat kontrasepsi yang paling
cocok untuk dirinya.

Untuk dapat memilih mana alat atau obat kontrasepsi yang kiranya cocok untuk akseptor
baik dalam hal rasionalitas, efektivitas dan efisiensi, maka masyarakat harus dapat
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan terbuka mengenai kelebihan, kekurangan, efek
samping, dan kontrasindikasi dari masing-masing metode kontrasepsi.

25
DAFTAR PUSTAKA
1. Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
2. Saifuddin AB. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
3. World Health Organization. 2019. Contraception. Diakses 3 Januari 2020.
https://www.who.int/reproductivehealth/en/
4. Hoffman B L et all. 2016. Williams Gynecology, 3th edition. New York; Mc Graw Hill.
5. Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Universitas
Pajajaran.Panduan Praktik Klinik Obstetri Dan Ginekologi . Bandung ; GME Obgyn
UNPAD. 2018.
6. Speroff L, et all. 2011. Clinical Gynecology Endocrinology And Infertility, 8th Edition
Philadelphia, USA: Lippincot williams &Wilkin.
7. Yoost J. 2014. Understanding benefit and addresing misperceptions and barier to
intrauterine divice access among population in teh United States. Dove Press Journal.
page 947–957 .
8. World Health Organization. 2013. Programing Strategies for Postpartum Family
Planing.

26

Anda mungkin juga menyukai