Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Mercatoria, 12 (2) Desember 2019 ISSN 1979-8652 (Print) ISSN 2541-5913 (Online)

DOI: http://dx.doi.org/10.31289/mercatoria.v12i2.2944

Jurnal Mercatoria
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/mercatoria

Pemberdayaan Kearifan Lokal Masyarakat Adat Batak Toba


dalam Mencegah Kekerasan terhadap Anak

Empowerment of Local Wisdom of Batak Toba Peoples in


Preventing Violence Against Children

Nanci Yosepin Simbolon*, Muhammad Yasid Nasution, & Mhd. Ansori Lubis
Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Darma Agung, Indonesia

*Coresponding Email: yosepinn@yahoo.com


Abstrak
Anak memiliki hak yang dijamin dan dilindungi oleh undang-undang sehingga tumbuh dan kembangnya anak
harus dilindungi oleh setiap unsur dari negara. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
dan menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan kekerasan terhadap anak dalam keluarga, untuk
mengetahui dan menjelaskan bentuk-bentuk kearifan lokal yang terdapat dalam masyarakat suku Batak
Toba untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak dalam keluarga, untuk mengetahui dan
menjelaskan kendala dan hambatan yang timbul dalam memberdayakan kearifan lokal pada masyarakat
suku Batak Toba Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dan didukung dengan penelitian
empiris. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Faktor penyebab terjadinya
kekerasan terhadap anak dalam keluarga adalah kemiskinan, pendidikan orang tua yang masih kurang dalam
hal-hal dan pola asuh anak, sosial budaya dan kemajuan teknologi dan informasi dan lingkungan. Bentuk-
bentuk kearifan lokal masyarakat Batak Toba dalam mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak adalah
pauli uhum (memperbaiki kesalahan) dan manopoti sala (pembetulan pelanggaran). Kendala dan hambatan
dalam memberdayakan kearifan lokal Batak Toba dalam mencegah kekerasan terhadap anak dalam rumah
tangga adalah kepedulian pembuat hukum dan penegak hukum, pluralisme hukum di Indonesia, rendahnya
sosialisasi yang dilakukan oleh perangkat desa dan kelurahan.
Kata Kunci: Anak; Adat Toba; Kearifan Lokal.

Abstract
Children have rights guaranteed and protected by law so that the growth and development of children
must be protected by every element of the country. The purpose of this study is to identify and explain the
factors that cause violence against children in the family, to know and explain the forms of local wisdom
contained in the Batak Toba tribe community to prevent violence against children in the family, to know
and explain constraints and obstacles that arise in empowering local wisdom in the Batak Toba tribe. This
research is a normative legal research and supported by empirical research. The data used in this research
is secondary data. Factors causing violence against children in the family are poverty, parental education
which is still lacking in terms of and patterns of child care, socio-cultural and technological advances and
information and the environment. The forms of local wisdom of the Toba Batak community in preventing
violence against children are pauli uhum (correcting mistakes) and manopoti sala (correcting violations).
The obstacles and obstacles in empowering Batak Toba's local wisdom in preventing violence against
children in the household are the concern of lawmakers and law enforcers, legal pluralism in Indonesia,
the low level of socialization carried out by village and kelurahan officials.
Keywords: Adat Toba; Children; Local Wisdom.

How to Cite: Simbolon, N.Y. Nasution, M.Y. & Lubis, M.A. (2019). Pemberdayaan Kearifan Lokal Masyarakat Adat
Batak Toba dalam Mencegah Kekerasan terhadap Anak. Jurnal Mercatoria. 12 (2): 148-159.

148
Jurnal Mercatoria, 12 (2) Desember 2018: 148-159

PENDAHULUAN Untuk itu perlu memberdayakan


Anak memiliki hak yang dijamin nilai-nilai yang baik (kearifan lokal) yang
dan dilindungi oleh undang-undang oleh sudah ada dan tumbuh pada masyarakat
karena itu setiap unsur di dalam negara khususnya dalam hal ini pada masyarakat
harus menjamin kelangsungan hak-hak adat Batak Toba. Nilai-nilai tersebut telah
anak yang diatur dalam peraturan menjadi identitas yang melekat bagi
perundang-undangan yang berlaku. Setiap masyarakatnya. Kearifan lokal yang dapat
anak memperoleh hak yang sama (non diterapkan yaitu manopoti dosa (mengakui
diskriminasi), memberi kepentingan kesalahan) dan pauli uhum (memperbaiki
terbaik bagi anak, hak kelangsungan hidup. kesalahan). Hal ini dapat diterapkan guna
Setiap anak berhak atas masa tumbuh mencegah kekerasan terhadap anak.
kembang yang bahagia dan mendapatkan Berdasarkan pantauan Komnas PA
kehidupan yang baik. (Perlindungan Anak) bahwa selama kurun
Anak merupakan salah satu subjek waktu tahun 2019 telah terjadi 154 kasus
penting dalam mengisi pembangunan pelanggaran di daerah Tobasa
nasional menuju negara kesejahteraan (Simalungun, Tapanuli Utara, Humbang
(welfare state). Anak merupakan kelompok Hasundutan, Tapanuli Tengan dan
penduduk yang sangat penting untuk masa Samosir) yaitu 52% kejahatan seksual dan
depan bangsa. Masa depannya sangat selebihnya merupakan kasus eksploitasi
panjang, diharapkan tumbuh dan ekonomi dan lain-lain.
berkembang secara layak menjadi manusia Berdasarkan uraian di atas, yang
dewasa yang sempurna. Untuk itu perlu menjadi permasalahan dalam penelitian
memberdayakan kearifan lokal yang sudah ini adalah sebagai berikut:
ada pada masyarakat khususnya dalam hal 1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan
ini pada masyarakat adat Batak Toba. kekerasan terhadap anak dalam
Kearifan budaya adalah sebagai keluarga?
pengetahuan lokal, yang sudah menyatu 2. Bentuk-bentuk kearifan lokal seperti
dengan sistem kepercayaan, norma, dan apa yang terdapat dalam masyarakat
budaya serta diekspresikan dalam tradisi suku Batak Toba untuk mencegah
dan mitos yang dianut dalam jangka waktu terjadinya kekerasan terhadap anak?
yang lama. 3. Apa kendala dan hambatan yang
timbul dalam memberdayakan dan

149
Nanci Yosepin Simbolon, Muhammad Yasid Nasution, & Mhd. Ansori Lubis, Pemberdayaan Kearifan Lokal
Masyarakat Adat Batak Toba dalam Mencegah Kekerasan terhadap Anak

mengembangkan kearifan lokal pada memperoleh data-data yang lengkap


masyarakat adat Batak Toba? sebagai dasar penulisan karya ilmiah ini.
Adapun tujuan dari penelitian ini Penelitian ini merupakan penelitian
adalah sebagai berikut : yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang yang menjabarkan data-data baik itu data
menyebabkan kekerasan terhadap normatif maupun data empirirs yang
anak dalam keluarga. bertujuan untuk mendapatkan saran
2. Untuk mengetahui bentuk kearifan dalam mengatasi permasalahan dalam
lokal yang terdapat dalam masyarakat penelitian ini.
suku Batak Toba untuk mencegah Adapun teknik pengumpulan data
terjadinya kekerasan terhadap anak dilakukan dengan cara sebagai berikut:
dalam keluarga. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
3. Untuk mengetahui kendala dan dan penelitian lapangan (Field Research).
hambatan yang timbul dalam Penelitian kepustakaan meneliti sumber-
memberdayakan kearifan lokal pada sumber bacaan berupa literatur yang
masyarakat suku Batak Toba. ditulis oleh para sarjana, jurnal ilmiah, dan
peraturan perundang-undangan yang
METODE PENELITIAN berlaku dan terkait dengan permasalahan.
Jenis penelitian ini adalah Normatif- Penelitian lapangan merupakan penelitian
Empiris. Penelitian Hukum Normatif (studi yang dilakukan langsung ke tempat
kepustakaan) adalah mencari dan penelitian dalam hal ini adalah Samosir.
mengumpulkan data dengan melakukan Jenis data yang digunakan adalah :
penelitian kepustakaan atau sumber a. Data primer adalah data yang
bacaan, beberapa buku karangan para diperoleh secara langsung dari sumber
sarjana, ahli hukum dan akademis yang pertama yang terkait dengan
bersifat ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas
masalah yang dibahas dalam penelitian ini. (Amiruddin, 2006). Sumber data
Penelitian Empiris yang dimana penelitian diperoleh dari lapangan secara
ini penelitian lapangan dengan cara langsung dengan wawancara kepada
mencari dan mengumpulkan data yang masyarakat dan kepala adat/orang
bersumber dari tempat melakukan yang dituakan di wilayah tempat
penelitian dan digunakan untuk peneliti.

150
Jurnal Mercatoria, 12 (2) Desember 2018: 148-159

b. Data sekunder adalah data-data yang data deskriptif analisis sehingga diteliti
diperoleh dari buku-buku sebagai data dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.
pelengkap sumber data primer
(Marzuki, 1983). Data sekunder HASIL DAN PEMBAHASAN
mencakup dokumen-dokumen, buku, Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan
hasil penelitian yang berwujud terhadap Anak dalam Keluarga
laporan, dan seterusnya (Soekanto, Berdasarkan wawancara yang saya
1986) seperti: Norma dasar atau lakukan dengan Bapak Junses Limbong selaku
kaidah dasar, yaitu Pancasila dan Kepala Desa Sarimarrihit bahwa faktor-faktor
Pembukaan Undang-undang Dasar terjadinya kekerasan terhadap anak yaitu:
1945 NKRI; Peraturan dasar yaitu 1. Kemiskinan
Batang Tubuh Undang-undang Dasar Keadaaan ekonomi memang sangat
Negara RI Tahun 1945; Kitab Undang- berpengaruh kepada kesejahteraan keluarga
undang Hukum Pidana (KUHP); yang juga berdampak pada pola asuh anak.
Undang-undang Nomor 35 Tahun Bila kebutuhan hidup tidak terpenuhi, dengan
2014 tentang Perubahan atas Undang- keadaan yang memaksa orang tua
undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang mengikutsertakan anak dalam mencari
Perlindungan Anak; dan Undang- nafkah, misalnya berjualan bahan pangan/
undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang hasil ladang, mengerjakan sawah/ladang, dan
Sistem Peradilan Pidana Anak. lain-lain. Kemiskinan adalah penyebab
Kemudian setelahnya dilakukan sulitnya kehidupan suatu keluarga, akibat
pengkajian mengenai pemahaman tehadap kesulitan tersebut menyebabkan terjadinya
permasalahan realitas sosial berdasarkan ketidakstabilan emosi dari yang merasakan
kondisi masyarakat di lapangan (Arifin, kesulitan tersebut, hal ini tentunya akan
2012). Sedangkan data-data berupa teori menyebabkan orang yang kesulitan mencari
yang diperoleh dikelompokkan sesuai pelampiasan melalui kekerasan, tidak
dengan pembahasan, selanjutnya terkecuali orang tua. Melalui kekerasan
dianalisis secara kualitatif sehingga tersebut terjadilah ekploitasi anak antara lain:
diperoleh gambaran yang jelas tentang a. Dijadikannya Anak sebagai Sumber
pokok permasalahan. Dengan analisis Penghasilan
kualitatif maka data yang diperoleh dari Pada sebagian anggota masyarakat,
responden atau informasi menghasilkan anak masih dijadikan sebagai aset keluarga,

151
Nanci Yosepin Simbolon, Muhammad Yasid Nasution, & Mhd. Ansori Lubis, Pemberdayaan Kearifan Lokal
Masyarakat Adat Batak Toba dalam Mencegah Kekerasan terhadap Anak

sehingga sejak usia dini anak diwajibkan Faktor sosial budaya juga memberikan
membantu orang tua mencari nafkah. berperan atas terjadinya kekerasan terhadap
b. Pengabaian Hak Anak anak. Seperti misalnya kebudayaan atau adat
Orang tua menganggap hak-hak anak untuk menikahkan atau menjodohkan anak
tidaklah penting sehingga orangtua diusia yang masih muda.
memanfaatkan anak untuk menambah
penghasilan. 4. Kemajuan Teknologi Informasi dan
c. Problem Gender Komunikasi
Orang tua menganggap anak laki-laki Kemajuan ilmu pengetahuan dan
dapat bekerja lebih baik dari pada anak teknologi melalui media massa termasuk
perempuan sehingga terjadi diskriminasi internet dapat menimbulkan kekerasan
gender dan penelantaran anak perempuan. terhadap anak, seperti mudahnya anak
d. Gaya Hidup Konsumtif mengakses internet tanpa adanya
Akibat kesulitan ekonomi terjadi pengawasan dari orang
kesenjangan di antara masyarakat. tua/masyarakat/pemerintah sehingga
Kesenjangan tersebut berujung kepada berbagai tayangan pornografi anak yang
kecemburuan sosial di mana masyarakat beredar di internet, tidak dapat terpantau oleh
kesulitan ekonomi menjadi semakin orang tua.
konsumtif demi mengimbangi masyarakat
yang ekonominya lebih baik. Pola hidup 5. Faktor Perilaku Kasar
konsumtif tersebut dapat berujung kepada Perilaku orang tua yang kasar akan
pemaksaan terhadap anak untuk melacurkan berakibat kepada tidak sempurnanya
diri. pertumbuhan karakter anak, anak cenderung
tumbuh sebagai orang yang kejam. Bahkan
2. Pendidikan mengakibatkan trauma bagi anak.
Pendidikan orang tua yang rendah
merupakan salah satu penyebab terjadinya 6. Faktor Lingkungan
kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh Kekerasan terhadap anak juga dapat
orang tua dalam mendidik anaknya karena terjadi diakibatkan faktor lingkungan.
kurangnya pengetahuan orang tua tentang Lingkungan yang kumuh dengan latar
hak-hak anak dan pola asuh. belakang masyarakat yang beraneka ragam
dapat berdampak kepada tidak terkontrolnya
3. Faktor Sosial Budaya emosi orang tua dan anak.

152
Jurnal Mercatoria, 12 (2) Desember 2018: 148-159

dirinya dapat menebus kesalahan yang


Bentuk-bentuk Kearifan Lokal telah diperbuatnya (Pasaribu, 2008).
Masyarakat Batak Toba dalam Manopoti salana dan pembetulan
Mencegah Terjadinya Kekerasan pelanggaran yang menyertainya tidak
terhadap Anak selalu merupakan tindakan suka rela.
Dalam hukum pidana adat Tindakan ini memang dapat bersifat
masyarakat Batak Toba orang yang sukarela tetapi biasanya tidak terelakkan,
melakukan kesalahan harus mengakui karena ada tekanan dari luar. Sesuai
kesalahannya, dan harus membenarkan dengan pertimbangan hukuman
bahwa dia patut mendapat hukuman dijatuhkan kepadanya. Jika tidak
“manopoti sala”. Berarti dia menundukkan pelanggaran sepenuhnya terjadi dalam
diri sendiri, tunduk pada adat dan ruang lingkup masyarakat yang menjadi
pertimbangan umum, bahwa dia tempat tinggal si pelanggar dan masa
menyerahkan diri kepada pemegang seterusnya akan dihabiskan di situ,
kekuasaan dan akan memberikan ganti panopotionna akan disertai permohonan
rugi seperti yang sudah diputuskan atau ampun serta janji bahwa untuk seterusnya
yang masih akan diputuskan. Dia tidak lagi dia akan menjauhkan diri dan dia akan
melawan, dia telah mengakui kekeliruan jera. Inilah yang dialami si pelanggar
tindakannya, dia telah melakukan tindakan (Pasaribu, 2008).
dan telah berbuat salah, tahu bahwa Dalam sistem hukum adat
menyangkal tidak ada gunanya, barangkali masyarakat Batak Toba, kekerasan dalam
sudah menyesal mengakui sebagian atau rumah tangga dikenal dengan istilah
seluruhnya dan sudah siap menerima apa Pasiak siakhon di namarsaripe. Dalam
yang akan dituntut darinya (Pasaribu, proses penyelesaian tindak pidana,
2008). Dalihan Natolu menjadi pilar utama dalam
Dia harus setuju untuk mencari keadilan. Dalam hal penyelesaian
memperbaiki kesalahannya “pauli uhum “ tindak pidana ini peran pihak hula-hula
melalui pelaksanaan sanksi atau hukuman sangat dibutuhkan (Pasaribu, 2008).
yang diberikan masyarakat adat. Manopoti Maka dalam proses persidangan
sala adalah tindakan menghukum diri berlangsung, sidang dipimpin oleh hakim
sendiri, ini merupakan bentuk dari adat di mana dalam suatu peradilan dia
kesadaran dari orang yang dihukum agar sebagai hakim ketua karena dia yang

153
Nanci Yosepin Simbolon, Muhammad Yasid Nasution, & Mhd. Ansori Lubis, Pemberdayaan Kearifan Lokal
Masyarakat Adat Batak Toba dalam Mencegah Kekerasan terhadap Anak

membuka sidang pertama kali. Hakim tertimbang terlebih dahulu. Dalam


ketua biasanya adalah tergantung pelayanan bisnis, kita harus tetap
kesepakatan pihak-pihak yang berperkara. berbicara dan bersikap sopan kepada
Namun pada umumnya adalah berasal dari para pembeli.
pihak semarga atau dongan tubu dari Ketiga, nilangka tu jolo, sinarihan tu
pihak yang merasa dirugikan. Tetapi perlu pudi. Artinya, setiap kita hendak
diketahui pihak semarga ini disini, bukan melangkah maju harus melihat ke
semarga karena satu ayah tetapi sudah belakang. Kita jangan sampai salah
lebih jauh atau lebih luas. yaitu karena langkah, terutama menyangkut visi dan
nenek moyang (Pasaribu, 2008). misi yang sudah kita tentukan
Ada beberapa kearifan lokal yang sebelumnya.
sangat kental pada masyarakat adat Batak Penggunaan ketiga perumpamaan
Toba, yaitu (Siahaan, 1982): di atas bergantung pada diri kita sendiri
Pertama pantun hangoluan, tois agar kita memasuki proses skala
hamagoan. Artinya, bila kita berperilaku kematangan ketergantungan (dependence).
sopan dan santun akan hidup. Artinya, untuk melakukan ketiga
Sebaliknya bila kita berperilaku acuh perumpamaan itu bergantung pada diri
tak acuh terhadap orang akan kita sendiri.
menerima bencana yang menjurus Kemudian tiga perumpamaan
kematian. Dalam hidup sehari-hari, berikutnya adalah proses skala
orang Batak Toba sangat tergantung kematangan kemandirian, yang
pada kaidah moral utama ini untuk berhubungan dengan pihak lain, yang
mencapai kebahagiaan. disebut menjalin hubungan dengan
Kedua, jolo nidilat bibir, asa nidok hata. kesalingtergantungan (interdependensi)
Artinya, setiap kita hendak dan dijabarkan dalam Dalihan Natolu.
mengucapkan kata-kata supaya Keempat, manat mardongan tubu (hati-
dipikirkan lebih dahulu. Apakah kata- hati berhadapan dengan teman
kata, gagasan, atau pendapat itu layak semarga). Artinya, kita harus saling
disampaikan atau tidak. Kata-kata yang menghormati dan hati-hati kepada
telah diucapkan tidak bisa ditarik orang yang semarga. Kita menjaga
kembali. Hal ini juga mengandaikan perilaku pada situasi apa pun. Kita perlu
bahwa kita dalam bertutur kata harus saling menghormati di antara rekan,
menyampaikan kata-kata yang kolega, dan teman sejawat.

154
Jurnal Mercatoria, 12 (2) Desember 2018: 148-159

Kelima, somba marhula-hula (bersikap Ketujuh, tinallik bulung sihupi,


sembah berhadapan dengan kelompok pinarsaong bulung sihala. Unang
pemberi istri). Artinya, kita harus hati- sumolsol tu pudi ndada sipasingot soada.
hati, sopan, dan hormat kepada Artinya, jangan menjesal di kemudian
keluarga pemberi isteri. Secara hirarkis hari karena sudah dinasihati
spiritual kelompok pemberi isteri sebelumnya. Ada cukup banyak
diyakini lebih tinggi posisinya karena pengajaran sebelumnya untuk
kelompok ini telah memberi istri yang dipedomani dalam hidup. Ada banyak
akan menjamin kelangsungan hidup pengalaman hidup, yang mengajar kita
(silsilah) marga. Kelompok pemberi untuk lebih bijaksana dalam hidup.
istri diyakini sebagai sumber hidup.
Dalam hal bisnis, kita harus hormat Kendala dan Hambatan dalam
kepada pembeli barang-barang kita Memberdayakan dan Mengembangkan
sebab mereka telah memberi hidup Kearifan Lokal Masyarakat Adat Batak
kepada kita. Kata orang, pembeli itu Toba dalam Mencegah Kekerasan
adalah raja yang harus dilayani dengan dalam Rumah Tangga terhadap Anak
baik. Dalam penanganan anak korban
Keenam, elek marboru (penuh kasih kekerasan dapat dikatakan bahwa
sayang kepada pihak penerima istri). pelayanan masyarakat merupakan garda
Artinya, kita harus selalu bersikap lebih terdepan yang melakukan pelaporan
lembut kepada pihak penerima istri. kepada polisi melalui Unit Pelayanan
Misalnya, ketika saudari kita sedang Perempuan dan Anak (UPPA) dan RPK
hamil atau adik perempuan ayah kita maupun langsung kepada Pusat Pelayanan
sakit, maka kita membawa makanan ke Terpadu. Di pusat pelayanan terpadu
rumah saudari perempuan. Ini inilah dilakukan langkah-langkah
memperlihatkan kasih sayang, penanganannya. Pusat Pelayanan Terpadu
meskipun sudah sama-sama merupakan unit kerja fungsional yang
berkeluarga. Dalam hal bisnis, kita menyelenggarakan pelayanan terpadu
harus penuh kasih mendampingi untuk korban. Pusat Pelayanan Terpadu
penolong kita dan juga anak cabang sendiri dapat berupa tempat yang
usaha kita. bernama shelter/rumah aman, RPTC,
RPSA, P2TP2A maupun Pusat Pelayanan

155
Nanci Yosepin Simbolon, Muhammad Yasid Nasution, & Mhd. Ansori Lubis, Pemberdayaan Kearifan Lokal
Masyarakat Adat Batak Toba dalam Mencegah Kekerasan terhadap Anak

Terpadu yang ada dan berbasis di Rumah Bila korban memerlukan


Sakit Bhayangkara dan sebagainya. rehabilitasi sosial di mana korban
Pelayanan terpadu diawali dengan mengalami gangguan psikososial dan
identifikasi korban untuk memastikan psikologis, maka tim psikososial akan
seseorang adalah korban kekerasan atau memberikan konseling dan terapi sesuai
bukan (Lampiran Peraturan Menteri kebutuhan. Bila kondisi korban baik
Negara Pemberdayaan Perempuan Dan kesehatan maupun sosial sudah
Perlindungan Anak Republik Indonesia dinyatakan pulih, maka dengan
Nomor 2 Tahun 2011Tentang Pedoman persetujuan korban, bisa mendapat
Penanganan Anak Korban Kekerasan). bantuan hukum berupa pendampingan
Mekanisme rehabilitasi kesehatan dan pembelaan oleh unsur penegak hukum
mengikuti sistem pelayanan kesehatan yaitu Kepolisian (UPPA), Kejaksaan,
sebagaimana tercantum dalam standar Hakim, serta LBH/LSM/advokat.
pelayanan minimal penanganan Pemulangan dilakukan minimal apabila
perempuan dan anak korban kekerasan. rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial,
Bila korban memerlukan rehabilitasi dan atau bantuan hukum telah terpenuhi.
kesehatan maka dapat ditangani di Pemulangan ini bertujuan untuk
puskesmas mampu tata laksana KTP/A. mengembalikan korban sampai kepada
Jika korban memerlukan pelayanan keluarga atau keluarga pengganti dengan
rehabilitasi kesehatan lanjutan selamat dan aman. Pemulangan ini dapat
(spesialistik) dapat dirujuk ke rumah sakit dilakukan dengan didampingi oleh polisi,
yang memiliki pelayanan terpadu (PPT). tenaga pekerja sosial/relawan jika
Jika belum tersedia PPT di rumah sakit, diperlukan (Lampiran Peraturan Menteri
maka rujukan kasus yang membutuhkan Negara Pemberdayaan Perempuan Dan
pelayanan medis spesialistik dapat Perlindungan Anak Republik Indonesia
dilakukan di RS vertikal, RSUD, TNI Polri Nomor 2 Tahun 2011Tentang Pedoman
maupun swasta (Lampiran Peraturan Penanganan Anak Korban Kekerasan).
Menteri Negara Pemberdayaan Walaupun pemerintah telah menyiapkan
Perempuan Dan Perlindungan Anak upaya penanganan dalam tindak pidana
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun kekerasan terhadap anak, akan tetapi
2011Tentang Pedoman Penanganan Anak upaya pencegahan merupakan pilihan
Korban Kekerasan). yang lebih baik. Upaya pencegahan ini
dapat dilakukan dengan menerapkan

156
Jurnal Mercatoria, 12 (2) Desember 2018: 148-159

Filosopi Dalihan Natolu dan konsep sulit untuk menerima adat dari suku lain
Kearifan Lokal Masyarakat Adat Batak (menerima adat suku lain dalam arti
Toba. pengaplikasian terhadap diri sendiri).
Filosopi Dalihan Natolu dan
Kearifan Lokal Masyarakat Adat Batak 2. Masih rendahnya tingkat kepedulian
Toba dapat dijadikan solusi dan jawaban pembuat hukum dan penegak hukum
untuk permasalahan pencegahan dalam mengadopsi hukum adat serta
kekerasan terhadap anak dalam rumah kearifan lokal sebagai sumber hukum
tangga. Akan tetapi ada beberapa kendala Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-
dan hambatan yang dihadapi dalam undang Dasar 1945 disebutkan negara
memberdayakan dan mengembangkan Indonesia adalah negara hukum. Filosopi
kearifan lokal tersebut dalam mencegah negara hukum yang digunakan di Republik
kekerasan terhadap anak dalam rumah Indonesia adalah konsep campuran antara
tangga. konsep Rechtstaat (adanya penekanan
Kendala yang dihadapi antara lain pada kepastian hukum) yang berasal dari
sebagai berikut (Harahap, 1987): sistem hukum civil law dan rule of law yang
1. Pluralisme Suku Di Indonesia berasal dari sistem hukum common law
Indonesia memiliki beragam suku (hukum dibentuk berdasarkan
bangsa yang berbeda dan memiliki hukum jurisprudensi). Walaupun menggunakan
adat serta kearifan lokalnya sendiri- kedua konsep tersebut, akan tetapi
sendiri. Hal ini berakibat kepada sulit tetaplah kepastian hukum hukum yang
diterimanya kearifan lokal maupun hukum diutamakan, sehingga walaupun penegak
adat dari suku lain yang berbeda. Sejak hukum dapat menggali nilai-nilai kearifan
zaman kolonial telah diberlakukan politik lokal sebagai penemuan hukum, tetaplah
Dividet et Impera yaitu politik adu domba hukum yang berasal dari regulasi hukum
yang memecah belah persatuan antar suku positiflah yang diutamakan.
di Indonesia. Salah satu contoh penerapan
politik adu domba ini adalah dengan 3. Rendahnya sosialisasi yang dilakukan
klasifikasi wilayah hukum adat yang oleh perangkat desa dan kelurahan
dilakukan oleh pemerintah kolonial Perangkat desa dan kelurahan
Belanda yang berakibat chauvinisme merupakan ujung tombak pemerintah
terhadap adat masing-masing suku dan dalam melayani dan mengayomi

157
Nanci Yosepin Simbolon, Muhammad Yasid Nasution, & Mhd. Ansori Lubis, Pemberdayaan Kearifan Lokal
Masyarakat Adat Batak Toba dalam Mencegah Kekerasan terhadap Anak

masyarakat. Sudah tentu perangkat desa hula-hula sangat dibutuhkan. Sementara


dan kelurahan lebih mengetahui seluk pihak boru hanya mempersiapkan
beluk wilayahnya dan kejadian apa saja persidangan.
yang terjadi di wilayahnya. Akan tetapi Filosopi Dalihan Natolu dan
ketidakpedulian perangkat desa dan kearifan lokal Masyarakat Adat Batak Toba
kelurahan dalam menerapkan filosofi dapat dijadikan solusi dan jawaban untuk
Dalihan Natolu dan konsep kearifan lokal permasalahan pencegahan kekerasan
Masyarakat Batak kepada keluarga yang terhadap anak dalam rumah tangga. Akan
melakukan kekerasan terhadap anak. tetapi ada beberapa kendala dan hambatan
Pembiaran ini terjadi dengan alasan yang dihadapi dalam memberdayakan dan
kekerasan terhadap anak tersebut mengembangkan kearifan lokal tersebut
merupakan urusan dan hak keluarga dalam mencegah kekerasan terhadap anak
dalam mendidik anak dan mereka tidak dalam rumah tangga. Kendala yang
boleh ikut campur dalam hal itu. dihadapi antara lain sebagai berikut:
a. Pluralisme Suku di Indonesia.
SIMPULAN Indonesia memiliki beragam suku
Faktor yang menjadi penyebab bangsa yang berbeda dan memiliki
terjadinya tindak kekerasan terhadap anak hukum adat serta kearifan lokalnya
dalam keluarga antara lain: sendiri-sendiri. Hal ini berakibat
a. Kemiskinan; kepada sulit diterimanya kearifan
b. Pendidikan; lokal maupun hukum adat dari suku
c. Sosial Budaya; lain yang berbeda.
d. Kemajuan Teknologi Informasi Dan b. Masih rendahnya tingkat kepedulian
Komunikasi; pembuat hukum dan penegak hukum
e. Perilaku Kasar; dalam mengadopsi hukum adat serta
f. Faktor Lingkungan. kearifan lokal sebagai sumber hukum,
Dalam sistem hukum adat dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang
masyarakat Batak Toba, penyelesaian Dasar 1945 disebutkan negara
tindak pidana kekerasan anak dalam Indonesia adalah negara hukum.
keluarga (Pasiak siakhon di namarsaripe) c. Rendahnya sosialisasi yang dilakukan
dilaksanakan dengan menjadikan Dalihan oleh perangkat desa dan kelurahan,
Natolu sebagai filosofi utama. Dalam hal perangkat desa dan kelurahan
penyelesaian tindak pidana ini peran pihak merupakan ujung tombak pemerintah

158
Jurnal Mercatoria, 12 (2) Desember 2018: 148-159

dalam melayani dan mengayomi kekerasan terhadap anak, haruslah dimulai


masyarakat. Sudah tentu perangkat dari kesadaran diri sendiri khususnya para
desa dan kelurahan lebih mengetahui orangtua dan tokoh-tokoh masyarakat
seluk beluk wilayahnya dan kejadian serta tokoh-tokoh adat Batak Toba.
apa saja yang terjadi di wilayahnya.
Akan tetapi ketidakpedulian perangkat DAFTAR PUSTAKA
desa dan kelurahan dalam Amiruddin. (2006). Pengantar Metode Penelitian
Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
menerapkan filosofi Dalihan Natolu Arifin, S. (2012). Metode Penulisan Karya Ilmiah dan
Penelitian Hukum. Medan Area University Press.
dan konsep kearifan Lokal Masyarakat Harahap H Basyral, Hotman Siahaan, (1987), Orientasi
Nilai-Nilai Budaya Batak, Sanggar Willem
Batak kepada keluarga yang Iskandar, Jakarta.
Koentjaraningrat, (1974), Bunga Rampai Kebudayaan,
melakukan kekerasan terhadap anak.
Mentalitas, dan Pembangunan, Gramedia
Kekerasan dapat menimbulkan Pustaka Utama, Jakarta.
Marzuki. (1983). Metodologi Riset. Yogyakarta: PT.
trauma yang mendalam bagi anak, dampak Hanindita Offset.
Soekanto, S. (1986). Pengantar Penelitian Hukum.
dari trauma tersebut dapat berupa sikap Jakarta: Universitas Indonesia.
Pasaribu, T. (2008). Skripsi: Kewenangan Dalihan
paranoid, menutup diri dari pergaulan Natolu Dalam Penyelesaian Tindak Pidana
Secara Hukum Adat Batak Toba (Studi Di Kec.
sosial, bahkan dapat mengakibatkan
Borbor,Kab. Toba Samosir). Medan: Fakultas
perilaku seksual yang menyimpang Hukum Universitas Sumatera Utara
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan
(homoseksualitas) saat anak dewasa kelak. Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2011Tentang Pedoman
Oleh karenanya, kekerasan terhadap anak Penanganan Anak Korban Kekerasan, Hal. 14-
15.
dalam bentuk apapun, baik di lingkungan Nalom Siahaan, (1982). Adat Dalihan Natolu (Prinsip
dan Pelaksanaannya). Grafika, Jakarta.
keluarga, maupun di tempat lain, haruslah
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
dihentikan. Perlindungan Anak

Kearifan lokal adat Batak Toba yang


baik dan tidak bertentangan dengan
norma umum serta hukum positif di
Indonesia haruslah dijadikan alternatif
dalam mencegah dan menanggulangi
kekerasan terhadap anak khususnya
dalam lingkungan keluarga.
Untuk dapat menerapkan kearifan
filosopi Dalihan Natolu masyarakat Batak
Toba dalam mencegah dan menanggulangi

159

Anda mungkin juga menyukai