Udara mengandung beberapa jenis gas seperti O2, CO2, N2, H2, O3 dan lain-
lain. Keberadaan dan konsentrasi gas di udara dapat mempengaruhi
pertumbuhan mikrobia. Mikrobia yang membutuhkan O2 untuk
pertumbuhannya disebut aerob, sedangkan mikrobia yang tidak membutuhkan
O2 untuk pertumbuhannya dan dapat menggunakan CO2 disebut obligat
anaerob. Ada juga mikrobia yang hanya sedikit membutuhkan O2 untuk
pertumbuhannya, yang disebut fakultatif anaerob. Prinsip ini mendasari pada
pengemasan bahan pangan dengan cara atmosfer terkendali (Controlled
Atmosphere Packaging) dan modifikasi atmosfer (modified atmosphere).
Secara ilustrasi faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikrobia pada
bahan pangan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
1. c) Pembuatan Kecap
Kehidupan dari mikroorganisme ada yang bersifat parasit dan ada pula yang
bersifat menguntungkan bagi kehidupan manusia, yang termasuk di dalamnya
adalah mikroorganisme yang berperan dalam proses pembuatan kecap.
Mikroorganisme yang berguna dalam proses pembuatan kecap adalah jenis
kapanng: Aspergilus oryzae, Aspergilus wentii dan Monilia sitophia (Tarigan,
1988).
Berikut merupakan proses pembuatan kecap secara ringkas ditampilkan dalam
bentuk diagram alir.
Pembuatan Tape
Tape merupakan salah satu makanan hasil fermentasi dengan bahan utama ketan
ataupun singkong dan ragi sebagai sumber mikrobanya. Menurut Dwidjoseputro
(1989) ragi untuk tape merupakan populasi campuran yang terdiri atas spesies-
spesies genus Aspergillus, Saccharomyces, Candida, Hansenula, dan tidak
ketinggalanAcetobacter.
Aspergillus dapat menyederhanakan amilum, sedangn Saccharomyces,
Candida dan Hansenula dapat menguraikan gula menjadi alkoholdan
bermacam-macam zat organic lainnya. Acetobacter dapat merombak alcohol
menjadi asam. Bahan utama dari tape ini merupakan bahan yang kaya akan
amilum.
Peran kapang dalam dalam proses tersebut yaitu menghasilkan enzim yang
mampu merombak amilum menjadi gula. Gula ini kemudian dirombak lagi oleh
enzim yang dihasilkan oleh yeast menjadi alcohol yang dalam proses berikutnya
akan menjadi asam karena kegiatan enzim yang dihasilkan bakteri. Jadi proses
perombakan molekul-molekul zat yang ada pada bahan baku menjadi hasil akhir
terutama disebabkan oleh aktivitas-aktivitas mikroba tersebut di atas. Aktivitas
yang dilakukan mikroba tersebut dapat dinamakan fermentasi. Fermentasi yang
terjadi dalam proses pembuatan tape tidak memerlukan oksigen sehingga
fermentasi ini disebut fermentasi anaerob.
1. e) Pembuatan Terasi
Terasi dapat dibuat dari ikan atau dari rebon melalui proses fermentasi dengan
mengikutsertakan aktivitas bakteri yang melakukan reaksi-reaksi enzimatis
untuk merombak subtract menjadi zat laian yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia.
Pada dasarnya proses pembuatan terasi ini adalah proses fermentasi yang
menggunakan bakteri yang tahan garam (bakteri halophilik), atau oleh aktivitas
enzim yang menyebabkan terjadinya proses autolysis. Akibat perubahan kimia
yang terjadi di dalam makanan yang diakibatkan oleh kelakuan mikroba,
dihasilkan gas yan mudah dicium baunya. Seperti yang ada pada prose
pembuatan terasi ini, dihasilkan amoniak oleh golongan bakteri proteolitik
yakni Achromobacter dan Flavobacterium. Dengan demikian derajat keasaman
atau pH dapat berubah dari tahap permulaan hingga akhir fermentasi pembuatan
terasi tersebut (Tarigan, 1988).
2.2 Peran Negatif Mikroba dalam Mikrobiologi Pangan
Pertumbuhan mikroba pada pangan dapat menimbulkan berbagai perubahan,
baik yang merugikan maupun yang menguntungkan. Mikroba yang merugikan
misalnya yang menyebabkan kerusakan atau kebusukan pangan, dan yang
sering menimbulkan penyakit atau keracunan pangan (menghasilkan toksin).
Sebagai contoh adalahpertumbuhan jamur pada roti dan kacang-kacangan
selama penyimpanan, busuknya buah-buahan dan sayur-sayuran, penyakit tipus,
diare, toksin tempe bongkrek, botulinin,aflatoksin, dan lain-lain.
Mikroba dapat masuk ke dalam pangan melalui berbagai cara, misalnya melalui
air yang digunakan untuk menyiram tanaman pangan atau mencuci bahan baku
pangan, terutama bila air tersebut tercemar oleh kotoran hewan atau manusia.
Mikroba juga dapat masuk ke dalam pangan melalui tanah selama penanaman
atau pemanenan sayuran, melalui debu dan udara, melalui hewan dan manusia,
dan pencemaran selama tahap-tahap penanganan dan pengolahan pangan.
Dengan mengetahui berbagai sumber pencemaran mikroba, kita dapat
melakukan tindakan untuk mencegah masuknya mikroba pada pangan.
Pangan yang berasal dari tanaman membawa mikroba pada permukaannya dari
sejak ditanam, ditambah dengan pencemaran dari sumber-sumber lainnya
seperti air dan tanah. Air merupakan sumber pencemaran bakteri yang berasal
dari kotoran hewan dan manusia, termasuk di antaranya bakteri-bakteri
penyebab penyakit saluran pencemaan. Tanah merupakan sumber pencemaran
bakteri-bakteri yang berasal dari tanah, terutama bakteri pembentuk spora yang
sangat tahan terhadap keadaan kering. Menurut Nani (2010), Secara umum
mikrobia yang terdapat pada tanah dan air biasanya sama. Genus bakteri yang
berasal dari tanah dan air misalnya Alcaligenes, Bacillus, Citrobacter,
Clostridium, Corynebacterium, Enterobacter, Micrococcus, Proteus,
Pseudomonas, Serratia, Streptomyces, dan lain-lain. Genus jamur yang berasal
dari tanah adalah Aspergillus, Rhizopus, Penicillium,Trichothecium, Botrytis,
Fusarium, dan lain-lain. Sebagian besar genus yeast berasosiasi dengan tanah
dan tanaman.
Pada pangan yang berasal dari hewan, mikroba mungkin berasal dari kulit dan
bulu hewan tersebut dan dari saluran pencernaan, ditambah dengan pencemaran
dari lingkungan di sekitarnya. Pangan yang berasal dari tanaman dan hewan
yang terkena penyakit dengan sendirinya juga membawa mikroba patogen yang
menyebabkan penyakit.
Tangan manusia merupakan sumber pencemaran bakteri yang berasal dari luka
atau infeksi kulit, dan salah satu bakteri yang berasal dari tangan manusia, yaitu
Staphylococcus, dapat menyebabkan keracunan pangan. Selain itu orang yang
sedang menderita atau baru sembuh dari penyakit infeksi saluran pencemaan
seperti tifus, kolera dan disenteri, juga merupakan pembawa bakteri penyebab
penyakit tersebut sampai beberapa hari atau beberapa minggu setelah sembuh.
Oleh karena itu orang tersebut dapat menjadi sumber pencemaran pangan jika
ditugaskan menangani atau mengolah pangan.
Foodborne Disease adalah Penyakit yang disebabkan kontaminasi bahan
pangan oleh mikroorganisme patogen. Dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1. Keracunan Makanan (Food Poisoning), Timbul akibat memakan makanan
yg mengandung toksin. Sel mikroorganisme belum tentu masih hidup.
2. Infeksi Makanan (Food Infection), Timbul akibat memakan makanan yg
mengandung mikroorganisme patogen.
2.1.1 Contoh-contoh Keracunan Makanan oleh Mikroorganisme
1. Keracunan makanan oleh Staphylococcus
Staphylococcus adalah bakteri gram positif, berbentuk kokus, non motil, dan
mampu memfermentasi manitol, menghasilkan koagulase, dan mampu
menghasilkan enterotoksin. Enterotoksin adalah zat toksik yang dihasilkan
bakteri ini, dikenal ada 5 macam enterotoksin yaitu A,B,C, D, dan E. Tidak
semua Strain S. aureusmenghasilkan enterotoksin namun semua strain
berpotensi menyebabkan keracuanan, 62 % isolat yang diperoleh dari ayam
menghasilkan enterotoksin A. Keracunan makanan oleh Salmonella. Ada tiga
varietas yang berbeda daribakteri salmonella. (Salmonella typhimurium,
salmonella suis kolera, salmonella enteritidis) Bakteri ini terdapat pada susu,
produk susu dan telur. Gejala keracunan makanan ini termasuk mual, muntah
dan diare. Demam juga umum. S. aureus mampu menghasilkan enterotoksin B,
dan produksi akan lebih cepat pada keadaan aerobik namun akan menurun
apabila konsentrasi HNO2 meningkat. Gejala klinis
keracunan Staphylococcus umumnya muncul secara cepat dan dapat menjadi
kasus serius tergantung respon individu terhadap toksin, jumlah toksin yang
termakan, dan status kesehatan korban. Sejumlah kecil sel bakteri S.aureus yang
menghasilkan toksin sebanyak 1 ng/g makanan mampu menimbulkan gejal
gastroenteritis pada manusia. Jumlah minimal enterotoksin yang dapat
menimbulkan sakit pada manusia adalah 20 ng dan toksin ini menyebabkan
peradangan pada permukaan usus sehingga memunculkan gejala-gejala klinis.
2. Keracunan makanan oleh Clostridium
Clostridium adalah bakteri gram positif (+), anaerob yang menghasilkan
endospora. Salah satu contoh bakteri Clostridium yang menyebabkan terjadinya
keracunan yaitu Clostridium botulinum. Clostridium botulinumadalah nama
bakteri yang biasanya ditemukan di dalam tanah dan sedimen atau endapan laut
di seluruh dunia.Clostridium botulinum merupakan bakteri gram positif,
membentuk endospora oval subterminal dibentuk pada fase stationar, berbentuk
batang, membentuk spora, gas dan anaerobik. Ada 7 tipe bakteri ini yang
berbeda berdasarkan spesifitas racun yang diproduksi, yaitu tipe A, B, C, D, E,
F. Dan G. Tipe yang berbahaya bagi manusia adalah tipe A, B, E, dan F.
Produksi toksin pada daging kering akan dicegah bila kadar air dikurangi hingga
30 persen. Toksin dari Clostridium botulinum adalah suatu protein yang daya
toksisitasnya sangat kuat sehingga sejumlah kecil dari toksin ini sudah cukup
menyebabkan kematian. Toksin dapat diserap dalam usus kecil dan
melumpuhkan otot-otot tak sadar. Sifat toksin ini yang penting adalah labil
terhadap panas. Toksin tipe A akan in aktif oleh pemanasan pada suhu 80 ºC
selama 6 menit, sedangkan tipe B pada suhu 90 ºC selama 15 menit. Spora
bakteri ini sering ditemukan di permukaan buah-buahan, sayuran dan makanan
laut. Organisme berbentuk batang tumbuh baik dalam kondisi rendah oksigen.
Bakteri dan spora sendiri tidak berbahaya, yang berbahaya adalah racun atau
toksin yang dihasilkan oleh bakteri ketika mereka tumbuh.
Gejala-gejala penyakit botulisme yaitu pandangan ganda, kelopak mata terkulai,
bicara melantur, mulut kering, pandangan kabur, kesulitan menelan,
kelumpuhan otot. Gejala botulisme pada bayi yaitu tampak lesu, mengangis
lemah, sembelit, nafsu makan buruk, otot lisut. Jika gejala penderita penyakit ini
tidak segera teratasi, maka akan terjadi kelumpuhan dan gangguan pernafasan.
REPORT THIS AD
REPORT THIS AD