Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
2.1 Pengertian................................................................................................... 4
2.2 Etiologi....................................................................................................... 5
2.3 Patofisiologi................................................................................................ 5
2.4 Tanda dan gejala serta stadiumnya............................................................. 7
2.4 Faktor resiko............................................................................................... 8
2.5 Manifestasi Klinis....................................................................................... 8
2.6 Proses penyembuhan.................................................................................. 11
2..7 Pemeriksaan Diagnostik............................................................................ 12
2..8 Penatalaksanaan Medis.............................................................................. 12
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian................................................................................................... 13
3.2 Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 14
3.3 Intervensi Keperawatan.............................................................................. 14
3.4 Evaluasi....................................................................................................... 16
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................. 17
4.2 Saran........................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18
i
BAB I
PENDAHULUAN
Terdapat dua tipe tumor tulang (neoplasma) yaitu primer dan metastasis. Tumor
yang berasal dari tulang (primer) mencakup tumor yang tidak berbahaya seperti osteoma,
kondroma, tumor sel raksasa, kista dan osteid osteoma. Tumor primer tumbuh dengan
lambat, pada area terbatas, dan jarang sekali meluas. Tumor primer yang ganas sangat
jarang menyerang orang dewasa dan jika menyerang, tumor ini mencangkup
osteosarkoma dan multiple myeloma (Reeves, 2001).
Doenges (2000), memakai istilah kanker untuk menggambarkan gangguan
pertumbuhan seluler, kanker merupakan kelompok penyakit dan bukan hanya penyakit
tunggal. Sarkoma merupakan kanker yang berasal dari tulang, otot, atau jaringan
penyambung.
Tumor ganas sering bermetastis sampai paru-paru selama tahap awalnya.
Osteosarkoma merupakan keganasan tulang yang utama, sering ditemukan pada anak-
anak dan remaja. Tumor tulang metastatik awalnya terdapat di paru-paru, payudara,
prostat, ginjal, ovary, atau tiroid. Insiden osteosarkoma lebih banyak terjadi daripada
tumor tulang primer dan memiliki prognosis yang buruk. Karsinoma akan lebih sering
bermetastatis ke tulang daripada sarkoma.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang tumor(sarkoma) tulang.
Manfaat makalah ini bagi mahasiswa baik penyusun maupun pembaca adalah
untuk menambah wawasan terhadap seluk beluk tentang tumor tulang.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Tumor adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus secara cepat dan
pertumbuhannya tidak terkendali. Tumor dapat berasal dari dalam tulang, jaringan, atau
sel kartilago yang berhubungan dengan epifisis atau dari unsur pembentuk darah yang
terdapat pada sumsum tulang (Suratun, 2008).
Tumor tulang / incoplasma adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus
secara cepat dan pertimbangannya tidak terkendali. Tumor / incoplasma dapat berasal
dari dalam tulang juga timbul dari jaringan atau dari sel- sel kartilago yang berhubungan
dengan epiphipisis atau dari unsur-unsur pembentuk darah yang terdapat pada sumsum
tulang.
2.2 ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan
kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan, beberapa kondisi
tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi), (Smeltzer,
2001).
Meskipun tidak ada penyebab tumor tulang yang pasti, ada beberapa factor yang
berhubungan dan memungkinkan menjadi faktor penyebab terjadinya tumor tulang yang
meliputi:
a. Genetik
Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang, misalnya
sarcoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STS). Dari data penelitian diduga
mutasi genetic pada sel induk mesinkin dapat menimbulkan sarcoma. Ada beberapa
gen yang sudah diketahui ,mempunyai peranan dalam kejadian sarcoma, antara lain
gen RB-1 dan p53. Mutasi p53 mempunyai peranan yang jelas dalam terjadinya STS.
Gen lain yang juga diketahui mempunyai peranan adalah gen MDM-2 (Murine
Double Minute 2). Gen ini dapat menghasilkan suatu protein yang dapat mengikat
pada gen p53 yang telah mutasi dan menginaktivitas gen tersebut.
3
b. Radiasi.
Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar radiasi seperti
pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang mendapat radioterapi.
Halperin dkk. Memperkirakan resiko terjadinya sarcoma pada klien penyakit Hodgkin
yang diradiasi adalah 0,9 %. Terjadinya keganasan jaringan lunak dan bone sarcoma
akibat pemaparan radiasi sudah diketahui sejak 1922. Walaupun jarang ditemukan,
prognosisnya buruk dan umumnya high grade.
Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah malignant fibrous histiocytoma
(MFH) dan angiosarkoma atau limfangiosarkoma. Jarak waktu antara radiasi dan
terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11 tahun.
c. Bahan Kimia.
Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat menimbulkan
sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparan terhadap torium dioksida
(Thorotrast), suatu bahan kontras, dapat menimbulkan angiosarkoma, pada hepar,
selain itu, abses juga diduga dapat menimbulkan mosotelioma, sedangkan polivilin
klorida dapat menyebabkan angiosarkoma hepatik.
d. Trauma
Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat trauma.
Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks lama, luka bakar,
dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.
e. Limfedema kronis.
Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan limfangiosarkoma dan
kasus limfangiosarkoma pada ekstremitas superior ditemukan pada klien karsinoma
mammae yang mendapat radioterapi pasca-mastektomi.
f. Infeksi.
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh infeksi parasit,
yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat obstruksi, filariasis dapat
menimbulkan limfangiosrakoma.
2.3 PATOFISIOLOGI
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
4
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada
umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara
serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan
tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak
mudah dikeluarkan dengan cara operasi.
Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada
umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat
sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya
mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat anak
sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui
pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain.
Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh
tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak
teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik
dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan
migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini
menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol
pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).
Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA,
berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel, duplikasi
DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini sel tidak
melakukan pembelahan).
5
PATHWAY
Tumor
Terjadi Penimbunan
destruksi periosteum terbaru
tulang
Pertumbuhan tulang
Rongga sendi yang abortif
sempit, terjadi
erosi. Adanya massa pada
tulang
Metastase
Ansietas Kematian
6
2.4 MANIFESTASI KLINIS
ASAL OSEUS
7
sering femur, tulang inominata, kosta tibia,
humerus, vertebra, dan fibula; dapat bermetastasis
ke paru
c. Nyeri semakin hebat dan persisten
d. Biasanya diderita pria berusia 10 hingga 20 tahun
e. Prognosis buruk
Fibrosarkoma a. Relatif jarang
b. Berasal dari jaringan fibrosa tulang
c. Menyerang tulang panjang atau datar (femur, tibia,
mandibula) namun juga menyerang otot periosteum
dan otot penunjang
d. Biasanya terjadi pria yang berusia 30 hingga 40
tahun
8
3. Kangker tulang metastatik
Tumor tulang metastatik (tumor tulang sekunder) lebih sering dari tumor
tulang maligna primer. Tumor yang muncul dari jaringan tubuh mana saja bisa
menginflasi tulang dan menyebabkan destruksi tulang lokal, dengan gejala yang
mirip dengan yang terjadi pada tumor tulang primer.
a. Laboratorium
1) Pada pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan kadar alkali fosfatase serum
meningkat (pada sarkom).
Tes darah rutin disarankan. Jika ada penderitaan dari sumsum tulang karena
penyebaran kanker mungkin ada anemia, rendah sel darah putih atau hitungan
trombosit.
Darah biokimia tes mungkin menunjukkan peningkatan enzim yang disebut basa
phosphatise pada pasien dengan osteosarkoma
b. Radiologi
1) Sinar x tulang
Pemeriksaan Ini adalah yang paling umum dan paling efektif biaya
penyelidikan diberitahukan bila kondisi tulang yang dicurigai. Pasien yang
menyajikan ke dokter dengan fraktur mungkin memiliki kanker tulang yang
mendasari yang dapat diduga pada x ray. Jika sinar x sugestif dari kanker tulang
pasien disebut spesialis untuk lebih lanjut evaluasi dan manajemen.
2) MRI scan
MRI scan adalah studi pencitraan lain yang menggunakan medan magnet
yang kuat dan gelombang radio untuk melihat tulang dan organ tubuh. Ini mungkin
9
disarankan untuk mendeteksi ukuran dan penyebaran setiap kanker tumor dalam
tulang.
3) CT scan
c. Biopsi
Ini adalah metode yang paling pasti untuk mendeteksi kanker tulang. Biopsi
melibatkan mengambil sampel kecil dari daerah yang terkena dampak dari tulang dan
menodai dengan pewarna cocok pada slide dan memeriksa sel sampel di bawah
mikroskop di laboratorium.
Biopsi digunakan untuk mendeteksi jenis kanker, tahap atau kelas kanker dan
bagaimana agresif kanker adalah. Hal ini membantu dalam perencanaan manajemen
kanker dan juga membantu dalam meramalkan hasil dari kanker.
Biopsi dari tulang dapat diambil oleh salah satu dari dua metode - inti biopsi
jarum atau biopsi terbuka. Biopsi jarum inti dilakukan setelah menerapkan lokal atau
umum anestesi. Tipis jarum dimasukkan ke dalam tulang dan sampel jaringan akan
dihapus.
2.6 PENATALAKSANAAN
a. Terapi
Jenis Terapi
ASAL OSEUS
10
Sarkoma osteogenik a. Pembedahan (reseksi tumor, amputasi paha,
proksimal, hemipelvektomi, bedah
interskapulotorasik)
b. Kemoterapi
Sarkoma osteogenik a. Pembedahan (reseksi tumor, amputasi paha,
parosteal proksimal, hemipelvektomi, bedah
interskapulotorasik)
b. Kemoterapi
c. Kombinasi di atas
ASAL NON – OSEUS
b. Pengobatan
2.7 KOMPLIKASI
a. Infeksi
b. Hemoragi
11
c. Rekurens lokal
d. Fraktur patologis
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
a. Data demografi. Data ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal,
jenis transportasi yang digunakan, dan orang yang terdekat dengan klien.
c. Riwayat sosial. Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Seseorang yang
terpapar terus-menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaannya, status
kesehatannya dapat dipengaruhi.
e. Riwayat diet (nutrisi). Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi
ini dapat mengakibatkan stres pada sendi penyangga tubuh dan prdisposisi
terjadinya instabilitas legamen khususnya pada punggung bagian bawah.
Kurangnya asupan kalsium dapat menimbulkan fraktur karena adanya
dekalsifikasi. Bagaimana menu makanan sehari-hari dan konsumsi vitamin A, D,
kalsium serta protein yang merupakan zat untuk menjaga kondisi
muskuloskeletal.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Skeletal Tubuh
Skelet tubuh dapat dikaji dengan adanya deformitas dan kesejajaran.
Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai.
Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidan sejajar
13
dalam kondisi anatomis harus dicatat. Angulasi abnormal pada tulang
panjang atau gerakan pada titik selain sendi menunjukkan pataha tulang.
Biasanya terjadi krepitus (suara berderik ) pada titik gerakan abnormal.
Gerakan fragmen tulang harus diminimalkan untuk mencegah cedera lebih
lanjut. (Smeltzer, 2002)
14
normalnya simetris. Simetri bahu dan pinggul serta kelurusan tulang
belakang diperiksa dengan pasien berdiri tegak, dan membungkuk ke depan
(fleksi). Skoliosis ditandai dengan abnormal kurvatura lateral tulang
belakang, bahu yang tidak sama tinggi, garis pinggang yang tidak simetri
dan scapula yang yang menonjol, akan lebih jelas dengan uji membungkuk
kedepan. Lansia akan mengalami kehilangan tinggi badan karena hilangnya
tulang rawan dan tulang belakang.
SLKI
SIKI
15
Intervensi:
SLKI SIKI
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan a. Berikan terapi latihan fisik :
keperawatan selama ......x24 jam ambulasi, keseimbangan,
tingkat mobilitas pasien meningkat mobilitas sendi.
b. Bantu dan dorong perawatan
diri
Kriteria Hasil:
1. Keseimbangan tubuh
2. Posisi tubuh
3. Gerakan otot
4. Gerakan sendi
Intervensi:
SLKI SIKI
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan a. Identifikasi saat tingkat
keperawatan selama .......x24 jam pasien ansietas berubah
b. Monitor tanda tanda
dapat mengontrol cemas.
ansietas
c. Ciptakan suasana
Kriteria Hasil:
terapeutik
1. Monitor intensitas kecemasan d. Temani pasien untuk
2. Menyingkirkan tanda kecemasan mengurangi kecemasan
e. Anjurkan
3. Menurunkan stimulus lingkungan
mengungkapkan
ketika cemas
perasaan dan persepsi
4. Merencanakan strategi koping untuk
f. Latih kegiatan pengalih
situasi penuh stres
untuk mengurangi
ketegangan
g. Latih teknik relaksasi
3.4 Evaluasi
16
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan pasien dapat
berkurang dan termosivasi untuk sembuh
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tumor adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus secara cepat dan
pertumbuhannya tidak terkendali. Penyebab pasti terjadinya tumor masih belum
dipastikan. Namun ada beberapa faktor yang memungkinkan terjadinya tumor tulang,
yaitu genetik, radiasi, bahan kimia, trauma, limfedema kronis, infeksi. Tumor tulang
dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tumor tulang benigna (tumor tulang jinak), dan
tumor tulang maligna (tumor tulang ganas). Adanya tumor tulang dapat diketahui selain
adanya massa dapat dilihat melalui pemeriksaan penunjang seperti laboratorium,
radiologi, biopsi. Perkembangan atau perkumbuhan tumor tulang dapat dihambat melalui
terapi, farmakologi, dan pembedahan. Tumor tulang dapat menyebabkan infeksi,
hemoragi, rekurens lokal, dan fraktur patologis.
4.2 Saran
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada Tumor
Tulang ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan
praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk
tindakan proses keperawatan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. Dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku utuk Brunner dan Suddart.
Jakarta: EGC.
Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2019.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1.Jakarta
Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1.Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2019.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1.Jakarta
19