Jurnal Mercatoria
Jurnal Mercatoria
DOI: http://dx.doi.org/10.31289/mercatoria.v12i2.2944
Jurnal Mercatoria
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/mercatoria
Nanci Yosepin Simbolon*, Muhammad Yasid Nasution, & Mhd. Ansori Lubis
Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Darma Agung, Indonesia
Abstract
Children have rights guaranteed and protected by law so that the growth and development of children
must be protected by every element of the country. The purpose of this study is to identify and explain the
factors that cause violence against children in the family, to know and explain the forms of local wisdom
contained in the Batak Toba tribe community to prevent violence against children in the family, to know
and explain constraints and obstacles that arise in empowering local wisdom in the Batak Toba tribe. This
research is a normative legal research and supported by empirical research. The data used in this research
is secondary data. Factors causing violence against children in the family are poverty, parental education
which is still lacking in terms of and patterns of child care, socio-cultural and technological advances and
information and the environment. The forms of local wisdom of the Toba Batak community in preventing
violence against children are pauli uhum (correcting mistakes) and manopoti sala (correcting violations).
The obstacles and obstacles in empowering Batak Toba's local wisdom in preventing violence against
children in the household are the concern of lawmakers and law enforcers, legal pluralism in Indonesia,
the low level of socialization carried out by village and kelurahan officials.
Keywords: Adat Toba; Children; Local Wisdom.
How to Cite: Simbolon, N.Y. Nasution, M.Y. & Lubis, M.A. (2019). Pemberdayaan Kearifan Lokal Masyarakat Adat
Batak Toba dalam Mencegah Kekerasan terhadap Anak. Jurnal Mercatoria. 12 (2): 148-159.
148
Jurnal Mercatoria, 12 (2) Desember 2018: 148-159
149
Nanci Yosepin Simbolon, Muhammad Yasid Nasution, & Mhd. Ansori Lubis, Pemberdayaan Kearifan Lokal
Masyarakat Adat Batak Toba dalam Mencegah Kekerasan terhadap Anak
150
Jurnal Mercatoria, 12 (2) Desember 2018: 148-159
b. Data sekunder adalah data-data yang data deskriptif analisis sehingga diteliti
diperoleh dari buku-buku sebagai data dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.
pelengkap sumber data primer
(Marzuki, 1983). Data sekunder HASIL DAN PEMBAHASAN
mencakup dokumen-dokumen, buku, Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan
hasil penelitian yang berwujud terhadap Anak dalam Keluarga
laporan, dan seterusnya (Soekanto, Berdasarkan wawancara yang saya
1986) seperti: Norma dasar atau lakukan dengan Bapak Junses Limbong selaku
kaidah dasar, yaitu Pancasila dan Kepala Desa Sarimarrihit bahwa faktor-faktor
Pembukaan Undang-undang Dasar terjadinya kekerasan terhadap anak yaitu:
1945 NKRI; Peraturan dasar yaitu 1. Kemiskinan
Batang Tubuh Undang-undang Dasar Keadaaan ekonomi memang sangat
Negara RI Tahun 1945; Kitab Undang- berpengaruh kepada kesejahteraan keluarga
undang Hukum Pidana (KUHP); yang juga berdampak pada pola asuh anak.
Undang-undang Nomor 35 Tahun Bila kebutuhan hidup tidak terpenuhi, dengan
2014 tentang Perubahan atas Undang- keadaan yang memaksa orang tua
undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang mengikutsertakan anak dalam mencari
Perlindungan Anak; dan Undang- nafkah, misalnya berjualan bahan pangan/
undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang hasil ladang, mengerjakan sawah/ladang, dan
Sistem Peradilan Pidana Anak. lain-lain. Kemiskinan adalah penyebab
Kemudian setelahnya dilakukan sulitnya kehidupan suatu keluarga, akibat
pengkajian mengenai pemahaman tehadap kesulitan tersebut menyebabkan terjadinya
permasalahan realitas sosial berdasarkan ketidakstabilan emosi dari yang merasakan
kondisi masyarakat di lapangan (Arifin, kesulitan tersebut, hal ini tentunya akan
2012). Sedangkan data-data berupa teori menyebabkan orang yang kesulitan mencari
yang diperoleh dikelompokkan sesuai pelampiasan melalui kekerasan, tidak
dengan pembahasan, selanjutnya terkecuali orang tua. Melalui kekerasan
dianalisis secara kualitatif sehingga tersebut terjadilah ekploitasi anak antara lain:
diperoleh gambaran yang jelas tentang a. Dijadikannya Anak sebagai Sumber
pokok permasalahan. Dengan analisis Penghasilan
kualitatif maka data yang diperoleh dari Pada sebagian anggota masyarakat,
responden atau informasi menghasilkan anak masih dijadikan sebagai aset keluarga,
151
Nanci Yosepin Simbolon, Muhammad Yasid Nasution, & Mhd. Ansori Lubis, Pemberdayaan Kearifan Lokal
Masyarakat Adat Batak Toba dalam Mencegah Kekerasan terhadap Anak
sehingga sejak usia dini anak diwajibkan Faktor sosial budaya juga memberikan
membantu orang tua mencari nafkah. berperan atas terjadinya kekerasan terhadap
b. Pengabaian Hak Anak anak. Seperti misalnya kebudayaan atau adat
Orang tua menganggap hak-hak anak untuk menikahkan atau menjodohkan anak
tidaklah penting sehingga orangtua diusia yang masih muda.
memanfaatkan anak untuk menambah
penghasilan. 4. Kemajuan Teknologi Informasi dan
c. Problem Gender Komunikasi
Orang tua menganggap anak laki-laki Kemajuan ilmu pengetahuan dan
dapat bekerja lebih baik dari pada anak teknologi melalui media massa termasuk
perempuan sehingga terjadi diskriminasi internet dapat menimbulkan kekerasan
gender dan penelantaran anak perempuan. terhadap anak, seperti mudahnya anak
d. Gaya Hidup Konsumtif mengakses internet tanpa adanya
Akibat kesulitan ekonomi terjadi pengawasan dari orang
kesenjangan di antara masyarakat. tua/masyarakat/pemerintah sehingga
Kesenjangan tersebut berujung kepada berbagai tayangan pornografi anak yang
kecemburuan sosial di mana masyarakat beredar di internet, tidak dapat terpantau oleh
kesulitan ekonomi menjadi semakin orang tua.
konsumtif demi mengimbangi masyarakat
yang ekonominya lebih baik. Pola hidup 5. Faktor Perilaku Kasar
konsumtif tersebut dapat berujung kepada Perilaku orang tua yang kasar akan
pemaksaan terhadap anak untuk melacurkan berakibat kepada tidak sempurnanya
diri. pertumbuhan karakter anak, anak cenderung
tumbuh sebagai orang yang kejam. Bahkan
2. Pendidikan mengakibatkan trauma bagi anak.
Pendidikan orang tua yang rendah
merupakan salah satu penyebab terjadinya 6. Faktor Lingkungan
kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh Kekerasan terhadap anak juga dapat
orang tua dalam mendidik anaknya karena terjadi diakibatkan faktor lingkungan.
kurangnya pengetahuan orang tua tentang Lingkungan yang kumuh dengan latar
hak-hak anak dan pola asuh. belakang masyarakat yang beraneka ragam
dapat berdampak kepada tidak terkontrolnya
3. Faktor Sosial Budaya emosi orang tua dan anak.
152
Jurnal Mercatoria, 12 (2) Desember 2018: 148-159
153
Nanci Yosepin Simbolon, Muhammad Yasid Nasution, & Mhd. Ansori Lubis, Pemberdayaan Kearifan Lokal
Masyarakat Adat Batak Toba dalam Mencegah Kekerasan terhadap Anak
154
Jurnal Mercatoria, 12 (2) Desember 2018: 148-159
155
Nanci Yosepin Simbolon, Muhammad Yasid Nasution, & Mhd. Ansori Lubis, Pemberdayaan Kearifan Lokal
Masyarakat Adat Batak Toba dalam Mencegah Kekerasan terhadap Anak
156
Jurnal Mercatoria, 12 (2) Desember 2018: 148-159
Filosopi Dalihan Natolu dan konsep sulit untuk menerima adat dari suku lain
Kearifan Lokal Masyarakat Adat Batak (menerima adat suku lain dalam arti
Toba. pengaplikasian terhadap diri sendiri).
Filosopi Dalihan Natolu dan
Kearifan Lokal Masyarakat Adat Batak 2. Masih rendahnya tingkat kepedulian
Toba dapat dijadikan solusi dan jawaban pembuat hukum dan penegak hukum
untuk permasalahan pencegahan dalam mengadopsi hukum adat serta
kekerasan terhadap anak dalam rumah kearifan lokal sebagai sumber hukum
tangga. Akan tetapi ada beberapa kendala Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-
dan hambatan yang dihadapi dalam undang Dasar 1945 disebutkan negara
memberdayakan dan mengembangkan Indonesia adalah negara hukum. Filosopi
kearifan lokal tersebut dalam mencegah negara hukum yang digunakan di Republik
kekerasan terhadap anak dalam rumah Indonesia adalah konsep campuran antara
tangga. konsep Rechtstaat (adanya penekanan
Kendala yang dihadapi antara lain pada kepastian hukum) yang berasal dari
sebagai berikut (Harahap, 1987): sistem hukum civil law dan rule of law yang
1. Pluralisme Suku Di Indonesia berasal dari sistem hukum common law
Indonesia memiliki beragam suku (hukum dibentuk berdasarkan
bangsa yang berbeda dan memiliki hukum jurisprudensi). Walaupun menggunakan
adat serta kearifan lokalnya sendiri- kedua konsep tersebut, akan tetapi
sendiri. Hal ini berakibat kepada sulit tetaplah kepastian hukum hukum yang
diterimanya kearifan lokal maupun hukum diutamakan, sehingga walaupun penegak
adat dari suku lain yang berbeda. Sejak hukum dapat menggali nilai-nilai kearifan
zaman kolonial telah diberlakukan politik lokal sebagai penemuan hukum, tetaplah
Dividet et Impera yaitu politik adu domba hukum yang berasal dari regulasi hukum
yang memecah belah persatuan antar suku positiflah yang diutamakan.
di Indonesia. Salah satu contoh penerapan
politik adu domba ini adalah dengan 3. Rendahnya sosialisasi yang dilakukan
klasifikasi wilayah hukum adat yang oleh perangkat desa dan kelurahan
dilakukan oleh pemerintah kolonial Perangkat desa dan kelurahan
Belanda yang berakibat chauvinisme merupakan ujung tombak pemerintah
terhadap adat masing-masing suku dan dalam melayani dan mengayomi
157
Nanci Yosepin Simbolon, Muhammad Yasid Nasution, & Mhd. Ansori Lubis, Pemberdayaan Kearifan Lokal
Masyarakat Adat Batak Toba dalam Mencegah Kekerasan terhadap Anak
158
Jurnal Mercatoria, 12 (2) Desember 2018: 148-159
159