Dari Abu Hurairah Bahwa Rasulullah Shallallahu
Dari Abu Hurairah Bahwa Rasulullah Shallallahu
Pembukaan
1. Kandungan Ayat Al-Qur’an dan Hadist yang menganjurkan berkata baik atau
diam
مماَ ُميِسلئف ئ
ظ ُئمسن ُمق سولل ُإئسل ُملمدسيِئه ُمرئقيِ د
ب ُمعئتيِدد
‘Tiada suatu kalimat pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat
pengawas yang selalu hadir.’ُ (QS.ُ Qafُ :18)
Dariُ Abuُ Hurairahُ bahwaُ Rasulullahُ shallallahuُ ‘alaihiُ waُ sallamُ bersabda,
خئر ُمفلميِقئسل ُمخسيِلراَ ُأم سو ُلئميِ س
ُصئمت ممسن ُمكاَمن ُئيِ سؤئمئن ُئباَ س ئ
ل ُمواَسلميِ سوئم ُساَلْ ئ
“Barangُ siapaُ yangُ berimanُ kepadaُ Allahُ danُ Hariُ Akhirُ makaُ hendaklahُ iaُ berkataُ
baikُ atauُ hendaklahُ iaُ diam.”ُ (Muttafaqُ ‘alaih:ُ Al-Bukhari,ُ no.ُ 6018;ُ Muslim,ُ no.47)
2. Isi Materi
(Perkataan)ُ yangُ tidakُ termasukُ dalamُ kategoriُ tersebutُ berartiُ tergolongُ perkataan
jelekُ atauُ yangُ mengarahُ kepadaُ kejelekan.ُ Olehُ karenaُ itu,ُ orangُ yangُ terseret
masukُ dalamُ lubangnya ُ (perkataanُ jelekُ atau ُ yang ُ mengarah ُ kepada ُ kejelekan)
hendaklahُ diam.”ُ (lihatُ Al-Fath,ُ 10:446)
Imamُ Abuُ Hatimُ Ibnuُ Hibbanُ Al-Bustiُ berkataُ dalamُ kitabnya,ُ Raudhahُ Al-‘Uqalaُ wa
Nazhah ُ Al-Fudhala, ُ hlm. ُ 45, ُ “Orang ُ yang ُ berakal ُ selayaknya ُ lebih ُ banyak ُ diam
daripada ُ bicara, ُ karena ُ betapa ُ banyak ُ orang ُ yang ُ menyesal ُ karena ُ bicara ُ dan
sedikit ُ yang ُ menyesal ُ karena ُ diam. ُ Orang ُ yang ُ paling ُ celaka ُ dan ُ paling ُ besar
mendapat ُ bagian ُ musibah ُ adalah ُ orang ُ yang ُ lisannya ُ senantiasa ُ berbicara,
sedangkanُ pikirannyaُ tidakُ mauُ jalan”.
Beliau ُ berkata ُ pula ُ di ُ hlm. ُ 47, ُ “Orang ُ yang ُ berakal ُ seharusnya ُ lebih ُ banyak
mempergunakanُ keduaُ telinganyaُ daripadaُ mulutnya.ُ Diaُ perluُ menyadariُ bahwa
diaُ diberiُ duaُ telinga,ُ sedangkanُ diberiُ hanyaُ satuُ mulut,ُ supayaُ diaُ lebihُ banyak
mendengar ُ daripada ُ berbicara. ُ Sering ُ kali ُ orang ُ menyesal ُ pada ُ kemudian ُ hari
karena ُ perkataan ُ yang ُ diucapkannya, ُ sementara ُ diamnya ُ tidak ُ akan ُ pernah
membawaُ penyesalan.ُ Menarikُ diriُ dariُ perkataanُ yangُ belumُ diucapkanُ ituُ lebih
mudahُ daripadaُ menarikُ perkataanُ yangُ telahُ terlanjurُ diucapkan.ُ Halُ ituُ karena
biasanyaُ apabila ُ seseorangُ tengah ُ berbicara ُ makaُ perkataan-perkataannya ُ akan
menguasaiُ dirinya.ُ Sebaliknya,ُ bilaُ tidakُ sedangُ berbicaraُ makaُ diaُ akanُ mampu
mengontrolُ perkataan-perkataannya.”
Beliau ُ menambahkan ُ di ُ hlm. ُ 49, ُ “Lisan ُ seorang ُ yang ُ berakal ُ berada ُ di ُ bawah
kendali ُ hatinya. ُ Ketika ُ dia ُ hendak ُ berbicara, ُ dia ُ akan ُ bertanya ُ terlebih ُ dahulu
kepadaُ hatinya.ُ Apabilaُ perkataanُ tersebutُ bermanfaatُ bagiُ dirinyaُ makaُ diaُ akan
bebicara, ُ tetapi ُ apabila ُ tidak ُ bermanfaat ُ maka ُ dia ُ akan ُ diam. ُ Sementara ُ orang
yangُ bodoh,ُ hatinyaُ beradaُ diُ bawahُ kendaliُ lisannya.ُ Diaُ akanُ berbicaraُ apaُ saja
yangُ inginُ diucapkanُ olehُ lisannya.ُ Seseorangُ yangُ tidakُ bisaُ menjagaُ lidahnya
berartiُ tidakُ pahamُ terhadapُ agamanya.”
Limaُ manfaatُ positifُ yangُ akanُ kitaُ dapatkanُ jikaُ kitaُ selaluُ berusahaُ menjagaُ lisan
kita:ُ
Allah ُ membenci ُ orang ُ munafik, ُ orang ُ yang ُ bertengkar ُ atau ُ suka ُ memecah ُ belah
persaudaraan,ُ dan ُ orang-orang ُ yang ُ berdusta.ُ Danُ semuaُ itu ُ berawal ُ dari ُ sebuah
lisan.ُ Untukُ ituُ jikaُ kitaُ inginُ merasakanُ nikmatnyaُ Surgaُ dalamُ keabadian,ُ jagalah
lisanُ kita,ُ untukُ hanyaُ mengatakanُ kebaikanُ danُ menghindarkannyaُ dariُ keburukan.
c. Menunjukkan Kemuliaan
Seseorang ُ yang ُ selalu ُ menjadi ُ tauladan ُ terbaik ُ kita, ُ Rasulullah ُ SAW, ُ telah
mencontohkanُ bagaimanaُ orangُ begituُ menghormatiُ danُ memuliakanُ beliauُ karena
terjaganyaُ lisanُ beliau.ُ Ya,ُ julukanُ Al-Aminُ adalahُ sebuahُ julukanُ yangُ tidakُ main-
main.ُ Julukanُ yangُ berartiُ “Orangُ Jujur”ُ tersebutُ disematkanُ kepadaُ Rasulullahُ sejak
beliauُ masihُ muda,ُ baikُ kaumُ Musliminُ maupunُ kaumُ kafirُ mengakuiُ kejujuranُ dan
kesantunanُ tuturُ kataُ Rasulullahُ SAW.
d. Merupakan Sedekah
Sedekah ُ atau ُ pemberian ُ takُ hanya ُ berputarُ pada ُ harta, ُ namun ُ juga ُ pada ُ sebuah
kebaikanُ yangُ munculُ danُ kitaُ berikanُ padaُ orangُ lainُ diُ sekitarُ kitaُ denganُ hangat
dan ُ tulus. ُ Salah ُ satunya ُ adalah ُ apa ُ yang ُ kita ُ ucapkan. ُ Rasulullah ُ SAW ُ pernah
mengatakan,ُ “Sampaikanlahُ walauُ satuُ ayat.”,ُ dimanaُ halُ tersebutُ merupakanُ sebuah
perintahُ kepadaُ kitaُ untukُ selaluُ menyampaikanُ kebaikanُ walaupunُ ituُ hanyaُ sedikit.
Merupakanُ Sedekahُ daripadaُ kitaُ sibukُ mengatakanُ keburukanُ danُ menambahُ dosa
kita,ُ bukankahُ lebih ُ baikُ kitaُ mengatakan ُ kebaikan ُ kepadaُ orangُ lain ُ danُ dihitung
sebagaiُ sedekahُ yangُ mendatangkanُ pahalaُ sertaُ kemuliaanُ padaُ kita?
e. Lebih dekat dengan Allah SWT
Menjaga ُ lisan ُ selalu ُ mengatakan ُ kebaikan, ُ bisa ُ membuat ُ hati ُ kita ُ tenang, ُ karena
merasa ُ bahwa ُ Allah ُ meridhoi ُ apa ُ yang ُ kita ُ lakukan. ُ Tentunya ُ hal ُ tersebut ُ benar,
karena ُ Allah ُ SWTُ menyukai ُ orang-orang ُ yang ُ berbuat ُ kebaikan ُ dan ُ meninggalkan
keburukanُ yangُ tidakُ bermanfaatُ baginya.
Lebih ُ dekat ُ dengan ُ Allah ُ SWT ُ Dalam ُ sebuah ُ hadits ُ disebutkan, ُ “Di ُ antara ُ ciri
kesempurnaanُ Islamُ seseorangُ adalahُ ketikaُ iaُ mampuُ meninggalkanُ sesuatuُ yang
tidak ُ ia ُ perlukan.” ُ (HR. ُ At-Tirmidzi). ُ Sehingga ُ jelaslah ُ bahwa ُ hal-hal ُ yang ُ tidak
bermanfaatُ sepertiُ lisanُ yangُ kotorُ bisaُ membuatُ Islamُ seseorangُ tidakُ sempurna.
4. Penutup