Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Manfaat........................................................................................... 2
1.4 Manfaat....................................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian................................................................................................... 4
2.2 Etiologi....................................................................................................... 5
2.3 Patofisiologi................................................................................................ 5
2.4 Tanda dan gejala serta stadiumnya............................................................. 7
2.4 Faktor resiko............................................................................................... 8
2.5 Manifestasi Klinis....................................................................................... 8
2.6 Proses penyembuhan.................................................................................. 11
2..7 Pemeriksaan Diagnostik............................................................................ 12
2..8 Penatalaksanaan Medis.............................................................................. 12
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian................................................................................................... 13
3.2 Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 14
3.3 Intervensi Keperawatan.............................................................................. 14
3.4 Evaluasi....................................................................................................... 16
BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan................................................................................................. 17
4.2 Saran........................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Neoplasma dari sistem moskuloskeletal terdapat berapa jenis . Neoplasma tersebut


mencakup tumor-tumor osteogenik, kondrogenik, fibrogenik, otot dan sumsum tulang
juga saraf, vaskular, dan tumor sel lemak. Neoplasma tersebut dapat juga merupakan
tumor primer atau tumor metatastik merupakan kondiisi yang umum dari pada tumur
tulang primer (Diane, 2000)
Sjamsuhidayat R (1997), membagi bahasan neoplasma pada system
muskuloskeletal menjadi dua, yaitu neoplasma jaringan lunak dan neoplasma kerangka.
Tumor tulang di luar tulang, kulit, dan sistem organ besar biasanya disebut tumor ganas
jaringan lunak dan bukan sarkoma, karena berbagai tumor mesenkim dengan derajat
keganasan rendah dan tumor dengan penumbuhan infiltratif setempat juga termasuk
dalam golongan ini.

Terdapat dua tipe tumor tulang (neoplasma) yaitu primer dan metastasis. Tumor
yang berasal dari tulang (primer) mencakup tumor yang tidak berbahaya seperti osteoma,
kondroma, tumor sel raksasa, kista dan osteid osteoma. Tumor primer tumbuh dengan
lambat, pada area terbatas, dan jarang sekali meluas. Tumor primer yang ganas sangat
jarang menyerang orang dewasa dan jika menyerang, tumor ini mencangkup
osteosarkoma dan multiple myeloma (Reeves, 2001).
Doenges (2000), memakai istilah kanker untuk menggambarkan gangguan
pertumbuhan seluler, kanker merupakan kelompok penyakit dan bukan hanya penyakit
tunggal. Sarkoma merupakan kanker yang berasal dari tulang, otot, atau jaringan
penyambung.
Tumor ganas sering bermetastis sampai paru-paru selama tahap awalnya.
Osteosarkoma merupakan keganasan tulang yang utama, sering ditemukan pada anak-
anak dan remaja. Tumor tulang metastatik awalnya terdapat di paru-paru, payudara,
prostat, ginjal, ovary, atau tiroid. Insiden osteosarkoma lebih banyak terjadi daripada
tumor tulang primer dan memiliki prognosis yang buruk. Karsinoma akan lebih sering
bermetastatis ke tulang daripada sarkoma.

1
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah pengertian tumor tulang?

1.2.2 Bagaimana etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, klasifikasi, pemeriksaan


diagnostik dan komplikasi dari tumor tulang?

1.3 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang tumor(sarkoma) tulang.

1.4 Manfaat1.4.3 Bagi Mahasiswa/i

Manfaat makalah ini bagi mahasiswa baik penyusun maupun pembaca adalah
untuk menambah wawasan terhadap seluk beluk tentang tumor tulang.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN

Tumor adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus secara cepat dan
pertumbuhannya tidak terkendali. Tumor dapat berasal dari dalam tulang, jaringan, atau
sel kartilago yang berhubungan dengan epifisis atau dari unsur pembentuk darah yang
terdapat pada sumsum tulang (Suratun, 2008).

Tumor tulang / incoplasma adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus
secara cepat dan pertimbangannya tidak terkendali. Tumor / incoplasma dapat berasal
dari dalam tulang juga timbul dari jaringan atau dari sel- sel kartilago yang berhubungan
dengan epiphipisis atau dari unsur-unsur pembentuk darah yang terdapat pada sumsum
tulang.

2.2 ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan
kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan, beberapa kondisi
tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi), (Smeltzer,
2001).
Meskipun tidak ada penyebab tumor tulang yang pasti, ada beberapa factor yang
berhubungan dan memungkinkan menjadi faktor penyebab terjadinya tumor tulang yang
meliputi:
a. Genetik
Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang, misalnya
sarcoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STS). Dari data penelitian diduga
mutasi genetic pada sel induk mesinkin dapat menimbulkan sarcoma. Ada beberapa
gen yang sudah diketahui ,mempunyai peranan dalam kejadian sarcoma, antara lain
gen RB-1 dan p53. Mutasi p53 mempunyai peranan yang jelas dalam terjadinya STS.
Gen lain yang juga diketahui mempunyai peranan adalah gen MDM-2 (Murine
Double Minute 2). Gen ini dapat menghasilkan suatu protein yang dapat mengikat
pada gen p53 yang telah mutasi dan menginaktivitas gen tersebut.

3
b. Radiasi.
Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar radiasi seperti
pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang mendapat radioterapi.
Halperin dkk. Memperkirakan resiko terjadinya sarcoma pada klien penyakit Hodgkin
yang diradiasi adalah 0,9 %. Terjadinya keganasan jaringan lunak dan bone sarcoma
akibat pemaparan radiasi sudah diketahui sejak 1922. Walaupun jarang ditemukan,
prognosisnya buruk dan umumnya high grade.
Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah malignant fibrous histiocytoma
(MFH) dan angiosarkoma atau limfangiosarkoma. Jarak waktu antara radiasi dan
terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11 tahun.
c. Bahan Kimia.
Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat menimbulkan
sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparan terhadap torium dioksida
(Thorotrast), suatu bahan kontras, dapat menimbulkan angiosarkoma, pada hepar,
selain itu, abses juga diduga dapat menimbulkan mosotelioma, sedangkan polivilin
klorida dapat menyebabkan angiosarkoma hepatik.
d. Trauma
Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat trauma.
Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks lama, luka bakar,
dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.
e. Limfedema kronis.
Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan limfangiosarkoma dan
kasus limfangiosarkoma pada ekstremitas superior ditemukan pada klien karsinoma
mammae yang mendapat radioterapi pasca-mastektomi.
f. Infeksi.
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh infeksi parasit,
yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat obstruksi, filariasis dapat
menimbulkan limfangiosrakoma.

2.3 PATOFISIOLOGI

Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi

4
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.

Kelainan congenital, genetic, gender / jenis kelamin, usia, rangsangan fisik


berulang, hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) dapat
menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat benign
(jinak) atau bersifat malignant (ganas).

Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada
umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara
serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan
tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak
mudah dikeluarkan dengan cara operasi.

Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada
umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat
sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya
mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat anak
sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui
pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain.
Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh
tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.

Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak
teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik
dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan
migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini
menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol
pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).

Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA,
berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel, duplikasi
DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini sel tidak
melakukan pembelahan).

5
PATHWAY

Genetik Radiasi Bahan Kimia Trauma Limfedema Infeksi


Kronis

Tumbuh dan berkembangnya sel tumor

Tumor

Menginvasi jaringan lunak

Respon osteolitik Respon osteoblastik

Terjadi Penimbunan
destruksi periosteum terbaru
tulang
Pertumbuhan tulang
Rongga sendi yang abortif
sempit, terjadi
erosi. Adanya massa pada
tulang

Nyeri akut Massa membesar

Dapat menjadi kanker Gangguan Mobilitas


Fisik
Menyerang
jaringan normal

Metastase

Ansietas Kematian

6
2.4 MANIFESTASI KLINIS

Jenis Gambaran klinis

ASAL OSEUS

Kondrosarkoma a. Berasal dari kartilago


b. Tidak nyeri; tumbuh lambat; rekuren dan invasif
secara lokal
c. Muncul paling sering pada panggul, femur
proksimal, kosta, dan gelang bahu
d. Biasanya diderita pria berusia 30 hingga 50 tahun
Sel tumor raksasa maligna a. Berasal dari sel tumor raksasa maligna
b. Ditemukan yang paling sering di tulang panjang,
terutama di area kulit
c. Biasanya diderita wanita berusia 18 hingga 50
tahun
Sarkoma osteogenik a. Tumor osteoid tampak pada specimen
b. Tumor tumbuh dari osteoblas pembentuk tulang
dan osteoklas pencerna tulang
c. Muncul paing sering pada femur, namun juga tibia
dan humerus; terkadang, pada fibula, ileum,
vertebra, atau mandibula
d. Biasanya diderita pria berusia 10 hingga 30 tahun
Sarkoma osteogenik a. Tumbuh pada permukaan tulang daripada bagian
parosteal interior
b. Perjalanan penyakit berlangsung lambat
c. Terjadi paling sering pada femur distal, tetapi juga
tibia, humerus dan ulna
d. Biasanya diderita wanita berusia 30 hingga 40
tahun
ASAL NON – OSEUS

Kordoma a. Dihasilkan dari remnanst embrionik notokord


b. Berlangsung lambat
c. Biasanya ditemukan pada ujung kolumna spinalis
dan stenooksipital, sakrokoksigeal, dan area
vertebra
d. Ditandai dengan konstipasi dan gangguan
penglihatan
e. Biasanya diderita pria berusia 50 hingga 60 tahun
Sarkoma Ewing a. Berasal dari sumsum tulang dan menyerang
gugusan tulang datar dan tulang panjang
b. Biasanya menyerang ekstremitas bawah, paling

7
sering femur, tulang inominata, kosta tibia,
humerus, vertebra, dan fibula; dapat bermetastasis
ke paru
c. Nyeri semakin hebat dan persisten
d. Biasanya diderita pria berusia 10 hingga 20 tahun
e. Prognosis buruk
Fibrosarkoma a. Relatif jarang
b. Berasal dari jaringan fibrosa tulang
c. Menyerang tulang panjang atau datar (femur, tibia,
mandibula) namun juga menyerang otot periosteum
dan otot penunjang
d. Biasanya terjadi pria yang berusia 30 hingga 40
tahun

2.4 KLASIFIKASI TUMOR TULANG

Klasifikasi tumor tulang antara lain:

1. Tumor tulang benigna, terdiri dari:


a. Osteoma, berasal dari jaringan tulang sejati yang relatif jarang terjadi, biasanya
timbul pada tulang membranosa tengkorak.
b. Kondroma, sering terjadi pada tulang panjang, misalnya pada lengan, kadang-
kaang terdapat pada tulang datar seperti tulang ilium.
c. Osteokondroma, bukan neoplasma sejati dan berasal dari sel-sel yang tertinggal
pada permukaan tulang.
2. Tumor tulang maligna, terdiri dari:
a. Tumor tulang maligna primer:
1) Osteosarkoma, berasal dari osteoblas pada metafisis tulang. Karena itu,
tumor terlihat pada daerah pertumbuhan yang aktif, terutama di bagian distal
femur bagian proksimal tibia dan humerus.
2) Sarkoma Ewings, adalah tumor ganas yang timbul dalam sum-sum tulang,
pada tulang panjang umumnya femur, tibia, fibula, humerus, ulna, vertebra,
dan skapula.
3) Mieloma multipel, secara patologi, terdapat fokus destruksi tulang yang
multipel.
4) Fibrosarkoma adalah tumor yang biasanya menuju arah ujung orpus tulang
panjang, terutama tulang femur dan tibia.
5) Kondrosarkoma timbul ari ujung tulang panjang yang besar atau dari tulang
pipih, seperti pelvis an skapula.
b. Tumor tulang maligna sekunder, yaitu berasal dari metastase tumor (misalnya,
tumor payudara, bronkus, prostat, dan ginjal).

8
3. Kangker tulang metastatik

Tumor tulang metastatik (tumor tulang sekunder) lebih sering dari tumor
tulang maligna primer. Tumor yang muncul dari jaringan tubuh mana saja bisa
menginflasi tulang dan menyebabkan destruksi tulang lokal, dengan gejala yang
mirip dengan yang terjadi pada tumor tulang primer.

Tumor yang bermetastasis ketulang paling sering adalah karsinoma ginjal,


prostat, paru-paru, payudara, ovarium dan tiroid. Tumor metastatik paling sering
menyerang kranium, vertebra, pelvis femur dan humerus.

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium
1) Pada pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan kadar alkali fosfatase serum
meningkat (pada sarkom).

2) Tes darah rutin

Tes darah rutin disarankan. Jika ada penderitaan dari sumsum tulang karena
penyebaran kanker mungkin ada anemia, rendah sel darah putih atau hitungan
trombosit.

3) Tes darah biokimia

Darah biokimia tes mungkin menunjukkan peningkatan enzim yang disebut basa
phosphatise pada pasien dengan osteosarkoma

b. Radiologi

1) Sinar x tulang

Pemeriksaan Ini adalah yang paling umum dan paling efektif biaya
penyelidikan diberitahukan bila kondisi tulang yang dicurigai. Pasien yang
menyajikan ke dokter dengan fraktur mungkin memiliki kanker tulang yang
mendasari yang dapat diduga pada x ray. Jika sinar x sugestif dari kanker tulang
pasien disebut spesialis untuk lebih lanjut evaluasi dan manajemen.

2) MRI scan

MRI scan adalah studi pencitraan lain yang menggunakan medan magnet
yang kuat dan gelombang radio untuk melihat tulang dan organ tubuh. Ini mungkin

9
disarankan untuk mendeteksi ukuran dan penyebaran setiap kanker tumor dalam
tulang.

3) CT scan

CT scan juga melibatkan mengambil serangkaian sinar-X yang melihat


ukuran dan tingkat penyebaran kanker. CT scan dada dapat mengungkapkan
penyebaran kanker tulang ke paru-paru.

c. Biopsi

Ini adalah metode yang paling pasti untuk mendeteksi kanker tulang. Biopsi
melibatkan mengambil sampel kecil dari daerah yang terkena dampak dari tulang dan
menodai dengan pewarna cocok pada slide dan memeriksa sel sampel di bawah
mikroskop di laboratorium.

Biopsi digunakan untuk mendeteksi jenis kanker, tahap atau kelas kanker dan
bagaimana agresif kanker adalah. Hal ini membantu dalam perencanaan manajemen
kanker dan juga membantu dalam meramalkan hasil dari kanker.

Biopsi dari tulang dapat diambil oleh salah satu dari dua metode - inti biopsi
jarum atau biopsi terbuka. Biopsi jarum inti dilakukan setelah menerapkan lokal atau
umum anestesi. Tipis jarum dimasukkan ke dalam tulang dan sampel jaringan akan
dihapus.

Biopsi terbuka biasanya dilakukan di bawah anestesi umum. Dokter bedah


membuat sayatan atas tulang yang terpengaruh kanker dan menghapus bagian yang
lebih besar dari tulang untuk analisis.

2.6 PENATALAKSANAAN

a. Terapi

Jenis Terapi

ASAL OSEUS

Kondrosarkoma a. Hemipelvektomi, reseksi bedah (kosta)


b. Radiasi (paliatif)
c. Kemoterapi
Sel tumor raksasa maligna a. Kuretase
b. Eksisi total
c. Radiasi untuk penyakit rekuren

10
Sarkoma osteogenik a. Pembedahan (reseksi tumor, amputasi paha,
proksimal, hemipelvektomi, bedah
interskapulotorasik)
b. Kemoterapi
Sarkoma osteogenik a. Pembedahan (reseksi tumor, amputasi paha,
parosteal proksimal, hemipelvektomi, bedah
interskapulotorasik)
b. Kemoterapi
c. Kombinasi di atas
ASAL NON – OSEUS

Kordoma a. Reseksi bedah (biasanya menybabkan defek


neural)
b. Radiasi ( paliatif atau bila pembedahan tidak
dilakukan, seperti pada area oksipitalis)
Sarkoma Ewing a. Radiasi tegagan tinggi (tumor sensitif terhadap
radiasi)
b. Kemoterapi untuk memperlambat metastasis
c. Amputasi hanya bila tidak ada bukti metastasis
Fibrosarkoma a. Amputasi
b. Radiasi
c. Kemoterapi
d. Tandur (graft) tulang (pada fibrosarkoma derajat
ringan)

b. Pengobatan

1) Kemoterapi, seperti gemsitabin dan dosetaksel


2) Analgesik, seperti morfin, oksikodon, hidrokodon dan fentanil
c. Pembedahan
1) Eksisi tumor
2) Pembedahan radikal, seperti hemipelvektomi atau amputasi insterskapulotorasika
atau ekstremitas
3) Pertahankan ketinggian kepala tempat tidur minimal 30 derajat
4) Elevasikan kaki tempat tidur atau tempatkan stump (punting) yang terkena di atas
bantal selama 24 jam pertama. (Hati – hati jangan membiarkan posisi punting
selama 48 jam karena dapat menyebabkan kontraktur).

2.7 KOMPLIKASI

a. Infeksi
b. Hemoragi

11
c. Rekurens lokal
d. Fraktur patologis

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian (Assesment)

a. Data demografi. Data ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal,
jenis transportasi yang digunakan, dan orang yang terdekat dengan klien.

b. Riwayat perkembangan. Data ini untuk mengetahui tingkat perkembangan pada


neonatus, bayi prasekolah, remaja dan tua.

c. Riwayat sosial. Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Seseorang yang
terpapar terus-menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaannya, status
kesehatannya dapat dipengaruhi.

d. Riwayat penyakit keturunan. Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk


menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi (misal; penyakit DM
yang merupakan predisposisi penyakit sendi degeneratif, TBC, artritis, riketsia,
osteomielitis, dll)

e. Riwayat diet (nutrisi). Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi
ini dapat mengakibatkan stres pada sendi penyangga tubuh dan prdisposisi
terjadinya instabilitas legamen khususnya pada punggung bagian bawah.
Kurangnya asupan kalsium dapat menimbulkan fraktur karena adanya
dekalsifikasi. Bagaimana menu makanan sehari-hari dan konsumsi vitamin A, D,
kalsium serta protein yang merupakan zat untuk menjaga kondisi
muskuloskeletal.

f. Aktivas kegiatan sehari-hari. Identifikasi pekerjaan pasien dan aktivitas sehari-


hari. Kebiasaan membewa benda-benda berat yang dapat menimbulkan regangan
otot dan trauma lainnya. Kurangnya melakukan aktivitas mengakibatkan tonus
otot menurun. Fraktur atau trauma dapat timbul pada olahraga

g. Pemeriksaan Fisik
1) Skeletal Tubuh
Skelet tubuh dapat dikaji dengan adanya deformitas dan kesejajaran.
Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai.
Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidan sejajar

13
dalam kondisi anatomis harus dicatat. Angulasi abnormal pada tulang
panjang atau gerakan pada titik selain sendi menunjukkan pataha tulang.
Biasanya terjadi krepitus (suara berderik ) pada titik gerakan abnormal.
Gerakan fragmen tulang harus diminimalkan untuk mencegah cedera lebih
lanjut. (Smeltzer, 2002)

Priharjo (1996) mengatakan pengkajian tulang di antaranya amato


kenormalan susunan tulang dan kaji adanya deformitas, lakukan palpasi
untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan, dan amati keadaan tulang
untuk mengetahui adanya pembengkakan.

2) Pengkajian Tulang Belakang


Kurvatura normal tulang belakang konveks pada bagian dada dan
konkaf pada sepanjang leher dan pinggang. Deformitas tulang belakang
yang sering terjadi meliputi : scoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang
belakang), kifosis (kenaikan kurvatura lateral tulang belakang bagian dada),
lordosis ( membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang yang
berlebihan). Kifosis terjadi pada pasien osteoporosis pada pasien
neuromuscular.
Skoliosis terjadi congenital, idiopatrik (tidak diketahui penyebabnya)
atau akibat kerusakan otot paraspinal misalnya pada poliomyelitis. Lordosis
dijumpai pada penderita kehamilan karena menyesuaikan postur tubuhnya
akibat perubahan pusat gaya beratnya.

Pemeriksaan kesimetrisan dilakukan dengan memeriksa kurvatura


tulang belakang dan kesimetrisan batang tubuh dari pandangan anterior,
posterior dan lateral. Dengan cara berdiri di belakang pasien, dan
memperhatikan perbedaan tinggi bahu dan krista iliaka. Lipatan bokong

14
normalnya simetris. Simetri bahu dan pinggul serta kelurusan tulang
belakang diperiksa dengan pasien berdiri tegak, dan membungkuk ke depan
(fleksi). Skoliosis ditandai dengan abnormal kurvatura lateral tulang
belakang, bahu yang tidak sama tinggi, garis pinggang yang tidak simetri
dan scapula yang yang menonjol, akan lebih jelas dengan uji membungkuk
kedepan. Lansia akan mengalami kehilangan tinggi badan karena hilangnya
tulang rawan dan tulang belakang.

3.2 Diagnosa (Masalah Keperawatan)

a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya proses penyakit.

b. Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan adanya pembesaran massa.

c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

3.3 Intervensi dan implementasi (perencanaan tindakan keperawatan)

1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut

SLKI
SIKI

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan a. Identifikasi


keperawatan selama ...... x24 jam lokasi,karakteristik,du
pasien dapat mengontrol nyeri. rasi,frekuensi,kualitas,
intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
Kriteria Hasil: c. Berikan teknik
nonfarmakologis
1) Mengenali faktor penyebab.
untuk mengurangi rasa
2) Mengenali gejala-gejala nyeri.
nyeri
3) Melaporkan nyeri sudah terkontrol. d. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
e. Kolaborasi pemberian
analgetik

2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan mobilitas fisik.

15
Intervensi:
SLKI SIKI
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan a. Berikan terapi latihan fisik :
keperawatan selama ......x24 jam ambulasi, keseimbangan,
tingkat mobilitas pasien meningkat mobilitas sendi.
b. Bantu dan dorong perawatan
diri
Kriteria Hasil:
1. Keseimbangan tubuh
2. Posisi tubuh
3. Gerakan otot
4. Gerakan sendi

3. Diagnosa Keperawatan: Ansietas

Intervensi:
SLKI SIKI
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan a. Identifikasi saat tingkat
keperawatan selama .......x24 jam pasien ansietas berubah
b. Monitor tanda tanda
dapat mengontrol cemas.
ansietas
c. Ciptakan suasana
Kriteria Hasil:
terapeutik
1. Monitor intensitas kecemasan d. Temani pasien untuk
2. Menyingkirkan tanda kecemasan mengurangi kecemasan
e. Anjurkan
3. Menurunkan stimulus lingkungan
mengungkapkan
ketika cemas
perasaan dan persepsi
4. Merencanakan strategi koping untuk
f. Latih kegiatan pengalih
situasi penuh stres
untuk mengurangi
ketegangan
g. Latih teknik relaksasi

3.4 Evaluasi

1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang atau


hilang.

2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat melakukan


ambulasi mandiri.

16
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan pasien dapat
berkurang dan termosivasi untuk sembuh

17
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Tumor adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus secara cepat dan
pertumbuhannya tidak terkendali. Penyebab pasti terjadinya tumor masih belum
dipastikan. Namun ada beberapa faktor yang memungkinkan terjadinya tumor tulang,
yaitu genetik, radiasi, bahan kimia, trauma, limfedema kronis, infeksi. Tumor tulang
dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tumor tulang benigna (tumor tulang jinak), dan
tumor tulang maligna (tumor tulang ganas). Adanya tumor tulang dapat diketahui selain
adanya massa dapat dilihat melalui pemeriksaan penunjang seperti laboratorium,
radiologi, biopsi. Perkembangan atau perkumbuhan tumor tulang dapat dihambat melalui
terapi, farmakologi, dan pembedahan. Tumor tulang dapat menyebabkan infeksi,
hemoragi, rekurens lokal, dan fraktur patologis.

4.2 Saran
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada Tumor
Tulang ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan
praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk
tindakan proses keperawatan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. Dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku utuk Brunner dan Suddart.
Jakarta: EGC.
Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit. Jakarta : EGC.
Reeves, J. Charlene. Et al. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi I. Jakarta: Salemba
Medika.
Suratun, et al. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2019.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1.Jakarta

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1.Jakarta

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2019.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1.Jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai