Anda di halaman 1dari 25

KONTRASEPSI

Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Keluarga berencana menurut WHO Expert committee 1970 adalah tindakan membantu individu atau pasangan suami istri untuk: 1. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan 2. Mendapat kelahiran yang memang diinginkan 3. Mengatur interval diantara kehamilan 4. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungannya dengan suami istri 5. Menentukan jumlah anak dalam keluarga Efek samping penggunaan kontrasepsi: 1. Perdarahan (spotting) 2. Mual 3. Sakit Kepala 4. Perubahan mood 5. Payudara sakit atau membesar 6. Perubahan berat badan Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindar dan mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. Kontrasepsi ialah usaha- usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usahausaha itu dapat bersifat sementara, dan juga bersifat permanen.

METODE KONTRASEPSI:
A. Kontrasepsi non hormonal
I. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat/ obat 1. Senggama terputus (koitus interruptus) Adalah senggama terputus yaitu berhentinya senggama tepat sebelum lakilaki mengalami orgasme dan ejakulasi yang dilakukan di luar tubuh wanita. Ini adalah metode kontrasepsi tertua dan paling sederhana yang telah digunakan secara luas.

Keuntungan: Kerugian: Mengganggu hubungan seksual Mengurangi kenikmatan dan kepuasan Menuntut kehati-hatian yang sangat tinggi Angka kegagalan pemakaian sangat tinggi Keterlambatan dalam menarik penis adalah kegagalan terbesar dalam metode ini Indikasi: cocok untuk pasangan menikah muda yang ingin menunda kehamilan, suami enggan memakai kondom, wanita yang tidak bisa memakai kontraepsi lain karena kontra indikasi Cara yang sangat sederhana Tidak memerlukan obat dan alat Tidak ada efek samping medis (kecuali efek psikologis mengurangi kepuasan seksual) Tidak ada kontra indikasi Tanpa persiapan dan murah karena tidak memakai biaya

2. Pembilasan pasca senggama (postcoital doche) Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan obat (cuka atau Obat lain) segera setelah koitus merupakan suatu cara yang telah lama sekali dilakukan untuk tujuan kontrasepsi. Maksudnya ialah untuk mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina. Penambahan cuka ialah untuk memperoleh efek spermisida serta menjaga asiditas vagina. Efektivitas cara ini mengurangi kemungkinan terjadinya konsepsi, hanya dalam batas-batas tertentu karena sebelum dilakukannya pembilasan spermatozoa dalam jumlah besar sudah memasuki serviks uteri.

3. Metode amenore laktasi (prolonged lactation) Metode Amenore Laktasi adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan ataupun minuman.

Perempuan mengetahui bahwa kemungkinan untuk menjadi hamil menjadi lebih kecil apabila mereka terus menyusui anaknya setelah melahirkannya. Maka, memperpanjang masa laktasi sering dilakukan untuk mencegah kehamilan. Efektivitas menyusui anak dapat mencegah ovulasi dan memperpanjang amenorea post partum. Akan tetapi, ovulasi pada suatu saat akan terjadi lagi dan akan mendahului haid pertama setelah partus. Bila hal ini terjadi, konsepsi dapat terjadi selagi perempuan tersebut masih dalam keadaan amenorea dan terjadilah kehamilan kembali setelah melahirkan sebelum mendapatkan haid. 4. Pantang berkala ( Rhytm metode) Sanggama dihindari pada masa subur yaitu dekat dengan pertengahan siklus haid atau terdapat tanda-tanda adanya kesuburan yaitu keluarnya lendir encer dari liang vagina. Seorang perempuan hanya dapat hamil selama beberapa hari saja dalam daur haidnya. Masa subur yang juga disebut "fase ovulasi" mulai 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah ovulasi. Sebelum dan sesudah masa itu, perempuan tersebut berada dalam masa tidak subur. Kesulitan cara ini ialah sulit untuk menentukan waktu yang tepat dari ovulasi; ovulasi umumnya terjadi 14 + 2 hari sebelum hari pertama haid yang akan datang. Dengan demikian, pada perempuan dengan haid yang tidak teratur, sangat sulit atau sama sekali tidak dapat diperhitungkan saat terjadinya ovulasi. Selain itu, pada perempuan dengan haid teratur pun ada kemungkinan hamil, oleh salah satu sebab (misalnya karena sakit) ovulasi tidak datang pada waktunya atau sudah datang sebelum saat semestinya. Pada perempuan-perempuan dengan daur haid tidak teratur, akan tetapi dengan variasi yang tidak jauh berbeda, dapat ditetapkan masa subur dengan suatu perhitungan, dimana daur haid terpendek dikurangi dengan 18 hari dan daur haid terpanjang dikurangi dengan 11 hari. Masa aman ialah sebelum daur haid terpendek yang telah dikurangi. Untuk dapat mempergunakan cara ini, perempuan yang bersangkutan sekurang-kurangnya harus mempunyai catatan tentang lama daur haidnya selama 5 bulan, atau lebih baik jika perempuan tersebut mempunyai catatan tentang lama daur haidnya selama satu tahun penuh. Efektivitas cara ini akan lebih tepat jika dibarengi dengan cara pengukuran suhu basal badan (SBB); dengan pengukuran ini dapat ditentukan dengan tepat saat terladinya ovulasi. Menjelang ovulasi suhu basal badan turun, kurang dari 24 jam

sesudah ovulasi suhu basal badan naik lagi sampai tingkat lebih tinggi daripada tingkat suhu sebelum ovulasi, dan tetap tinggi sampai akan terjadinya haid. Dengan demikian bentuk grafik suhu basal badan adalah bifasis, dengan dataran pertama lebih rendah daripada dataran kedua, dengan saat ovulasi di antaranya. 5. Metode suhu basal Ibu dapat mengenali masa subur-nya dengan mengukur suhu badan secara teliti dengan termometer khusus yang bisa mencatat perubahan suhu sampai 0,1 C. Pengukuran suhu basal badan dilakukan setiap hari sesudah haid berakhir sampai mulainya haid berikunya. Usaha itu dilakukan sewaktu bangun pagi sebelum menjalankan kegiatan apapun, dengan memasukkan termometer dalam rektum atau dalam mulut di bawah lidah selama 5 menit. Dengan menggunakan suhu basal badan, kontrasepsi dengan cara pantang berkala dapat ditingkatkan efektivitasnya. Akan tetapi, harus diingat bahwa beberapa faktor dapat menyebabkan kenaikan suhu basal badan tanpa terjadinya ovulasi, misalnya karena infeksi, kurang tidur, atau minum alkohol.

II. Kontrasepsi menggunakan alat/ obat Metode barier: 1. Kondom

Adalah sarung karet tipis yang di maksudkan untuk menutupi seluruh penis pada saat melakukan hubungan seksual. Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan koitus, dan mencegah tumpahnya sperma dalam vagina. Pada ujungnya terdapat kantong kecil yang merupakan reservoir untuk menampung sperma, permukaannya ada yang halus dan ada yang kasar, sebagian

kondom ada yang telah dilengkapi spermisida sehingga jika terjadi kebocoran atau robekan maka sperma telah di inaktivasi. Keuntungan: Mudah, murah, cukup relatif jika dipakai secara benar dan efektifitasnya dapat langsung dirasakan Cukup aman tidak ada efek samping kecuali bila si pemakai alergi terhadap lateks Merupakan alat kontrasepsi yang dapat melindungi terhadap penularan PMS

Kerugian: Kurang praktis karena harus dipakai setiap kali melakukan hubungan seksual Kondom mengurango rangsangan penis sehingga kenikmatan seksual bisa terganggu Indikasi: kondom ditujukan terutama sebagai kontrasepsi sementara untuk pasangan muda yang ingin menunda atau menjarangkan kehamilan. Kondom juga cocok untuk mereka yang berisiko tinggi terhadap PMS.

2. Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang di-insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks. Cara kerja : menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi) dan sebagai alat spermisida. Jenis diafragma yaitu flat spring, coil spring, arching spring.

Diafragma vaginal sering dianjurkan pemakaiannya dalam hal-hal seperti berikut. keadaan di mana tidak tersedia cara yang lebih baik; jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi, sehingga tidak dibutuhkan perlindungan yang terus-menerus; jika pemakaian pil, IUD, atau cara lain harus dihentikan untuk sementara waktu oleh karena sesuatu sebab. Pada keadaan-keadaan tertentu pemakaian diafragma tidak dapat dibenarkan, misalnya pada prolapsus uteri, fistula vagina. Diafragma paling cocok dipakai perempuan dengan dasar panggul yang tidak longgar dan dengan tonus dinding vagina yang baik. umumnya diafragma vaginal tidak menimbulkan banyak efek samping. Efek samping mungkin disebabkan oleh reaksi alergik terhadap obat-obat spermatisida yang dipergunakan, atau oleh karena terjadinya perkembangbiakan bakteri yang berlebihan dalam vagina jika diafragma dibiarkan terlalu lama terpasang di situ. Kelemahan diafragma vaginal ini ialah (1) diperlukannya motivasi yang cukup kuat; (2) umumnya hanya cocok untuk perempuan yang terpelajar dan tidak untuk dipergunakan secara massal; (3) pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan kegagalan; (4) tingkat kegagalan lebih tinggi daripada pil atau IUD. Keuntungan dari cara ini ialah (1) hampir tidak ada efek samping; (2) dengan motivasi yang baik dan pemakaian yang betul, hasilnya cukup memuaskan; (3) dapat dipakai sebagai pengganti pil, IUD atau pada perempuan yang tidak boleh mempergunakan pil atau IUD oleh karena sesuatu sebab.

3. Spermisida

Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk menon-aktifkan atau membunuh sperma. Yang dikemas dalam bentuk : aerosol busa,

tablet vaginal, suppositoria, krim. Cara kerja : menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan

pembuahan sel telur. Obat spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas 2

komponen,yaitu zat kimiawi yang mampu mematikan spermatozoa, dan vehikulum yang nonaktif dan yang diperlukan untuk membuat tablet atau cream/jelly. Makin erat hubungan antara zat kimia dan sperma, makin tinggi efektivitas obat. Oleh sebab itu, obat yang paling baik adalah yang dapat membuat busa setelah dimasukkan ke dalam vagina, sehingga kelak busanya dapat mengelilingi serviks uteri dan menutup ostium uteri eksternum. Cara kontrasepsi dengan obat spermatisida umumnya digunakan bersama-sama dengan cara lain (diafragma vaginal). Terdiri dari: aerosol busa, tablet vagina atau suppositoria atau film/ tissue, krim.

B. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi ini tersedia dalam berbagai bentuk oral, injeksi, dan implant. Kontrasepsi oral adalah kombinasi estrogen dan progestin atau hanya progestin mini pil. Kontrasepsi injeksi atau implant hanya mengandung progestin atau kombinasi estrogen dan progestin. 1. Kontrasepsi estrogen plus progestin (kombinasi)

Mekanisme kerja: Titik tangkap utama kontrasepsi oral kombinasi adalah pada hipotalamus dengan menekan gonadotropin releasing hormone.

Pengaruhnya pada hipofisis terutama penurunan sekresi luteinizing hormone (LH) dan sedikit follicle stimulating hormone (FLH). Dengan tidak adanya puncak LH, maka ovulasi tidak akan terjadi, disamping itu ovarium tidak akan menjadi aktif dan pemasakan folikel terhenti. Lendir

serviks juga mengalami perubahan menjadi lebih kental, sehingga penetrasi sperma mulai menurun. Efektifitas: Jika pil digunakan dengan tepat dan benar, keefektifitasnya mencapai 99.9% atau hampir menyamai sterilisasi, tetapi kegagalan dalam meminum pil masih sangat tinggi, dan ketidak patuhan minum pil merupakan salah satu penyebabnya. Indikasi dan Kontraindikasi: Indikasi penggunaan pil kontrasepsi kombinasi adalah wanita yang menginginkan kontrasepsi oral dengan efektifitas yang tinggi dan bisa patuh minum obat, siklus haid yang tidak teratur, dismenore yang berat atau keluhan haid lainnya. Kontraindikasi yang absolut adalah kehamilan, penyakit

kardiovaskuler, penyakit hati, tumor ganas dari saluran kelamin dan payudara. Keuntungan: Keuntungan utama pil adalah keefektifannya yang sangat tinggi apabila digunakan dengan tepat dan benar. Pil memenuhi unsur sederhana, mudah penggunaannya, tidak memerlukan intervensi medis dan tidak memerlukan pemeriksaan dalam bagi pemakainya, dan tidak mengganggu senggama. Pil juga menyebabkan lender serviks menjadi lebih tebal dan kanalis servikalis menjadi kurang lebar sehingga sulit di tembus kuman yang akan masuk kavum uteri. Pil juga menyebabkan angka kejadian kehamilan ektopik menjadi lebih kecil karena dengan mencegah ovulasi secara otomatis kemungkinan kejadian kehamilan ektopik juga menurun. Pil juga menjadikan siklus haid lebih teratur. Kerugian: Pil harus diminum setiap hari sehingga ketidakdisiplinan minum obat menyebabkan kegagalan, efek sampingnya masih cukup banyak misalkan break through bleeding, amenore, nausea, nyeri payudaram kenaikan berat badan.

Jenis Pil Kombinasi Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen atau progestin dalam dosis yang sama dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen progestin. Dengan 2 dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin dengan 3 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

2. Mini-Pil (Kontrasepsi Pil Progestin) Mini-pil bukan merupakan penghambat ovulasi oleh karena selama memakan pil mini ini kadang-kadang ovulasi masih dapat terjadi. Efek utamanya ialah terhadap lendir serviks, dan juga terhadap endometrium, sehingga nidasi blastokista tidak dapat terjadi. Mini-pill ini umumnya tidak dipakai untuk kontrasepsi. Jenis Mini pil Kemasan dengan isi 35 pil : 300 micro gram levonorgestrel atau 350 microgram noretindron Kemasan dengan isi 28 pil : 75 microgram desogestrel

Cara kerja Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid sex di ovarium (tidak begitu kuat) Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma. Mengubah motilitas tuba sehingga transformasi sperma terganggu

Yang boleh menggunakan mini pil Usia reproduksi

Telah memiliki anak atau yang belum memiliki anak Pasca persalinan dan tidak menyusui Pasca keguguran Perokok segala usia Mempunyai tekanan darah tinggi (selama < 180/110 mmhg) dengan masalah pembekuan darah.

Yang tidak boleh menggunakan mini pil Hamil Perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyebabnya Menggunakan obat TB (rifampicin) atau obat untuk epilepsi (fhenitoin dan barbiturat.

C. Kontrasepsi Suntikan
Berdasarkan jenisnya : Depo Medroksiprogesteron acetat (Depoprovera), mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuscular (didaerah bokong) Depo noretisteron enantat (depo noristerat), yang mengandung 200 mg noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuscular.

Cara kerja : Mencegah ovulasi Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan penetrasi sperma. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi Menghambat transportasi gamet oleh tuba

Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin Usia reproduksi Setelah abortus Perokok, tekanan darah kurang dari 180/110 mmhg dengan masalah gangguan pembekuan darah

Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi Anemia defisiensi besi Mendekati usia menopause atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi

Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin Hamil Perdarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya Menderita kanker payudara Diabetes melitus disertai komplikasi

Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan progestin Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil Mulai hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti kontrasepsi suntikan Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur Suntikan Setiap 3 Bulan (Depo Provera)

Depo Provera ialah obat yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progestagen yang kuat dan sangat efektif. obat ini termasuk obat depot. Noristerat juga termasuk dalam golongan

kontrasepsi suntikan. Mekanisme kerja Obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan gonadotropin releasing hormone dari hipotalamus. Lendir serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi sperma melalui serviks uteri. Implantasi ovum dalam endometrium dihalangi. Mempengaruhi transpor ovum di tuba.

Keuntungan kontrasepsi suntikan berupa depo ialah: efektivitas tinggi; pemakaiannya sederhana; cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya 4x setahun); reversibel; dan cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak. Kekurangan metode depot ialah sering menimbulkan perdarahan yang tidak teratur (spotting breaktrough bleeding), dan lain-lain; dapat menimbulkan amenorea. Obat suntikan cocok digunakan oleh ibu-ibu yang baru saja melahirkan dan sedang menyusui anaknya.

Waktu pemberian dan dosis Kontrasepsi suntikan sangat cocok untuk program postpartum karena tidak mengganggu laktasi, dan terjadinya amenorea setelah suntikan. Suntikan Depo tidak mengganggu ibu-ibu yang menyusui anaknya dalam masa postpartum, karena dalam masa ini terjadi amenorea laktasi. Untuk program postpartum, Depo Provera disuntikkan sebelum ibu meninggalkan rumah sakit; sebaiknya sesudah air susu ibu terbentuk, yaitu kira-kira hari ke-3 sampai dengan hari ke-5. Kontrasepsi Depo disuntikkan dalam dosis 150 mg/cc) sekali 3 bulan.

Suntikan Setiap Bulan (Monthly Injectable)

Suntikan bulanan mengandung 2 macam hormon progesrin dan estrogen seperti hormon alami pada tubuh perempuan. Juga disebut sebagai kontrasepsi suntikan kombinasi. Preparat yang dipakai adalah medroxy progesterone acetate (MPA)/estradiol caprionate atau norethisterone

enanthare (NET-EN)/estradiol oalerate. Berbagai macam nama telah beredar antara lain Cyclofem, Cycloprovera, Mesygna, dan Noigtnon. Mekanisme kerjanya adalah mencegah keluarnya ovum dari ovarium. Efektivitasnya tergantung saat kembalinya untuk mendapatkan suntikan. Bila perempuan mendapatkan suntikan tepat waktu, angka kehamilannya kurang dari 1/100 perempuan yang menggunakan kontrasepsi bulanan dalam satu tahun pertama.

D. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim / Intra Uterine Device

Mekanisme Kerja IUD Sampai sekarang mekanisme kerja IUD belum diketahui dengan pasti. Kini pendapat yang terbanyak ialah bahwa IUD dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium. Pada pemeriksaan cairan uterus pada pemakai IUD seringkali dijumpai pula sel-sel makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa. Pada IUD bioaktif mekanisme kerjanya selain menimbulkan peradangan seperti pada IUD biasa, juga oleh karena "ionisasi" ion logam atau bahan lain yang terdapat pada IUD mempunyai pengaruh terhadap sperma. Menurut penelitian, ion logam yang paling efektif adalah ion logam tembaga (Cu); yang lambat laun aktifnya terus berkurang dengan lamanya pemakaian.

Jenis-ienis IUD AKDR CuT-380A kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel,

berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu). AKDR yang beredar di indonesia adalah NOVA T Keuntungan-keuntungan IUD IUD mempunyai keunggulan bila dibandingkan dengan cara kontrasepsi lainnya seperti : 1. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian satu kali motivasi 2. 3. 4. 5. 6. Tidak menimbulkan efek sistemik Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal Efektivitas cukup tinggi Reversibel. Tidak ada pengaruh terhadap ASI

Efek Samping IUD 1. Perdarahan 2. Rasa Nyeri dan Kejang di Perut

3. Gangguan pada Suami 4. Ekspulsi (Pengeluaran Sendiri) 5. Faktor Psikis Komplikasi IUD 1. Infeksi 2. Perforasi 3. Kehamilan: kehamilan dengan IUD in situ Waktu Pemasangan IUD 1. Sewaktu haid sedang berlangsung Pemasangan IUD pada waktu ini dapat dilakukan pada hari-hari pertama atau pada hari-hari terakhir haid. Keuntungan pemasangan IUD pada waktu ini antara lain ialah : pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu ini agak terbuka dan Iembek. tidak terlalu nyeri. perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak terlalu dirasakan kemungkinan pemasangan IUD pada uterus yang sedang hamil tidak ada. 2. Sewaktu postpartum secara dini (immediate insertion) secara langsung (direct insertion) secara tidak langsung (indirect insertion)

3. Sewaktu post abortum Sebaiknya IUD dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Namun, pada keadaan ditemukannya septic abortion, maka tidak dibenarkan memasang IUD. 4. Sewaktu melakukan seksio sesarea

Pemeriksaan Lanjutan (follow-up) Pemeriksaan sesudah IUD dipasang, dilakukan 1 minggu sesudahnya; pemeriksaan kedua 3 bulan kemudian, dan selanjutnya tiap 6 bulan. Tidak ada konsensus berapa lama IUD jenis Lippes loop boleh terpasang dalam

uterus, akan tetapi demi efektivitasnya, IUD Copper 7 atau Copper T sebaiknya diganti tiap2-3tahun.

Cara Mengeluarkan IUD Mengeluarkan IUD biasanya dilakukan dengan jalan menarik benang IUD yang keluar dari ostium uteri eksternum (OUE) dengan dua cara yaitu: dengan pinset, atau dengan cunam jika benang IUD tampak di luar OUE. Bila benang tidak tampak di luar OUE, keberadaan IUD dapat diperiksa melalui ultrasonografi atau foto rontgen. Bila IUD masih in situ dalam kavum uteri, IUD dapat dikeluarkan dengan pengait IUD. Kalau ternyata IUD sudah mengalami translokasi masuk ke dalam rongga perut (cavum peritonii) pengangkatan IUD dapat dilakukan dengan laparoskopi atau minilaparotomi. Bila benang IUD tidak terlihat, maka hal tersebut disebabkan oleh: Akseptor menjadi hamil Perforasi uterus Ekspulsi yang tidak disadari Perubahan letak IUD, sehingga benang IUD tertarik ke dalam rongga uterus.

E. Kontrasepsi Implant/ Susuk


Jenis: Norplant (levonogestrel sintetis) : lama kerjanya 5 tahun Implanon: lama kerjanya 3 tahun Cara Kerja: Lendir serviks menjadi kental Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi Mengurangi transportasi sperma Menekan ovulasi Keuntungan: Perlindungan jangka panjang Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan

Tidak mengganggu kegiatan senggama Tidak mengganggu ASI Mengurangi nyeri haid Indikasi: Perempuan pada masa reproduksi Perempuan yang menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang Perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi Kontraindikasi: Hamil atau diduga hamil Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya Efek samping: Pendarahan haid yang banyak atau sedikit Sakit kepala Mual& muntah Perubahan berat badan

F. Kontrasepsi MANTAP (Tubektomi, Vasektomi)


Istilah kontrasepsi mantap merupakan nama lain dari sterilisasi atau kontrasepsi operatif, disini dikenal juga sebagai MOW (medis operatif wanita) dan MOP (medis operatif pria). Pada wanita sterilisasi lazimnya dilakukan dengan memotong atau mengambil sebagian saluran telur (tuba) atau disebut juga tubektomi. Atau juga bisa dilakukan tuba ligation atau tuba oclution yaitu mengikat tuba yang biasanya dilakukan dengan minilaparotomi dan laparoskopi. Pada laki- laki teknik ini dilakukan dengan memotong sebagian vas deferens sehingga dikenal istilah vasektomi. 1. TUBEKTOMI

Mekanisme kerja Dengan mengoklusi tuba fallopi (mengikat dan memotong) sehingga sperma tidak dapat bertemu ovum

Yang dapat menjalani Tubektomi Usia > 26 tahun Paritas > 2 Yakin sudah mempunyai keluarga besar yang sesuai dengan kehendaknya Pada kehamilan akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius Pascapersalinan Pascakeguguran Paham dan secara suka rela setuju dengan tindakan ini

Kapan tindakan dilakukan Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional Hari ke 6 hingga hari ke 13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi) Pascapersalinan (mini lap: di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu, Laparoskopi: tidak tepat untuk pasien pascapersalinan Pascakeguguran (Triwulan Pertama: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvic, Triwulan kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvic

Keuntungan sterilisasi ialah: Motivasi hanya dilakukan satu kali saja, sehingga tidak diperlukan motivasi yang berulang- ulang Efektivitas hampir 100% tidak mempengaruhi libido seksual Tidak adanya kegagalan dari pihak pasien.

Cara Pomeroy Cara ini dilakukan dengan membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian dasarnya diikat dengan benang yang dapat diserap, tuba di atas dasar itu dipotong. Setelah benang pengikat diserap, maka ujung-ujung tuba akhirnya terpisah satu sama lain. Angka kegagalan berkisar antara 0 0,4%. Cara Irving Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap; ujung proksimal tuba ditanamkan ke dalam miometrium, sedangkan ujung distal ditanamkan ke dalam ligamentum latum. Cara Aldridge Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian distal bersama-sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum. Cara Uchida Pada cara ini tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil (minilaparotomi) di atas simfisis pubis. Kemudian dilakukan suntikan di daerah ampulla tuba dengan larutan adrenalin dalam air garam di bawah serosa tuba. Akibat suntikan ini, mesosalping di daerah tersebut mengembung. Lalu, dibuat sayatan kecil di daerah yang kembung tersebut. Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang kira-kira 4 - 5 cm; tuba dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat, lalu digunting. ujung tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya di bawah serosa,

sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada di luar serosa. Angka kegagalan dari cara ini adalah 0. Cara Kroener Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan dengan benang sutera dibuat melalui bagian dari mesosalping di bawah fimbria. Jahitan ini diikat dua kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh fimbria dipotong. Setelah pasti tidak ada perdarahan, maka tuba dikembalikan ke dalam rongga perut. Teknik ini banyak digunakan. Keuntungan dari cara ini antara lain ialah sangat kecilnya kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka kegagalan 0,19%.

2. VASEKTOMI

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi. Indikasi, vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga. Dan pada dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi ialah bahwa pasangan suami-isteri tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya. Keuntungan vasektomi ialah: tidak menimbulkan kelainan baik fisik maupun mental. tidak mengganggu libido seksualis. dapat dikerjakan secara poliklinis. Komplikasi, (a) komplikasi dapat terjadi saat prosedur berlangsung atau beberapa saat setelah tindakan. Komplikasi selama prosedur dapat berupa komplikasi akibat reaksi anafilaksis yang disebabkan oleh penggunaan lidokain atau manipulasi berlebihan terhadap anyaman pembuluh darah di sekitar vasa deferensia. (b) komplikasi pasca tindakan dapat berupa hematoma skrotalis, infeksi atau abses pada testis, atrofi testis, epididimitis kongestif, atau peradangan kronik granuloma di tempat insisi. Penyulit jangka panjang yang dapat mengganggu upaya pemulihan fungsi reproduksi adalah terjadinya antibodi sperma. Teknik Vasektomi

Anestesia dilakukan di kulit skrotum dan jaringan sekitarnya di bagian atas, dan pada jaringan di sekitar vas deferens. Vas dicari dan setelah ditentukan lokalisasinya, dipegang sedekat mungkin di bagian kulit skrotum. Setelah itu, dilakukan sayatan pada kulit skrotum sepanjang 0,5 sampai 1 cm di dekat tempat vas deferens. Setelah vas kelihatan dijepit dan dikeluarkan dari sayatan (harus yakin betul, bahwa yang dikeluarkan itu memang vas), vas dipotong sepanjang 1 sampai 2 cm dan kedua ujungnya diikat. Setelah kulit dijahit, tindakan diulangi pada skrotum di sebelahnya. Seorang yang telah mengalami vasektomi baru dapat dikatakan betulbetul steril jika dia telah mengalami 8 sampai 12 ejakulasi setelah vasektomi. Oleh karena itu sebelum hal tersebut di atas tercapai, yang bersangkutan dianjurkan saat koitus: memakai cara kontrasepsi lain.

G. Kontrasepsi Darurat (KONDAR)


Kontrasepsi darurat atau yang biasa disebut morning after pill adalah hormonal tingkat tinggi yang di minum untuk mengontrol kehamilan sesaat setelah melakukan hubungan seks yang beresiko. Pada prinsipnya pil tersebut bekerja dengan cara menghalangi sperma berenang memasuki sel telur dan memperkecil terjadinya pembuahan (Metode ini lebih sering disebut sebagai kontrasepsi pasca sanggama, banyak wanita yang tidak mengetahui metode ini dan metode ini sulit di peroleh. Jenis Kontrasepsi Darurat No Cara Merek Dagang 1 Mekanik AKDR-Cu Copper T Multiload Nova T 2 Medik Pil kombinasi Ovral Dosis tinggi Microgynon 50 2 x 2 tablet Dalam waktu 3 hari pasca sanggama, dosis kedua 12 jam kemudian Satu kali Dalam waktu 5 hari pasca Dosis Waktu Pemberian

pemasangan sanggama

Neogynon Nordiol Dosis rendah Eugynon Microgynon 30 Mikrodiol Nordette 3 Progestin Postinor-2 2 x 1 tablet Dalam waktu 3 hari pasca sanggama, dosis kedua 12 jam kemudian 4 Estrogen Lynoral Premarin 10 mg/dosis Progynova 10 mg/dosis 5 Mifepristone RU-486 1 x 600 mg Dalam waktu 3 hari pasca sanggama. 2,5 mg/dosis Dalam waktu 3 hari pasca sanggama, 2 x 1 dosis selama 5 hari 2 x 4 tablet Dalam waktu 3 hari pasca sanggama, dosis kedua 12 jam kemudian

Danazol

Danocrine Azol

2 x 4 tablet Dalam waktu 3 hari pasca sanggama, dosis kedua 12 jam kemudian

Batasan: Pil kombinasi hanya efektif jika digunakan dalam 72 jam sesudah hubungan seksual tanpa perlindungan. Pil kombinasi dapat menyebabkan nausea, muntah, atau nyeri payudara

AKDR hanya efektif jika dipasang dalam 7 hari sesudah hubungan seksual Pemasangan AKDR memerlukan tenaga terlatih dan sebaiknya tidak digunakan pada klien yang terpapar dengan resiko IMS. Indikasi: Indikasi kontrasepsi darurat adalah untuk mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki Bila terjadi kesalahan dalam pemakaian kontrasepsi seperti : Kondom bocor, lepas atau salah menggunakannya Diafragma pecah, robek atau diangkat terlalu cepat Kegagalan sanggama terputus (misalnya ejakulasi di vagina atau pada genitalia eksterna) Salah hitung masa subur AKDR ekspulsi Lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet Terlambat lebih dari 2 minggu untuk suntik KB

Perkosaan Tidak menggunakan kontrasepsi. Kontraindikasi Hamil atau tersangka hamil

Efek samping Mual, muntah, perlu konseling. Jika muntah terjadi dalam 2 jam sesudah penggunaan pil pertama atau kedua, dosis ulangan perlu diberikan Perdarahan/bercak : sekitar 8 % klien dengan kontrasepsi oral kombinasi mengalami bercak-bercak. Sekitar 50 % mendapat haid pada waktunya bahkan lebih awal.

KELUARGA BERENCANA DAN KONTRASEPSI


Disusun oleh : Nelly Astika (09700260)

Pembimbing : dr. Zaenal Alim Sp. OG

SUB DEPARTEMEN KANDUNGAN SMF ILMU PENYAKIT KANDUNGAN RS TK. II dr. SOEPRAOEN-MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMASURABAYA 2013

Anda mungkin juga menyukai